1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui jenis erosi dan proses terjadinya erosi
b. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis bangunan erosi sebagai upaya konservasi.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Erosi
2.1.1 Pengertian Erosi
Erosi merupakan peristiwa berpindahnya tanah atau bagian-bagian tanah dari
suatu tempat ke tempat lain oleh media alam, seperti: angin dan air. Pada daerah
beriklim tropika basah seperti di Indonesia proses erosi umumnya disebabkan oleh
air, sedangkan pada daerah yang beriklim kering penyebab utama terjadinya erosi
adalah angin. Proses terjadinya erosi ditentukan oleh faktor-faktor hidrologi terutama
intensitas hujan, topografi, karakteristik tanah, vegetasi penutup lahan, dan tata guna
lahan. Sejarah erosi berhubungan dengan terjadinya alam dan keberadaan manusia
dimuka bumi ini. Erosi alam terjadi melalui pembentukan tanah untuk
mempertahankan keseimbangan tanah secara alamiah. Erosi karena kegiatan
manusia disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat cara
bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau
kegiatan pembangunan konstruksi yang bersifat merusak keadaan fisik tanah
(Asriadi, 2018).
Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan
tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Proses erosi ini
dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah dan kualitas
lingkungan hidup. Permukaan kulit bumi akan selalu mengalami proses erosi, di
suatu tempat akan terjadi pengikisan sementara di tempat lainnya akan terjadi
penimbunan, sehingga bentuknya akan selalu berubah sepanjang masa. Peristiwa ini
terjadi secara alamiah dan berlangsung sangat lambat, sehingga akibat yang
ditimbulkan baru muncul setelah berpuluh bahkan beratus tahun kemudian (Prasetyo,
2017)
Disiapkan
Lingkungan
Bangunan pencegah
erosi
Diamati
Ditentukan dan dianalisis jenis bangunanya
Hasil
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Bangunan Penahan Erosi yang Terdapat pada Kawasan Candi Sumberawan
a. Teras Bangku
Tipe teras yang relatif banyak dikembangkan pada lahan pertanian di Indonesia
adalah teras bangku atau teras tangga. Teras bangku dapat digolongkan sebagai teknik
konservasi tertua dan telah banyak diaplikasikan di berbagai Negara. Misalnya saja di
North Carolina tercatat bahwa teras bangku telah diterapkan pada lahan usaha tani sejak
tahun 1885. Penerapan teras bangku di Indonesia juga sudah tergolong tua, meskipun
pada mulanya penerapan teknik konservasi ini dititikberatkan pada lahan sawah atau
lebih berfungsi sebagai teras irigasi.Kelemahan dari teras bangku adalah tidak dapat
diterapkan pada semua kondisi lahan, misalnya pada tanah bersolum dangkal. Teras
bangku miring dapat digunakan untuk tanah yang permeabilitasnya rendah, dengan
tujuan air tidak segera terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud.
b. Teras Batu
Pada Gambar 4.2 dan 4.3 dapat dilihat salah satu contoh bangunan pengendali
erosi yaitu teras batu. Teras batu atau batu penahan (stone terrace works), pada
prinsipnya sama dengan teras tembok atau tembok penahan. Pada batu penahan biaya
yang digunakan lebih sedikit, namun tingkat kerikil penanam tanah kelereng pondasi
kekuatannya lebih rendah dibanding tembok penahan. Pada teknik ini dapat ditambahkan
dengan penanaman rumput, bambu atau tanaman keras karena dapat membantu
menjaga kestabilan permukaan tanah. Penggunaan batu untuk membuat dinding dengan
jarak yang sesuai di sepanjang garis kontur pada lahan miring. Tujuannya adalah:
memanfaatkan batu-batu yang ada di permukaan tanah agar lahan dapat
dimanfaatkan sebagai bidang olah
mengurangi kehilangan tanah dan air serta untuk menangkap tanah yang meluncur
dari bagian atas sehingga secara bertahap dapat terbentuk teras bangku
mengurangi kemiringan lahan untuk memberi bidang olah, konservasi tanah dan
mekanisasi pertanian
5.1 Kesimpulan
Erosi merupakan peristiwa berpindahnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu
tempat ke tempat lain oleh media alam, seperti: angin dan air. Pada daerah beriklim
tropika basah seperti di Indonesia proses erosi umumnya disebabkan oleh air, sedangkan
pada daerah yang beriklim kering penyebab utama terjadinya erosi adalah angin. Proses
terjadinya erosi ditentukan oleh faktor-faktor hidrologi terutama intensitas hujan, topografi,
karakteristik tanah, vegetasi penutup lahan, dan tata guna lahan. Sejarah erosi
berhubungan dengan terjadinya alam dan keberadaan manusia dimuka bumi ini. Erosi
alam terjadi melalui pembentukan tanah untuk mempertahankan keseimbangan tanah
secara alamiah. Erosi karena kegiatan manusia disebabkan oleh terkelupasnya lapisan
tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah
konservasi tanah atau kegiatan pembangunan konstruksi yang bersifat merusak keadaan
fisik tanah
Bangunan pengendali erosi adalah bangunan untuk mencegah atau mengendalikan
erosi yang disebabkan oleh beberapa faktor. Pada kawasan Candi Sumberawan terdapat
beberapa titik yang dirasa rawan erosi, bahkan terdapat beberapa titik yang telah terjadi
erosi. Untuk menghindari terjadinya erosi di kawasan candi sumberawan telah dibangun
beberapa bangunan pengendali erosi. Bangunan pengendai erosi yang telah dibangun
antara lain teras bangku, pengangkap sedimen, bangunan terjuanan, teras batu, dan
pengendali vegetatif. Di lingkungan tempat tinggal terdapat salah satu bangunan penahan
erosi. Bentuk dari bangunan penahan erosi tersebut adalah teras batu.
5.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan memperhatikan materi yang diajarkan. Agar
praktikan mengerti setiap materi yag diajarkan.
DAFTAR PUSTAKA
Alimuddin, Aisyah. 2012. Pendugaan Sedimentasi pada DAS Mamasa di Kab. Mamasa
Propinsi Sulawesi Barat. Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Asriadi dan Hendrik Pristianto. 2018. Ringkasan Teori Erosi Dan Sedimentasi. Sorong:
Universitas Muhammadiyah Sorong
Fauzi, Rifky Muhammad Zulfa dan Maryono. 2016. Kajian Erosi dan Hasil Sedimen
Untuk Konservasi Lahan DAS Kreo Hulu. Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota
12(4) : 429-445
Fitriyah, Fifi Nur, Fuad Halim, M. I. Jasin. 2014. Penanganan Msalah Erosi dan
Sedimentasi di Kawasan Kelurahan Perkamil. Jurnal Sipil Statik 2(4):173-181
Juita, Erna. 2018. Analisis Erosi Tebing Dan Konservasi Lahan Berbasis Kearifan
Lokal Di Nagari Sungai Sariak. Jurnal Spasial 5(1): 18-23
Karyati, Sri Sarminah. 2018. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Mulawarman
University Press: Samarinda
Maulana, Edwin. 2011. Prediksi Nisbah Pelepasan Sedimen (NPS) Sub DAS Junggo
Bagian Hilir dengan Menggunakan Model Suripin di Kecamatan Bumiaji Kota
Batu. Skripsi. Universitas Negeri Malang. Malang.
Prasetyo, Eko Yoga. 2017. Pendugaan Erosi Lahan Berbasis Aplikasi WEPP (Water
Erossion Prediction Project) di Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Malang.
Universitas Muhammadiyah Malang
Raditya, A.W, Putra, U, Suharyanto, dan Sutarto, E. 2016. Kajian Pengendalian Erosi
pada Sungai Pedes Kabupaten Brebes. Jurnal Karya Teknik Sipil 5(2): 45-53