Anda di halaman 1dari 15

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Siklus Hidrologi

Air merupakan benda alam yang paling berharga. Dapat dipastikan tanpa air,

makhluk hidup dipermukaan bumi tidak akan ada kehidupan. Air juga merupakan

media pengangkutan, sumber energi, dan berbagai keperluan lainnya. Selain itu air

juga dapat menjadi benda perusak di permukaan bumi ketika hujan lebat dan banjir,

serta bisa membawa permukaan tanah yang subur (Arsyad, 2010).

Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti mulai dari atmosfer

ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan

transpirasi. Kondensasi merupakan uap air yang mengembang, mendingin, kemudian

berkondensasi mengikuti partikel-partikel debu kecil di udara yang kemudian

berkumpul membentuk awan. Presipitasi merupakan pembentukan hujan dan salju

yang berasal dari kumpulan awan. Evaporasi merupakan penguapan air ke udara

ketika dipanaskan oleh sinar matahari yang berasal dari daratan, danau sungai, lahan

basah dan dari daun tanaman yang hidup yang dinamakan transpirasi. Semua proses

ini disebut dengan evapotranspirasi (Syarifudin, 2017).

Siklus hidrologi merupakan sirkulasi air yang tetap dari lautan sampai ke

udara dan akan kembali lagi nantinya ke lautan. Hujan merupakan salah satu bentuk

presivitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer, air hujan yang

jatuh ke permukaan sebagian akan mengalami infiltrasi dan ketika ilfiltrasi terpenuhi

maka akan terjadi run off yaitu aliran permukaan. Air yang terinfiltrasi ke dalam
6

tanah maka akan melanjutkan infiltrasi ke lapisan-lapisan bawah tanah, gerakan ini

disebut perkolasi dan akhirnya akan terbentuklah air tanah (Kartasapoetra, 2010).

2.2. Pengertian Erosi

Arsyad (2010) menyatakan erosi merupakan peristiwa berpindahnya atau

terangkutnya tanah atau partikel partikel tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh

media alami, yang dimana bagian-nagian tanah akan terkikis kemudian terangkut

yang kemudian bagian tanah yang terangkut akan diendapkan di tempat yang lain.

Erosi dapat disebut juga pengikisan atau kelongsoran pada permukaan tanah,

sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau

kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat

perbuatan manusia.

Menurut Hardjowigeno (1995) erosi terbagi menjadi dua, yaitu geological

erosion dan accelerated erosion.

Geological Erosion yaitu erosi yang berlangsung secara alamiah, terjadi

secara normal di lapangan beberapa tahapan: (1) Pemecahan agregat-agregat tanah

atau bongkah-bongkah tanah ke dalam partikel-partikel tanah yaitu butiran-tanah

yang kecil. (2) Pemindahan partikel-partikel tanah baik dengan melalui penghanyutan

ataupun dengan kekuatan angin. (3) Pengendapan partikel tanah yang terangkut atau

terpindah di tempat-tempat yang lebih rendah atau di dasar sungai. Erosi secara

alamiah ini dapat dikatakan tidak menimbulkan musibah yang hebat bagi kehidupan

manusia atau keseimbangan lingkunagan dan kemungkinan hanya kecil saja, hal ini

dikarenakan banyaknya patikel tanah yang dipindahkan atau terangkut seimbang

dengan banyaknya tanah yang terbentuk di tempat tersebut (Kartasapoetra, 2010).


7

Accelerated Erosion atau erosi dipercepat merupakan proses pengangkutan

tanah yang menimbulkan kerusan akibat kegiatan manusia yang mengganggu

keseimbangan antara pembentukan dan pengangkutan tanah dan melakukan

kesalahan dalam pengelolaan tanah dalam pelaksanaan pertaniannya sehingga jumlah

tanah yang tererosi lebih banyak dari pada tanah yang terbentuk (Banua, 2013).

2.3. Mekanisme Terjadinya Erosi

Mekanisme terjadinya erosi diidentifikasikan menjadi tiga tahap yaitu,

detachment (pelepasan partikel tanah), transportasion (pengangkutan partikel tanah),

dan sedimentasi (pengendapan partikel tanah).

2.3.1. Detachment (pelepasan partikel tanah)

Curah hujan yang menimpa permukaan tanah itu terdiri dari butir-butir air

yang daya timpanya akan berbeda-beda, ada yang keras dan ada pula yang lemah hal

ini tergantung pada, (1) Kecepatan jatuhnya titik air itu, (2) Diameter butir-butir air,

dan (3) intensitas atau kehebatan hujan tersebut.

Daya timpa yang berat akan menghancurkan bongkahan tanah menjadi butiran

tanah yang kecil bahkan ada yang halus, sehingga butiran tersebut terangkat dan

terhanyutkan dengan berlangsungnya run off sedangkan sebagian akan mengikuti

ilfiltrasi sehingga terjadilah penutupan pori tanah sehingga laju infiltrasi terhambat.

Dengan menurunnya laju ilfiltrasi maka run off menjadi bertambah dan daya tekan

mengalirnya air pun semakin meningkat dan lebih kuat. Semakin besar intensitas

hujan maka semakin besar pula partikel tanah yang dilepaskan, dikarenakan daya

kinetiknya makin besar (kuat). (Kinetik = penumbukan). Makin besar diameter butir

hujan daya kinetik akan makin besar pula dan tentunya partikel-partikel tanah yang
8

dilepaskan dari agregatnya makin besar pula. Dengan demikian terjadi lah

pengangkutan partikel-partikel tanah bersamaan dengan adanya run of

(Kartasapoetra, 2010).

2.3.2. Transportasi (pengangkutan partikel tanah)

Run off atau aliran permukaan tanah akan mempunyai kemampuan

memindahkan atau mengangkut partikel tanah yang telah dilepaskan dari agregat-

agregatnya. Jadi dalam hal pengangkutan partikel tanah ini aliran air permukaan

sangat memegang peranan yaitu pada lahan yang miring, semakin miringnya keadaan

lahan maka semakin cepat pula partikel-partikel tanah tersebut terangkut. Akan tetapi

ukuran partikel dan adanya tanaman pada permukaan lahan akan mempengaruhi

kelancaran dalam proses pengangkutan partikel tanah. Makin kecil ukuran partikel

tanah, maka semakin jauh partikel tersebut diangkut. Pasir akan lebih lambat

terangkutnya dari pada liat dan debu, sedangkan tanaman dan batuan pada permukaan

lahan akan semakin menghambat kecepatan aliran permukaan. Dengan demikian jauh

dekatnya partikel tanah terangkut tergantung pada (1) Keadaan kemiringan lereng dan

seberapa panjang kemiringan lereng pada lahan tersebut, (2) Besar dan cepatnya laju

aliran air permukaan, (3) Ukuran partikel yang terlepas dari agregatnya, (4) Adanya

tanaman dan batuan pada permukaan lahan, dan (5) Tidak adanya penyengkedan dan

parit-parit sebagai perlakuan positif manusia guna menghambat laju aliran permukaan

(Kartasapoetra, 2010).

2.3.3. Sedimentasi (pengendapan partikel tanah)

Terjadinya pengendapan partikel yang terangkut oleh aliran permukaan di

daerah atau tempat-tempat yang datar, hal ini ada proses terakhir pada erosi yang
9

dimana partikel-partikel yang terangkut tadi akan mengalami sedimentasi pada

dataran yang rendah bahkan sapai pada muara sungai, pada hal ini proses erosi dan

sedimentasi ini ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan yaitu pada lahan

yang terjadi erosi maka merugikan baginya karena lapisan top soil pada lahan

tersebut akan terkikis sehuingga menyebabkan tanah tidak subur, dan pada daerah

pengendapan akan menjadikan lahannya semakin tebal.

Namun pengendapan pada tahan yang datar memang akan menguntungkan

satu pihak, akan tetapi alangkah tidak baiknya dan tidak adilnya kalau keuntungan ini

menguntungkan satu pihak dan merugukan pihak lain. Namun pada segi konservasi

tanah dan air, baik erosi maupun sedimentasi harus dicegah keduanya karena hal ini

dapat merugikan. Yang dimana ketika terjadinya erosi akan mengakibatkan lahan

menjadi gersang sehingga ketika curah hujan turun tidak ada yang menahan atau

menyimpan air pada lahan tersebut sehingga mejadi kering dan gersang, dan

sedimentasi dapat mendangkalkan sungai, sehingga ketika hujan turun dengan

intensitas yang tinggi maka daya tampung sungai semakin berkurang sehingga terjadi

peluapan air sungai dengan demikian limpahan air tersebut akan terjadi banjir yang

menimbulkan bencana pada lingkungan (Kartasapoetra, 2010).

2.4. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Erosi

Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya erosi adalah iklim, topografi,

vegetasi, tanah, dan manusia (Arsyad, 2010).

2.4.1. Iklim

Di daerah yang beriklim tropis, faktor iklim yang mempengaruhi erosi adalah

hujan. Besarnya curah hujan, intensitas, dan distribusi hujan menentukan kekuatan
10

dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kekuatan air hujan yang jatuh ke tanah

kemudian mengalir pada permukaan tanah serta tingkat kerusakan erosi yang terjadi.

Sifat hujan yang terpenting yang mempengaruhi besarnya erosi adalah curah hujan.

Intensitas hujan menunujukan banyaknya curah hujan per satuan waktu (mm/jam atau

cm/jam). Kekuatan menghancurkan tanah dari curah hujan jauh lebih besar

dibandingkan dengan kekuatan pengangkut dari aliran permukaan. Hujan yang turun

sampai ke permukaan tanah memiliki energi kinetik yang dapat menghancurkan tanah

(butir-butir tanah), sehingga bagian-bagian tanah terhempas, hilang, dan hanyut oleh

aliran permukaan. Hilang atau terkikisnya lapisan tanah inilah yang disebut erosi

(Hardjowigeno, 1995).

2.4.2. Topografi

Panjang lereng dan kemiringan lereng adalah dua sifat topografi yang paling

besar pengaruhnya terhadap aliran permukaan dan terjadinya erosi. Panjang lereng

dihitung mulai dari titik pangkal terjadinya aliran sampai dimana kemiringan berubah

sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran permukaan juga berubah. Kemiringan

lereng dinyatakan dalam derajat atau persen, semakin curam lereng juga

memperbesar kecepatan aliran permukaan dengan demikian semakin besar pula

energy angkut aliran permukaan.

2.4.3. Vegetasi

Vegetasi merupakan `lapisan pelindung atau penghambat antara atmosfer

dengan tanah. Apabila vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput atau

pepohonan yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap

erosi.
11

2.4.4. Tanah

Berbagai tipe tanah yang mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda

beda, kepekaan erosi tanah atau mudahnya tanah tererosi dilihat pada berbagai

interaksi sifat-sifat fisik dan kimia. Adapun sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi

adalah tekstur, struktur, bahan organic, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat

kesuburan tanah.

2.4.5. Manusia

Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakah tanah yang digunakan

sebagai usaha akan berhasil secara produktif dan menghasilkan secara berkelanjutan

atau lahan tersebut tidak produktif dan menyebabkan malapetaka bagi manusia

sendiri.

Hardjowigeno (1995) mengungkapkan kepekaan tanah terhadap erosi dapat

diubah oleh manusia menjadi lebih baik atau lebih buruk. Pembuatan teras-teras pada

tanah yang berlereng curam merupakan pengaruh baik dari manusia karena dapat

mengurangi erosi. Sebaliknya penggundulan hutan di daerah-daerah pegunungan

merupakan pengaruh manusia yang buruk karena dapat menyebabkan erosi

2.5. Bentuk-Bentuk Erosi

Menurut bentuknya erosi dibedakan dalam erosi percikan, erosi lembar, erosi

alur, erosi parit, erosi tebing sungai, longsor, dan erosi internal.

Erosi percikan (splash erosion) adalah terlepas dan terlemparnya partikel-

partikel tanah dari massa tanah akibat tumbukan butiran air hujan secara langsung,

karena benturan air hujan ini, partikel-partikel tanah yang halus akan terlempar ke

udara sehingga lapisan tanah akan semakin menipis (Suripin, 2004).


12

Erosi lembar (sheet erosion) adalah pengangkutan tanah yang merata tebalnya

dari suatu permukaan tanah kekuatan air hujan dan besarnya aliran permukaan yang

menyebabkan erosi ini terjadi (Arsyad, 2010).

Erosi alur (rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan

pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di

dalam saluran-saluran air, daya aliran dengan mudah akan terus mengikis kelapisan

tanah dan terbentuklah alur-alur dangkal pada permukaan tanah

(Kartasapoetra, 2010).

Erosi parit (gully erosion) proses terjadinya erosi ini sama dengan alur, tetapi

alur yang terbentuk pada erosi ini sudah begitu besar sehingga tidak dapat lagi

dihilangkan dengan pengelolaan tanah yang biasa. Erosi parit ini berbentuk V atau U,

tergantung kepada kepekaan erosi substratnya (Arsyad, 2010).

Erosi tebing sungai (river bank erosion) adalah erosi yang terjadi akibat

pengikisan tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan

arus sungai yang kuat terutama pada tikungan-tikungan, erosi tebing ini lebih cepat

jika vegetasi penutup tebing tidak ada (Suripin, 2004).

Tanah longsor (landslide) merupakan bentuk erosi dimana pengangkutan atau

gerakan massa tanah yang terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar.

Berbeda dengan bentuk erosi lainnya, pada tanah longsor pengangkutan tanah dalam

volum besar terjadi sekaligus (Arsyad, 2010).

Erosi internal (internal erosion) adalah proses terangkutnya partikel-partikel

tanah ke bawah masuk ke celah-celah atau pori-pori akibat adanya aliran bawah

permukaan, erosi internal mungkin tidak menyebabkan kerusakan yang tampak. Akan
13

tetapi erosi internal menyebabkan penurunan laju infiltrasi sehingga laju aliran

permukaan meningkat dan menyebabkan terjadinya erosi lembar atau erosi alur

(Arsyad, 2010).

2.6. Metode Prediksi Erosi

2.6.1. Metode GUEST

Model erosi Rose (GUEST) merupakan model berdasarkan pendekatan

proses erosi yang mempengaruhinya, yaitu daya pelepasan partikel tanah oleh butir

butir hujan dan aliran permukaan sebagai agen utama penyebab erosi tanah. Dalam

model ini, erosi terjadi karena adanya tiga proses yang berperan yaitu pelepasan

(detachment) oleh butir-butir hujan, pengangkutan (transportation) sedimen dan

pengendapan (Deposition) sedimen (Vadari, Subagyono, Sutrisno, 2011). Persamaan

model tersebut setelah disederhanakan adalah sebagai berikut:

SL = 2700 λ S (Cr ) (Q)

Keterangan :

SL: total tanah yang hilang (kg.m-3);

λ : efisiensi pengangkutan; S adalah kemiringan lahan (%);

C :persentase penutupan lahan;

Q : volume aliran permukaan (m3).

2.6.2. Prediksi Erosi dengan Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

Universal Soil Loss Equation (USLE) dikembangkan di Nation Runoff and

Soil Loss Data Centre yang didirikan pada 1954 oleh The Science and Education

Administration Amerika Serikat bekerja sama dengan Universitas Purdue

(Wischmeier dan Smith, 1978). USLE adalah suatu model erosi yang dirancang untuk
14

memprediksi erosi rata-rata dalam jangka panjang dari erosi lembar atau alur di

bawah keadaan tertentu, USLE memungkinkan perencana menduga laju rata-rata

erosi suatu bidang tanah tertentu pada suatu kecuraman lereng dengan pola hujan

tertentu untuk setiap macam jenis tanah dan penanaman serta penerapan pengelolaan

lahan yang mungkin dilakukan atau yang sedang digunakan (Arsyad, 2010).

Perhitungan TBE dengan rumus USLE sebelumnya lebih banyak digunakan

untuk skala plot, namun saat ini telah digunakan untuk luasan lahan yang lebih besar.

Analisis TBE dalam hamparan lahan seluas DAS atau sub DAS (Herawati. 2010).

Prediksi tingkat erosi tanah dihitung dengan rumus USLE dari Wischmeir dan

Smith (1978). Persamaan USLE adalah sebagai berikut:

A = R x K x LS x C x P

Keterangan :

A = Laju erosi tanah (ton/ha/tahun)

R = Indeks erosivitas hujan

K = Indeks erodibilitas tanah

LS = Indeks panjang lereng dan kemiringan lereng

C = Indeks penutupan vegetasi

P = Indeks pengolahan lahan atau tindakan

Faktor erosivitas hujan (R) merupakan kemampuan hujan dalam mengerosi

tanah. Faktor iklim yang besar pengaruhnya terhadap erosi tanah adalah hujan,

temperatur dan suhu. Sejauh ini hujan merupakan faktor yang paling penting. Hujan

menyebabkan erosi tanah melalui dua jalan yaitu pelepasan butiran tanah oleh

pukulan air hujan pada permukaan tanah dan kontribusi hujan terhadap aliran. Jumlah
15

hujan yang yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat jika intensitasnya

rendah, dan sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat mungkin juga hanya

menyebabkan sedikit erosi karena jumlah hujannya hanya sedikit. Jika jumlah dan

intensitas hujan keduanya tinggi, maka erosi tanah yang terjadi cenderung tinggi

(Suripin, 2004).

Faktor erodibilitas tanah (K) merupakan faktor kepekaan tanah terhadap erosi.

Nilai erodibilitas tanah yang tinggi pada suatu lahan menyebabkan erosi yang terjadi

menjadi lebih besar dan sebaliknya. Faktor erodibilitas tanah sangat berkaitan dengan

tekstur tanah dan juga kandungan bahan organik tanah Kartasapoetra (2010).

Penentuan nilai erodibilitas tanah dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978)

dengan menggunakan nomograf yang berdasarkan pada sifat-sifat tanah yang

mempengaruhinya meliputi tekstur, struktur, kadar bahan organik dan permeabilitas

tanah.

Faktor panjang lereng dan kemiringan lereng (LS) merupakan perbandingan

tanah yang tererosi pada suatu panjang lereng terhadap tanah tererosi, sedangkan

faktor kemiringan lereng adalah perbandingan tanah yang tererosi pada suatu

kemiringan lahan terhadap tanah yang tererosi untuk kondisi permukaan lahan yang

sama (Arsyad, 2010).

Semakin panjang lereng dan kemiringan lereng maka kerusakan dan

penghancuran atau berlangsungnya erosi akan lebih besar, karena semakin panjang

lereng pada tanah akan semakin besar pula kecepatan aliran air di permukaannya

sehingga pengikisan terhadap bagian-bagian tanah akan semakin besar

(Kartasapoetra, 1989).
16

Faktor pengelolaan tanaman (C) menunjukkan keseluruhan pengaruh dari

vegetasi, kondisi permukaan tanah, dan pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah

yang hilang (erosi). Faktor pengelolaan tanaman menggambarkan nisbah antara

besarnya erosi lahan yang ditanami dengan tanaman tertentu dengan pengelolaan

tertentu terhadap besarnya erosi tanah yang tidak ditanami dan diolah bersih dalam

keadaan identik (Arsyad, 2010).

Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam (1)

intersepsi air hujan, (2) mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan

perusak hujan dan aliran permukaan, (3) pengaruh akar, bahan organik sisa-sisa

tumbuhan yang jatuh dipermukaan tanah dan kegiatan-kegiatan biologi yang

berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas

struktur porositas tanah dan (4) transpirasi yang mengakibatkan berkurangnya

kandungan air tanah (Arsyad, 2010).

Faktor tindakan konservasi tanah (P) adalah nisbah antara besarnya erosi dari

lahan dengan suatu tindakan konservasi tertentu terhadap besarnya erosi pada lahan

tanpa tindakan konservasi dalam keadaan identik. Termasuk dalam tindakan

konservasi tanah adalah pengolahan tanah menurut kontur, guludan, dan teras. Di

lahan pertanian, nilai faktor P menunjukkan jenis aktivitas pengolahan tanah seperti

pencangkulan dan persiapan tanah lainnya (Syahza, 2017).

2.7. Usaha Pengendalian Erosi

Arsyad (2010) menambahkan bahwa usaha pengendalian erosi dan atau usaha

pengawetan tanah dapat dilakukan dengan teknologi atau metode-metode sebagai

berikut :
17

Metode vegetatif mempunyai fungsi sebagai berikut; (a) melindungi tanah

terhadap daya tumbukan butir-butir hujan yang jatuh, (b) melindungi tanah dari

perusak yaitu air yang mengalir ketika curah hujan tinggi ketika infiltrasi terpenuhi,

(c) Memperbaiki kapasitas infiltrasi. Adapun metode vegetatif dalam konservasi

tanah meliputi; (a) reboisasi dan penghijauan, (b) penanaman tanaman penutup tanah,

(c) penanaman secara garis kontur, (d) penanaman tanaman dalam strip, (e)

penanaman tanaman secara bergilir dan (f) pemulsaan atau pemanfaatan serasah

tanaman (Arsyad, 2010).

Metode mekanik berfungsi sebagai; (a) memperlambat aliran permukaan, (b)

menampung dan menyalurkan aliran permukaan, (c) memperbaiki dan memperbesar

infiltrasi,(d) menyediakan air bagi tanaman. Adapun metode mekanik meliputi ; (a)

pembuatan jalur-jalur bagi pengairan air dari tempat-tempat tertentu ke tempat-tempat

pembuangan (water ways), (b) pembuatan teras-teras atau sengkedan agar aliran air

dapat terhambat sehingga daya angkut atau hanyutnya berkurang, (c) pembuatan

selokan dan parit ataupun rorak-rorak pada tempat-tempat tertentu dan (d) melakukan

pengolahan tanah yang sejajar dengan garis kontur, (e) membuat guludan bersaluran

(Arsyad, 2010).

Cara kimia yaitu dengan memanfaatkan bahan-bahan yang dapat berfungsi

untuk meningkatkan stabilitas agregat tanah dan (soil conditioner) dan mencegah

erosi, baik alami ataupun fabrikasi. Contoh bahan pemantap tanah dari bahan kimia

yaitu polymer, emulsi bitumen, polyanion, polycation. Ternyata pemakaian pemantap

tanah hanya terbatas untuk keadaan-keadaan yang sangat perlu atau mendesak demi
18

pemantap tanah tersebut dikarenakan harganya mahal, tetapi hasilnya sangat positif

untuk memperbaiki kemantapan atau kestabilan struktur tanah (Kartasapoetra, 2010).

2.8. Perkebunan Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak

makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). pada tahun 2012

Indonesia telah menempati penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia kemudian

disusul Malaysia. Dengan luas tanaman menghasilkan mencapai 6,500,000 ha,

dengan total produksi 23,672,000 Ton, dan menjadi negara ekportir minyak kelapa

sawit terbesar di dunia, yakni mencapai 16,336,750 Ton pada tahun 2011 (kementrian

Pertanian. 2014). Pelaku usahatani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan

perkebunan besar swasta, perkebunan negara dan perkebunan rakyat. Usaha

perkebunan kelapa sawit rakyat umumnya dikelola dengan model kemitraan dengan

perusahaan besar swasta dan perkebunan negara

Di dalam UU No 18 Tahun 2004 Pasal 1 disebutkan bahwa Perkebunan

adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau

media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan

barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi

pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

Syahza (2007) menjelaskan bahwa pembangunan perkebunan kelapa sawit

dapat mengurangi ketimpangan pendapatan antar golongan masyarakat dan

mengurangi ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota; menciptakan multiplier

effect ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan; dan ekspor


19

produk turunan kelapa sawit (CPO) dapat merangsang pertumbuhan ekonomi daerah.

Tingkat kesejahteraan yang dirasakan oleh masyarakat pedesaan telah membawa

dampak berkembangnya perkebunan di daerah, khususnya kelapa sawit. Yang dimana

lahan-lahan terus saja di buka untuk perkebunan tanpa melakukan teknik konservasi

yang baik.

Perkebunan kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan komuditi di Kota

Subulussalam. Setiap kecamatan di Kota Subulussalam memiliki perkebunan kelapa

sawit baik perkebunan rakyat maupun perkebunan swasta. Perkebunan Mitra Sejati

Sejahtera Bersama adalah salah satu perkebunan besar yang berada di beberapa desa

pada Kecamatan Rundeng dan Kecamatan Sultan Daulat, luas perkebunan ini

mencapai 2.500 Ha.

Anda mungkin juga menyukai