Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

CAHAYA dan SUHU


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan

Oleh :
Vivi Meila Setyawanda

(140210103034)

M. Amien Rais

(140210103040)

Anis Vitriani

(140210103055)

Nafilah

(140210103065)

Renny Ria Fitriani

(140210103072)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIDKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun diberikan
kemudahan dan kelancaran untuk menyelesaikan makalah mengenai Cahaya dan
Suhu guna memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Tumbuhan.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Ekologi Tumbuhan Bapak Wachju Subchan M. Ph.d yang telah
membimbing

selama

kegiatan

perkuliahan

sehingga

penyusun

dapat

menyelesaikan Makalah ini sesuai deadline yang telah ditentukan.


Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh karenanya mohon maaf
apabila ada kesalahan dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, serta kritik
dan saran sangat kami hargai. Demikian penulisan makalah mengenai Cahaya
dan Suhu ini, semoga bermanfaat bagi semua, khususnya bagi pembaca dan
khalayak umum.

Jember, 14 September 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................2
1.3 Manfaat.............................................................................................2
BAB 2. ISI ..........................................................................................................3
2.1 Fungsi cahaya.................................................................................3
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan cahaya................8
2.3 Respon tumbuhan terhadap perubahan ketersediaan cahaya.......10
2.4 Peran suhu....................................................................................17
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu......................................18
2.6 Respon tumbuhan terhadap perubahan ketersediaan suhu
lingkungan....................................................................................24
BAB 3. PENUTUP...........................................................................................31
3.1 Kesimpulan..................................................................................31
3.2 Saran.............................................................................................31
REFERENSI....................................................................................................32

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah ekolagi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel,
yaitu seorang ahli biologi berkebangsaan jerman pada tahun 1869. Ekologi
sendiri merupakan gabungan dua kata dalam bahasa Yunani yaitu Oikos
berarti rumah dan Logos berarti ilmu atau pelajaran. Secara etimologis
Ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dan rumah tangganya. Dengan
kata lain definisi dari ekologi ialah ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Chairani, H.
2009:2).
Berdasarkan pengertian diatas, maka jelaslah bahwa ekologi
merupakan bagian yang tak terpisah dengan ilmu biologi. Oleh karenanya
ilmu biologi juga sering disebut dengan biologi lingkungan. Ekologi
tanaman sendiri diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal
balik antara tanaman dengan lingkungannya. Lingkungan tanaman sebagai
mana yang kita ketahui terdiri atas lingkungan biotik dan abiotik. Dari
lingkungan inilah tanaman memperoleh nutrisi unsur hara, mineral, cahaya
dan sebagainya. Dimana kekurangan, kelebihan atau ketidak cocokan akan
memyebabkan terjadinya cekaman atau semacam gangguan bagi tanaman
tersebut (Chairani, H. 2009:2).
Berdasarkan penjelasan diatas, makalah ini disusun guna untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Tumbuhan yang didalamnya
membahas mengenai Cahaya dan Suhu sebagai bagian kecil dari
pembahasan mengenai ekologi. Sehingga dengan mempelajari Cahaya dan
Suhu kita akan mengetahui salah satu faktor penting yang mendukung
hubungan antara tanaman dan lingkungannya.

1.2 Tujuan
Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah yaitu:
1) Mengetahui fungsi dari cahaya.
2) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan cahaya.

3) Mengetahui respon tumbuhan terhadap perubahan ketersediaan


cahaya.
4) Mengetahui peran dari suhu.
5) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi suhu.
6) Mengetahui respon tumbuhan terhadap perubahan ketersediaan suhu
lingkungan.
.
1.3 Manfaat
1) Penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah Cahaya dan
Suhu pada mata kuliah Ekologi Tumbuhan.
2) Penyusunan makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca
baik dosen maupun mahasiswa/mahasiswi Pendidikan Biologi
Universitas Jember.
3) Penulis maupun pembaca mengetahui kajian ekologi khususnya
berkenaan dengan cahaya dan suhu.
4) Penulis lebih mengetahui sistematika penulisan makalah, saling
bekerja sama sebagai satu tim dan menghargai pikiran atau ide satu
sama lain.
5) Penulis menghargai waktu dan berusaha menyelesaikan makalah ini
dengan lebih cepat dari waktu yang ditentukan.

BAB 2. ISI

2.1 Fungsi cahaya


Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh
makhluk hidup di dunia.Bagi manusia dan hewan cahaya matahari adalah
penerang dunia ini.Selain itu bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil
cahaya matahari sangat menentukan prosesfotosintesis. Fotosintesis adalah
2

proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan.Makanan yang


dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses
perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Dengan demikian cahaya dapat
menjadi faktor pembatas utama di dalam semua ekosistem.
Merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi
utama bagi ekosistem. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil cahaya
matahari sangat berperan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses
dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang
dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan (Gardner dkk. 1991).
Cahaya matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari
menentukan suhu.Cahaya matahari juga merupakan unsur vital yang
dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis. Cahaya
Optimal bagi Tumbuhan Kebutuhan minimum cahaya untuk proses
pertumbuhan

terpenuhi

bila

cahaya

melebihi

titik

kompensasinya

(Wirakusumah, 2003).
Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai
adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau
supra optimal.Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas yang
tinggi, kloroplasnya berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga
cahaya yang diterima hanya oleh dinding vertikalnya.Antosianin berperan
sebagai

pemantul

cahaya

sehingga

menghambat

atau

mengurangi

penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam.


Besarnya energi matahari yang diterima oleh tanaman tidak sama dari
musim ke musim dan latitude ke latitude lainnya. Tetapi besarnya energi
matahari yang diterima tanaman (tumbuhan) setiap tahunnya pada latitude
yang sama tidak sama bervariasi dan besarnya energi matahari yang
ditangkap tanaman untuk jenis tanaman yang berbeda, juga akan berbedabeda pula.
Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan
pertumbuhan , meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan.

Selain itu , kekurangan cahaya saat perkecambahan berlangsung akan


menimbulkan gejala etiolasi dimana batang kecambah akan tumbuh lebih
cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis dan bewarna pucat
(tidak hijau). Semua ini terjadi dikarenakan tidak adanya cahaya sehingga
dapat

memaksimalkan

tumbuhan.Sebaliknya

fungsi

auksin

tumbuhan

untuk

yang

tumbuh

pemanjangan
di

tempat

sel-sel
terang

menyebabkan tumbuhan tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi


relative pendek , daun berkembang baik lebih lebar, lebih hijau , tampak lebih
segar dan batang kecambah lebih kokoh.
Ada tiga aspek penting yang perlu dikaji dari faktor cahaya, yang sangat erat
kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu:

Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang


Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.
Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya
yang bersinar setiap hari.

a. Kualitas Cahaya
Secara fisika, radiasi matahari merupakan gelombang- gelombang
elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang.Tidak semua
gelombang- gelombang tadi dapat menembus lapisan atas atmosfer untuk
mencapai

permukaan

bumi.Umumnya

kualitas

cahaya

tidak

memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara satu tempat dengan


tempat lainnya, sehingga tidak selalu merupakan faktor ekologi yang
penting.
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang
gelombang antara 0,39 7,6 mikron. Klorofil yang berwarna hijau
mengasorpsi cahaya merah dan biru, dengan demikian panjang gelombang
itulah yang merupakan bagian dari spectrum cahaya yang sangat
bermanfaat bagi fotosintesis.
Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang
berarti untuk mempengaruhi fotosintesis.Pada ekosistem perairan, cahaya
merah dan biru diserap fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga

cahaya hijau akal lewat atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan
sangat sulit untuk diserap oleh fitoplankton.
Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas,
yang jelas cahaya ini dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu
mempengaruhi perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya
yaitu bentuk- bentuk daun yang roset, terhambatnya batang menjadi
panjang.
b. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya
terpenting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga
pengendali utama dari ekosistem.Intensitas cahaya ini sangat bervariasi
baik dalam ruang/ spasial maupun dalam waktu atau temporal.
Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering
(zona arid), sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan.Di daerah garis
lintang rendah, cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk
sudut yang besar dengan permukaan bumi.Sehingga lapisan atmosfer yang
tembus berada dalam ketebalan minimum.
Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada
garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap
permukaan bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar
menembus lapisan atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih
banyak cahaya yang direfleksikan dan dihamburkan olehlapisan awan dan
pencemar di atmosfer (Sasmitamihardja, 1996).
c. Lama penyinaran
Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan
mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon
dari suatu organisme terhadap lamanya penyinaran sinar matahari, Contoh
dari fotoperiodisme adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan dormansi. Di
daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari ataufotoperiodisme akan
konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam.
5

Matahari sebagai sumber energi cahaya terbesar, memiliki peranan dan


fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia, antara lain:
1. Membantu proses fotosintesis
Cahaya matahari merupakan sumber utama kehidupan makhluk
hidup, salah satunya adalah kehidupan bagi tanaman atau tumbuhan
untuk membantu proses fotosintesis. Tanpa adanya matahari sendiri,
maka tanaman atau tumbuhan di bumi akan mati. Sebagai timbal
baliknya, ketika tidak ada tumbuhan di bumi ini maka manusia akan
musnah akibat tidak adanya suplai oksigen dari tumbuhan.
2. Membantu penerangan
Tanpa adanya cahaya matahari, dunia akan gelap gulita. Sehingga
kita tak akan bisa melihat apapun yang ada di lingkungan sekitar kita.
Dengan adanya energi cahaya matahari ini, maka kita bisa melihat
lingkungan sekitar.Maka dari itu, cahaya sangat penting peranannya
sebagai media penerangan.Selain cahaya matahari, cahaya dari lampu
juga berfungsi sebagai penerangan saat malam hari.Cahaya dari lampu
juga membantu Anda untuk dapat belajar di malam hari.
3. Menjemur pakaian
Dengan adanya cahaya matahari sendiri, maka pakaian yang dicuci
bisa langsung kering tanpa mesin pengering. Cahaya matahari sebagai
media untuk menjemur pakaian dengan mudah dan alami, dengan
bantuannya inilah pakaian akan mudah kering saat dijemur di bawah
terik sinar matahari. Memakai bantuan sinar matahari ini tentu tak
perlu membayar mahal untuk membeli mesin cuci sekaligus pengering
pakaiannya, karena matahari ini bisa kita dapatkan secara gratis.
4. Menghasilkan energi listrik
Sebagai sumber dari cahaya, matahari juga bisa menghasilkan
energi listrik.Energi listrik inilah yang nantinya dipergunakan untuk
cahaya di malam hari.Selain itu dengan energi listrik, kita bisa
menggunakan

elektronik

dan

alat-alat

rumah

tangga

dengan

nyaman.Energi listrik yang berasal dari bantuan matahari atau sel surya
ini tentunya lebih ramah lingkungan.Tak hanya itu saja, matahari juga
termasuk energi terbarukan yang ketersediaannya tidak terbatas.
5. Membantu proses pertumbuhan kecambah

Selain bermanfaat bagi kehidupan manusia, energi cahaya juga


sangat bermanfaat untuk tumbuhan. Jika kecambah kekurangan
cahaya, maka tanaman tersebut akan kering, kurus, daunnya berwarna
kuning pucat dan juga tipis. Berbeda dengan kecambah yang cukup
cahaya matahari, maka tanaman tersebut akan memiliki daun yang
tebal, hijau dan tumbuh subur. Hal ini dikarenakan kecambah tersebut
akan lebih maksimal dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan
makanan dan zat energi.
6. Sebagai sumber nutrisi terbaik
Manfaat energi cahaya berikutnya adalah sebagai sumber nutrisi
terbaik.Pada sebuah percobaan, tumbuhan yang disimpan di dalam
ruang tertutup dengan bantuan cahaya buatan, memiliki energi dan
nutrisi yang buruk tidak sebaik nutrisi dan energi yang dihasilkan oleh
cahaya matahari langsung.
7. Membantu pertumbuhan bunga dan daun
Energi cahaya dapat membantu pertumbuhan bunga dan juga
daun.Seperti yang Anda ketahui panjang gelombang energi matahari
memiliki warnamerah. Warna merah yang ada di gelombang matahari
tersebut akan diserap oleh tumbuhan yang pada akhirnya hal ini akan
berdampak pada pertumbuhan bunga. Sehingga tanaman yang sering
terpapar sinar matahari akan cepat berbunga dan tumbuh tinggi serta
lebat.
8. Menjaga temperatur tumbuhan
Cahaya matahari juga dapat menjaga temperatur tumbuhan agar
tetap seimbang dan stabil. Jika temperatur tumbuhan rendah maka
proses penguapan akan menjadi lama, hal ini tentu saja dapat membuat
tumbuhan mati lemas. Dan sebaliknya jika suhu terlalu tinggi maka
proses penguapan akan dipercepat. Hal ini akan menyebabkan
tumbuhan menjadi kering.
9. Mengeringkan tanah
Pada beberapa tumbuhan, cahaya matahari sangat bermanfaat
dalam proses perkembangbiakan. Cahaya matahari diperlukan dalam
proses pengeringan tanah. Sehingga biji bunga yang jatuh ke tanah
yang kering akan tumbuh dengan subur. Contohnya yaitu biji bunga
matahari. Meskipun begitu, tak berarti biji bunga matahari tidak bisa

tumbuh di tanah yang lembab, tetapi ia akan cepat layu dan akhirnya
akan mati (Ramli D, 1989).
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan cahaya
Latitude dan Altitude,Ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman.Ketika kita membicarakan ketinggian tempat, maka di
dalamnya termasuk suhu udara, sinar matahari, kelembaban udara dan angin.
Unsur-unsur ini sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman.
Yang dimaksud dengan ketinggian tempat adalah ketinggian dari permukaan
air laut (elevasi).Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara.
Semakin tinggi suatu tempat, misalnya pegunungan, semakin rendah suhu
udaranya atau udaranya semakin dingin. Begitu pula sebaliknya, semakin
rendah daerahnya semakin tinggi suhu udaranya atau udaranya semakin
panas.Oleh karena itu ketinggian suatu tempat berpengaruh terhadap suhu
suatu wilayah.
Perbedaan regional dalam topografi, geografi dan cuaca menyebabkan
terjadinya perbedaan dalam tanaman, pola tanam dan metode bercocok tanam.
Pola tanam dari beberapa tanaman yang ditanam terus menerus serta keadaan
iklim yang cocok akan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Tinggi tempat dari
permukaan laut menentukan suhu udara dan intensitas sinar yang diterima oleh
tanaman.Semakin

tinggi

suatu

tempat,

semakin

rendah

suhu

tempat

tersebut.Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan


penyinaran inilah yang nantinya akan digunakan untuk menggolongkan tanaman
apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah. Ketinggian tempat dari
permukaan laut juga sangat menentukan pembungaan tanaman.Tanaman
berbuahan yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan
dengan yang ditanam pada dataran tinggi (Rai, 1998).
Cuaca dan musim,
Cuaca adalah sesuatu yang terjadi pada lapisan atmosfer pada setiap
waktu: seberapa hangat, berangin, cerah atau lembab kondisi waktu itu. Iklim
merupakan deskripsi dari rata-rata cuaca yang terjadi pada kurun waktu tertentu,
8

biasanya selama lebih dari 30 tahun dibandingkan dengan variasi rata-rata dari
tahun ke tahun. Variasi mungkin terjadi karena musim panas tertentu yang panas
atau musim dingin tertentu yang sangat dingin (Resosoedarmo, 1991).
Berdasarkan posisi relatif suatu tempat di bumi terhadap garis
khatulistiwa dikenal kawasan-kawasan dengan kemiripan iklim secara umum
akibat

perbedaan

dan

tropika (23,5LU-23,5LS),

pola

perubahan suhu udara,

subtropika (23,5LU-40LU

dan

yaitu

kawasan

23LS-40LS),

sedang (40LU-66,5LU dan 40LS-66,5LS), dan kutub (66,5LU-90LU dan


66,5LS-90LS).Iklim ditentukan oleh faktor letak geografis, intensitas cahaya
matahari, ketinggian tempat dan letak lintang, serta aliran massa udara. Unsurunsur iklim terdiri dari suhu, curah hujan, penyinaran, angin, dan kelembapan.
Fotoperiodisme, Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam
akan mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari
suatu organisme terhadap lamanya penyinaran sinar matahari.Contoh dari
fotoperiodisme adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan dormansi.
Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme
akan konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperate atau bermusim
panjang hari lebih dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam
pada musim dingin.
Berdasarkan respon tanaman terhadap fotoperiodemembagi tanaman atas
tiga golongan yaitu:
a. Tanaman berhari pendek
b. Tanaman berhari panjang
c. Tanaman berhari netral
2.3 Respon tumbuhan terhadap perubahan ketersediaan cahaya
Pertumbuhan dan perkembangan dari tumbuhan sangat dipengaruhi oleh
adanya intensitas cahaya. Mengingat bahwa Cahaya matahari mempunyai
peranan besar dalam proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, respirasi,
pertumbuhan dan menutup membukanya stomata, perkecambahan tanaman,
9

sehingga ketersediaan cahaya matahari menentukan tingkat produksi


tanaman.
Cahaya matahari merupakan sumber utama energi bagi kehidupan, tanpa
adanya cahaya matahari kehidupan tidak akan ada. Bagi pertumbuhan
tanaman ternyata pengaruh cahaya selain ditentukan oleh kualitasnya ternyata
ditentukan intensitasnya. Intensitas cahaya adalah banyaknya energi yang
diterima oleh suatu tanaman per satuan luas dan per satuan waktu
(kal/cm2/hari). Dengan demikian pengertian intensitas yang dimaksud sudah
termasuk lama penyinaran, yaitu lama matahari bersinar dalam satu hari. Pada
dasarnya intensitas cahaya matahari akan berpengaruh nyata terhadap sifat
morfologi tanaman. Hal ini dikarenakan intensitas cahaya matahari
dibutuhkan untuk berlangsungnya penyatuan CO2 dan air untuk membentuk
karbohidrat.
Berdasarkan ekologi terhadap kemampuan penerimaan cahaya, Lukitasari
(2010) menyatakan bahwa secara garis besar tanaman dapat dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu:
1) Heliofit, tanaman yang tumbuh baik jika terkena cahaya matahari penuh
2) Skiofit, tanaman yang tumbuh baik pada intensitas cahaya yang rendah.
Secara umum, Suryowinoto (1988) mengemukakan bahwa terdapat dua
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, yaitu faktor makro dan
faktor mikro. Yang termasuk dalam faktor makro adalah: cahaya matahari,
suhu, kelembaban, awan, angin, serta pencemaran udara. Sedangkan faktor
mikro meliputi media tumbuh dan kandungan O2 dan CO2 yang ada di udara.
Tanaman yang mendapatkan cahaya matahari dengan intensitas yang tinggi
menyebabkan lilit batang tumbuh lebih cepat, susunan pembuluh kayu lebih
sempurna, internodia menjadi lebih pendek, daun lebih tebal tetapi ukurannya
lebih kecil dibanding dengan tanaman yang terlindung. Beberapa efek dari
cahaya matahari penuh yang melebihi kebutuhan optimum akan dapat
menyebabkan layu, fotosistesi lambat, laju respirasi meningkat tetapi kondisi

10

tersebut cenderung mempertinggi daya tahan tanaman.Pada kebanyakan


tanaman, kemampuan tanaman dalam mengatasi cekaman intensitas cahaya
rendah tergantung kepada kemampuannya melanjutkan fotosintesis dalam
kondisi kekurangan cahaya, seperti yang dilaporkan oleh beberapa peneliti
sebelumnya. Hale dan Orcutt (1987) menjelaskan bahwa adaptasi tanaman
terhadap intensitas cahaya rendah melalui dua cara, yaitu peningkatan luas
daun untuk mengurangi penggunaan metabolit dan mengurangi jumlah cahaya
yang ditransmisikan dan yang direfleksikan.
Levitt (1980) menggolongkan adaptasi tanaman terhadap naungan melalui
dua mekanisme yaitu mekanisme penghindaran (avoidance) dan mekanisme
toleransi (tolerance). Mekanisme penghindaran berkaitan dengan perubahan
anatomi dan morfologi daun untuk memaksimalkan penangkapan cahaya dan
fotosintesis yang efisien, seperti peningkatan luas daun dan kandungan
klorofil b, serta penurunan tebal daun, rasio klorofil a/b, jumlah kutikula, lilin,
bulu daun, dan pigmen antosianin. Mekanisme toleransi (tolerance) berkaitan
dengan penurunan titik kompensasi cahaya serta respirasi yang efisien.
Tanaman naungan ditandai dengan rendahnya titik kompensasi cahaya
sehingga dapat mengakumulasi produk fotosintat pada tingkat cahaya yang
rendah dibandingkan dengan tanaman cahaya penuh.
Cruz (1997) menyatakan naungan dapat mengurangi enzim fotosintetik
yang berfungsi sebagai katalisator dalam fiksasi CO2 dan menurunkan titik
kompensasi cahaya. Pengaruh intensitas cahaya yang rendah terhadap hasil
berbagai komoditi sudah banyak dilaporkan. Naungan 50% pada genotipe padi
yang sensitif menyebabkan jumlah gabah/malai kecil serta persentase gabah
hampa yang tinggi, sehingga produksi biji rendah (Sopandie et al. 2003).
Intensitas cahaya rendah pada saat pembungaan padi dapat menurunkan
karbohidrat yang terbentuk, sehingga menyebabkan meningkatnya gabah
hampa (Chaturvedi et al. 1994). Intensitas cahaya rendah menurunkan hasil
kedelai (Asadi et al. 1997), jagung (Andre et al. 1993), padi gogo (Supriyono
et al. 2000), ubi jalar (Nurhayati et al. 1985), dan talas (Caiger 1986, Wirawati

11

et al. 2002) epidermis tipis, jumlah daun lebih banyak dan ruang antar sel
lebih banyak (Treshow 1970).
Agar mampu beradaptasi pada lingkungan dengan intensitas cahaya rendah,
tanaman mengalami berbagai perubahan pada tingkat molekuler, biokimia,
anatomi, morfologi, fisiologi, dan agronomi (Sopandie et al. 2001, Khumaida
2002, Juraimi et al. 2004). Respon terhadap cahaya sangat sangat penting
bagi keberhasilan tumbuhan. Cahaya adalah faktor lingkungan yang sangat
penting dalam kehidupan tumbuhan. Selain diperlukan untuk fotosintesis,
cahaya memberi petunjuk bagi banyak peristiwa kunci dalam pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan. Efek-efek cahaya pada morfologi tumbuhan
disebut fotomorfogenesis oleh para ahli biologi tumbuhan. Penerimaan cahaya
juga memungkinkan tumbuhan mengukur berlalunya hari dan musim.
Tumbuhan dapat mendeteksi tidak hanya keberadaan cahaya, namun juga
arah, intensitas, dan panjang gelombang (warna) cahaya. Suatu grafik yang
disebut

spectrum

aksi

menggambarkan

keefektifan

relative

panjang

gelombang radiasi yang berbeda-beda dalam mendorong proses tertentu.


Misalnya, spectrum aksi untuk fotosintesis memiliki dua puncak, satu pada
cahaya merah dan satu lagi pada cahaya biru. Ini disebabkan karena klorofil
mengabsorbsi cahaya terutama ada bagian merah dan biru dari spectrum.
Spectrum-spektrum aksi berguna dalam mempelajari proses apa pun yang
bergantung pada cahaya, seperti fototropisme. Dengan membandingkan
spektrum-spektrum aksi berbagai respon tumbuhan, para peneliti menentukan
respon-respon mana yang diperantarai oleh fotoreseptor (pigmen) yang sama.
Mereka juga membandingkan spectrum aksi dengan spectrum penyerapan
pigmen, kesesuaian yang dekat pada pigemen tertentu menunjukkan bahwa
pigmen tersebut adalah fotoreseptor yang memerantarai respons. Spectrum
aksi mengungkapkan bahwa cahaya merah dan biru merupakan warna-warna
terpenting dalam meregulasi fotomorfogenesis tumbuhan. Pengamatanpengamatan ini mengarahkan pada peneliti pada dua kelas utama reseptor
cahaya : fotoreseptor cahaya-biru dan fitokrom, fotoresptor yang sebagian
besar mengabsorbsi cahaya merah.

12

a). Fotoreseptor Cahaya Biru


Cahaya biru memicu berbagai respon pada tumbuhan, termasuk
fototropisme, pembukaan stomata yang diinduksi oelh cahaya, dan
perlambatan pemanjangan hipokotil yang diinduksi oelh cahaya yang terjadi
ketika suatu semaian menembus tanah. Identitas biokimiawi fotoreseptor
cahaya-biru sedemikian sulit untuk dipahami sehinga tahun 1970-an, para ahli
fisiologi

tumbuhan

mulai

menyebut

reseptor

misterius

ini

sebagai

kriptokrom. Pada tahun 1990-an, para ahli biologi molecular yang


menganalisis mutan-mutan Arabidopsis menemukan bahwa tumbuhan
menggunakan setidaknya tiga tipe pigmen yang berbeda untuk mendeteksi
cahaya biru. Kriptokrom, kerabat molecular enzim-enzim perbaikan DNA,
terlibat di dalam penghambatan pemanjangan batang yang diinduksi oelh
cahaya biru yang terjadi, misalnya, ketika semaian muncul pertama kali dari
tanah. Fototropin adalah suatu protein kinase yang terlibat dalam
pemerantaraan penekukan fototropik, seperti yang dipelajari pada samaia
rumput oelh bapak-anak Darwin, dan dalam pergerakan kloroplas sebagai
respons terhadap cahaya. Saat ini ada banyak perdebatan apakah fototropin
atau fotoreseptor berbasis-karotenoid yang dinamakan zeaxantin yang
merupakan fotoreseptor cahaya-biru utama yang terlibat dalam pembukaan
stomata

yang

diperantarai

oelh

cahaya

biru.

13

b). Fitokrom sebagai Reseptor


Ketika mengintroduksi tansduksi sinyal dalam tumbuhan di awal bab ini,
kita telah membahas peran pigmen-pigmen tumbuhan yang disebut fitokrom
dalam proses de-etioasi. Fitokrom meregulasi banyak respons tumbuhan
terhadap cahaya. Mari kita lihat dua contoh yang lain: germinasi biji dan
penghindaran naungan.

c). Fitokrom dan Germinasi Biji


Penelitian-penelitian tentang germinasi biji menghasilkan penemuan
fitokrom-fitikrom.

Karena

jumlah

simpanan

nutrient

yang

terbatas,

14

kebanyakan jenis biji, terutama yang berukuran kecil, bergerminasi hanya saat
lingkungan cahaya dan kondisi-kondisi yang lain hamper optimal biji-biji
semacam itu serigkali tetap dorman selama bertahun-tahun hingga kondisikondisi cahaya berubah. Sebagai contoh, kematian pohon yang menaungi
tumbuhan lain atau pembajakan lading dapat menciptakan lingkungan cahaya
yanag sesuai.
Pada tahun 1930-an, para saintis di departemen Pertanian AS menentukan
spectrum aksi untuk germinasi biji selada yang diinduksi oleh cahaya. Mereka
memaparkan biji yang mengembung karena air selama beberapa menit ke
cahaya monokromatik (berwarna tunggal) dari berbagai panjang gelombang
dan kemudian menyimpan biji-biji tersebut dalam kegelapan. Setelah dua hari,
para peneliti menghitung jumlah biji yang telah bergerminasi setelah diberi
setiap perlakuan cahaya. Mereka menemukan bahwa cahaya merah yaitu,
cahaya dengan panjang gelombang 660 nm meningkatkan persentase
germinasi biji selada secara maksimal, sementara cahaya merah, cahaya
dengan panjang gelombang di dekat batas teratas dari penglihatan manusia
(730 nm). Yang terjadi ketika biji selada diberi perlakuan kilatan cahaya
merah, lalu diikuti oleh kilatan cahaya merah. Kilatan cahaya terakhirlah yang
menentukan respon biji. Dengan kata lain, efek cahaya merah dan cahaya
merah-jauh dapat-balik.
Fotoreseptor yang bertanggung jawab terhadap efek-efek yang berlawanan
dari cahaya merah dan merah-jauh adalah fitokrom. Suatu fitokrom memiliki
dua subunit yang identic, masing-masing terdiri dari sebuah komponen
polipeptida yang berikatan secara kovalen dengan sebuah komponen
nonpolipeptida kromofor, bagian subunit yang menerap cahaya. Sejauh ini,
para peneliti telah mengidentifikasi lima jenis fitokrom pada Arabodopsis,
masing-masing dengan komponen polipeptida yang sedikit berbeda.

15

Kromofor dari sebuah fitokrom bersifat fotoreversibel, bergonta-ganti


Bentuk antara kedua Bentuk isomeric, bergantung pada warna cahaya yang
diberikan. Dalam Bentuk isomer

Pr

-nya, sebuah fitokrom mengabsorbsi

cahaya merah secara maksimal, sementara dalam Bentuk isomer


fitokrom mengabsorbsi cahaya merah. Interkonverensi

Pr

Pfr

Pfr

ini

merupakan suatu mekanisme saklar yang mengontrol berbagai peristiwa yang


diinduksi oleh cahaya dalam kehidupan tumbuhan.

Pfr

adalah Bentuk

fitokrom yang memicu banyak respons perkembangan tumbuhan terhadap


cahaya. Misalnya,
diubah menjadi

Pr
Pfr

dalam biji selada yang terpapar cahay merah akan


, sehingga merangsang respons-respons seluler yang

menyebabkan germinasi. Ketika biji-biji yang diterangi oleh cahaya merah


kemudian dipaparkan ke cahaya merah,

Pfr

diubah lagi menjadi

Pr

sehingga menghambat respons germinasi.


Bagaimana saklar fitokrom menjelaskan germinasi yang diinduksi-cahaya
di alam? Tumbuhan menyintesis fitokrom sebagai

Pr

, dan jika biji

disimpan dalam kegelapan, pigmen tersebut hampir seluruhnya terdapat dalam


16

Bentuk

Pr

. Cahaya matahari mengandung cahaya merah dan cahaya


Pfr

merah-jauh, namun pengubahan menjadi


pebgubahan menjadi

Pr

, oleh karena itu, rasio

lebih cepat daripada


Pfr

terhadap

Pr

meningkat dalam pancaran cahaya matahari. Ketika biji terpapar oleh cahaya
matahari dalam jumlah yang cukup, produksi dan akumulasi

Pfr

akan

memicu germinasi biji.


d). Fitokrom dan Penghindaran Naungan
Sistem fitokrom juga menyediakan informasi bagi tumbuhan tentang
kualitas cahaya. Karena cahaya matahari mencakup radiasi merah maupun
merah-jauh, selama siang hari interkonversi

Pr

Pfr

mencapai

kesetimbangan dinamis, dengan rasio dari kedua Bentuk fitokrom yang


mengindikasikan jumlah relative cahaya merah dan merah-jauh. Mekanisme
pengindra

ini memungkinkan tumbuhan-tumbuhan beradaptasi terhadap

perubahan-perubahan kondisi cahaya. Sebagai contoh, perhatikan respons


penghindaran naungan dari suatu poho yang memerlukan intensitas cahaya
yang relative tinggi. Jika pohon-pohon yang lain di hutan melindungi pohon
ini, rasio fitokromnya akan bergeser ke

Pr

karena kanopi hutan lebih

banyak menyaring cahaya merah daripada cahaya merah-jauh. Pergeseran


rasio cahaya merah terhadap cahaya merah-jauh. Pergeseran rasio cahaya
merah terhadap cahaya merah-jauh menginduksi pohon tersebut untuk
mengalokasikan lebih banyak sumber dayanya agar bisa tumbuh lebih tinggi.
Sebaliknya, cahaya matahari langsung akan meningkatkan proporsi

Pfr

yang merangsang percabangan dan menghambat pertumbuhan vertical.

17

Selain membantu tumbuhan mendeteksi cahaya, fitokrom membantu


tumbuhan mengikuti berlalunya hari dan musim. Untuk memahami peran
fitokrom dalam proses-proses penjagaan waktu, kita harus mengulas terlebih
dahulu sifat jam internal tumbuhan(Campbell, 2008).

2.4 Peran suhu


Suhu dapat didefinisikan sebagai intensitas atau tingkat kepanasan dari
tubuh. Sejumlah skala pengukuran telah diciptakan untuk mengukur suhu.
Panas adalah ukuran kuantitas keberadaan energi panas dalam tubuh. Panas
yang terkandung dalam tubuh tidak hanya tergantung pada suhu, tetapi juga
massa. fluktuasi harian dan tahunan suhu di berbagai lokasi bumi disebabkan
oleh variasi dalam input dan output radiasi bersih. pola spasial dan temporal
suhu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ketinggian, arus laut, dan
sifat permukaan.
Suhu memiliki peranan bagi tumbuhan yaitu sebagai salah satu pengendali
dalam proses-proses fisiologis dan kimiawi. Dalam tumbuhan sendiri, beberapa
hal yang terkait dengan adanya suhu antara lain :
a.
Dalam proses membuka dan menutupnya stomata.
Stomata menutup untuk mengurangi penguapan air, sehingga tidak
terjadi kekeringan pada tumbuhan pada saat suhu lingkungn terlalu tinggi.
Stomata yang terletak menghadap matahari/panas lebih kecil dan lebih tipis
daripada stomata yang terdapat pada tempat teduh. Tumbuhan yang hidup
digurun memiliki stomata yang kecil, daunnya kecil-kecil termodifikasi
menjadi duri, contohnya kaktus.
b.

Dalam proses laju transpirasi tanaman

18

Dalam ini suhu berpengaruh secara langsung pada pelepasan molekul


air karena terjadi perbedaan tekanan antara bagian dalam dan bagian luar
tumbuhan. Adanya tekanan yang lebih tinggi dibagian dalam disbanding bagian
luar, mengakibatkan terjadi difusi dan air menguap keluar. Transpirasi pada
tanaman ini dilakukan secara terus menerus, sehingga terjadi keseimbangan
tekanan osmotic dan suhu yang konstan.
c.
Dalam proses pengangkutan dan penyerapan garam-garam mineral
Hal ini memiliki kaitan dengan proses transpirasi, dimana pada
pengangkutan unsur hara banyak melibatkan molekul air sebagai pelarut dan
juga pembawa. Air tersebut mengalir melalui xilem karena adanya kohesi antar
molekul air itu sendiri. Dan transpirasi juga mempengaruhi akar sehingga dapat
menyerap unsur hara yang ada disekitarnya.
d.

Dalam proses respirasi pada tanaman


Hal ini memiliki keterkaitan dengan gerak membuka menutupnya
stomata, dan ketersediaan oksigen diudara. Respirasi biasanya dilakukan
tumbuhan pada malam hari. Hasil respirasi ini berfungsi menghasilkan energi
yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bekal melakukan berbagai

aktifitasnya. Respirasi tersebut dilakukan didalam mitokondria.


e.
Dalam proses fotosintesis pada tanaman
Banyak hal yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Hal tersebut
sebenarnya sangat memiliki keterkaitan dengan peran-peran suhu yang telah
dijelaskan sebelumnya. Membuka menutupnya stomata, ketersediaan air yang
juga tergantung dengan kodisi suhu disekitar, dan ketersediaan unsur hara
merupakan beberapa faktor yang ikut mempengaruhi fotositesis. Selain itu
suhu juga dapat mempengaruhi cepat lambatnya reaksi fotositesis, dimana
aktifator enzim dan reaksi yang lain akan semakin cepat dengan adanya suhu
yang tinggi. Akan tetapi tingkatan suhu tersebut memiliki takaran tertentu pada
masing-masing tumbuhan.
f.
Dalam proses pembungaan.
Hal ini juga melibatkan tekanan turgor pada bunga yang telah dewasa,
dimana karena turgor tersebut dia akan dapat membuka ketika telah akan siap
g.

dibuahi.
Dalam proses perkecambahan.
Dalam ini terkait dengan kerja enzim yang ada pada biji. Suhu yang
optimal dapat memberikan kondisi pertumbuhan yang baik karena kerja enzim

19

juga akan optimal. Akan tetapi jika suhu dilingkungan tidak optimal, dalam
kondisi rendah maka pertumbuhan akan terhambat karena kerja enzim lambat
atau enzim non aktif sehingga membuat membuat biji dorman atau bahkan
rusak, dan ketika dalam kondisi suhu tinggi, maka pertumbuhan akan
terganggu karena enzim tersebut mengalami kerusakan.
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu
Banyak faktor yang mempengaruhi suhu pada skala yang berbeda. Faktor
utama yang mempengaruhi suhu bumi pada skala global adalah matahari,
musim, arus udara dan laut, dan garis lintang. Faktor-faktor ini masih penting
pada skala yang lebih kecil, bahkan dalam iklim mikro. Ada juga bisa menjadi
faktor penting lainnya, seperti ketinggian, massa tanah, karakteristik
permukaan, aspek, awan dan panas yang dihasilkan secara artifisial. Faktorfaktor ini mempengaruhi suhu pada skala yang lebih lokal. Misalnya di sebuah
rumah, jika pemanas sentral aktif, rumah akan lebih hangat. Selain itu, suhu
bumi sedang terkena dampak pemanasan global, dan peningkatan gas rumah
kaca.
Matahari jelas faktor yang paling penting yang mempengaruhi suhu
global, dan pada tingkat lainnya. Matahari menyediakan sumber panas vital,
tanpanya kita tidak bisa bertahan hidup. Sinar matahari sampai ke bumi
dengan bentuk perpindahan panas yang dikenal sebagai radiasi. siang hari
panas dari sinar matahari diserap oleh bumi. Ketika itu mendung atau di
malam hari, itu lebih dingin daripada ketika matahari bersinar. Panas dari sinar
matahari diserap oleh awan, bukan oleh tanah, sehingga sangat dingin di
tanah.
Malam terjadi apabila daerah di bumi berada di sisi yang jauh jangkauan
Matahari, hal ini dikarenakan Bumi berputar pada porosnya. Pada malam hari,
panas yang diserap oleh tanah kadang-kadang belahan bumi utara dimiringkan
terhadap Matahari; dan kadang-kadang belahan bumi selatan dimiringkan ke
arah Matahari Hal ini menyebabkan musim, yang periode pola cuaca yang
berbeda sepanjang tahun. Namun, pada Equator, pada 0 lintang, misalnya, di
Equador, musim cenderung untuk menggabungkan. Hal ini karena ada sedikit

20

perubahan posisi relatif terhadap matahari. Khatulistiwa berjarak sama dari


Matahari sepanjang tahun. berbagai belahan dunia mendapatkan jumlah yang
berbeda dari sinar matahari: lebih jauh dariKhatulistiwa, sehingga suhu lebih
rendah

.
Gambar 6-22. Salju menutupi puncak Gunung Rainier di Mount Rainier
National Park, Washington. Bagaimana bisa ada salju di puncak gunung dan
bunga-bunga mekar di ketinggian rendah?
Seringkali udara menyebabkan menjadi lebih hangat. Jika Anda pernah
menggunakan pompa sepeda untuk memompa ban dan melihat pompa sepeda
menjadi lebih hangat karena Anda menggunakannya untuk memompa ban,
Anda telah mengalami pemanasan ini terjadi karena ada udara dengan tekanan
meningkat. Jenis pemanasan disebut perubahan adiabatik karena perubahan
suhu udara itu semata-mata disebabkan oleh kompresi material dan bukan oleh
pertukaran panas dengan bahan lainnya di sekitarnya. Seperti udara naik,
justru

sebaliknya

yang

terjadi.

Atmosfer

tekanan

menurun.

udara

mengembang. Molekul udara menjadi lebih menyebar dan bertabrakan lebih


jarang. udara menjadi dingin tanpa pertukaran panas dengan bahan sekitarnya.
Jenis pendingin, yang semata-mata disebabkan oleh ekspansi materi, juga
disebut perubahan adiabatik.

21

Arus laut. Faktor lain yang mempengaruhi suhu adalah kedekatan dengan
arus laut. Suhu permukaan air mempengaruhi suhu udara di atas. air dingin
akan mendinginkan udara. Air hangat akan menghangatkan udara. Gambar 623 menunjukkan arus laut dunia. Arus laut bepergian jauh dari khatulistiwa
berisi air hangat. Arus laut bepergian ke arah khatulistiwa berisi air dingin.
Perhatikan arah arus di lepas pantai tenggara Amerika Serikat. Di lepas pantai
Florida dan southernstates, saat bepergian jauh dari khatulistiwa. Arus hangat.
Karena saat ini, iklim Bermuda (sebuah pulau sekitar 930 kin timur-tenggara
dari North Carolina) lebih hangat daripada lokasi di lintang yang sama di
daratan. Dan di pantai Palm (Florida), titik terdekat di daratan untuk saat ini
hangat, suhu rata-rata terendah untuk bulan terdingin adalah 19 C (66 F).
Tapi di Miami, yang berjarak sekitar 105 km sebelah selatan dari Palm Beach,
suhu rata-rata terendah untuk bulan terdingin adalah 15.5 C (60 F).
Sekarang melihat laut saat ini di lepas pantai barat Amerika Serikat. Lepas
pantai barat, saat ini bepergian untuk menangkal khatulistiwa. saat ini
mengandung air dingin. Itulah sebabnya kota di sepanjang pantai tenggara
Amerika Utara dapat diharapkan untuk memiliki suhu lebih hangat daripada
kota di lintang yang sama di pantai barat.

Gambar 6-23. Arus laut yang mengalir jauh dari khatulistiwa berisi air hangat.

22

Meissner, Rolf. 2002 The Little Book of Planet Earth. United States :
Copernicus Books
Lintang dan Iklim
Pengaruh lintang pada iklim merupakan bagian dari hubungan hangatnya
bumi. Selama revolusi tahunan bumi mengelilingi matahari, sinar langsung
matahari jatuh pada planet dalam pola yang teratur. Pola ini dapat
dikorelasikan

dengan

band-band,

atau

zona,

garis

lintang

untuk

menggambarkan daerah iklim. Dalam setiap zona lintang, iklim berikut pola
umum..

a). Latitudes rendah

23

Antara Tropic of Cancer dan Tropic of Capricorn adalah zona yang dikenal
sebagai lintang rendah. Zona ini meliputi Khatulistiwa. Bagian dari lintang
rendah menerima sinar langsung dari sepanjang tahun berjemur. Tempat yang
terletak di lintang rendah memiliki hangat untuk iklim panas. Karena lintang
yang membentuk batas-batasnya, zona ini disebut Tropics.
b). Latitudes tinggi
daerah kutub bumi disebut lintang tinggi. Ketika baik Utara atau belahan bumi
selatan dimiringkan ke arah matahari, daerah kutub menerima terus menerus,
tapi tidak langsung, sinar matahari. Dari sekitar bulan Maret 20 sampai 23
September daerah kutub utara Lingkaran Arktik (lintang 66 N) mengalami
siang hari terus menerus atau senja. Daerah kutub selatan dari Lingkaran
Antartika (lintang 66 S) mengalami siang hari terus menerus atau senja
untuk enam bulan lain tahun.
c). Mid-Latitudes
Cuaca yang paling variabel di Bumi ditemukan di pertengahan garis lintang
antara Tropic of Cancer dan Lingkaran Kutub Utara di belahan bumi utara dan
antara Tropic of Capricorn dan Lingkaran Antartika di belahan bumi selatan.
Pada musim panas pertengahan garis lintang menerima massa udara hangat
dari daerah tropis. Di musim dingin, massa udara dingin pindah ke
pertengahan garis lintang dari lintang tinggi. Pertengahan garis lintang
umumnya memiliki satu iklim yang berkisar dari cukup panas untuk cukup
dingin dengan perubahan cuaca musiman yang dramatis..
National Geographic. 2004. Biology: The Dynamics Of Life. USA : The
McGraw-Hill Companies
Vegetasi: Perannya dalam Cuaca dan Iklim
Vegetasi mencakup semua tanaman dari evergreen hutan untuk padang
rumput dan lahan pertanian. Semua jenis tanaman berperan baik dalam siklus
air dan keseimbangan energi bumi. Mereka mempengaruhi cuaca dan iklim
sebagian besar melalui evapotranspirasi dan albedo.

24

Efek pada Cuaca dan Iklim


Dengan vegetasi yang mencakup sekitar 20% dari planet kita, itu tidak
mengherankan bahwa tanaman mempengaruhi iklim. Namun, cukup
mengejutkan berapa banyak tanaman mempengaruhi cuaca. Tanaman
memproses dan melepaskan uap air (yang diperlukan untuk pembentukan
awan) dan menyerap dan memancarkan energi yang digunakan untuk
menggerakkan cuaca. Tanaman juga memproduksi sendiri mikro-cuaca
mereka dengan mengontrol kelembaban dan suhu yang mengelilingi daun
melalui transpirasi. Kebanyakan tanaman dan tanah hutan memiliki albedo
yang sangat rendah, (sekitar 0,03-0,20) dan menyerap sejumlah besar energi.
Namun, tanaman tidak memberikan kontribusi terhadap pemanasan secara
keseluruhan karena kelebihan kehangatan diimbangi dengan menguapkan
pendinginan dari transpirasi.
iklim pada dasarnya adalah rata-rata cuaca selama periode waktu yang
panjang, vegetasi penting untuk iklim. Bahkan, proses fotosintesis
bertanggung jawab untuk membangun oksigen atmosfer ke tingkat yang kita
nikmati hari ini (konsentrasi 21%). Tanaman juga membantu menjaga iklim
kita stabil dari waktu ke waktu oleh offsetting fluktuasi suhu dan kelembaban
melalui transpirasi. Tanaman juga menggunakan karbon dioksida selama
fotosintesis, yang sedikit mengimbangi jumlah gas rumah kaca yang
dilepaskan di atmosfer melalui pembakaran bahan bakar fosil. Vegetasi
diperlukan untuk cuaca normal dan iklim.
Penggunaan lahan.
Ada hampir 2 miliar ekar tanah di daratan Amerika Serikat. penggunaan lahan
mengklasifikasikan jenis vegetasi di atas tanah. Dalam tiga puluh tahun
terakhir, telah terjadi peningkatan lahan maju dan penurunan lahan tanaman
dibudidayakan. Peningkatan lahan yang dikembangkan berarti lebih daerah
yang tertutup oleh bangunan, beton dan aspal.
Sangat menarik untuk dicatat bahwa perubahan penggunaan lahan sejarah juga
telah mempengaruhi iklim Tenggara. Di Georgia, misalnya, sekitar tahun 1900

25

ada daerah besar tanah kosong yang terkait dengan bidang kapas dan tanaman
lainnya. Pada 1900-an, sebagian besar Georgia (lebih dari 70 persen) telah
kembali ke pinus dan hutan gugur setelah kapas tidak lagi bertani karena
kumbang boll (kumbang yang memakan cotton buds dan bunga) dan degradasi
tanah. Beberapa iklim berpikir bahwa pendinginan sedikit Tenggara selama
tahun 1900-an mungkin karena sebagian untuk evapotranspirasi lebih tinggi
dan kondisi dingin yang terkait dengan hutan dibandingkan dengan telanjang
tanah di lahan pertanian.
http://climate.ncsu.edu/edu/k12/.vegetation (NC State University)

2.6 Respon tumbuhan terhadap perubahan ketersediaan suhu lingkungan


Pertumbuhan dan produksi tanaman dipengaruhi oleh faktor iklim
termasuk suhu. Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu berkorelasi positif
dengan radiasi matahari. Suhu yang dimaksud melputi suhu tanah maupun
udara disekitar tajuk tanaman. Tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman
ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam
tajuk tanaman, kandungan lengas tanah. Suhu mempengaruhi beberapa proses
fisiologis penting, antara lain pembukaan stomata, laju transpirasi, laju
penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi. Peningkatan suhu
terutama suhu tanah dan iklim mikro di sekitar tajuk tanaman akan
mempercepat kehilangan lengas tanah terutama pada musim kemarau. Pada
musim kemarau, peningkatan suhu iklim mikro tanaman berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada daerah
yang lengas tanahnya terbatas. Pengaruh negatif suhu terhadap lengas tanah
dapat diatasi melalui perlakuan pemulsaan dapat mengurangi evaporasi dan
transpirasi. (Haloho, 2011).
Suhu juga merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu
dapat memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung.
Suhu dapat berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan

26

dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut,


sedangkan berperan tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor
lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan
menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari
organisme. Suhu sering berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk
mengontrol fungsi - fungsi dari organisme. Suhu tumbuhan biasanya kurang
lebih sama dengan suhu sekitarnya karena adanya pertukaran suhu yang
terus- menerus antara tumbuhan dengan udara sekitarnya. Secara garis besar
semua tumbuhan mempunyai kisaran toleransi terhadap suhu yang berbeda
tergantung pada umur, keseimbangan air dan juga keadaan musim (Fauzi,
2012).
Pengaruh suhu terhadap tanaman terbagi kedalam dua golongan, yakni
suhu tertentu bagi kehidupan tanaman dan suhu kritis bagi tanaman.
Suhu tertentu bagi kehidupan tanaman sebagai berikut :
a) Titik 0 bagi tanaman; pada suhu dibawah nol derajat ini,
pertumbuhan
berkecambah.

tanaman
Berbagai

akan

berhenti,

biji-biji

biji

tanaman

memiliki

tak

akan

kekuatan

berkecambah yang berbeda-beda, seperti gandum 0-3 ,


sedang untuk jagung 9-10 .
b) Suhu minimum bagi tanaman; tiap-tiap tanaman tidak akan dapat
tumbuh dan berkembang pada derajat dibawah minimal. Suatu
periode tanaman menghendaki derajat minimal tersendiri, seperti
pada masa berbunga, jagung membutuhkan minimal 10 ,
sedangkan jagung yang sudah lebih tua menghendaki suhu yang
lebih tinggi lagi.
c) Suhu optimal bagi tanaman; kecepatan tumbuh tanaman tergantung
atas batas suhu optimal, dimana diatas suhu optimal tanaman tidak
mungkin dapat tumbuh, apalagi bereproduksi sekalipun mendapat
perlakuan irigasi/penyiraman.
d) Jumlah suhu; tanaman membutuhkan jumlah suhu tertentu sampai
akhir lingkar perkembangannya. Seperti jumlah panas tertentu yang
diukur sekian derajat, misal tanaman membutuhkan panas 1200

27

, berarti selama 100 hari rata-rata membutuhkan 12 ,

tapi bagi tanaman lain mungkin membutuhkan 2000

(Aak,

1983:22).

Suhu kritis
Pada umumnya tanaman tidak akan tumbh pada rentang suhu 0 derajat,
bila suhu lebih turun lagi maka tanaman akan mati, itulah yang disebut
dengan suhu kritis rendah. Begitu pula tanaman akan mati diatas suhu 50
karena terlalu panas. Namun kadang kala hal ini dapat diatasi dengan
memberi mulch atau ada tanaman penutup tanah, karena dengan usaha
semacam ini penguapan akan terhambat/tertahan sehingga tanah menjadi
tetap lembab (Aak, 1983:23).

1. Adaptasi Tanaman dan Resistensi terhadap Temperatur Tinggi.


Adaptasi tanaman perenial tropik yang mengurangi jumlah energi
yang diterima dengan mengubah-ubah sudut daun, melipat daun-daun
bersama-sama

atau

dengan

menggugurkan

daun

selama

periode

kekeringan. Spesies tertentu (misal:Geranium sanguineum) yang tumbuh


di habitat xeric mempunyai daun-daun kecil dan terbelah-belah, oleh
karenanya

mengurangi

resiko

kerusakan

karena

panas

dengan

meningkatkan kecepatan hilangnya panas secara konvektif .

28

Adapun respon tanaman secara morfologi akibat cekaman suhu


tinggi adalah sebagai berikut :
a) Tanaman akan tumbuhn tidak normal (kerdil), hal ini disebabkan
karena

cekaman

panas

mempengaruhi

pertumbuhan

dan

perkembangan tanaman.
b) Tanaman menjadi layu, hal ini karena cekaman suhu panas identik
dengan cekaman kekeringan yang menyebabkan proses penyerapan
air terganggu. Selain itu, layu ini juga disebabkan akibat tanaman
kehilangan energi untuk tumbuh akibat rusaknya enzim.
c) Muncul bunga sebelum masa reproduktif, munculnya bunga pada
dasarnya dipengaruhi oleh suhu. Cekaman suhu panas pada tamana
tertentu menyebabkan munculnya bunga sebelum masa reproduktif.
d) Tanaman menggugurkan daunnya, beberapa tanaman akan
menggugurkan daunnnya saat terjadi cekaman panas. Hal ini
bertujuan untuk menjaga kelembapan sehingga tanaman masih
mendapatkan air saat terjadi cekaman suhu panas (Ahmad, dkk. 2014).
2. Pengaruh Temperatur Rendah Terhadap Tumbuhan
Kerusakan tanaman terhadap temperatur rendah terutama banyak
terjadi di daerah sedang dan kutub,yaitu :
a. Sufokasi (suffocation) adalah lambatnya pertumbuhan tanaman karena
permukaan tanah tertutup lapisan salju, misalnya kekurangan oksigen
dalam tanah.
b. Desikasi (desiccation) disebut dengan istilah kekeringan fisiologis,
bukan karena tidak ada air dalam tanah melainkan absorpsi air oleh
akar terhambat karena berkurangnya permeabilitas selaput akar atau
karena naiknya viskositas air dalam tanah dan bahkan membeku.
c. Heaving adalah kerusakan tanaman karena hubungan akar dan bagian
atas tanaman terputus disebabkan adanya kristal es pada permukaan
tanah.
d. Chilling adalah kerusakan akibat suhu rendah di atas titik beku (4 0C).
Gejalanya : garis-garis khlorosis pada daun.
e. Freezing Injury adalah pembekuan dalam jaringan tanaman yang
berupa kristal es didalam atau di antara sel sehingga tanaman rusak
secara mekanis, akibatnya bagian tanaman atau seluruh tanaman mati
(Irhami, 2010).

29

3. Adaptasi Yang Mendukung Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Di


Daerah-Daerah Arktik Dan Alpin
Faktor primer yang membatasi perkembangan penuh dari pohonpohon di atas batas pohon-pohonan (treeline) arktik adalah tingkat abrasi
daun yang disebabkan oleh kristal salju yang tertiup angin, sehingga
mengakibatkan hilangnya jaringan fotosintetik bersamaan dengan musim
pertumbuhan yang pendek dan tidak mendukung. Berarti bahwa terjadi
kelebihan hasil asimilasi yang sangat kecil yang disimpan di dalam
jaringan-jaringan kayu.
Sebagai respon terhadap abrasi salju yang sangat kuat dalam
musim dingin, kebanyakan spesies-spesies arktik dan alpin menjadi kerdil,
baik sebagai sifat yang tetap dari genotip atau sebagai respon plastis.
Akibatnya, tanaman-tanaman tundra pada umumnya dilindungi oleh
lapisan salju selama musim dingin, kecuali di pinggiran yang terbuka.
Sifat-sifat morfologi lainnya yang melindungi jaringan-jaringan
muda dan jaringan-jaringan pertumbuhan dari angin dan abrasi meliputi
gerombolan ranting disekitar tunas dari semak belukar yang berganti setiap
tahun, pembentukan rimbunan rumput-rumputan yang rapat, dan
perlindungan titik tumbuh herba seperti Saxifraga tricuspidata oleh daundaun yang sudah mati dan batang-batang buah.
Tingkat pigmentasi pada corolla tanaman berbunga juga bervariasi
antara spesies arktik dan alpin dan telah ditunjukan bahwa pada hari yang
panas di Siberia, bunga-bunga biru lebih hangat 3-4oC dari udara di
sekitarnya yang dibandingkan dengan bunga-bunga putih yang lebih
hangat 2oC.
Bunga-bunga yang menjadi hangat ini, yang akan segera
berkembang

secara

reproduktif

telah

mencapai

suatu

stadium

perkembangan yang tinggi pada spesies seperti Dryas integrifolia dan


Papaver radicatum dimana bunga-bunganya mengikuti matahari di langit.
Kenaikan temperatur yang dihasilkan (sampai 10 oC pada kecepatan angin
rendah) tidak hanya menguntungkan tanaman itu sendiri tetapi juga
menguntungkan pada serangga yang senang pada bunga-bunga yang
hangat untuk jangka waktu yang lama.

30

4. Adaptasi Yang Mendukung Ketahanan Hidup Pada Musim Dingin /


Dormansi
Ketika suhu turun sampai di bawah batas minimum untuk
pertumbuhan, tumbuhan akan mengalami dorman, namun respirasi dan
fotosintesis tetap berlangsung secara lambat. Sebagai contoh biji dari
banyak spesies annual dan perenial, bersifat dorman jika ternaungi pada
musim gugur dan akan berkecambah hanya sesudah mengalami

satu

periode dengan temperatur rendah.


Contoh dari adaptasi ini ditunjukkan oleh tanaman Betula
pubescens. Jika biji-biji dari spesies birch ini dilindungi pada musim gugur
(panjang siang hari yang pendek), tanaman itu menjadi dorman dan dapat
dirangsang untuk berkecambah hanya jika mendapat siang hari panjang
yang tidak berdasar musim.
5. Adaptasi Yang Mendukung Kemampuan Hidup Terus Pada Musim Dingin
Yang Berat-Resistensi Tanaman Terhadap Kerusakan Karena Pembekuan.
Sepanjang pertumbuhannya beberapa tumbuhan menghindari
kerusakan beku dengan meningkatkan

alkohol gula dan gula mereka

untuk menurunkan titik beku cairan sel.


Pada spesies berkayu lainnya jaringan yang mengeras di dinginkan
perlahan-lahan sampai temperatur jauh dibawah - 40C tanpa kerusakan
yang berarti misalnya: ranting dorman pada spesies Salix dari berbagai
tempat dapat didinginkan sampai temperatur nitrogen cair (- 196C) tanpa
merugikan pertumbuhan berikutnya. Pembentukan es didalam sel dicegah
karena semua air yang bisa membeku didalam sel telah ditarik ke dalam
apoplast meniggalkan lapisan-lapisan air yang terikat kuat atau rapat
sekitar molekul makro dan inklusi sel.

31

Gambar . Respon berbagai kelompok tanaman terhadap suhu

BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Respon tumbuhan terhadap perubahan ketersediaan vahaya juga
berbeda beda tergantung jenis tumbuhannya, daya serap cahaya
oleh tumbuhan, dan jenis reseptor cahaya.

32

Respon

tumbuhan

terhadap

perubahan

ketersediaan

suhu

lingkungan berbeda-beda beda tergantung kepada : jenis tanaman,


varietas, tahap pertumbuhan tanaman dan macam organ atau
jaringan.

Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan


seluruh makhluk hidup di dunia. Faktor faktor yang
mempengaruhi ketersediaan cahaya diantaranya adalah tinggi dan
rendahnya suatu daerah, perbedaan toprografi dan geografi.

Suhu dapat didefinisikan sebagai intensitas atau tingkat kepanasan


dari tubuh. Banyak faktor yang mempengaruhi suhu pada skala
yang berbeda. Faktor utama yang mempengaruhi suhu bumi pada
skala global adalah matahari, musim, arus udara dan laut, dan garis
lintang.

3.2 Saran
Sebab keterbatasan informasi dan pengetahuan tentang materi Cahaya dan
Suhu ditambah lagi dengan kurangnya pemahaman tentang pembuatan makalah
ini, mungkin ada beberapa materi yang kurang tersampaikan dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami penyusun makalah mohon maaf yang sebesar besarnya dan
harap ikut serta membantu penyempurnaan makalah ini dengan memberikan kritik
dan saran yang membangun.

REFERENSI
Aak. 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta : Kasinius
Ahmad, F., Wahyudi, A., Hartatik. 2014. Pengaruh Cekaman Suhu Panas (Heat
Stock)

Terhadap

Tanaman.https://www.scribd.com/doc/280808399/Cekaman-Suhu-Panas.
Diakses pada 14 September 2015.

33

Andre FH, Uhart SH, Frugone MI . 1993. Intercepted radiation at flowering and
kernel number in maize: shade versus plant density effects. Crop Sci 33:
482-485.
Asadi D, Arsyad M, Zahara H, Darmijati . 1997. Pemuliaan kedelai untuk toleran
naungan dan tumpangsari. Buletin Agrobio. Vol. 1 (2):15-20.
Caiger S . 1986. Effect of shade on yield of taro cultivars in Tuvalu. Agric.
Bulletin 11:66-68.
Campbell, Reece. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Chairani, H. 2009. Ekologi Tanaman. Medan : USU Press.
Chaturvedi GSP, Ram C, Singh AK, Ram P, Ingram KT, Singh BB, Singh RK,
Singh VK. 1994. Carbohydrate status of rainfed lowland ricein relation to
submergence, drought and shade tolerance. Dalam: Proceeding Physiology
Stress Tolerance in Rice, Los Banos: IRRI Philippines, pp 104-122.
Cruz P . 1997. Effect of shade on the growth and mineral nutrition of C4
perennial. grass under field conditions. Plant and Soil 188:227-237
Fauzi, I. 2012. Pengaruh Cahaya Matahari dan Suhu Terhadap Tanaman.
http://imamfauzirohman.blogspot.com/2012/01/pengaruh-cahayamatahari-dan-suhu.html. Diakses pada tanggal 2 Mei 2014.
Haloho, F. J. 2011. Study Tahan Temperatur/Suhu Pada Tanaman. [Serial online
http://jontarahaloho.blogspot.com/2011/10/study-tahan-temperatursuhupada-tanaman.html ]. Diakses pada tanggal 2 Mei 2014.
Irhami. 2010. Pengaruh Suhu Sebagai Faktor Luar Produktivitas Tanaman.
https://www.scribd.com/doc/45675906/Pengaruh-Suhu-Sebagai-FaktorLuar-Pada-Produktivitas-Tanaman. Diakses pada 20 Desember 2010.
Juraimi AS, Drennan DSH, Anuar N . 2004 . The effects of shading on the
growth, development and partitioning of biomass in bermudagrass

34

(Cynodondactylon (L.) Pers). J Biol Sci 4:756-762.


Levitt J . 1980 .Responses of plants to environmental stresses.water, radiation,
salt, and other stresses. Vol. II. Academic Press, Inc, London.
Lukitasari, M. 2010. Ekologi Tumbuhan. Diktat Kuliah. IKIP PGRI Press.
Madiun.
Meissner, Rolf. 2002 The Little Book of Planet Earth. United States : Copernicus
Books.
Nurhayati AP, Lontoh, Koswara J . 1985 . Pengaruh intensitas dan saat pemberian
naungan terhadap produksi ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lamp.). Bul.
Agr 16:28-38.
Sopandie D, Chozin MA, Sastrosumarjo S, Juhaeti T, Sahardi (2003) Toleransi
padi gogo terhadap naungan. Hayati 10: 71-75.
Supriyono B, Chozin MA, Sopandie D, Darusman LK . 2000. Perimbangan patisukrosa dan aktivitas enzim sukrosa fosfat sintase pada padi gogo yang
toleran dan peka terhadap naungan. Hayati 7:31-34.
Treshow ML. 1970 . Environment and plant response. Mc Graw Hill Company,
New York.

Wirawati T, Purwoko BS, Sopandie D, Hanarida I . 2002. Studi fisiologi adaptasi


talas terhadap kondisi naungan. Seminar Program Pasca Sarjana. Program
Pascasarjana IPB, Bogor.
http://climate.ncsu.edu/edu/k12/.vegetation (NC State University)

35

Anda mungkin juga menyukai