Anda di halaman 1dari 22

ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI

EKOLOGI TUMBUHAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021
Pertemuan - 05
PROGRAM MBKM UINSU & IAIN BATU SANGKAR
NAMA : ALDI SUHENDRA
NIM : 0310191009

HUBUNGAN ANTARA VEGETASI & FAKTOR LINGKUNGAN :


TANAH
---
A. Ayat Al-Qur’an yang Berkaitan dengan Tanah1
Tanah merupakan unsur utama dan penting dari ekosistem. Bersama dengan unsur
lainnya, tanah memliki peran ganda. Peran ganda tersebut adalah yang pertama menjadi :
(1) Media produksi pangan dan sandang, & (2) Menjaga keragaman biodiversity. Tanah
hasil dari alam yang ada berkat berbagai proses dan faktor pembentuk yang berbeda dari
satu tempat ke tempat lainnya. Tanah juga sering kali disebutkan dalam Al Quran sebagai
firman Allah SWT :

1. QS. Al- A’araf : 58

Artinya :
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan
tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur”.

B. Tanah
1. Defenisi Tanah
Secara umum, tanah dipahami sebagai lapisan kulit bumi yang tipis, terletak di bagian
paling atas permukaan bumi. Namun, sebenarnya tanah memiliki banyak deinisi,
tergantung pada penggunaannya. Salah satu deinisi tanah yang berkaitan dengan tumbuh-
tumbuhan (pertanian) adalah sebagaimana yang disebutkan oleh USDA (United States
Department of Agriculture), sebagai berikut:

1 Al-Quran
“Soil is a natural body comprised of solids (minerals and organic matter), liquid, and
gases that occurs on the land surface, occupies space, and is characterized by one or both of
the following: horizons, or layers, that are distinguishable from the initial material as a result
of additions, losses, transfers, and transformations of energy and matter or the ability to
support rooted plants in a natural environment.”
Artinya : “Tanah adalah tubuh alam yang terdiri dari padatan (mineral dan bahan
organik), cair, dan gas yang terdapat di permukaan tanah, menempati ruang, dan dicirikan
oleh salah satu atau kedua hal berikut: horizon, atau lapisan, yang dapat dibedakan dari
bahan awal sebagai akibat penambahan, kehilangan, perpindahan, dan transformasi energi
dan materi atau kemampuan untuk mendukung tanaman berakar dalam lingkungan alami”.
Tanah bagi tanaman memiliki empat fungsi utama. Keempat fungsi tersebut adalah:
sebagai media tumbuh tanaman, sebagai penyedia air dan hara tanah, penyedia udara bagi
akar tanaman dan mikroba tanah, dan tempat hidup bagi mikroba tanah. Tanah akan
mampu menjalankan keempat fungsi tersebut, hanya jika kualitasnya optimal. Kualitas
tanah adalah kapasitas tanah yang berfungsi mempertahankan tanaman, mempertahankan
dan menjaga ketersediaan air serta mendukung kegiatan manusia.
Kondisi topografi juga merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
kesuburan tanah. Menurut Hardjowigeno (1995) topograi adalah perbedaan tinggi atau
bentuk wilayah suatu daerah, termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemiringan lereng,
panjang lereng, bentuk lereng, dan posisi lereng. Topografi dalam proses pembentukan
tanah mempengaruhi :
a. jumlah air hujan yang meresap atau ditahan oleh massa tanah;
b. dalamnya air tanah;
c. besarnya erosi;
d. arah gerakan air berikut bahan terlarut di dalamnya dari satu tempat ke tempat
lain.

2. Pengaruh Ketinggian Tanah


Menurut Sangadji (2001 dalam Supriadi, 2014), di daerah tropis secara umum
dicirikan oleh keadaan iklim yang hampir seragam. Namun dengan adanya perbedaan
geografis seperti perbedaan ketinggian tempat di atas permukaan laut (dpl) akan
menimbulkan perbedaan cuaca dan iklim secara keseluruhan pada tempat tersebut,
terutama suhu, kelembaban dan curah hujan. Unsur-unsur cuaca dan iklim tersebut banyak
dikendalikan oleh letak lintang, ketinggian, jarak dari laut, topografi, jenis tanah dan
vegetasi. Pada dataran rendah ditandai oleh suhu lingkungan, tekanan udara dan oksigen
yang tinggi. Sedangkan dataran tinggi banyak mempengaruhi penurunan tekanan udara
dan suhu udara serta peningkatan curah hujan. Laju penurunan suhu akibat ketinggian
memiliki variasi yang berbeda-beda untuk setiap tempat.
ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI
EKOLOGI TUMBUHAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021
Menurut Ahmadi (2010), gunung merupakan salah satu daerah yang secara mikro
bisa kita amati adanya keterkaitan antara ketinggian tempat dengan jenis flora dan fauna.
Di gunung semakin ke atas maka suhu udaranya akan semakin turun. Ahli klimatologi dari
Jerman yang bernama Junghunn membagi habitat beberapa tanaman di Indonesia
berdasarkan suhu, sehingga didapatkan empat penggolongan iklim sebagai berikut :
a) Wilayah berudara panas (0 – 600 m dpal) : Suhu wilayah ini antara 23,3 ºC – 22
ºC, tanaman yang cocok ditanam di wilayah ini adalah tebu, kelapa, karet, padi,
lada, dan buah-buahan.
b) Wilayah berudara sedang (600 – 1.500 m dpal) : Suhu wilayah ini antara 22 ºC
– 17,1 ºC, tanaman yang cocok ditanam pada wilayah ini adalah kapas, kopi,
coklat, kina, teh, dan macam-macam sayuran, seperti kentang, tomat, dan kol.
c) Wilayah berudara sejuk (1.500 – 2.500 m dpal) : Suhu wilayah ini antara 17,1
ºC – 11,1 ºC, tanaman yang cocok ditanam pada wilayah ini antara lain sayuran,
kopi, teh, dan aneka jenis hutan tanaman industri.
d) Wilayah berudara dingin (lebih 2.500 m dpal) : Wilayah ini dijumpai tanaman
yang berjenis pendek, contoh: edelweis.

3. Pengaruh Kemiringan Tanah


Menurut Kartasapoetra (1990 dalam Supriadi, 2014), kemiringan lereng merupakan
faktor yang perlu diperhatikan, sejak dari penyiapan lahan pertanian, usaha
penanamannya,pengambilan produk-produk serta pengawetan lahan.
Kondisi lereng (kecuraman dan panjang lereng) mempengaruhi laju erosi. Oleh
karena itu, pemanfaatannya harus disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Lahan
dengan kemiringan lereng 30-45% (curam) memiliki pengaruh gaya berat (gravity) yang
lebih besar dibandingkan lahan dengan kemiringan lereng 15-30% (agak curam), dan 8-
15% (landai). Penyebabnya adalah gaya berat semakin besar sejalan dengan semakin
miringnya permukaan tanah dari bidang horizontal. Gaya berat ini merupakan persyaratan
mutlak terjadinya proses pengikisan (detachment), pengangkutan (transportation), dan
pengendapan (sedimentation).
Lahan yang mempunyai kemiringan dapat lebih mudah terganggu atau rusak, lebih-
lebih bila derajat kemiringannya besar.Tanah yang mempunyai kemiringan >15% dengan
curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan longsor tanah
Menurut Martono ( 2004 dalam Supriadi, 2014), lereng yang semakin curam dan
semakin panjang akan meningkatkan kecepatan aliran permukaan dan volume air
permukaan semakin besar, sehingga benda yang bisa diangkut akan lebih banyak. Menurut
Kartasapoetra, dkk (1987 dalam Supriadi, 2014), Salah satu upaya untuk mengurangi
tingkat bahaya erosi pada kemiringan lahan dengan cara pembuatan teras.

Berdasarkan hal tersebut, diduga penurunan sifat isik tanah akan lebih besar terjadi
pada lereng 30-45%. Hal ini disebabkan pada daerah yang berlereng curam (30-45%)
terjadi erosi terus menerus sehingga tanah-tanahnya bersolum dangkal, kandungan bahan
organik rendah, tingkat kepadatan tanah yang tinggi, serta porositas tanah yang rendah
dibandingkan dengan tanah-tanah di daerah datar yang air tanahnya dalam. Perbedaan
lereng juga menyebabkan perbedaan banyaknya air tersedia bagi tumbuh-tumbuhan
sehingga mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di tempat tersebut.

4. Pengaruh Keterbukaan Tanah


Kerusakan dan Keterbukaan lahan dalam penebangan merupakan hal yang tidak bisa
dihindari (Purwodidodo 1999 dalam Khoirul, 2013). Kerusakan dan keterbukaan lahan ini
disebabkan karena adanya proses penebangan dan penyaradan. Area yang terbuka akibat
penebangan merupakan luasan daerah yang terbuka akibat penebangan pohon berikut
rebahnya vegetasi lain disekitar pohon yang ditebang (Nasution 2009 dalam Khoirul, 2013).
Sedangkan area yang terbuka akibat penyaradan merupakan luasan lahan yang terbuka
akibat bulldozer atau bekas lintasan batang kayu yang disarad (Nasution 2009 dalam
Khoirul, 2013).
Keterbukaan lahan yang sangat luas ini disebabkan dengan adanya penebangan yang
berlebihan dan perencanaan jalan sarad yang kurang baik selain itu meningkatnya
intensitas penyaradan cenderung meningkatkan luas keterbukaan lahan. Menurut
penelitian Thaib (1986 dalam Khoirul, 2013) menunjukkan bahwa keterbukan lahan akibat
pemanenan kayu dengan menggunakan Buldozer dipengaruhi oleh jumlah pohon yang
ditebang dalam per satuan luas, kemeringan lapangan dan faktor manajemennya. Luas areal
yang terbuka disebabkan terutama oleh kegiatan penebangan dan penyaradan.
Pada proses penebangan tidak hanya akan membuka lahan akan tetapi akan merusak
vegetasi yang lain yang terdapat disekitar pohon yang ditebang, seperti kerusakan semai,
kerusakan tiang dan kerusakan pada pohon disekitar akibat rebahnya pohon yang ditebang.
Mengetahui keterbukaan lahan ini sangat diperlukan dalam pemanenan hutan terutama
ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI
EKOLOGI TUMBUHAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021
dalam hal bisnis karena untuk mengetahui seberapa besar lingkungan yang telah rusak
akibat adanya pemanenan dan berapa biaya yang diperlukan untuk mengembalikan
lingkungan tersebut seperti semula hingga bisa dimanfaakan untuk jangka waktu yang lebih
lama. Selain itu mengetahui kerusakan dan keterbukaan lahan sangat bermanfaat untuk
mengetahui berapa persen tumbuhan yang masih berpotensi untuk tumbuh dan
dimanfaatkan dimassa yang akan datang.

5. Phytogeografi
Phytogeografi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan tumbuhan yang
tersebar dipermukaan bumi dan susunan serta hasilnya pada suatu tempat dan
distribusinya masing – masing (Anonim, 2013).
Menurut Polunin secara etimologi geografi tumbuhan artinya ilmu tentang bumi yang
berhubungan dengan kehidupan hayati atau tumbuhan yang ada di dalamnya.
Phytogeografi yang mempelajari pada tumbuhan tingkat rendah (Polunin, dalam Fatchan,
2013). Berdasarkan pendapat Polunin tersebut dapat dikatakan bahwa objek kajian
geografi tumbuhan adalah semua kehidupan hayati yang ada dimuka bumi. Sedangkan
untuk tumbuhan tingkat rendah dikaji tersendiri dalam cabang ilmu Phytogeografi (Nofus,
2014).
Jadi Fitogeografi merupakan ilmu yang mempelajari sebaran makhluk hidup
(tumbuhan) atau distribusi vegetasi dibumi termasuk semua faktor yang mengubah
permukaan bumi oleh faktor fisik, iklim atau oleh interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya.
Fitogeografi dibagi dua bidang utama, yaitu:
a. Fitogeografi ekologi, yaitu menerangkan bagaimana peranan komponen biotik
dan abiotik dalam mempengaruhi persebaran tumbuhan.
b. Fitogeografi historical, yaitu mengenai rekonstruksi dari sejarah persebaran dan
kepunahan dari taksa tumbuhan tertentu.
Ruang lingkup fitogeografi berhubungan erat dengan analisis dan penjelasan tentang
pola distribusi tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang variasi jenis-jenisnya sebagian
besar dipengaruhi oleh lingkupan fisik tempat tumbuhnya berlangsung pada saat ini dan
masa lalu.

C. Faktor Edafik (Tanah)


Menurut Ismal (1998), faktor tanah dalam penelaahan ekologi disebut juga faktor
edafik (edaphic factors). Pembahasan tentang faktor tanah tidak terbatas hanya
membicarakan tanah sebagai materi yang berasal dari bahan induk tapi juga mencakup
masalah kandungan yang ada di dalamnya baik fisik maupun biologis.
Menurut Mawarti (2012), faktor-faktor edafik adalah faktor-faktor yang bergantung
pada keadaan tanah, kandungan air dan udara di dalamnya. Perbedaan-perbedaan pada
tanah sering merupakan penyebab utama terjadinya perubahan vegetasi dalam daerah
iklim yang sama. Oleh sebab itu, faktor edafik mempunyai arti yang sangat besar bagi
geografi tumbuhan.
Faktor edafik atau faktor tanah sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan
tanaman. Hal ini disebabkan kebutuhan utama yang menjamin kehidupan tumbuhan
berasal dari tanah, seperti unsur hara, air, dan udara. Oleh sebab itu, tingkat kesuburan
tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan.
Berikut ini dijelaskan beberapa faktor edafik sebagai berikut :
1. Tanah & Bahan Tanah
Menurut Ismal (1998), tanah adalah penghubung dan suatu mata rantai antara bahan
induk dan kehidupan-kehidupan diatas permukaannya. Oleh sebab itu tanah berkembang
dari batuan induk melalui interaksi dari iklim, organisme hidup dan substrat. Batuan induk
yang telah mengalami proses tersebut akan menyusun formasi tanah yang mencakup
bahan-bahan organik dan anorganik serta organisme yang telah tercampur aduk
didalamnya
Tumbuhan dan binatang mengkontribusikan bahan-bahan organik tanah. Material
yang dikontribusikan tersebut antara lain adalah bahagian-bahagian yang telah mati,seperti
akar dan daun atau organisma secara keseluruhan yang telah mati. Komposisi bahan
organik tanah umumnya adalah 95% total nitrogen , 5%-60% fosfat (berupa fosfat organik
dan 10-80% sulfur) (Ismal, 1998).
Menurut Lugito (2012), bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan
suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang
yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia.
ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI
EKOLOGI TUMBUHAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021
Bahan organik tanah dapat berasal dari:
 Sumber primer, yaitu: jaringan organik tanaman (flora) yang dapat berupa: (a)
daun, (b) ranting dan cabang, (c) batang, (d) buah, dan (e) akar.
 Sumber sekunder, yaitu: jaringan organik fauna, yang dapat berupa: kotorannya
dan mikrofauna.
 Sumber lain dari luar, yaitu: pemberian pupuk organik berupa: (a) pupuk
kandang, (b) pupuk hijau, (c) pupuk bokasi (kompos), dan (d) pupuk hayati.

2. Tanah Sebagai Medium


Menurut Kurniawan (2010), tanah dikenal manusia sejak pertama kali manusia
mengenal budi daya pertanian. Sampai sekarang manusia masih mempelajari tanah karena
masih banyak hal yang perlu dikaji dari tanah agar budi daya pertanian lebih berkembang.
Tanah menjadi tumpuan hidup manusia karena sampai sekarang belum ada yang
menggantikan posisi tanah sebagai media tanam, meskipun sekarang sedang
dikembangkan media tanam secara hidroponik. Tanah yang memiliki fungsi penting untuk
kehidupan menjadikan manusia tidak hanya mengetahui tanah sebagai tempat tumbuh
tanaman, tetapi juga harus mengetahui tanah sebagai pelindung tanaman dari berbagai
macam penyakit. Tuntutan seperti inilah yang harus mendorong manusia untuk selalu
mengembangkan ilmu yang berhubungan dengan tanah.
Menurut M.Seta (2013), sebagai media tanam, tanah menyediakan faktor-faktor
utama untuk pertumbuhan tanaman, yaitu unsur hara, air, dan udara dengan fungsinya
sebagai media tunjangan mekanik akar dan suhu tanah. Semua faktor tersebut haruslah
seimbang agar pertumbahan tanaman baik dan berkelanjutan.
Unsur hara tanah yang diperlukan terdiri dari unsur makro (yang diperlukan dalam
jumlah banyak) meliputi N, P, K, Ca, Mg, dan S, dan unsur mikro (yang diperlukan dalam
jumlah sedikit) meliputi Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, dan Cl.
Selain kandungan unsur makro dan mikro, tanah juga harus mengandung air. Daya
simpan air pada jenis tanah tertentu akan berbeda, hal ini tergantung dari struktur
tanahnya. Yang diperlukan dari media yang baik adalah jenis tanah yang dapat menyimpan
air tetapi tidak berlebih, sesuai dengan kebutuhan tanaman dengan kondisi musim apapun.

3. Fisika Tanah
Fisika tanah adalah cabang dari ilmu tanah yang membahas sifat-sifat fisik tanah,
pengukuran dan prediksi serta kontrol (pengaturan) proses fisik yang terjadi dalam tanah.
Karena pengertian fisika meliputi materi dan energi, maka fisika tanah membahas pula
status dan pergerakan material serta aliran dan transformasi energi dalam tanah. Beberapa
sifat fisika tanah yang utama adalah:
a. Tekstur Tanah
Menurut Hardjowigeno (1992 dalam Madjid, 2007), tekstur tanah
menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara
butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12 klas tekstur.
Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase kandungan pasir, debu
dan liat.
1) Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk
bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir.
2) Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola
tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir
Berlempung.
3) Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi
mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berpasir.
4) Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola
agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat,
maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung.
5) Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan
gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Lempung Berdebu.
6) Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat
digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Debu.
7) Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan
dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Lempung Berliat.
8) Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat
dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur, maka
tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berpasir.
9) Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola
teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka
tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berdebu.
10) Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola
teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur
Liat Berpasir.
ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI
EKOLOGI TUMBUHAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021
11) Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh,
dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat
Berdebu.
12) Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik,
dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat.

b. Struktur Tanah
Menurut Madjid (2007), struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-
butir tanah. Gumpalan struktur tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan
liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida
besi, dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil (struktur tanah) ini mempunyai bentuk,
ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.
Struktur tanah dikelompokkan dalam 6 bentuk.
1) Granular, yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous,
struktur ini terdapat pada horison A.
2) Gumpal (blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal membuat
dan gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut
membulat untuk gumpal membulat dan bersudut tajam untuk gumpal
bersudut, dengan sumbu horisontal setara dengan sumbu vertikal,
struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim basah.
3) Prisma (prismatic), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih
besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini
terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
4) Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar
daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membuloat, struktur
ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
5) Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil
daripada sumbu horizontal, struktur ini ditemukan di horison A2 atau
pada lapisan padas liat.
6) Remah (single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan
sangat porous, struktur ini terdapat pada horizon A.
c. Bobot Isi Tanah
Menurut Hanafiah (2005 dalam Madjid, 2007) bahwa bobot isi tanah
merupakan kerapatan tanah per satuan volume yang dinyatakan dalam dua batasan
berikut ini:
1) Kerapatan partikel (bobot partikel = BP) adalah bobot massa partikel padat
per satuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2,6
gram cm-3.
2) Kerapatan massa (bobot isi = BI) adalah bobot massa tanah kondisi lapangan
yang dikering-ovenkan per satuan volume.
Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran
partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat. Tanah lapisan atas yang
bertekstur liat dan berstruktur granuler mempunyai bobot isi (BI) antara 1,0 gram
cm-3 sampai dengan 1,3 gram cm-3, sedangkan yang bertekstur kasar memiliki
bobot isi antara 1,3 gram cm-3 sampai dengan 1,8 gram cm-3. Sebagai contoh
pembanding adalah bobot isi air = 1 gram cm-3 = 1 ton gram cm-3.

d. Warna Tanah
Menurut Hardjowigeno (1992 dalam Madjid 2007) bahwa warna tanah
berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna
permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik.
Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap.
Menurut Wirjodihardjo dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) bahwa
intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan
jumlahnya, (2) kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan tingkat
hidratasi.
Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut
dengan warna standar pada buku Munsell Soil Color Chart. Diagram warna baku ini
disusun tiga variabel, yaitu: (1) hue, (2) value, dan (3) chroma.
1) Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang
gelombangnya.
2) Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar
yang dipantulkan.
3) Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum.
Chroma didefiniskan juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau
derajat pembeda adanya perubahan warna dari kelabu atau putih netral (0)
ke warna lainnya (19).
ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI
EKOLOGI TUMBUHAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021
Warna tanah akan berbeda bila tanah basah, lembab, atau kering, sehingga
dalam menentukan warna tanah perlu dicatat apakah tanah tersebut dalam keadaan
basah, lembab, atau kering.

e. Konsistensi Tanah
Menurut Hardjowigeno (1992 dalam Madjid, 2007) bahwa tanah-tanah yang
mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat
pengolah tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi,
yaitu: basah, lembab, dan kering.
 Konsistensi Basah
1.1 Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara
butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
1. Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau
benda lain.
2. Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan
atau benda lain.
3. Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.
4. Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan
atau benda lain.
1.2 Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk
gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut:
1. Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan
tanah.
2. Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan
tanah kurang dari 1 cm.
3. Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih
dari 1 cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan
tersebut.
4. Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan
tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar untuk merusak
gulungan tersebut.
 Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6
kategori sebagai berikut:
1. Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau
antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
2. Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali
hancur bila diremas.
3. Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat
meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.
4. Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan
agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan
gumpalan tanah.
5. Sangat Teguh / Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan
diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat
menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
6. Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan
tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali
saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat
menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
 Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini
dibagi 6 kategori sebagai berikut:
1. Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah
atau tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur
pasir).
2. Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila
diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan
sedikit saja akan mudah hancur.
3. Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur
jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan
jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
4. Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan
gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin
diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat menghancurkan
gumpalan tanah.
5. Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang
lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau
gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit untuk
hancur.
6. Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan
diperlukannya tekanan yang sangat besar sekali agar dapat
ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI
EKOLOGI TUMBUHAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021
menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa hancur
dengan menggunakan alat bantu (pemukul).

4. Kimia Tanah
Menurut Safriansyah (2010), beberapa sifat kimia tanah yang penting untuk
diketahui dan dipahami, meliputi:
a. pH Tanah
pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan
menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga
7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. Pengelompokan kemasaman tanah
adalah sebagai berikut:
o Sangat masam untuk pH tanah < 4,5
o Masam untuk pH tanah berkisar antara 4,5 s/d 5,5
o Agak masam untuk pH tanah berkisar antara 5,6 s/d 6,5
o Netral untuk pH tanah berkisar antara 6,6 s/d 7,5
o Agak alkalis untuk pH tanah berkisar antara 7,6 s/d 8,5
o Alkalis untuk pH tanah > 8,5.

b. Kapasitas Tukar Kation (KTK)


Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi
tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation
(KTK) atau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah total kation
yang dapat dipertukarkan (cation exchangable) pada permukaan koloid yang
bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah milliequivalen kation dalam
100 gram tanah atau me kation per 100 g tanah.
Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan ukuran kemampuan tanah dalam
menjerap dan mempertukarkan sejumlah kation. Makin tinggi KTK, makin banyak
kation yang dapat ditariknya. Tinggi rendahnya KTK tanah ditentukan oleh
kandungan liat dan bahan organik dalam tanah itu. Tanah yang memiliki KTK yang
tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan pH tanah.
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah
dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno
2003 dalam Madjid 2007).

c. C-Organik
Kandungan C-organik pada setiap tanah bervariasi, mulai dari kurang dari 1%
pada tanah berpasir sampai lebih dari 20 % pada tanah berlumpur. Warna tanah
menunjukkan kandungan C-organik tanah tersebut. Tanah yang berwarna hitam
kelam mengandung C-organik yang tinggi. Makin cerah warna tanah kandungan C-
organiknya makin rendah. Contohnya tanah yang berwarna merah mengandung
kadar besi yang tinggi, tetapi rendah kandungan C-organiknya. (McVay & Rice, 2002).
Nilai prosentase karbon atau C-organik Tanah dalam tanah dikelompokkan
dalam lima kategori berikut:
(1) sangat rendah untuk C(%) <1,00,
(2) rendah untuk C(%) berkisar antara 1,00 s/d 2,00,
(3) sedang untuk C(%) berkisar antara 2,01 s/d 3,00,
(4) tinggi untuk C(%) berkisar antara 3,01 s/d 5,00 dan
(5) sangat tinggi untuk C(%) lebih dari 5,00.

d. N-Total
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot
tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005 dalam
Madjid, 2007). Menurut Hardjowigeno (2003 dalam Madjid, 2007) Nitrogen dalam
tanah berasal dari :
- Bahan Organik Tanah : Bahan organik halus dan bahan organik kasar
- Pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara
- Pupuk
- Air Hujan
Nilai prosentase nitrogen dalam tanah dikelompokkan dalam lima kategori
berikut:
(1) sangat rendah untuk N(%) <0,10,
(2) rendah untuk N(%) berkisar antara 0,10 s/d 0,20,
(3) sedang untuk N(%) berkisar antara 0,21 s/d 0,50,
(4) tinggi untuk N(%) berkisar antara 0,51 s/d 0,75 dan
(5) sangat tinggi untuk N(%) lebih dari 0,75.

e. C/N Ratio
Indeks yang sering digunakan untuk menentukan kualitas bahan organik yang
berkaitan dengan laju dekomposisi adalah C:N rasio. Nilai C:N rasio tanah relatif
ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI
EKOLOGI TUMBUHAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021
konstan pada kisaran 8:1 sampai 15:1 dengan rata-rata 10:1 sampai 12:1 (Prasad dan
Power, 1997). Perbandingan C:N sangat menentukan apakah bahan organik akan
termineralisasi atau sebaliknya nitrogen yang tersedia akan terimmobilisasi ke dalam
struktur sel.
Nilai C/N dalam tanah dikelompokkan dalam lima kategori:
(1) sangat rendah untuk C/N < 5,
(2) rendah untuk C/N berkisar antara 5 s/d 10,
(3) sedang untuk C/N berkisar antara 11 s/d 15,
(4) tinggi untuk C/N berkisar antara 16 s/d 25 dan
(5) sangat tinggi untuk C/N lebih dari 25.

f. Koloid Tanah
Koloid tanah adalah bagian paling aktif dari tanah dan sebagian besar
menentukan sifat fisik dan kimia dari tanah. Koloid adalah partikel kurang dari 0,001
mm, dan fraksi termasuk partikel tanah liat kurang dari 0,002 mm.
Koloid tanah adalah bahan organik dan bahan mineral tanah yang sangat halus
sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat. Koloid
tanah terdiri dari liat (koloid anorganik) dan humus (kolod organik). Koloid
berukuran kurang dari 1 µ, sehingga tidak semua fraksi liat (kurang dari 2 µ)
termasuk koloid.
Koloid anorganik terdiri dari mineral liat Al-silikat, oksida-oksida Fe dan Al,
mineral-mineral primer.

g. P (fosfor)
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan
mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH
sekitar 6-7 (Hardjowigeno 2003 dalam Madjid, 2007).
Menurut Leiwakabessy (1988 dalam Madjid, 2007) di dalam tanah terdapat dua
jenis fosfor yaitu fosfor organik dan fosfor anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya
terdapat banyak di lapisan atas yang lebih kaya akan bahan organik. Kadar P organik
dalam bahan organik kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 – 0,5 %.
h. Kejenuhan Basa (KB)
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan
dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah
berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal
alkalis. Kejenuhan basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan
sesuatu tanah.
Nilai prosentase kejenuhan basa tanah dikelompokkan dalam lima kategori
berikut:
(1) sangat rendah untuk Kej. Basa (%) < 20,
(2) rendah untuk Kej. Basa (%) berkisar antara 20 s/d 35,
(3) sedang untuk Kej. Basa (%) berkisar antara 36 s/d 50,
(4) tinggi untuk Kej. Basa (%) berkisar antara 51 s/d 70 dan
(5) sangat tinggi untuk Kej. Basa (%) lebih dari 70.

5. Organisme dalam Tanah


Menurut Ismal (1998), organisme tanah adalah binatang dan tumbuhan yang
hidup dalam tanah,umumnya adalah binatang dan tumbuhan tingkat rendah, seperti
streptomyces, algae, fungi, dan bakteri. Binatang tungkat tinggi adalah mematoda,
semut tikus. Sedangkan tumbuhan tingkat tinggi adalah tumbuhan yang menjalar di
dalam tanah seperti rhizoids.
Menurut Septi (2012), Organisme tanah atau disebut juga biota tanah
merupakan semua makhluk hidup baik hewan (fauna) maupun tumbuhan (flora)
yang seluruh atau sebagian dari fase hidupnya berada dalam sistem tanah.
Ada beberapa jenis organisme tanah, diantaranya adalah:
1. Pemecah bahan organik seperti slaters (spesies Isopoda), tungau (mites),
kumbang, dan collembola yang memecah-mecah bahan organic yang besar
menjadi bagian-bagian kecil.
2. Pembusuk bahan organik seperti jamur dan bakteri yang memecahkan
bahan-bahan cellular.
3. Organisme bersimbiosis hidup pada/di dalam akar tanaman dan
membantu tanaman untuk mendapatkan hara dari dalam tanah.
Mycorrhiza bersimbiosis dengan tanaman dan membantu tanaman untuk
mendapatkan hara posfor, sedangkan rhizobium membantu tanaman
untuk mendapatkan nitrogen.
4. Pengikat hara yang hidup bebas seperti alga dan azotobakter mengikat
hara di dalam tanah.
ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI
EKOLOGI TUMBUHAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021
5. Pembangun struktur tanah seperti akar tanaman, cacing tanah, ulat-ulat,
dan jamur semuanya membantu mengikat partikel-partikel tanah sehingga
struktur tanah menjadi stabil dan tahan terhadap erosi.
6. Patogen seperti jenis jamur tertentu, bakteri dan nematoda dapat
menyerang jaringan tanaman.
7. Predator atau pemangsa, termasuk protozoa, nematoda parasite dan jenis
jamur tertentu, semuanya memangsa organisme tanah yang lain sebsagai
sumber makanan mereka.Occupant/penghuni adalah jenis organisme
tanah yang menggunakan tanah sebagai tempat tinggal sementara pada
tahap siklus hidup tertentu, seperti ulat (larvae) dan telur cacing.
8. Makroorganisme, seperti mamalia, serangga, milipeda, kutu kayu, tungau,
serangga, laba-laba.
9. Mikroorganisme, seperti bakteri, protozoa, fungi
10. Meso (Berukuran diantara mikroorganisme dan makroorganisme), se[erti
Antropoda, Nematoda, Cacing Tanah
Menurut Lugito (2012), Organisme Tanah (soil organism) adalah semua jasad
hidup yang terdapat di dalam tanah atau disebut juga dengan organisme hidup (living
organisme). Dilihat dari perannya pada tanaman, maka organisme tanah dibagi
kepada dua kelompok besar, yaitu:
 Organisme yang menguntungkan misalnya : mikoriza, rhizobium, dll.
 Organisme yang merugikan misalnya : patogen, parasit, dll.
Berdasarkan jenisnya, organisme tanah juga dibagi atas tiga kelompok, yaitu :
1. Kelompok tumbuhan (flora)
2. Kelompok binatang (fauna)
3. Kelompok virus

6. Profil Tanah
Menurut Ismal (1998), perkembangan profil tanah ditentukan oleh batuan
induk, iklim, dan vegetasi. Beberapa batuan induk, iklim, vegetasi, dan relief akan
menghasilkan bermacam-macam tanah. Menurut Kurniawan (2010), tanah
mempunyai persebaran vertikal dan persebaran horizontal. Persebaran vertikal, dari
permukaan bumi hingga kebatuan induk, yang juga sering dikenal horizon tanah.
Persebaran horizontal sesuai dengan permukaan bumi. Dari profil tanah tersebut
kemudian dapat dilihat perlapisan tanah yang kemudian disebut horizon tanah, yang
terdiri dari lapisan-lapisan berikut.
1. Horizon O,yakni horizon tanah yang didominasi oleh bahan organik
2. Horizon A,yakni horizon mineral yang terbentuk di permukaan atau di bawah
horizon O yang menunjukkan kehilangan keseluruhan atau sebagian struktur
asli batuan
3. Horizon E, yakni horizon tanah mineral dengan karakteristik khusus, telah
terjadi kehilangan lempung silikat,besi aluminium, atau kombinasinya, dan
yang tinggal merupakan akumulasi debu atau pasir
4. Horizon B, yakni horizon tanah yang terbentuk di bawah horizon A,E, atau O
yang bersifat rapuh dan memiliki warna value rendah, warna chroma tinggi,
atau memiliki hue lebih merah
5. Horizon C, yakni horizon yang tidak termasuk batuan induk yang keras dan
tidak mempunyai sifat-sifat horizon O, A, E, atau B
6. Horizon R, yakni horizon tanah yang terbentuk dari batuan induk yang keras
termasuk granit, basal, quarsitik, dan batuan kapur keras.
ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI
EKOLOGI TUMBUHAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021

7. Adaptasi Tumbuhan Terhadap Jenis Tanah


Menurut Ismal (1998), tanah sangat penting pengarunhnya terhadap
penyebaran tumbuhan. Berdasarkan tanah yang disenanginya, tumbuhan dapat
diklasifikasikan atas:
1. Oxylophytes, yaitu tumbuhan yang senang hidup di tanah yah pHnya rendah
atau tanah-tanah masam.
2. Holophytes, yaitu tumbuhan yang suka hidup di tanah-tanah yang kadar
salinitasnya tinggi, atau tanah-tanah asin.
3. Psammophytes, yaitu tumbuhan yang senang hidup pada tanah-tanah berpasir.
4. Lithophytes, yaitu tumbuhan yang suka hidup pada tanah-tanah yang
permukaannya berbatu-batu.
5. Chasmophytes, yaitu tumbuhan yang suka hidup pada celah-celah batu.
Menurut Utoyo (2010), berdasarkan tingkat kelembapannya, berbagai jenis
tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok utama, yaitu sebagai
berikut.
a) Xerophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap lingkungan hidup
yang kering atau gersang (kelembapan udara sangat rendah), seperti kaktus
dan beberapa jenis rumput gurun.
b) Mesophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan yang
lembap, seperti anggrek dan jamur (cendawan).
c) Hygrophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan yang
basah, seperti eceng gondok, selada air, dan teratai.
d) Tropophyta, yaitu jenis tumbuhan yang mampu beradaptasi terhadap
perubahan musim kemarau dan penghujan. Tropophyta merupakan flora khas
di daerah iklim muson tropis, seperti pohon jati.
KESIMPULAN

Berdasarkan makalah yang telah di susun dan di buat, maka dapat di ambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Adanya perbedaan ketinggian tempat di atas permukaan laut (dpl) akan
menimbulkan perbedaan vegetasi.
2. Lahan yang mempunyai kemiringan dapat lebih mudah terganggu atau rusak
sehingga juga akam berdampak pada vegetasi.
3. Area yang terbuka akibat penebangan merupakan luasan daerah yang terbuka akibat
penebangan pohon berikut rebahnya vegetasi lain disekitar pohon yang ditebang.
4. Faktor-faktor edafik diantaranya adalah: a) Fragmen Mineral, b) Air Tanah, c) Udara
dalam Tanah, d) Bahan Organik, e) Organisme Hidup.
5. Tumbuhan dan binatang mengkontribusikan bahan-bahan organik tanah
6. Sebagai media tanam, tanah menyediakan faktor-faktor utama untuk pertumbuhan
tanaman
7. Beberapa sifat fisika tanah yang utama adalah: a) tekstur tanah, b) struktur tanah, c)
bobot isi tanah, d) warna tanah, e) konsistensi tanah
8. Beberapa sifat kimia tanah yang penting untuk diketahui dan dipahami, meliputi: a)
pH tanah, b)KTK, c) C-Organik, d) N-Total, e)C/N Ratio, f) Koloid tanah, g) P (fosfor),
h) Kejenuhan Basa.
9. Organisme tanah atau disebut juga biota tanah merupakan semua makhluk hidup
baik hewan (fauna) maupun tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari fase
hidupnya berada dalam sistem tanah.
10. Perkembangan profil tanah ditentukan oleh batuan induk, iklim, dan vegetasi.
11. Kehidupan tumbuhan sangat tergantung pada tanah, air, dan unsur hara.
ARTICLE PENDIDIKAN BIOLOGI
EKOLOGI TUMBUHAN
TADRIS BIOLOGI 4 SEMESTER V
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2021
REFERENSI

Al-Qur’an
Anonim. (2006). Pengantar Ekologi Tumbuhan. Program INHERENT-USU Medan 2006
Hutasuhut, Melfa Aisyah. 2020. Diktat Ekologi Tumbuhan. Fakultas Sains & Teknologi : UIN
Sumatera Utara Medan
Jumin, H. B. (1992). Ekologi Tanaman; Suatu Pendekatan Fisiologi. Jakarta: Rajawali Press
Kimball, J. W., 1983, Biologi Jilid 3, Erlangga, Jakarta. Hal 53
Lukitasary, Marheny. 2013. Ekologi Tumbuhan. Universitas PGRI : Madiun
Rai. Wijana. Arnyana. 1998. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. Singaraja : STKIP Singaraja.
Fauziyah Harahap, Fisiologi Tumbuhan (Medan: UNIMED Press, 2012) Hal: 14-15
Mudakir, Imam. 2004. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia
Ahmadi, Al Syiham. 2010. Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Persebaran Flora dan
Fauna, (Online), ( http://syiham-al ahmadi. blogspot.co.id/ 2010/02/ pengaruh-
ketinggian-tempat-terhadap.html, diakses tanggal 15 Oktober 2015).
Anonim. 2013. Apa yang di maksud dengan phytogeografi, (Online),
(http://brainly.co.id/tugas/3487060 , di akses tanggal 15 Oktober 2015).
Fatchan, Ahmad. 2013. Geografi Tumbuhan dan Hewan. Jakarta: Ombak.
Ismal, Gazali. 1998. Ekologi Tumbuhan dan Tanaman Pertanian (Pengantar ke Agroekologi).
Padang: Angkasa Raya.
Khoirul. 2013. Keterbukaan Lahan, (Online),
(http://khoirulmufid.blogspot.co.id/2013/11/keterbukaan-lahan.html, diakses
tanggal 15Oktober 2015).
Kurniawan, Firman. 2010. Mengenal Tanah Sebagai Media Tanam. Bogor Agricultural
University , (Online), ( http://www.ipb.ac.id, diakses tanggal 15 Oktober 2015).
Lugito. 2012. Organisme Tanah dan Bahan Organik Tanah, (Online), ( http://lugito-
center.blogspot.co.id/2012/11/nama-lugito-npm-1114121122-prodi.html,
diakses tanggal 15 Oktober 2015).
M.Seta, Rasantika. 2013. Mengemali Tanah Sebagai Media Tanam, (Online),
(http://www.ideaonline.co.id/iDEA2013/Eksterior/Taman/Mengenali-Tanah-
Sebagai-Media-Tanam, diakses tanggal 15 Oktober 2015).
Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Unsri,
(Online), ( http://dasar2ilmutanah.blogspot.com. Diakses tanggal 15 Oktober
2015).
Mawarti, Indah. 2012. Pengaruh Faktor Edafik Terhadap Penyebaran Tumbuhan, (Online),
( https://indahmawarti.wordpress.com/2012/10/20/pengaruh-faktor-edafik-
terhadap-penyebaran-tumbuhan/, diakses tanggal 15 Oktober 2015).
Nofus, Melinda Suciatin. 2014. Konsep Geografi Tumbuhan dan Hewan, (Online), (
http://melindasuciatinnofus.blogspot.co.id/2014/09/konsep-geografi-
tumbuhan-dan-hewan.html, diakses pada tanggal 15 Oktober 2015).
Safriansyah, Dedi. 2010. Sifat Kimia Tanah. (Online),
(http://dsafriansyah.blogspot.co.id/2010/04/sifat-kimia-tanah.html, diakses
tanggal 15 Oktober 2015).
Septi. 2012. Organisme Tanah, (Online),
(http://septychep.blogspot.co.id/2012/03/organisme-tanah.html, diakses
tanggal 15 Oktober 2015).
Supriadi, Andrian Purba Marpaung. 2014. Pengaruh Ketinggian Tempat dan Kemiringan
Lereng Terhadap Produksi Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Di Kebun
Hapesong PTPN III Tapanuli Selatan. Jurnal Online Agroekoteknologi. Medan:
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU Medan. (Online) diakses
tanggal 15 Oktober 2015.
USU. 2006. Ekologi Tumbuhan. Medan.
Utoyo, Bambang. 2010. Geografi Membuka Cakrawala Dunia Kelas XI, (Online),
(http://geografi-geografi.blogspot.co.id/2010/08/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-sebaran.html, diakses tanggal 15 Oktober 2015).
Yura, Rhieya. 2012. Pengaruh Faktor Edafik Terhadap Persebaran Tumbuhan, (Online),
(https://rhieyayura.wordpress.com/2012/10/23/pengaruh-faktor-edafik-
terhadap-persebaran-tumbuhan/, diakses tanggal 15 Oktober 2015).

Anda mungkin juga menyukai