Anda di halaman 1dari 7

PENYETAHAN TANAH DAN PENGGOLAHAN SAMPAH

“kesuburan dan kesehatan tanah ”


Dosen : Catur Puspawati, ST .,MKM
Tugiyo, SKM, M.Si

Disusun oleh
Kelompok : 1
1. Ega Dwi Andiani (P2.31.33.1.17.049)
2. Gita Ovi Dwi Astuti (P2.31.33.1.17.050)
3. Ikhwan Taufiqqurahman (P2.31.33.1.17.076)
4. Rizky Harjanto Wibowo (P2.31.33.1.17.081)
5. Rudhistya Ariska Kurnianingsih (P2.31.33.1.17.064)

Program Studi

Tingkat II D-IV B Kesehatan Lingkungan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643

TAHUN 2018
1. Pengertian kesuburan tanah

Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam yang ditentukan oleh interaksi
sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman.
Tanah yang dapat menyediakan faktor-faktor tumbuh dalam kondisi yang optimum dinyatakan
tanah yang subur. Kemampuan tersebut disebut dengan Kesuburan Tanah.

Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menghasilkan bahan tanaman yang dipanen,
maka disebut pula daya menghasilkan bahan panen atau produktivitas.

Tanah yang subur lebih disukai untuk usaha pertanian, karena menguntungkan. Sebaliknya
terhadap tanah yang kurang subur dilakukan usaha untuk menyuburkan tanah tersebut sehingga
keuntungan yang diperoleh meningkat.

Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung faktor pembentuk tanah yang
merajai di lokasi tersebut, yaitu: Bahan induk, Iklim, Relief, Organisme, atau  Waktu. Tanah
merupakan fokus utama dalam pembahasan kesuburan tanah, sedangkan tanaman merupakan
indikator utama mutu kesuburan tanah.

2. Pengertian kesehatan tanah

Kesehatan tanah didefinisikan sebagai kapasitas secara berlanjut dari suatu tanah untuk
berfungsi sebagai suatu sistem hidup yang vital dalam ekosistem dan batas-batas tataguna untuk
menopang produktivitas biologi, menaikkan kualita lingkungan udara dan air dan menjaga
kesehatan tanaman, hewan dan manusia (White dan Maccnaughton, 1997).

Aspek lain dari tanah yang sehat adalah kondisi fisiknya yaitu tingkat kepadatan, jumlah air
tersimpan dan drainase. Kondisi fisik tanah terutama mempengaruhi bahan organik karena
polisakarida dan poliuronida selama proses dekomposisi mendorong pembentukan agregat tanah.
Disamping itu sekresi dari fungi mikoriza juga penting dalam mendorong agregasi tanah
(Magdoff, 2001).

Jumlah hara tersedia, pH, kandungan garam dan lain lain juga penting dalam menentukan
tanah yang sehat. Tanaman dapat tertekan pertumbuhannya akibat rendahnya jumlah hara,
tingginya senyawa yang bersifat meracun seperti Al atau tingginya konsentrasi garam (Magdoff,
2001). Kesemua aspek biologi, kimia dan fisika saling berinteraksi dan memberikan pengaruh
satu dengan lainnya.

Penilaian kesehatan tanah dapat dilakukan pertama, menggunakan sensor rasa, dan
penciuman; ke dua, penilaian yang sistimatis; dan ke tiga, penilaian yang kolaboratif. Sensor rasa
dan penciuman manusia dapat digunakan untuk menyidik tanah yang sehat atau tidak sehat.
Tanah yang sehat dicirikan dengan tanah gembur, berpori-pori, kaya bahan organik, dan kaya
jasad hidup renik tanah. Biasanya dengan membau, tanah yang sehat berbau khas seperti bau
Geosmin, yang diproduksi cendawan dan bakteri. Cara ini kurang terjamin keakuratannya.

Untuk meningkatkan akurasi penilaian kesehatan tanah, maka kita belajar ciri-ciri tanah
yang sehat, dan membandingkan hasil pengalaman kita dengan teman yang lain. Penilaian
kolaboratif dengan melibatkan pakar dalam membagi ilmu kepada kita dan menerima
pengalaman dari kita. Dengan demikian tercipta pemahaman yang benar mengenai arti penting
kesehatan tanah bagi kita (Wagner, 2005).

3. Kualitas tanah yang sehat

Kualitas Tanah Secara umum kualitas tanah (soil quality) didefenisikan sebagai kapasitas
tanah untuk berfungsi dalam suatu ekosistem dalam hubungannya dengan daya dukungnya
terhadap tanaman dan hewan, pencegahan erosi dan pengurangan akan terjadinya suatu pengaruh
negatif terhadap sumberdaya air dan udara (karlen, et al, 1997).

Kualitas tanah dapat dilihat dari 2 sisi :

1. Sebagai kualitas inherent tanah (inherent soil quality) yang ditentukan oleh lima
faktor pembentuk tanah , atau

2. Kualitas tanah yang bersifat dinamis (dynamic soil quality), yakni perubahan
fungsi tanah sebagai fungsi dari penggunaan dan pengelolaan tanah oleh manusia.

Terdapat konsesus umum bahwa tata ruang lingkup kualitas tanah mencakup tiga komponen
pokok yakni :
1. Produksi berkelanjutan yakni kemampuan tanah untuk meningkatkan produksi
dan tahan terhadap erosi.

2. Mutu lingkungan, yaitu mutu air, tanah dan udara dimana tanah diharapkan
mampu mengurangi pencemaran lingkungan, penyakit dan kerusakan di
sekitarnya.

3. Kesehatan makhluk hidup, yaitu mutu makanan sebagai produksi yang dihasilkan
dari tanah harus memenuhi faktor keamanan (safety) dan komposisi gizi (Parr, et
al, 1992).

Karena bersifat kompleks, kualitas tanah tidak dapat diukur namun dapat diduga dari sifat-
sifat tanah yang dapat diukur dan dapat dijadikan indikator dari kualitas tanah (Acton dan
Padbury, 1978 dalam Islam dan Weil, 2000).

Indikator kualitas tanah adalah sifat fisika, kimia dan biologi serta proses dan karakteristik
yang dapat diukur untuk memantau berbagai perubahan dalam tanah (USDA, 1996). Secara lebih
spesifik Doran dan Parkin (1994) menyatakan bahwa indikator kualitas tanah harus memenuhi
kriteria:

a. Berkorelasi baik dengan berbagai proses ekosistem dan berorientasi modeling.


b. Mengintegrasikan berbagai sifat dan proses kimia, fisika dan biologi tanah.
c. Mudah diaplikasikan pada berbagai kondisi lapang dan dapat diakses oleh para pengguna.
d. Peka terhadap variasi pengelolaan dan iklim (terutama untuk menilai kualitas tanah yang
bersifat dinamis).
e. Sedapat mungkin merupakan komponen basis tanah.

Selama ini evaluasi terhadap kualitas tanah lebih difokuskan terhadap sifat fisika dan kimia
tanah karena metode pengukuran yang sederhana dari parameter tersebut relatif tersedia (Larson
and Pierce, 1991). Akhir-akhir ini telah disepakati bahwa sifat-sifat biologi dan biokimia dapat
lebih cepat teridentifikasi dan merupakan indikator yang sensitif dari kerusakan agroekosistem
atau perubahan produktivitas tanah (Kenedy and Pependick, 1995).
Minimum data set yang berpotensi untuk menjaring kondisi kualitas tanah adalah indikator
fisika tanah meliputi : tekstur tanah, ketebalan tanah (lebih ditujukan sebagai kualitas inherent
tanah), infiltrasi, berat isi tanah dan kemampuan tanah memegang air. Indikator kimia tanah
meliputi : biomass mikroba, C dan N, potensi N dapat dimineralisasi, respirasi tanah, kandungan
air dan suhu ( Doran dan Parkin, 1994; Larson dan Pierce, 1994).

Meskipun banyak sifat-sifat tanah yang potensial untuk dijadikan indikator kualitas tanah,
namun, pemilihan sifat-sifat tanah yang akan digunakan untuk indikator kualitas tanah sangat
tergantung pada tujuan dilakukuannya evaluasi.

Karlen et al., (1997) menyatakan bahwa untuk mengimplementasikan penilaian kualitas


tanah, perlu dilakukan identifikasi indikator-indikator yang sensitif terhadap praktek produksi
pertanian. Jangka waktu suatu pengelolaan juga akan berpengaruh terhadap pemilihan parameter
yang akan digunakan. Idealnya indikator-indikator tersebut akan dapat dideteksi perubahannya
dalam jangka waktu pendek (1 – 5 tahun) setelah dilakukannya perubahan pengelolaan.

4. Ciri-ciri tanah sehat

Tanah yang subur dan sehat adalah faktor yang paling penting dalam kesuksesan pertanian
dan perkebunan.  Jika dimanfaatkan dengan teknik dan pengelolaan yang baik maka kesehatan
tanah akan semakin meningkat.

Ciri-ciri tanah yang subur dan sehat :

 Mengandung humus/bunga tanah (terbuat dari bahan organik yang hancur dan terurai,
kompos, mulsa, kotoran hewan dll)
 Mengandung sejumlah besar biota-biota tanah bermanfaat (mikrofauna, mikroflora,
makrofauna, dll)
 Mengandung campuran partikel tanah liat dan pasir yang seimbang (tanah liat
mengikat mineral sedangkan pasir memungkinkan drainase)
 Bertekstur lempung, mempunyai porositas dan daya mengisap air yang baik
 Mempunyai tingkat pH yang netral.
 Berbagai tanaman bisa tumbuh di atasnya

Tanah yang sehat berperan sebagai bank nutrisi dengan menyimpan unsur hara yang siap
untuk digunakan oleh tanaman.  Upaya-upaya mempertahankan dan meningkatkan kesuburan
dan kesehatan tanah adalah dengan melakukan pengelolaan lahan dan tanaman secara terpadu.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/nasih.wordpress.com/2010/06/12/pengertian-kesuburan
tanah/amp/

https://gusjni.wordpress.com/2011/06/09/pengertian-kesuburan-tanah/

http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/sarifuddin.pdf

https://pertaniansehat.com/read/2012/07/31/kesuburan-dan-kesehatan-tanah-2.html

https://www.academia.edu/9500393/penilaian_kualitas_tanah

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31786/4/Chapter%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai