DISUSUN OLEH :
NIM : 195100207111012
KELOMPOK : B1
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui jenis erosi dan proses terjadinya erosi
b. Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis bangunan erosi sebagai upaya konservasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Erosi
2.1.1 Pengertian Erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel
lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan
material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang
membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat
cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi
maupun fisik, atau gabungan keduanya. Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang
mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia
dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan,
perkebunan dan perladangan(Arifin, 2010).
Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas,
baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Proses erosi ini dapat menyebabkan
merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah dan kualitas lingkungan hidup.
Permukaan kulit bumi akan selalu mengalami proses erosi, di suatu tempat akan terjadi
pengikisan sementara di tempat lainnya akan terjadi penimbunan, sehingga bentuknya akan
selalu berubah sepanjang masa. Peristiwa ini terjadi secara alamiah dan berlangsung
sangat lambat, sehingga akibat yang ditimbulkan baru muncul setelah berpuluh bahkan
berates tahun kemudian(Badrus, 2010).
BAB III
METODE PENELITIAN
Menentukan dan menganalisis jenis bangunan pencegah erosi yang diamati secara
langsung
Catat Hasil
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Bangunan Penahan Erosi yang Terdapat pada Kawasan Candi Sumberawan
Pada kawasan candi sumberawan menggunakan penahan erosi model trapezoidal
dan teras. Pada model bangunan trapezoidal digunakan untuk penahan aliran air sehingga
tidak mengakibatkan erosi. Erosi tidak terjadi karena daya rusak air menjadi lebih berkurang
karena struktur dari bangunan yang trapezoidal.
Pada bangunan penahan erosi yang berbentuk teras. Hal tersebut sering
diaplikasikan pada daerah dataran tinggi. Karena berbentuk teras dapat mengurangi erosi.
Dengan cara menahan daya laju air sehingga berkurang. Dengan menggunakan bangunan
ini daya air hujan yang mengalir perlahan-lahan akan berkurang. Karena terkurangi oleh
struktur bangunan teras yang semakin ke bawah.
4.2 Bangunan Penahan Erosi yang Terdapat di Lingkungan Tempat Tinggal
Bangunan penahan erosi tersebut merupakan bangunan yang terdapat di Mojoanyar,
Kabupaten Mojokerto. Daerah tersebut merupakan daerah saya tinggal. Terlihat pada
daerah tersebut terdapat bagunan penahan erosi yang berbentuk trapezoidal.
Bangunan berbentuk trapezoidal tersebut berguna untuk menahan daya arus yang
kuat. Daya arus tersebut dapat dikurangi dengan kemiringan yang berbentuk trapezoidal
pada bangunan penahan erosi. Bangunan penahan erosi tersebut mengurangi daya hancur
arusn air penyebab erosi. Sehingga potensi erosi dapat ditekan dan tidak terlalu parah.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel
lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan
material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang
membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat
cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi
maupun fisik, atau gabungan keduanya. Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang
mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia
dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan,
perkebunan dan perladangan(Arifin, 2010).
Erosi alur merupakan jenis erosi yang terjadi karena adanya pengikisan tanah
sehingga mengakibatkan alur-alur yang searah dengan kemiringan pada lereng. Alur- alur
yang dihasilkan umumnya memiliki kedalaman 30 cm dan lebar kurang dari 50 cm. Erosi
alur sangat mudah dikenali karena bentuk penampakannya yang seperti alur di wilayah
lereng -lereng pegunungan. Selain itu, erosi alur lebih sering terjadi di tanah -tanah yang
yang baru saja diolah(Dika, 2010).
Erosi parit merupakan jenis erosi yang diakibatkan oleh air dengan sangat kuat.
Karena begitu kuat, maka lereng-lereng yang terkena erosi parit ini akan berbentuk menjadi
seperti parit V atau U. Erosi parit ini juga merupakan bentuk lebih lanjut dari erosi alur. Erosi
parit menghasilkan alur-alur dengan kedalaman yang lebih dari 30 cm dan lebar lebih dari
50 cm(Arifin, 2010).
Erosi percik adalah jenis erosi yang berupa percikan tanah halus yang terjadi karena
tetesan air hujan ketika memercik pada batuan atau tanah. Erosi jenis ini dapat
mengakibatkan material atau tanah menjadi lapuk dan sangat mudah hancur. Erosi jenis ini
sering terjadi pada tanah yang sering terkena percikan air hujan(Badrus, 2010).
Proses awal erosi diawali dengan proses pengelupasan oleh air hujan. Dimana
percikan air hujan adalah media utama dalam pengelupasan partikel dalam tanah.
Prosesnya adalah ketika butiran air hujan mengenai permukaan tanah maka partikel tanah
akan terlepas dan terlempar ke udara. Proses ini akan berlanjut ke proses pengangkutan
oleh aliran air tanah(Nanang, 2010).
Proses setelah terjadinya pengelupasan oleh air hujan yang menghasilkan partikel
tanah adalah proses pengangkutan. Dimana ketika partikel tanah terlempar ke udara maka
partikel tersebut akan kembali jatuh ke bumi akibat gravitasi bumi. Pada lahan yang miring,
partikel tanah tersebut akan tersebar ke arah bawah searah dengan lereng dimana partikel
tanah tersebut akan menyumbat pori-pori tanah. Percikan air hujan yang tadi akan
menimbulkan pembentukan lapisan tanah yang keras pada lapisan tanah di bagian
permukaan. Kejadian ini mengakibatkan menurunnya tingkat kapasitas dan laju inflasi di
tanah. Dimana pada kondisi intensitas hujan akan melebihi laju inflasi yang akan
menimbulkan genangan air di permukaan tanah yang kemudian akan menjadi aliran air di
permukaan tanah. Aliran inilah yang nantinya digunakan untuk mengangkut partikel-partikel
yang terlepas tadi(Opick, 2010).
Proses sedimentasi berlangsung ketika energi aliran di permukaan mulai menurun
dan tidak mampu lagi untuk mengangkut partikel tanah yang terlepas. Proses sedimentasi
tersebut terjadi sementara yang berada di lereng yang bergelombang seperti bagian lereng
yang cekung dan dapat menampung endapan partikel yang hanyut oleh aliran air. Ketika
hujan turun lagi maka endapan sementara tadi akan terangkut kembali menuju dataran yang
lebih rendah. Proses pengendapan terakhir ini terjadi di kaki bukit yang relatif datar, daerah
sungai dan waduk. Jika pengendapan terjadi di daerah sungai, maka partikel tanah dan
unsur hara yang terlarut dalam aliran permukaan akan mengalir dan akan menyebabkan
pendangkalan(Putri, 2010).
Bangunan terjunan adalah bangunan yang dibuat di tempat tertentu memotong
saluran, dimana aliran air setelah melewati bangunan tersebut akan merupa terjunan.
Bangunan terjunan perlu dibangun pada daerah berbukit dimana kemiringan saluran
dibatasi, agar tidak terjadi suatu gerusan. Bangunan terjunan berfungsi sebagai pengendali
laju air sehingga dapat mengendalikan erosi(Tatiek, 2012).
Teras merupakan suatu bangunan pengawetan tanah dan air secara mekanis yang
dibuat untuk memperpendek lereng dan memperkecil kemiringan, serta merupakan suatu
metode pengendalian erosi dengan membangun semacam saluran lebar melintang lereng
tanah. Fungsi dari teras adalah untuk mengurangi panjang lereng karena hal tersebut dapat
mengurangi erosi sheet dan riil, mencegah terbentuknya gully, dan menahan aliran
permukaan di daerah kurang hujan. Teras berguna untuk meredam pengikisan tanah oleh
air(I Gusti, 2012).
5.2 Saran
Dalam kegiatan praktikum ini sebaiknya praktikan lebih berhati-hati. Praktikan
diharapkan selalu menaati aturan dan standart K3 dalam melakukan kegiatan praktikum.
Dalam kegiatan ini mencari onjek pengamatan di dataran tinggi memanglah berbahaya.
Melakukan pengamatan di dataran tinggi rawan akan kecelakaan kerja seperti tergelincir, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Aprizon Putra, Triyatno, Azhari Syarief, Dedi Hermon. 2013. Penilaian Erosi Berdasarkan
Metode USLE Dan Arahan Konservasi Pada DAS Air Dingin Bagian Hulu Kota
Padang-Sumatera Barat. Jurnal Geografi 10(1): 1-13.
Arifin, Badrus, Dika Mahfud. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah Dan Berbagai Penggunaan L-
ahan Dalam Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Pertanian
MAPETA 12(2): 72 – 144.
Fahmi Fahrulzi. 2010. Pengendalian Erosi Tanah Sebagai Upaya Melestarikan Kemamp-
uan Fungsi Lingkungan. Geomedia 4(2): 94-116.
I Gusti Ayu Surya Utami Dewi, Ni Made Trigunasih, Tatiek Kusmawati. 2012. Prediksi
Erosi
dan Perencanaan Konservasi Tanah dan Air pada Daerah Aliran Sungai Saba.
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika1(1): 12-24.
Nanang Komaruddin, Opick Pasha, Putri Sabil. 2010. Penilaian Tingkat Bahaya Erosi di
S-
ub Daerah Aliran Sungai Cileungsi, Bogor. Jurnal Agrikultura 19(3): 173-179.
LAMPIRAN