Oleh :
NIM : 235040300111012
KEHUTANAN (KELAS A)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2023
BAB 1
Latar Belakang
Dampak deforestasi terhadap kualitas dan kerentanan tanah sangatlah perlu untuk
diperhatikan, khususnya dalam konteks kerentanan terhadap erosi tanah. Erosi tanah, atau
hilangnya lapisan atas tanah karena air dan angin, merupakan ancaman serius terhadap
produktivitas tanah dan kelestarian lingkungan. Deforestasi yang tidak berkelanjutan dapat
secara langsung mengurangi tutupan vegetasi, yang berfungsi sebagai penghalang alami
terhadap erosi, serta merusak struktur dan kesuburan tanah.
Erosi tanah merupakan suatu akibat dari hasil interaksi kerja antara faktor-faktor
iklim, vegetasi, topografi, tanah, dan manusia. Faktor-faktor yang dapat diubah antara lain
cara kerja manusia, vegetasi yang tumbuh di atas tanah, serta sebagian sifat-sifat tanah
yaitu kesuburan tanah, ketahanan agregat dan kapasitas infiltrasi. Faktor-faktor yang tidak
dapat diubah antara lain iklim, tipe tanah, dan kecuraman lereng (Arsyad 2006).
Dalam konteks ini, tujuan dari makalah ini adalah untuk menyelidiki secara
mendalam kerentanan tanah terhadap erosi yang disebabkan oleh praktik deforestasi yang
tidak berkelanjutan. Oleh karena itu, dokumen ini akan memberikan pemahaman yang lebih
baik mengenai pentingnya upaya pengurangan dan konservasi hutan guna menjaga
kelestarian sumber daya lahan dan lingkungan hidup.
Rumusan Masalah
Erosi tanah adalah pengikisan lapisan tanah (biasanya di atas permukaan tanah)
oleh erosi (air hujan) yang terdiri dari dua proses berurutan yang berbeda, yaitu degradasi
tanah yang diikuti dengan pengangkutan material tanah, lantai pecah dan pengendapannya
(Purwowidodo 1999). Tahapan erosi tanah meliputi tumbukan air hujan dengan tanah,
cipratan tanah ke segala arah, rusaknya tanah oleh tetesan air hujan, pemadatan tanah,
penggenangan permukaan, limpasan akibat banjir dan kemiringan tanah, serta
pengangkutan proyektil dan/atau massa tanah yang tersebar. limpasan (Rahim 2003). Hujan
akan menimbulkan erosi bila intensitasnya cukup tinggi dan hujannya berkepanjangan.
Besar kecilnya tetesan air hujan juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan terjadinya erosi tanah, karena energi kinetik merupakan penyebab utama
rusaknya agregat tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi tanah antara lain hujan, angin, limpasan
permukaan, jenis tanah, kemiringan lereng, vegetasi atau tutupan lainnya, dan ada tidaknya
tindakan konservasi. Hasil dari interaksi faktor iklim, vegetasi, topografi, tanah, dan
manusia ialah erosi tanah. Faktor yang dapat dimodifikasi mencakup cara orang bekerja,
vegetasi yang tumbuh di tanah, dan sejumlah sifat tanah termasuk kesuburan tanah,
kekuatan agregat, dan permeabilitas. Faktor-faktor yang tidak dapat diubah antara lain
iklim, jenis tanah dan kemiringan lereng (Arsyad 2006).
Angka deforastai yang tinggi setiap tahunya akan menyebabkan hilangnya lahan
hutan secara besar-besaran yang berdampak negatif pada keberlanjutan lingkungan maupun
kehidupan sosial yang mampu menimbulkan efek buruk secara langsung maupun
berdampak pada masa yang akan datang. Kemudian pada tahun 2000, deforetasi meningkat
sekitar 2 juta hektar (Education, 2017). Data berdasarkan dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukan bahwa selama ini terjadi penurunan pada masa
tatanan reformasi, dapat dilihat pada Tahun 2016 dan 2017 yang berada pada angka 0,48
juta hektar. Data terbaru menunjukkan bahwa Deforestasi Indonesia tahun 2021-2022 turun
8,4% dibandingkan hasil pemantauan tahun 2020-2021. Deforestasi netto Indonesia tahun
2021 -2022 adalah sebesar 104 ribu ha. Plt. Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan
Tata Lingkungan (PKTL) Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Ruandha A.
Sugardiman mengatakan, jika melihat tren deforestasi berdasarkan data sebelumnya,
penurunan hutan Indonesia pada tahun ini tergolong kecil. dan cenderung stabil.
Sebagian orang mungkin melihat tanah sebagai sumber daya alam yang tidak ada
habisnya dan memiliki ketahanan yang tinggi. Padahal, tanah sangat rapuh karena proses
pembentukannya memakan waktu ribuan tahun. Tanah lapisan atas yang paling dekat
dengan permukaan mengandung unsur hara yang penting bagi tanaman. Jika ada
pergerakan angin dan air, lapisan tanah inilah yang terancam terkikis. Erosi tanah akan
mengurangi kesuburan tanah, yang dapat berdampak negatif terhadap hasil panen. Erosi
juga mendorong air yang membawa tanah mengalir menuju ke hilir, sehingga menumpuk
sedimen tebal yang dapat menghalangi aliran air di sungai, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan banjir.
Oleh karena itu saya akan menyebutkan beberapa dampak dari eksploitasi atau
deforestasi berlebihan sehingga dapat menyebabkan erosi atau tanah longsor secara lebih
luas supaya nantinya diharapkan kita semua lebih dapat mengantisipasi adanya erosi tanah
dan lebih mempertimbangkan kembali kegiatan penebangan hutan.
Dalam konteks ini, praktik pengelolaan hutan yang lestari dan hati-hati sangatlah
penting. Pengelolaan yang baik mencakup praktik pemanenan yang bijaksana, perlindungan
vegetasi yang masih tersisa, pemulihan vegetasi setelah penebangan, dan perencanaan
pengelolaan air yang mempertimbangkan dampak keseluruhan terhadap lingkungan. Upaya
ini membantu mencegah kerusakan ekosistem dan mengurangi risiko erosi tanah akibat
eksploitasi berlebihan
BAB IV
Sejalan dengan itu, penyelesaian masalah deforestasi dan degradasi hutan akan
mempunyai cakupan yang cukup luas dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Misalnya,
kebijakan yang meningkatkan praktik bisnis di perkebunan kelapa sawit dan tanaman
industri harus dibarsamai dengan perangkat kebijakan pemerintah yang lebih baik dalam
hal pemantauan dan pengelolaan hutan, membuka peluang bisnis baru, memberikan
manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan, menerapkan sanksi dan penghargaan yang
baik, memperbaiki tata ruang dan lain sebagainya. Demikian pula terkait kebakaran hutan,
diperlukan kesadaran, edukasi, dan koordinasi antar pemangku kepentingan.
SARAN
1) Masyarakat perlu melakukan konservasi yang benar pada lahan garapan untuk
memperkecil faktor erosi sehingga dapat memperpanjang umur guna lahan.
2) Pemerintah perlu melakukan kebijakan untuk melakukan agroforestry pada lahan
pertanian dengan kemiringan lereng > 25% dan memberikan penyuluhan kepada
masyarakat tentang konservasi yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, ‘Angka Deforestasi Netto Indonesia Di Dalam Dan Di Luar Kawasan
Hutan Tahun 2013-2018 (Ha/Th)’, Bps.Go.Id, 2020.
WAHYUNI, Herpita; SURANTO, Suranto. Dampak deforestasi hutan skala besar terhadap
pemanasan global di Indonesia. JIIP: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 2021, 6.1: 148-
162.
Nurhayati, L., Nugraha, S., & Wijayanti, P. (2012). Pengaruh Erosi Terhadap Produktivitas
Lahan DAS Walikan Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri Tahun 2012. Pendidikan
Geogarfi PIPS. FKIP. UNS Surakarta: Surakarta. Jurnal Pendidikan Geografi, 1.
Wahyuni, H., & Suranto, S. (2021). Dampak deforestasi hutan skala besar terhadap
pemanasan global di Indonesia. JIIP: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 6(1), 148-162.
Wahyuni, Herpita, and Suranto Suranto. "Dampak deforestasi hutan skala besar terhadap
pemanasan global di Indonesia." JIIP: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan 6.1 (2021): 148-
162.
Rahim SE. 2003. Pengendalian Erosi Tanah dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup.
Jakarta: Bumi Aksara.