Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PENDEKATAN GEOMORFOLOGI TERAPAN


DALAM BIDANG PERTANIAN

Oleh :

MUHAMAD RINALDI

111.160.082

KELAS A

MATA KULIAH GEOMORFOLOGI TERAPAN

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geomorfologi menurut para ahli memiliki berbagai macam pengertian.Menurut
Van Zuidam (1979) mengemukakan bahwa geomorfologi merupakan ilmu yang
mempelajari mengenai bentuk lahan serta proses-proses yang menyebabkan
terbentuknya bentuk lahan tersebut,dan menyelidiki hubungan antara bentuk lahan
dan proses dalam tatanan keruangannya. Verstappen (1983) mendefmisikan
geomorfologi sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bentuk lahan
yang menyusun permukaan bumi, baik di atas permukaan laut maupun di bawah
permukaan air laut, dan menekankan pada asal mula terbentuknya (genesis) dan
perkembangannya pada masa yang akan datang, dan dalam hubungan kontek
lingkungan.
Pertanian dalam arti luas yaitu semua kegiatan mengenai bercocok
tanam,perikanan, peternakaan,dan kehutanan.Tetapi, pertanian lebih dikenal sebagai
aktifitas atau kegiatan yang berhubungan dengan tanah.Pembentukan tanah
diakibatkan oleh proses pelapukan serta erosi yang menyebabkan batuan berubah
menjadi tanh.
Hubungan pertanian dengan geomorfologi yaitu saling berkaitan,dimana lahan
pertanian dapat dibuat dalam suatu bentuk lahan.Faktor-faktor yang berkaitan antara
geomorfologi dengan pertanian yaitu antara lain,kelerengan,ketinggian,tingkat erosi
dipermukaan ,dan ketersedian sumber air.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1) Untuk mengetahui proses terbentuknya tanah
2) Untuk mengetahui hubungan bentuk lahan dengan pertanian
3) Untuk mempelajari bentuk lahan yang cocok dengan pertanian
1.3 Batasan Masalah
Masalah pembentukan tanah sangat kompleks sehingga kami membatasi pada
permasalahan dari pengaruh bentuk lahan terhadap lahan pertanian.

1.4 Metode Pengambilan Data

Data yang dikemukakan pada makalah ini diambil dari pengumpulan beberapa
literatur yang berhugungan dengan tema.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Umum

Geomorfologi arti filologisnya adalah uraian tentang bentuk bumi, tetapi yang
menjadi sasaran kajiannya bukan bentuk bumi secara global tetapi terbatas pada bentuk
muka burninya saja. Geomorfologi mempunyai pengertian studi tentang bentuk lahan
(Loback, 1939), dan Thornbury (1954) mengemukakan bahwa sasaran utama dari kajian
geomorfologi adalah bentuk lahan (landform). Geomorfologi mempelajari bentuk lahan
dan proses yang mempengaruhi bentuk lahan, serta menyelidiki hubungan timbal balik
antara bentuk lahan dan proses di dalam susunan keruangan. Proses pelapukan, erosi dan
longsoran menjadi sasaran kajian geomorfologi yang dipandang sebagai proses ekstemal
yang berpengaruh pada evolusi bentuk lahan. Proses tersebut terjadi karena interaksi dari
berbagai faktor fisik dan biotik yang secara keruangan bervariasi meliputi tipe, intensitas
dan sebarannya.

Pertanian dalam konsep umum yaitu mengenai kegiatan bercocok tanam dengan
media berupa tanah. Sedangkan tanah merupakan hasil dari proses pelapukan dan erosi
dari suatu batuan sumber.Tanah mengandung berbagai macam kandungan
didalamnya,yaitu mulai dari mineral yang terbawa dari batuan asal,kandungan organik
yang berasal dari mikroorganisme,dan berbagai macam unsur hara lainnya.

2.2 Penerapan Geomorfologi dalam Erosi

2.2.1 Konsep Erosi

Erosi adalah hasil pengikisan permukaan bumi oleh tenaga yang


melibatkan pengangkatan bendabenda, seperti air mengalir, es, angin, dan
gelombang atau arus. Secara umum, terjadinya erosi ditentukan oleh faktor-faktor
iklim (terutama intensitas hujan), topografi, karakteristik tanah vegetasi penutup
tanah, dan tataguna lahan.

Dus penyebab utama erosi adalah erosi karena sebab alamiah , dan erosi
karena aktivitas manusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena proses pembentukan
tanah dan proses erosi yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah
secara alami. Erosi karena faktor alamiah umumnya masih memberikan media
yang memadai untuk berlangsungnya pertumbuhan kebanyakan tanaman. Sedang
erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh terkelupasnya lapisan
tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-
kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak

6
keadaan fisik tanah, antara lain pembuatan jalan di daerah kemiringan lereng
besar.

2.2.2 Pendekatan Geomorfologi dalam Survei Erosi

Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam survei erosi adalah lereng
(slope). Proses kelerengan dalam segala bentuk dan intensitasnya adalah suatu
bagian integral dari geomorfologi dinamis dan oleh sebab ito semua informasi
yang berhubungan dengan kelerengan harus ditekankan melalui survei
geomorfologi. Proses erosi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain litologi,
tanah, vegetasi, iklim, dan lain-lain. Oleh sebab itu survei analitis merupakan titik
awal survei erosi.

2.3 Parameter-parameter Medan dalam Survei Erosi

2.3.1 Karakteristik Lereng

Salah satu faktor yang mempengaruhi erosi yang diakibatkan oleh arr
adalah karakteristik lereng seperti kemiringan lereng, panjang lereng, proftl
lereng. Klasifikasi lereng ditentukan sesuai dengan tujuan pemanfaatan. Berikut
diuraikan klasiflkasi lereng (Sutikno, 2003).

Data kemiringan lereng dapat dikurnpulkan melalui peta topografl dengan


memperhatikan pola dan tingkat kerapatan kontur. Kontur yang rapat
menunjukkan kalau daerah tersebut mempunyai kemiringan lereng lebih tetjal
dari pada daerah dengan kontur yang jarang. Selain menggunakan peta topografl,
kemiringan lereng dapat diukur langsung di lapangan dengan menggunakan alat
Abney Level atau Clinometer. Pengukuran lereng dikumpulkan melalui peta
topografi dengan memperhatikan pola dan tingkat kerapatan kontur. Kontur
yang rapat menunjukkan kalau daerah tersebut mempunyai kemiringan lereng
lebih terjal dari pada daerah dengan kontur yang jarang. Selain menggunakan
peta topografl, kemiringan lereng dapat diukur langsung di lapangan dengan
menggunakan alat Abney Level atau Clinometer.

5
Pada lereng yang curam, kecepatan aliran permukaan meningkat dan
infiltrasi rendah dibanding dengan lereng landai dengan material yang sama.
Hal ini dapat meningkatkan erodibilitas. Panjang lereng cenderung membentuk
aliran permukaan yang besar dan mengakibatkan meningkatnya erosi, terutama
di kaki-kaki lereng.

Pada lereng yang berbentuk cembung, tingkat erosi terbesar berada pada
bagian bawah lereng seiringng dengan meningkatnya kecuraman, sedangkan
pada lereng cekung, erosi terbesar berada pada bagian atas lereng.

Pada lereng yang curam dalam aplikasi pertanian tidak bisa langsung
digunakan.Hal ini dikarenakan aliran air permukaan lebih tinggi dibanding
dengan proses peresapan kedalam tanah,sehingga tumbuhan tidak bisa tumbuh
secara maksimal.Selain itu,penggunaan lahan pertanian pada lereng yang
curam tidak dilakukan karena akan mudah longsor akibat gaya gravitasi. Cara
mengatasi hal ini yaitu perlu dilakukan proses pembuatan terasering pada
lereng yang curam,sehhingga lereng menjadi landai dan suplai air menjadi
optimal dan proses longsor dapat diminimalisir.

Gambar 2.Terasering pada Bukit yang Memiliki Lereng Curam

2.3.2 Batuan dan Tipe Tanah

Tipe batuan adalah faktor utama yang membentuk distribusi erosi. Dalam
survei geomorfo1ogi, penting diperhatikan pembagian medan ke dalam satuan
medan berdasarkan tipe batuan dan tingkat kepekaan erosi pada masing-masing
satuan medan.

Tipe tanah seperti tekstur, unsur organik, struktur tanah dan permeabilitas
tanah menentukan erodibilitas tanah. Dengan berkurangnya kemampuan tanah
untuk menyerap air, maka air hujan yang jatuh pada tanah dengan ukuran partikel

6
kecil sebagian besar menjadi air larian sehingga energi kinetik air menjadi besar.
Hal ini menyebabkan tanah mudah tererosi oleh aliran permukaan yang memiliki
energt kinetik yang besar.

Penyebaran jenis dan karakter tanah di suatu daerah, biasanya disusun


dalam suatu bentuk Peta Tanah. Peta ini sangat berguna bagi para petani dan telah
disusun berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan langsung (observasi) di
lapangan. Para pengambil kebijakan sebaiknya mempertimbangkan pula
penyebaran jenis tanah berdasarkan Peta Tanah yang telah dibuat. Jangan sampai
suatu wilayah dengan potensi tanah dapat menghasilkan produk pertanian
unggulan, malah dijadikan lokasi perdagangan dalam master plannya. Peta Tanah
dibuat secara berjenjang, misalnya Peta Tanah seluas wilayah kabupaten atau
kecamatan.

Contoh tanaman yang dalam penerapannya memperhatikan jenis tanah


yaitu kelapa sawit, tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik di tanah yang
bertekstur lempung berpasir, tanah liat berat, tanah gambut memiliki ketebalan
tanah lebih dari 75 cm; dan berstruktur kuat.

Gambar 3.Perkebunan kelapa sawit

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari pembahasan diatas yaitu

1) Pada lereng yang curam tanaman sulit untuk tumbuh secara optimal,maka dari
itu harus dibuatkan tanah terasering
2) Terbentuknya tanah disebabkan oleh proses erosi dan pelapukan pada batuan
induk akibat proses kimiawi maupun fisika.
3) Jenis tanah dapat mempengaruhi kualitas tanaman yang ditanam,jenis tanh yang
bagus untuk bercocok tanam yaitu tanah gambut

Anda mungkin juga menyukai