Anda di halaman 1dari 14

PENGELOLAAN TANAH DAN AIR

(FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP EROSI)

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Gusti Ketut Asti Dea Ningsih (2006541088)

Khadafi Rizky Akbar (2006541090)

Widya Yorsi (2006541091)

Nurrizkia Septiani (2006541093)

Gusti Ayu Putu Tiara Adi Hantari (2006541094)

I Kadek Yuda Wiranda Putra (2006541095)

Ardi Fernando Tampubolon (2006541096)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

2.1 Pengertian Erosi ....................................................................................................... 3

2.2 Jenis-jenis Erosi ....................................................................................................... 3

2.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Erosi ....................................................... 5

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 9

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 10

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap kehidupan manusia tidak terlepas dari sumber daya alam yang ada. Tanah merupakan
salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Penggunaan tanah
secara baik merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam upaya menjamin kelangsungan hidup
manusia. Dalam pemanfaatan suatu lahan untuk pertanian maupun non pertanian tanpa adanya
usaha pengelolaan yang baik dapat menimbulkan kerusakan lahan dan penurunan produktivitas
lahan. Salah satu masalah yang dapat terjadi akibat tidak adanya usaha pengelolaan tanah yang
baik adalah erosi.
Erosi adalah proses penguraian dan proses pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga
geomorfolgi, seperti air dan angin (Arsyad, 2000). Secara alamiah erosi dikatakan tidak
menimbulkan masalah, apabila kecepatan erosinya lebih rendah atau sama daripada kec epatan
pembetukan tanah, dan ini disebut dengan erosi normal (erosi geologi). Aktivitas manusia
dibeberapa bidang dapat mempercepat erosi, sehingga timbul masalah yang disebut erosi
dipercepat (accelerated erotion). Pada peristiwa erosi (yang dipercepat) volume penghanyutan
tanah adalah lebih besar dibandingkan dengan pembentukan tanah, sehingga penipisan lapisan
tanah akan berlangsung terus yang pada akhirnya dapat melenyapkan atau terangkut habisnya
lapisan tersebut (Mulyani dan Kartasapoetra, 1991). Akibat dari erosi tersebut diatas adalah : a.)
merosotnya produktivitas tanah pada lahan yang tererosi, disertai merosotnya daya dukung serta
kualitas lingkungan hidup; b.) sungai, waduk dan aliran irigasi/drainase didaerah hilir menjadi
dangkal, sehingga masa guna dan daya guna menjadi berkurang; c.) secara tidak langsung dapat
menyebabkan terjadinya banjir yang kronis pada setiap musim penghujan dan kekeringan dimusim
kemarau (Arsyad, 2000).
Erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang su bur dan baik untuk pertumbuhan
tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah yang
terangkut akibat erosi akan diendapkan ketempat lain dalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi
dan sebagainya. Apabila pepohonan di lereng-lereng bukit digunduli, maka hujan deras akan
segera menghanyutkan lapisan tanah atas yang subur akibat erosi.

1
Intensitas hujan dan kemiringan lereng dapat meningkatkan aliran permukaan. Intensitas hujan
yang tinggi akan memiliki energi yang besar dalam menghancurkan agregat tanah. Kecepatan
aliran akan meningkat sejalan dengan semakin besarnya nilai dari kemiringan lereng dan daya
angkut partikel – partikel tanah yang telah hancur akan semakin tinggi sehingga proses erosi
semakin besar yang dinyatakan oleh Banuwa (2001, dalam Martono, 2004).
Faktor yang mempengaruhi erosi yang terjadi di alam tidak hanya terjadi karena adanya faktor
dari hujan dan kepekaan tanah melainkan juga dipengaruhi oleh vegetasi, kemiringan dan manusia
sehingga menurut Utomo (1994), erosi dinyatakan dalam rumus sebagai berikut: E = f (i,r,v,t,m),
dengan keterangan E adalah erosi, i (iklim), r (topografi), v (vegetasi), t (tanah) dan m (manusia).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian erosi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis erosi
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Erosi
Menurut beberapa ahli ada berbagai macam pengertian erosi seperti, erosi tanah adalah suatu
proses hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin
(Sarief, 1985). Selain itu Soetoto (2013) menyatakan “erosi adalah berpindahnya materi penyusun
permukaan bumi (tanah dan batuan) karena terangkut oleh air, angin atau es yang mengalir atau
bergerak di permukaan bumi”. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat diartikan bahwa erosi
adalah perpindahan lapisan permukaan bumi bagian atas yang dapat disebabkan oleh air, angin
ataupun es.

2.2 Jenis-Jenis Erosi


Menurut proses kejadiannya, maka erosi dibedakan kedalam:
a. Erosi geologi
Erosi geologi terjadi sejak permukaan bumi terbentuk yang menyebabkan terkikisnya
batuan sehingga terjadilah bentuk morfologi permukaan bumi seperti yang terdapat
sekarang ini.
b. Erosi normal
Erosi normal atau erosi alami merupakan proses pengangkutan tanah atau bagian-bagian
tanah yang terjadi dibawah keadaan alami. Proses erosi alam terjadi dengan laju yang
lambat, sehingga memungkinkan terbentuknya lapisan tanah yang tebal yang mampu
mendukung pertumbuhan vegetasi secara normal.
c. Erosi dipercepat
Erosi dipercepat atau erosi karena yang disebabkan oleh campur tangan manusia
merupakan proses pengangkutan tanah dengan laju yang jauh lebih cepat dari pembentukan
tanah yang dapat menimbulkan kerusakan tanah akibat perbuatan manusia dalam
mengelola sumber daya alam.
Sedangakan menurut bentuknya, erosi terdiri dari:
a. Erosi percikan
Erosi percikan merupakan hasil erosi yang disebabkan oleh energi kinetik air hujan
yangmenyebabkan terkelupasnya partikel-partikel tanah bagian atas.

3
b. Erosi lembar
Erosi lembar atau biasa juga disebut erosi kulit merupakan proses pengangkutan lapisan
tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan tanah. Erosi lembar terjadi ketika lapisan
tipis permukaan tanah didaerah berlereng terkikis oleh lapisan kombinasi air hujan dan air
larian (run off). Tipe erosi ini disebabkan oleh kombinasi air hujan dan air larian yang
mengalir ketempat yang lebih rendah.
c. Erosi alur
Erosi alur adalah proses terangkutnya tanah dari alur-alur tertentu pada permukaan tanah.
Erosi alur terjadi oleh aliran air larian sehingga menyebabkan pengelupasan yang diikuti
dengan pengangkutan partikel-partikel tanah kemudian terkonsentrasi didalam saluran-
saluran air. Hal ini terjadi ketika air larian masuk kedalam cekungan permukaan tanah,
kecepatan air larian meningkat, dan akhirnya terjadilah angkutan sedimen.
d. Erosi parit
Proses terjadinya erosi parit sama dengan erosi alur, akan tetapi alur yang terbentuk
sedemikian besarnya sehingga tidak dapat lagi dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
Hasil erosi parit membentuk jajaran parit yang lebih dalam dan lebar dan merupakan
tingkat lanjutan dari erosi alur. Erosi parit dapat diklasifikasikan sebagai parit
bersambungan dan parit terputus-putus.
e. Erosi tebing sungai
Erosi tebing sungai adalah proses terkikisnya tanah pada tebing-tebing sungai dan
penggerusan dasar sungai oleh aliran air sungai. Erosi tebing sungai terjadi sebagai akibat
pengikisan tebing sungai oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan
aliran sungai yang kuat pada belokan sungai. Dua proses berlangsungnya erosi tebing
sungai disebabkan oleh adanya gerusan aliran sungai dan oleh adanya longsoran tanah pada
tebing sungai.
f. Longsoran
Longsor merupakan suatu bentuk erosi yang proses pemindahan tanahnya terjadi pada saat
bersamaan dalam volume besar dan sekaligus. Longsor terjadi sebagai akibat meluncurnya
suatu volume tanah dalam volume besar diatas suatu lapisan yang agak kedap sampai jenuh
air. Proses terjadinya longsoran terjadi apabila:

4
1) Lereng yang cukup curam, sehingga volume tanah dapat bergerak atau meluncur
kebawah
2) Terdapat lapisan dibawah permukaan tanah yang kedap air dan lunak yang akan
menjadi bidang luncur
3) Terdapat cukup air dalam tanah, sehingga lapisan tanah tepat diatas lapisan kedap
air yang menjadi jenuh

2.3 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Erosi


1. Faktor Iklim
Faktor iklim yang penting dalam proses erosi adalah curah hujan dan suhu. Karena
curah hujan dan suhu tidak banyak berbeda di tempat tempat yang berdekatan, maka
pengaruh iklim terhadap sifat-sifat tanah baru dapat terlihat jelas bila dibandingkan daerah-
daerah yang berjauhan dan mempunyai iklim yang berbeda nyata. Pengaruh iklim dalam
proses erosi dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung
misalnya dalam proses pelapukan, pencucian, translokasi, dan lain-lain. Sedang pengaruh
tidak langsung terutama adalah melalui pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetasi
(Nursa’ban, 2006).
Intensitas hujan yang cukup tinggi akan menimbulkan erosi. Tetesan butiran-
butiran hujan yang jatuh ke atas tanah mengakibatkan pecahnya agregat-agregat tanah yang
diakibatkan oleh tetesan butiran hujan yang memiliki energi kinetik yang cukup besar.
Jumlah hujan yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat jika intensitasnya rendah,
dan sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat dapat menyebabkan sedikit erosi karena
jumlah hujan hanya sedikit. Jika jumlah dan intensitas hujan keduanya tinggi, maka erosi
tanah yang terjadi cenderung tinggi (Fitria, Sakka, Samsu, 2012).
Pada intensitas 80 mm/jam erosi yang terjadi pada tanah uji lebih besar
dibandingkan dengan intensitas 60 mm/jam. Hal ini disebabkan semakin tinggi intensitas
hujan maka tanah akan menerima semakin banyak air hujan yang jatuh sehingga erosi yang
terjadi juga semakin besar (Sucipto, 2007).
2. Topografi
Faktor topografi yang paling dominan pengaruhnya terhadap erosi adalah panjang
dan kecuraman lereng. Komponen ini akan mempengaruhi kecepatan dan volume air

5
permukaan sampai dimana air aliran permukaan masuk ke dalam saluran-saluran (sungai),
atau aliran telah berkurang akibat perubahan kelerengan (datar) sehingga kecepatan dan
volume dipencarkan ke berbagai arah (Triwanto, 2012).
Panjang lereng berperan terhadap besarnya erosi yang terjadi, semakin panjang
lereng maka semakin besar volume aliran permukaan yang terjadi. Kemiringan lereng
memberikan pengaruh besar terhadap erosi yang terjadi, karena sangat mempengaruhi
kecepatan limpasan permukaan. Makin besar nilai kemiringan lereng, maka kesempatan
air untuk masuk kedalam tanah (infiltrasi) akan terhambat sehingga volume limpasan
permukaan semakin besar yang mengakibatkan terjadinya bahaya erosi (Dewi, Ni Made,
Tatiek, 2012).
Unsur topografi yang mempengaruhi erosi adalah kemiringan lereng dan panjang
lereng. Makin besar kemiringan lereng, intensitas erosi air makin tinggi. Hal ini berkaitan
dengan energi kinetik aliran limpas yang semakin besar sejalan dengan semakin besar
kemiringan lereng. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah kepekaan tanah atau
erodibilitas tanah. Nilai erosi akan semakin besar dengan semakin besarnya nilai
erodibilitas suatu tanah (Bukhari, Kemala, Alinda, 2015).
3. Vegetasi
Vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis dan
hidup bersama pada suatu tempat. Diantara individuindividu tersebut terdapat interaksi yang erat
antara tumbuh-tumbuhan itu sendiri maupun dengan binatang-binatang yang hidup dalam vegetasi
itu dan fakto-faktor lingkungan (Marsono, 1977). Dengan demikian berarti bahwa vegetasi bukan
hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan saja, akan tetapi merupakan suatu kesatuan
dimana individu-individu penyusunnya saling tergantung satu sama lain dan disebut suatu
komunitas tumbuhan. Apabila pengertian tumbuh-tumbuhan ditekankan pada hubungan yang erat
antara komponen organisme dan faktor lingkungan, maka hal ini disebut ekosistem.

Menurut (Marsono, 1977) ada beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi dan struktur
vegetasi, yaitu flora, habitat (iklim, tanah, dan lainlain), waktu dan kesempatan sehingga vegetasi
di suatu tempat merupakan hasil resultante dari banyak faktor baik sekarang maupun yang lampau.,
faktor lingkungan memegang peranan sangat penting. Tumbuh-tumbuhan yang hidup pada suatu
tempat akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik secara morfologis maupun fisiologis
(Samingan, 1971). Vegetasi secara umum dapat mencegah erosi, namun setiap jenis tanaman dan

6
banyaknya tajuk terhadap erosi berbeda-beda. Pada tanaman yang rimbun kemungkinan erosi lebih
kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh jarang. Pengaruh vegetasi terhadap aliran
permukaan dan erosi yaitu intersepai air hujan oleh tanaman, mengurangi kecepatan aliran dan
energi perusak air serta meningkatkan efektivitas mikroorganisme yang berperan dalam proses
humifikasi (Marsono, 1977).
Menurut Soemarwoto (1983) bahwa selain berfungsi menghalangi pukulan langsung air
hujan kepermukaan tanah, vegetasi penutup lahan juga menambah kandungan bahan organik tanah
yang meningkatkan resistensi terhadap erosi yang terjadi. Selanjutnya, menurut (Hardjowigeno,
1993) pencegahan erosi dapat berlangsung secara efektif apabila paling sedikit 70 % permukaan
lahan tertutup oleh vegetasi.

4. Tanah
Kepekaan tanah terhadap erosi, atau disebut erodibilitas tanah didefinisikan oleh Hudson (1978)
sebagai mudah tidaknya suatu tanah tererosi. Secara lebih spesifik Young et al. dalam Veiche
(2002) mendefinisikan erodibilitas tanah sebagai mudah tidaknya suatu tanah untuk dihancurkan
oleh kekuatan jatuhnya butir-butir hujan, dan/atau oleh kekuatan aliran permukaan. Sementara
Wischmeier dan Mannering (1969) menyatakan bahwa erodibilitas alami (inherent) tanah
merupakan sifat kompleks yang tergantung pada laju infiltrasi tanah dan kapasitas tanah untuk
bertahan terhadap penghancuran agregat (detachment) serta pengangkutan oleh hujan dan aliran
permukaan. Di negara-negara tropis seperti Indonesia, kekuatan jatuh air hujan dan kemampuan
aliran permukaan menggerus permukaan tanah adalah merupakan penghancur utama agregat tanah.
Agregat tanah yang sudah hancur kemudian diangkut oleh aliran permukaan, mengikuti gaya
gravitasi sampai ke suatu tempat dimana pengendapan terjadi. Keseluruhan proses tersebut, yaitu
penghancuran agregat, pengangkutan partikel-partikel tanah, dan pengendapan partikel tanah
disebut sebagai erosi tanah. Di alam dikenal tiga bentuk erosi, yaitu erosi lembar (sheet/interill
erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion). Erosi lembar merupakan
pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah. Kekuatan
jatuh butir-butir hujan dan aliran air di permukaan tanah merupakan penyebab utama erosi ini. Erosi
alur terjadi jika air terkonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan tanah,
sehingga proses penggerusan tanah banyak terjadi pada tempat tersebut, yang kemudian
membentuk alur-alur. Alur-alur tersebut akan hilang saat dilakukan pengolahan tanah atau
penyiangan. Erosi parit terjadi hampir sama dengan erosi alur. Aliran permukaan dengan volume
yang lebih besar terkonsentrasi pada satu cekungan menyebabkan kemampuannya menggerus

7
menjadi sangat besar, sehingga mampu membentuk parit yang dalam dan lebar, yang tidak dapat
dihilangkan hanya dengan pengolahan tanah biasa. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
erosi lembar merupakan bentuk erosi yang menyumbang sedimen paling besar dibandingkan
dengan bentuk erosi lainnya (Bradford et al., 1987 a dan b). Hal ini dimungkinkan karena erosi
lembar terjadi pada areal yang relatif luas, sedangkan erosi alur atau parit hanya terjadi pada tempat-
tempat tertentu dimana aliran air terkonsentrasi.

5. Manusia
Kegiatan manusia yang menyebabkan erosi adalah penggundulan hutan, mengubah
lahan pertanian untuk pemukiman, terasering, hingga penggunaan pupuk yang
berpengaruh pada struktur tanah. Aktivitas manusia yang mengubah vegetasi suatu daerah
berkontribusi besar terhadap terjadinya erosi. Padahal pohon dan tumbuhan menahan tanah
di tempatnya. Saat manusia menebang pepohonan di hutan dan membuat lahan pertanian
atau melakukan pengembangan lahan maka tanah akan menjadi rentan terhadap
pengikisan. Pengikisan tanah secara besar-besaran akan menyebabkan tanah longsor.
Sedangkan air yang tidak meresap ke dalam tanah akan mengalir di atas tanah terbuka lalu
menyebabkan banjir.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut ahli, erosi tanah adalah suatu proses hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik
disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Selain itu Soetoto juga menyatakan bahwa erosi
adalah berpindahnya materi penyusun permukaan bumi (tanah dan batuan) karena terangkut oleh
air, angin atau es yang mengalir atau bergerak di permukaan bum. Berdasarkan kedua pendapat
tersebut dapat diartikan bahwa erosi adalah perpindahan lapisan permukaan bumi bagian atas yang
dapat disebabkan oleh air, angin ataupun es. Erosi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu menurut
proses kejadiannya dan menurut bentuknya. Erosi menurut proses kejadiannya dibedakan kedalam
erosi geologi, erosi normal dan erosi dipercepat. Sedangkan erosi menurut bentukknya dibedakan
kedalam erosi percikan, erosi lembar, erosi alur, erosi parit, erosi tebing sungai dan longsoran.
Erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : Faktor iklim, topografi, vegetasi, tanah dan juga
manusia.

9
DAFTAR PUSTAKA
Asriadi. Tanpa Tahun. Ringkasan Teori Erosi dan Sedimentasi. Sorong: Universitas
Muhammadiyah Sorong.
Juita, Erna, dkk.2018. Analisis Erosi Tebing dan Konservasi Lahan Berbasis Kearifan Lokal di
Nagari Sungai Sariak. Sumatera Barat: STKIP PGRI Sumatera Barat. Nomor 1, Volume
5, 2018
Osok, Rafel M., dkk. 2018. Analisis Faktor-Faktor Erosi Tanah dan Tingkat Bahaya Erosi dengan
Metode Rusle di DAS Wai Batu Merah Kota Ambon Provinsi Maluku. Maluku:
Universitas Pattimura. Vol. 14(2): 89-96 Th. 2018 ISSN: 1858-4322.
https://media.neliti.com/media/publications/77203-ID-pengaruh-erosivitas-dan-topografi-
terhad.pdf diakses pada tangga 17-09-2021
http://eprints.ums.ac.id/12434/4/BAB_1.pdf diakses pada tanggal 17-09-2021
http://eprints.umm.ac.id/35872/3/jiptummpp-gdl-yogaekopra-48766-3-babii.pdf diakses pada
tanggal 17-09-2021
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/7974/05.3%20bab%203.pdf?sequence=7&is
Allowed=y diakses pada tanggal 18-09-2021
ANALISIS PENGARUH VEGETASI TERHADAP PENCEGAHAN EROSI PADA LERENG
(UJI EKSPERIMENTAL). M Rizal Pajri dan Nurfadilah. Diakses pada tanggal 20
September 2021. Melalui . https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/13153-
Full_Text.pdf
Kepekaan tanah terhadap erosi. Ai Dariah, H. Subagyo, Chendy Tafakresnanto, dan Setiari
Marwanto. Diakses pada tanggal 19 September 2021. Melalui
https://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku%20lahan%20kering
/02kepekaan_tanah_terhadap_erosi.pdf.

10

Anda mungkin juga menyukai