TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Kelerengan
Kemiringan lahan adalah perbedaan ketinggian tertentu pada relief yang ada
pada suatu bentuk lahan. Penentuan kemiringan lahan rata-rata pada setiap
penggunaan lahan. Kemiringan lahan tiap daerah berbeda-beda tetapi secara umum
oleh ketinggian lahan terhadap laut karena semakin dekat dengan laut cenderung
semakin rata (Sinery, Rudolf, Hermanus, Samsul, dan Devi, 2019). Menurut
Gunawan (2011), kelas kelerengan lahan digolongkan dalam lima tipe sebagai
berikut.
Kemiringan lereng dan panjang lereng merupakan dua sifat utama dari
memberikan dampak terhadap laju aliran permukaan yang membawa lapisan tanah
atas beserta unsur hara dari tempat satu ke tempat lainnya yang lebih rendah
6
permukaan, dimana semakin curam suatu lereng akan semakin cepat alirannya,
sehingga dapat diartikan kesempatan air yang meresap ke dalam tanah lebih kecil
dan akan memperbesar aliran permukaan, yang akan berakibat pada besarnya erosi
tanah. Menurut Mulyani dan Kartasapoetra (1991), panjang lereng dan kecepatan
lereng dan semakin cepat aliran permukaan maka erosi akan semakin besar.
lahan memanjang lereng tanpa adanya sistem teras yang benar akan menyebabkan
oleh aliran permukaan menuruni lereng. Pada lereng yang lebih bawah, erosi yang
terjadi akan lebih besar lagi karena disamping adanya pengaruh dari daya rusak
butir hujan, juga dipengaruhi oleh aliran permukaan dari lereng bagian atas
sehingga menyebabkan tanah yang terangkut lebih banyak. Bila kecepatan aliran
bersifat sementara, dan biasanya terjadi pada lereng tengah. Kecepatan aliran
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa peristiwa erosi terjadi pada lereng atas,
7
2.2 Hubungan antara Kelerengan dan Erosi
Erosi adalah peristiwa terangkutnya tanah atau bagian tanah dari suatu
tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain dengan media alam. Selain
itu erosi juga didefinisikan sebagai kehilangan tanah yang lebih cepat dari proses
erosi geologi. Di daerah beriklim tropis basah, agen erosi yang paling utama adalah
angin, sedangkan di daerah beriklim kering adalah angin. Secara umum, proses
erosi oleh air terjadi melalui tiga kombinasi proses, yaitu : (1) penghancuran
struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi kinetik hujan yang kemudian
diikuti oleh perendaman air yang tergenang; (2) pengangkutan butir-butir primer
tanah tersebut oleh air melalui limpasan (runoff), partikel bergerak mengikuti arah
lereng; dan (3) proses sedimentasi butir-butir tanah yang terangkut, proses ini
mempunyai massa yang lebih berat mengalami sedimentasi lebih awal. Sedimentasi
ini bisa terjadi di dalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi, di atas tanah
pertanian, dsb. Dua unsur pokok topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran
permukaan dan erosi adalah kemiringan dan panjang lereng. Unsur lain yang juga
kecepatan runoff, juga memperbesar energi angkut air (Satriawan dan Fuady,
2015).
Agregat tanah yang hancur akan menutup pori-pori tanah yang akan mengurangi
8
kemampuan tanah dalam menyerap air hujan (infiltrasi). Dengan adanya
daya angkut akan partikel-partikel tanah yang telah terlepas tersebut semakin
besarnya erosi yang terjadi. Sifat lereng yang mempengaruhi energi penyebab erosi
adalah :
a) Kemiringan lereng
b) Panjang lereng
c) Bentuk lereng
Pada dasarnya makin curam suatu lereng, maka persentase kemiringan lereng
semakin besar, sehingga semakin cepat laju limpasan permukaan. Hal ini akan
untuk infiltrasi, dengan demikian laju erosi semakin besar (Andawayanti, 2019).
Parameter kelerengan dapat dibagi menjadi dua, yaitu sudut lereng dan
energi lereng. Sudut lereng adalah sudut yang terbentuk terhadap bidang horizontal.
Energi lereng adalah besarnya energi potensial yang dipengaruhi oleh topografi di
wilayah tersebut (Pinczes, 1981). Apabila tekuk lereng semakin besar, maka
koefisien aliran dan daya angkut meningkat, kestabilan tanah dan kestabilan lereng
menurun, erosi percik meningkat dan perpindahan material tanah lebih besar.
Limpasan permukaan yang menghasilkan erosi terjadi karena tanah tidak dapat lagi
9
mampu menahan air yang mengalir di atas permukaan tanah, dan yang terjadi yaitu
menyebabkan hilangnya top soil (tanah lapisan atas), sehingga dapat berpengaruh
pada salah satu komposisi penyusun tanah yaitu bahan organik sebagai penyedia
unsur hara tanah dan tanaman pada lapisan tanah atas atau lapisan olah tanah.
Kehilangan hara dari permukaan tanah merupakan salah satu akibat utama dari
terjadinya erosi. Peristiwa ini terjadi karena unsur hara tanah umumnya banya
terdapat pada lapisan atas tanah (top soil) khususnya N, P, K sebagai penyubur
tanaman, sehingga aliran permukaan yang terjadi selain membawa tanah menjadi
erosi juga membawa hara tanah keluar dari petak lahan (Tambun, Fitryane, dan
Daud, 2014).
Tanah adalah media untuk pertumbuhan tanaman dan memasok unsur hara
untuk tanaman. Pada umumnya tanah memasok 13 dari 16 unsur hara esensial yang
Namun demikian, hal ini tidak selalu terjadi pada semua jenis tanah. Beberapa tanah
tertentu yang tidak dapat memenuhi tujuan tersebut disebut sebagai tanah tidak
subur. Sebaliknya, ada beberapa tanah yang dapat memenuhi tujuan tersebut dan
tanah tersebut disebut tanah subur. Oleh karena itu, kesuburan tanah adalah aspek
unsur hara yang tersedia dalam tanah. Tanaman tergantung pada tanah tidak hanya
sebagai tempat untuk bertumpu, tetapi juga sebagai pemasok unsur hara yang
10
Semua unsur hara yang telah diketahui sebagai unsur hara esensial untuk
pertumbuhan dan produksi tanaman diperoleh dari tanah, kecuali karbon yang
diperoleh dari udara melalui stomata. Hidrogen dan oksigen diperoleh dari air
melalui akar tanaman. Unsur hara lainnya, nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, sulfur
dan unsur hara mikro diperoleh langsung dari tanah. Oleh karena itu tanaman
tergantung pada tanah untuk memperoleh unsur hara. Semua unsur hara tanaman
berada dalam tanah. Namun demikian keberadaan unsur hara di dalam tanah tidak
selalu dapat diartikan bahwa tanah tersebut subur. Tanaman menyerap unsur hara
dalam bentuk ion yang terlarut dalam larutan tanah. Selain itu, untuk mencapai
pertumbuhan tanaman yang optimum unsur hara harus tersedia dalam jumlah yang
cukup. Oleh karena itu, tanah harus dapat memasok unsur hara dalam jumlah cukup
dalam bentuk yang dapat diserap oleh tanaman selama siklus hidupnya. Secara
unsur hara dalam jumlah yang cukup dalam bentuk ion yang dapat diserap oleh
tanaman yang tumbuh. Atas dasar pandangan tersebut, maka kajian kesuburan
tanah meliputi pengamatan bentuk unsur hara tanaman di dalam tanah, bagaimana
mempengaruhi penyerapan unsur hara oleh tanaman. Hasil kajian tersebut dapat
atmosfir yang kadarnya sangat rendah, ditambah air diubah menjadi bahan organik
oleh klorofil dengan bantuan sinar matahari. Unsur yang diserap untuk
11
pertumbuhan dan metabolisme tanaman dinamakan hara tanaman. Mekanisme
pengubahan unsur hara menjadi senyawa organik atau energi disebut metabolisme.
Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara
tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara
tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti sama sekali. Di
samping itu, umumnya tanaman yang kekurangan atau ketiadaan suatu hara akan
menampakkan gejala pada suatu organ tertentu yang spesifik yang biasa disebut
gejala kekahatan. Gejala ini akan hilang apabila hara tanaman ditambahkan ke
dalam tanah atau diberikan lewat daun. Unsur hara yang diperlukan tanaman
adalah: Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Phosphat (P),
Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Seng (Zn), Besi (Fe),
Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B), Klor (Cl), Natrium (Na),
fisik, kimia dan biologi karena tidak sesuai penggunaan dan kemampuannya, yang
Lahan kritis merupakan lahan atau tanah yang saat ini tidak produktif karena
pengelolaan dan penggunaan tanah yang tidak atau kurang memperhatikan syarat-
syarat konservasi tanah dan air, sehingga lahan mengalami kerusakan, kehilangan
atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang telah ditentukan atau diharapkan
(Romenah, Eko dan Asih, 2010). Secara umum lahan kritis merupakan salahsatu
12
pemanfaatan sumber daya lahan yang kurang bijaksana (Nugroho dan Prayogo,
2008).
Lahan kritis merupakan keadaan lahan yang terbuka sebagai akibat adanya
erosi yang berat dan menyebabkan produktivitas pada lahan tersebut menjadi
salah satu atau beberapa komponen lahan seperti iklim, tanah, topografi, flora,
lahan berada dalam ikatan sistem, kekritisan salah satu komponen lambat laun dapat
menentukan ketersediaan air dan mempengaruhi kehidupan flora dan fauna, maka
kekritisan iklim bisa menggandeng kekritisan tanah, air, flora, dan fauna. Kekritisan
tanah dan flora sangat terkait satu sama lain. Dalam menangani kekritisan lahan
semusim, pertanian tanaman tahunan, pemukiman, industri atau kritis untuk semua
evaluasi lahan dan perencanaan tataguna lahan perlu dilakukan karena menjadi
dasar dalam pengambilan kebijakan tentang penggunaan lahan, sehingga kita dapat
pemanfaatan sumberdaya lahan masa kini dan masa yang akan datang. Pemanfaatan
lahan memerlukan pertimbangan yang tepat, agar fungsi lahan dapat berlangsung
13
secara lestaridan berkesinambungan. Hal ini disebabkan karena erosi tingkat berat
dapat terjadi oleh hujan yang mempunyai nilai erosivitas tinggi, tanah yang peka
erosi, kemiringan lereng melebihi batas kemampuan lahan untuk tanaman pangan,
cara pengelolaan tanah dan tanaman antara lain kebiasaan membakar dan cara
pembukaan lahan yang salah serta tindakan konservasi lahan yang belum memadai
akan dapat terlaksana dengan baik apabila informasi obyektif kondisi lahan sasaran
dengan tersedianya data dan informasi yang tepat diharapkan dapat tercipta daya
14