Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

EROSI DAN PENGENDALIANNYA

OLEH
INITHAR HI. RUSDI
471416022

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
GORONTALO
2018

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil
menyelesaikan laporan praktikum erosi dan pengendalinnya yang syukur dan
alhamdulillah selesai tepat pada waktunya.
Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis banyak mengalami
kesulitan. Namun berkat bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, sehingga
laporan ini dapat terselesaikan, untuk itu penulis banak mengucapkan terima kasih
serta penghargaan sebesar-besarnya, dan semoga Tuhan yang Maha Esa dapat
melimpahkan Rahmat-Nya atas segala amal yang dilakukan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang membangun selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan lapran ini
dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan yang Maha Esa meridhoi segala usaha
yang telah dilakukan.

Gorontalo, 26 mei 2018

INFITHAR HI. RUSDI


471416022

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

A. PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

B. TUJUAN PRAKTIKUM ............................................................................. 5

C. LANDASAN TEORI .................................................................................. 6

D. ALAT DAN BAHAN ................................................................................. 13

E. HASIL PENGAMATAN ............................................................................ 14

F. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

3
A. PENDAHULUAN
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-
bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui perantara angin atau air.
Terjadinya erosi pada tanah umumnya dipenggaruhi oleh pengaruh alam, dan juga
dipercepat oleh tangan-tangan manusia itu sendiri, karena itu untuk mencegah dan
mengurangi keberlangsungan erosi diperlukan langkah-langkah pencegahan, serta
upaya-upaya pengendalian. Penyebab utama erosi adalah akibat penggunaan lahan
yang tidak sesuai dengan kemampuannya, pengolahan yang salah, dan tidak
dipakainya teknik atau kaidah-kaidah pengawetan tanah dan lahan. Kerusakan
tanah akibat erosi dapat mengakibatkan peningkatan kesuburan dan produktivitas
tanah.
Oleh karena itu, dengan terjadinya proses erosi pada tanah atau lahan
dapat sangat mempengaruhi manfaat dari sebuah tanah yang terjadi erosi karena
hancuran tanah dari limpasan air yang dapat membawa pada material-material
yang dapat menyumbat pori-pori tanah sehingga menyebabkan infiltrasi tanah
menurun.
dengan mengetahui keadaan-keadaan dan dampak yang ditimbulkan dari
proses terjadinya erosi serta dampaknya maka dengan dilaksanakannya praktikum
lapangan ini, sehingga kita bisa mengklasifikasikan jenis erosi yang dapat diamati
di lokasi praktikum. Sehingga dengan melakukan pengamatan tersebur dapat
diketahui tingkat kerawanan erosi dengan menentukan upaya dalam melakukan
pencegahan terhadap bahaya terjadinya erosi yan terdapat di lokasi praktikum.
Kemudian berdasarkan kondisi dan struktur geologi batuan di lokasi tersebut yang
merupakan batuan lapuk sehingga jika diinterpretasi dengan kondisi strukturnya,
maka lokasi praktikum perlu digunakan sebuah metode pencegahan erosi seperti
dengan melakukan konserasi tanah dengan keemudian memilh tipe atau jenis
vegetasi penutup lahan yang sesuai untuk daerah praktikum. Dengan ini semoga
hasil dari dilakukannya praktikum ini dapat diterapkan di dalamm kehidupan
sehari-hari agar dapat mengurangi tingkat kerawanan dari erosi yang akan terjadi
di berbagai sector pemanaatan lahan.

4
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun terdapat beberapa tujuan yang akan dicapai di dalam melakukan
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat kerawanan erosi yang terdapat di lokasi
praktikum.
2. Untuk mengetahui upaya dalam pengendalian terjadinya erosi di
daerah praktikum.
3. Untuk mengetahui tipe-tipe erosi pada daerah praktikum.
4. Untuk mengidentifikasi jenis erosi yang terjadi di lokasi praktikum.
5. Mahasiswa dapat mengenali bentuk-bentuk konservasi di lapangan.
6. Mahasiswa dapat menentukan dan mengukur faktor-faktor erosi di
lapangan.

5
B. LANDASAN TEORI
Proses-proses hidrologis, langsung atau tidak langsung, mempunyai kaitan
dengan terjadinya erosi, transpor sedimen dan deposisi sedimen di daerah hilir.
Perubahan tata guna lahan dan praktek pengelolaan DAS juga mempengaruhi
terjadinya erosi, sedimentasi, dan pada gilirannya, akan mempengaruhi kualitas
air (Asdak, 1995).
Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan
tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin, 2004).
Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu pelepasan (detachment),
pengangkutan (transportation), dan pengendapan (deposition) bahan-bahan tanah
oleh penyebab erosi (Asdak, 1995).
Di daerah-daerah tropis yang lembab seperti di Indonesia maka air
merupakan penyebab utama terjadinya erosi, sedangkan untuk daerah-daerah
panas yang kering maka angin merupakan faktor penyebab utamanya. Erosi tanah
yang disebabkan oleh air meliputi 3 tahap (Suripin, 2004), yaitu:
a. Tahap pelepasan partikel tunggal dari massa tanah.
b. Tahap pengangkutan oleh media yang erosif seperti aliran air dan angin.
c. Tahap pengendapan, pada kondisi dimana energi yang tersedia tidak cukup
lagi untuk mengangkut partikel.
Percikan air hujan merupakan media utama pelepasan partikel tanah pada
erosi yang disebabkan oleh air. Pada saat butiran air hujan mengenai permukaan
tanah yang gundul, partikel tanah terlepas dan terlempar ke udara. Karena
gravitasi bumi, partikel tersebut jatuh kembali ke bumi. Pada lahan miring
partikel-partikel tanah tersebar ke arah bawah searah lereng. Partikel-partikel
tanah yang terlepas akan menyumbat pori-pori tanah. Percikan air hujan juga
menimbulkan pembentukan lapisan tanah keras pada lapisan permukaan. Hal ini
mengakibatkan menurunnya kapasitas dan laju infiltrasi tanah. Pada kondisi
dimana intensitas hujan melebihi laju infiltrasi, maka akan terjadi genangan air di
permukaan tanah, yang kemudian akan menjadi aliran permukaan. Aliran
permukaan ini menyediakan energi untuk mengangkut partikel-pertikel yang
terlepas baik oleh percikan air hujan maupun oleh adanya aliran permukaan itu

6
sendiri. Pada saat energi aliran permukaan menurun dan tidak mampu lagi
mengangkut partikel tanah yang terlepas, maka partikel tanah tersebut akan
mengendap baik untuk sementara atau tetap (Suripin, 2004).
Proses pengendapan sementara terjadi pada lereng yang bergelombang,
yaitu bagian lereng yang cekung akan menampung endapan partikel yang hanyut
untuk sementara dan pada hujan berikutnya endapan ini akan terangkut kembali
menuju dataran rendah atau sungai. Pengendapan akhir terjadi pada kaki bukit
yang relatif datar, sungai dan waduk. Pada daerah aliran sungai, partikel dan unsur
hara yang larut dalam aliran permukaan akan mengalir dan mengendap ke sungai
dan waduk sehingga menyebabkan pendangkalan.
Besarnya erosi tergantung pada kuantitas suplai material yang terlepas dan
kapasitas media pengangkut. Jika media pengangkut mempunyai kapasitas lebih
besar dari suplai material yang terlepas, proses erosi dibatasi oleh pelepasan
(detachment limited). Sebaliknya jika kuantitas suplai materi melebihi kapasitas,
proses erosi dibatasi oleh kapasitas (capacity limited).
Berdasarkan bentuknya erosi dibedakan menjadi 7 tipe, diantaranya yaitu:
a. Erosi percikan (splash erosion) adalah terlepas dan terlemparnya partikel- partikel
tanah dari massa tanah akibat pukulan butiran air hujan secara
langsung.
b. Erosi aliran permukaan (overland flow erosion) akan terjadi hanya dan jika
intensitas dan/atau lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi atau kapasitas simpan air
tanah.
c. Erosi alur (rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan
pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam
saluran-saluran air.
d. Erosi parit/selokan (gully erosion) membentuk jajaran parit yang lebih dalam
dan lebar dan merupakan tingkat lanjutan dari erosi alur.
e. Erosi tebing sungai (streambank erosion) adalah erosi yang terjadi akibat
pengikisan tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh
terjangan arus sungai yang kuat terutama pada tikungan-tikungan.

7
f. Erosi internal (internal or subsurface erosion) adalah proses terangkutnya
partikel-partikel tanah ke bawah masuk ke celah-celah atau pori-pori akibat
adanya aliran bawah permukaan.
g. Tanah longsor (land slide) merupakan bentuk erosi dimana pengangkutan atau
gerakan massa tanah yang terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif
besar.
(Sumber : Suripin, 2004)
Erosi tidak bisa dihilangkan sama sekali atau tingkat erosinya nol,
khususnya untuk lahan-lahan pertanian. Tindakan yang dilakukan adalah dengan
mengusahakan supaya erosi yang terjadi masih di bawah ambang batas yang
maksimum (soil loss tolerance), yaitu besarnya erosi yang tidak melebihi laju
pembentukan tanah. Apabila besarnya erosi, untuk lahan pertanian khususnya,
masih lebih kecil dari 10 ton/ha/tahun, maka erosi yang terjadi masih dapat
dibiarkan selama pengolahan tanah dan penambahan bahan organik terus
dilakukan (Suripin, 2004).
Model erosi tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu model
empiris, model fisik dan model konseptual. Model empiris didasarkan pada
variable-variabel penting yang diperoleh dari penelitian dan pengamatan selama
proses
erosi terjadi. Model prediksi erosi secara umum menggunakan model empiris,
terutama model-model kotak kelabu. Model-model kotak kelabu yang sangat
penting adalah:
a. Model regresi ganda (multiple regression)
b. Universal Soil Loss Equation (USLE), dan
c. Modifikasi USLE (MUSLE)
Model USLE adalah metode yang paling umum digunakan. Metoda USLE
dapat dimanfaatkan untuk memprakirakan besarnya erosi untuk berbagai macam
kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang berbeda. USLE memungkinkan
perencana memprediksi laju erosi rata-rata lahan tertentu pada suatu kemiringan
dengan pola hujan tertentu untuk setiap jenis tanah dan penerapan pengelolaan
lahan (tindakan konservasi lahan). USLE dirancang untuk memprediksi erosi

8
jangka panjang dari erosi lembar (sheet erosion) dan erosi alur di bawah kondisi
tertentu. Persamaan tersebut juga dapat memprediksi erosi pada lahan-lahan non
pertanian, tapi tidak dapat untuk memprediksi pengendapan dan tidak
memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai
(Suripin, 2004).
Model USLE adalah metode yang paling umum digunakan. Metoda USLE
dapat dimanfaatkan untuk memprakirakan besarnya erosi untuk berbagai macam
kondisi tataguna lahan dan kondisi iklim yang berbeda. USLE memungkinkan
perencana memprediksi laju erosi rata-rata lahan tertentu pada suatu kemiringan
dengan pola hujan tertentu untuk setiap jenis tanah dan penerapan pengelolaan
lahan (tindakan konservasi lahan). USLE dirancang untuk memprediksi erosi
jangka panjang dari erosi lembar (sheet erosion) dan erosi alur di bawah kondisi
tertentu. Persamaan tersebut juga dapat memprediksi erosi pada lahan-lahan non
pertanian, tapi tidak dapat untuk memprediksi pengendapan dan tidak
memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai
(Suripin, 2004).
Secara garis besar, erosi yang terjadi disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Pengaruh geologi Proses geologis dalam pembentukan lapisan-
lapisan kulit bumi dengan cara pengendapan sedimen ternyata
memungkinkan terbentuknya suatu lapisan yang potensial mengalami
erosi, sebagai contoh adalah pembentukan lapisan tanah sebagai
berikut : Sungai yang mengalirkan air ke laut membawa partikel-
partikel halus yang jumlahnya tergantung dari volume dan kecepatan
alirannya, kemudian partikel-partikel tersebut mengendap di dasar laut
membentuk lapisan tanah, dimana penyebaran pengendapannya bisa
merata tergantung arus air laut, biasanya membentuk sudut kemiringan
5°-10°. Karena pembentukan tiap lapisan terjadi di air maka dasar tiap
lapisan adalah air yang bisa dilihat seringkali sebagai lapissan tipis
(thin film) pada zona pemisah antara lapisan lempung dan lanau
kepasiran atau sebagai aliran laminer pada lapisan pasir yang lebih
permeabel. Dengan keadaan sedemikian bila banyak air memasuki

9
lapisan pasir tipis, sedangkan pengeluaran air sedikit, sehingga
keadaan lapisan menjadi jenuh maka tekanan air akan bertambah dan
tekanan air inilah yang seringkali menyebabkan erosi. Lain halnya bila
air memasuki lapisan pasir tebal sehingga keadaan lapisan tidak
sepenuhnya jenuh air, maka lapisan tersebut bahkan bisa berfungsi
sebagai drainase alamiah.
2. Pengaruh morfologi Variasi bentuk permukaan bumi yang meliputi
daerah pegunungan dan lembah dengan sudut kemiringan permukaan
yang cenderung besar, maupun daerah dataran rendah yang
permukaannya cenderung datar, ternyata memiliki peranan penting
dalam menentukan kestabilan tersebut sehubungan dengan proses
kelongsoran. Secara logis daerah dengan kemiringan besar lebih
potensial mengalami erosi dibanding daerah datar, sehingga kasus
erosi seringkali ditemui di daerah pegunungan atau perbukitan. dan
pada daerah galian atau timbunan yang memiliki sudut kemiringan
lereng besar, kestabilan lereng terganggu akibat lereng yang terlalu
terjal, perlemahan pada kaki lereng, dan tekanan beban yang
berlebihan di kepala lereng. Hal tersebut bisa terjadi karena energi air
pada kaki lereng dan kegiatan penimbunan atau pemotongan lereng
yang dilakukan manusia
3. Pengaruh air dalam tanah Keberadaan air dalam tanah dapat dikatakan
sebagai faktor dominan penyebab terjadinya erosi karena hampir
sebagian besar kasus erosi melibatkan air didalamnya.
a). Tekanan air pori memiliki nilai besar sebagai tenaga pendorong ter
jadinya erosi, semakin besar tekanan air pori semakin besar pula
tenaga pendorongnya.
b). Penyerapan maupun konsentrasi air dalam lapisan tanah kohesif
dapat melunakkan lapisan tanah yang pada akhirnya mereduksi nilai
kohesi dan sudut geser dalam sehingga kekuatan gesernya berkurang.
4. Iklim

10
Faktor iklim yang mempengaruhi terjadinya erosi adalah hujan, suhu
udara dan kecepatan angin. Curah hujan merupakan faktor iklim yang
paling besar pengaruhnya (Bever, 1956 dalam Soemarto, 1999). Suhu
udara mempengaruhi limpasan permukaan dengan jalan mengubah
kandungan air tanah, sehingga menyebabkan perubahan kapasitas
peresapan air oleh tanah (infiltrasi). Kelembaban udara dan radiasi
ikut berperan dalam mempengaruhi suhu udara dan kecepatan angin
ikut menentukan kecepatan dan arah jatuh butirnya hujan.
5. Vegetasi
Vegetasi mengintersepsi curah hujan yang jatuh dengan daun, batang
yang akan mengurangi kecepatan jatuh serta memecah butiran hujan
menjadi lebih kecil. Curah hujan yang mengenai daun akan menguap
kembali ke udara dan inilah yang disebut dengan kehilangan intersepsi
tanaman (Weirsum, 1979 dalam Asdak, 2002).
6. Manusia
Manusia merupakan faktor penentu bagi terjadinya erosi, karena
manusia dapat mengatur keseimbangan faktor-faktor lain. Dengan cara
pengelolaan dan penggunaan tanah yang disesuaikan dengan tindakan
pengawetan tanah, erosi dapat dikurangi. Namun demikian, dari
manusia itu sendiri banyak faktor yang menyebabkan manusia
mempergunakan tanahnya secara bijaksana atau sebaliknya ( Arsyad,
1979, dalam Asdak, 2002). Faktor-faktor itu antara lain :
a) Luas tanah pertanian yang diusahakan.
b) Tingkat pengetahuan dan penguasaan teknologi.
c) Harga hasil usaha tani di pasar.
d) Perpajakan dan ikatan hutan.
e) Infrastuktur dan fasilitas kesejahteraan.
Dengan mengetahui faktor-faktor di atas kiranya pihak pemerintah
atau yang berwenang akan lebih mudah dalam mengatasi masalah
keseimbangan alami ini.

11
C. ALAT DAN BAHAN
Adapun dari pengamatan erosi yang dilakukan di lapangan terdiri dari
beberapa alat dan bahan yang meliputi:
1. Besi dengan diameter 8 mm (sebagai pin) dan 16 mm (sebagai
penangga bridge).
2. Pita ukur.
3. Patok besi panjang 1 m.
4. Kompas.
5. Seng plat dengan untuk pembuatan plot erosi panjang 6 m.
6. Pipa diameter 2 inch panjang 2 m.
7. Ember atau tong 2 buah.
8. Kawat bendrat atau tali rapiah.
9. Bambu/kayu pipih panjang 40 cm (18 buah).
10. Botol sampel.
11. Kayu pengaduk (1 buah)
12. Botol aqua ukuran 1,5 liter.
13. Teretek ukuran besar (1 buah).
14. Teretek ukuran sedang (1 buah).
15. Gelas ukur skala ml (1 buah).
16. Gelas ukur.
17. Splash trap
18. Alat tulis dan kertas gambar.

12
D. HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan hasi dari interpretasi lapangan yyang telah dilakukan pada
pengamatan dari erosi yang terjjadi di lokasi praktikum maka dengan melihat
kondisi erosi yang terdapat di lapangan maka dari hasil pengamatan tersebut telah
didapati beberapa tipe-tipe erosi yang memiliki keterdapatannya di lapangan. Dan
jenis atau tipe erosi tersebut yang terdiri atas erosi lembar, erosi parit, erosi percik,
dan erosi percik.

Foto 1. Jenis-jenis erosi di lapangan.


Dari gambar di atas dapat dilihat terdapat beberapa jenis erosi pada
gambar tersebut, dengan tipe erosinya berupa lembar yang dimana erosi ini dari
hasil pengamatannya pada tipe lembar merupakan pemecah partikel tanah pada
lapisan permkaan tanah. Kemudian pada erosi parit, yang didapati di lapangan
dari hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan diperoleh hasil dengan
lebar dari ukuran erosi parit yaitu lebih dari 50 cm dengan kedalaman lebih dari
30 cm. dan pengamatan pengamatan yang terdapat di lapangan juga termasuk
Dalam erosi alur yang memiliki lebar kurang dari 50 cm dengan kedalaman erosi
ini kurang dari 30 cm. sehingga dari pengamatan tersebut ang dominan terlihat
pada lookasi pengamatan yang berhasil dilakukan pengamatan berupa erosi parit,
lembar, dan alur.

Foto 2. System peralatan pengamatan erosi percik.

13
E. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dari mata kuliah erosi dan
pengendaliannya yang dilakukan di daerah botupingge dari hasil
pengamatan yang dilakukan bahwa dapat kita simpulkan kalau daerah
pengamatan tersebut memiliki banyak tipe dan jenis erosi yang terdapat di
lokasi praktikum. serta lokasi tersebut juga dapat diidentifikasi bahwa
tingkat kerawanan longsor atau erosi daerah tersebut sangat rentang akan
bahaya terjadinya erosi dan longsoran sehingga diperlukan beberapa
konservasi tanah daerah praktikum untuk mengurangi tingkat kerawanan
longsor atau erosinya.
b. Saran
Penulis dalam pembuatan laporan ini juga sangat banyak
mengalami kesulitan dalam proses pengerjaannya, dan masih banyak
terdapat kekurangan dalam penyusunannya. Sehingga saya sangat
mengharapkan tanggapan dari teman teman sekalian untuk kedepannya
lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: Penerbit IPB (IPB
Press)
Asdak,Chay, 2002, Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
C. D. Soemarto, 1999, Hidrologi Teknik, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Yang Berkelanjutan. Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta

15

Anda mungkin juga menyukai