id1
BAB II
Penelitian yang dilakukan oleh Ugro Hari Murtiono (2005) dengan menggunakan
prediksi MUSLE diperoleh laju erosi pada tahun 2005 di DAS Keduang 158 ton/ha/th dan
nilai aktual yang diperoleh dari hasil pengamatan hidrologi di Stasiun Pengamatan Arus
Sungai (SPAS) tahun 2005 nilainya sebesar 106 ton/ha/th, sehingga terjadi penyimpangan
sebesar + 51,6679 ton/ha/th.Metode MUSLE (A-MUSLE) terjadi over estimate sebesar
48,47 % dalam memprediksi erosi tanah pada DAS Keduang, dibandingkan dengan nilai
aktualnya yang diperoleh dari hasil pengamatan hidrologi (SPAS) tahun 2005.
Berdasarkan tata guna lahan tahun 2001 hasil analisis laju erosi pada DAS
Keduang dengan menggunakan tiga metode didapat besarnya kehilangan tanah yang terjadi
pada tahun 2000-2011 dengan menggunakan metode USLE adalah 3.227.963 ton/th dengan
laju erosi yang terjadi sebesar 76 ton/ha/th, dengan metode MUSLE besarnya kehilangan
tanah adalah 4.391.623 ton/th dengan laju erosi yang terjadi sebesar 104 ton/ha/th dan
dengan metode RUSLE memprediksi kehilangan tanah sebesar 6.909.830 ton/th dengan
laju erosi yang terjadi sebesar 164 ton/ha/th (Aprillya Nugraheni dkk, 2013).
Erosi yang terjadi di DAS Keduang disebabkan oleh adanya hubungan dari
beberapa faktor penyebab erosi. Lahan pertanian (sawah, sawah tadah hujan, tegalan dan
commit to user
kebun campuran) merupakan penyumbang erosi yang utama di wilayah DAS Keduang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id2
Besarnya erosi yang terjadi diprediksi dengan persamaan USLE dapat diketahui besarnya
erosi rata-rata di DAS Keduang adalah sebesar 44 ton/ha/thn, sehingga erosi total di
wilayah DAS Keduang adalah sebesar 1,9 juta ton/th (Joko Sutrisno dkk, 2012).
Erosi lahan adalah suatu proses pengikisan permukaan tanah oleh hujan yang
dihubungkan dengan kualitas tata guna lahan (Yafeng Wang dkk, 2014). Faktor-faktor
terpenting yang mempengaruhi erosi tanah adalah curah hujan, tumbuh-tumbuhan yang
menutupi permukaan tanah, jenis tanah dan kemiringan tanah. Karena peranan penting dari
dampak tetesan air hujan, maka tumbuhan memberikan perlindungan yang penting
terhadap erosi, yaitu dengan menyerap energi jatuhnya air hujan dan biasanya mengurangi
ukuran-ukuran dari butir-butir air hujan yang mencapai tanah. Tumbuh-tumbuhan dapat
juga memberikan perlindungan mekanis pada tanah terhadap erosi (Suroso dkk, 2007).
Ada beberapa cara dalam melakukan pendugaan besarnya erosi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Beberapa peneliti menduga besarnya erosi yang terjadi
di suatu tempat dengan cara menampung aliran permukaan pada setiap saat turunnya
hujan. Selanjutnya berdasarkan curah hujan dilakukan penafsiran terhadap erosi yang
sesungguhnya yang terjadi di daerah tersebut. Disamping itu ada yang melakukan
pendugaan besarnya erosi dengan mengukur besarnya muatan suspensi yang terbawa aliran
sungai di daerah tersebut pada saat terjadinya hujan (Suroso dkk, 2007).
Tanah atau bagian-bagian tanah yang terangkut oleh air dari suatu tempat yang
mengalami erosi pada suatu daerah aliran sungai (DAS) dan masuk kedalam suatu badan
air secara umum disebut sedimen. Sedimen yang dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa
oleh aliran air akan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan alirannya melambat atau
terhenti. Peristiwa pengendapan ini dikenal dengan peristiwa atau proses sedimentasi
commit to user
(Arsyad, 2010). Proses sedimentasi berjalan sangat komplek, dimulai dari jatuhnya hujan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id3
yang meng-hasilkan energi kinetik yang merupakan permulaan dari proses erosi. Begitu
tanah menjadi partikel halus, lalu menggelinding bersama aliran, sebagian akan tertinggal
di atas tanah sedangkan bagian lainnya masuk ke sungai terbawa aliran menjadi angkutan
sedimen (Olviana Mokonia, 2013).
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi adalah debit aliran.
Selama aliran rendah angkutan sedimen bisa jadi sedikit, sedangkan pada saat aliran tinggi
sungai bisa mengangkut muatan sedimen yang tinggi dengan ukuran sedimen dalam range
yang lebih luas. Namun dalam kenyataannya, aliran sungai mengalirkan debit yang sangat
bervariasi dengan membawa muatan sedimen. Pada beberapa sungai perbandingan (ratio)
debit maksimum dan debit minimum dapat mencapai nilai 1000 atau lebih (Garde, 1977).
Variasi yang beragam pada aliran sungai membawa kesulitan dalam memilih suatu debit
yang mewakili dalam mempelajari karakteristik aliran sungai (Olviana Mokonia, 2013).
Besarnya erosi pada titik kontrol sebuah DAS sebanding dengan erosi gross
dikalikan dengan ratio pelepasan sedimen (sediment delivery ratio). Pada dasarnya metoda
ini hanya cocok untuk DAS dengan luas kurang dari 10 km². Untuk DAS dengan luas lebih
besar perlu dilakukan pengukuran sedimen (sampling). Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan pada metoda ini antara lain : erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang dan
kemiringan lereng, konservasi tanah dan pengelolaan tanaman, laju erosi potencial, laju
erosi aktual dan laju sedimentasi p o t e nc oc ima lm. iMt t eo toudsea r yan g lebih dikenal
sebagai formula USLE (Universal Soil Losses Equation) ini telah diteliti lebih lanjut oleh
Balai Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id4
Tanah Bogor untuk disesuaikan pemakaiannya terhadap jenis tanah dan kondisi di
Indonesia (Hang Tuah Salim dkk, 2006).
Check dam adalah tipe struktur yang membendung sungai atau alur sungai dengan
tujuan untuk menahan aliran air selama musim hujan dan membiarkan meresap ke dalam
tanah. Bangunan ini dapat terbuat dari berbagai macam material seperti tanah, batu,
maupun beton, dengan biaya yang bervariasi. Pemilihan lokasi check dam menjadi sangat
penting karena efektifitas check dam tergantung pada lokasinya. Keuntungan dari check
dam ini adalah untuk menyimpan air permukaan yang dapat dimanfaatkan baik selama
musim hujan maupun setelah musim hujan (R. García Lorenzo dkk, 2009).
Banjir besar sering mengakibatkan kerusakan fasilitas umum, kebun, sawah dan
daerah pemukiman. Gerusan aliran sungai juga menimbulkan kerusakan pada tebing
sungai tersebut sehingga mengancam fasilitas-fasilitas penting yang berada di sekitarnya.
Check Dam merupakan salah satu solusi menanggulangi besarnya laju erosi dan
sedimentasi akibat banjir di sungai. Dalam perencanaan fasilitas Check Dam, debit rencana
disarankan dengan periode ulang 10 sampai 50 tahun. Berdasarkan tinggi Check Dam
dalam studi ini debit rencana diambil dengan periode ulang 50 tahun, maka debit rencana
tersebut dikalikan dengan koefisien konsentrasi sedimen (I Gusti Ngurah Aryasena dkk,
2013)
Bangunan check dam akan efektif jika dibangun secara serial pada suatu DAS dan
commit to user
dikombinasikan dengan agroforestri. Dengan adanya bangunan check dam dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id5
menurunkan nilai erosi sebesar 30%. Secara keseluruhan bangunan ini cukup efektif
terhadap perlindungan bangunan air yang berada di hilirnya (Muhammad Bisri, 2011).
Dari sisi yang lain check dam juga mempunyai pengaruh negatif dalam suatu DAS
yaitu agradasi di bagian hulu check dam yang terjadi karena pada saat banjir aliran air
mengangkut material yang berukuran besar tertahan dan menutup lubang check dam
sehingga material yang berukuran kecil tidak dapat melewati check dam. Dalam kurun
waktu tertentu tampungan check dam akan penuh sehingga material dari hulu tidak dapat
tertampung dan melewati check dam (Margiono dkk, 2000).
Check dam biasanya digunakan pada chatment area yang kecil karena mempunyai
daya tampung yang sangat kecil dan umur layan Check Dam sangat pendek. Check dam
adalah bangunan yang berfungsi menampung atau menahan sedimen dalam jangka waktu
sementara maupun tetap, dan harus tetap melewatkan air baik melalui mercu maupun
tubuh bagunan. Check dam juga digunakan untuk mengatur kemiringan dasar sungai
sehingga mencegah terjadinya pengerusan dasar yang membahayakan stabilitas bangunan
di sepanjang sungai (Bogusław Michalec, 2014).
Check dam mempunyai fungsi yang signifikan terhadap keberlangsungan tata guna
lahan dan sekaligus melindungi tata guna lahan di daerah hilir terutama daerah pertanian
dari kejadian erosi pada daerah hulu suatu DAS. Erosi dan sedimentasi yang terjadi ditahan
sementara olehcheck dam dengan nilaiefisiensi yang tergantung pada kemampuan
bangunan ini menahan erosi dan sedimentasi (R. García Lorenzo dkk, 2009).
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi adalah debit aliran.
Selama aliran rendah angkutan sedimen bisa jadi sedikit, sedangkan pada saat aliran tinggi
sungai bisa mengangkut muatan sedimen yang tinggi dengan ukuran sedimen dalam range
yang lebih luas. Namun dalam kenyataannya, aliran sungai mengalirkan debit yang sangat
bervariasi dengan membawa muatan sedimen. Pada beberapa sungai perbandingan (ratio)
debit maksimum dan debit minimum dapat mencapai nilai 1000 atau lebih. Variasi yang
beragam pada aliran sungai membawa kesulitan dalam memilih suatu debit yang mewakili
dalam mempelajari karakteristik aliran sungai. (Olviana Mokonio dkk, 2013).
Penelitian sejenis yang telah dilakukan memilikai konsep dasar yang sama, namun
commit to user
beda dalam pengunaan metode dan hasilnya dibandingkan dengan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.1id0
Perbedaan tersebut membuktikan bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang baru,
seperti ditunjukan pada Tabel 2.1.
yang berbasis empiris yang paling populer digunakan secara global untuk memprediksi
erosi. Citra Penginderaan Jauh dan GIS merupakan teknik jarak jauh sebagai alat yang
berharga khususnya ketika menilai erosi pada skala yang lebih besar karena jumlah data
yang diperlukan dan cakupan wilayah yang lebih besar. Informasi tersebut sangat
membantu dalam mengidentifikasi area prioritas untuk pelaksanaan tindakan pengendalian
erosi (Reshma Parveen dkk, 2012).
untuk mencegah atau menghilangkan erosi sama sekali, sehingga yang bisa dilakukan
adalah mengendalikan ataupun membatasi tanah yang hilang agar tidak menyebabkan
penurunan produktivitas tanah.
Di daerah beriklim basah seperti Indonesia, kerusakan lahan oleh erosi terutama
disebabkan oleh hanyutnya tanah terbawa oleh air hujan. Erosi oleh air sangat
membahayakan tanah-tanah pertanian, terutama di daerah yang berkemiringan terjal.
Selain iklim dan kemiringan lahan (topografi), besarnya erosi dipengaruhi pula oleh faktor-
faktor vegetasi, pengolahan tanah dan manusia.Metode yang digunakan dalam analisa erosi
lahan adalah metode USLE (Universal Soil Loss Equation). Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap erosi lahan adalah faktor erosivitas hujan, faktor erodibilitas tanah,
faktor panjang dan kemiringan lereng serta faktor pengelolaan dan pengawetan tanah
(Suroso dkk, 2007).
Rumus USLE:
Penyebab utama erosi tanah adalah pengaruh pukulan air hujan pada tanah yang
biasa disebut dengan energi kinetik air hujan, Hujan menyebabkan erosi tanah melalui dua
jalan yaitu pelepasan butiran tanah oleh pukulan air hujan pada permukaan tanah dan
kontribusi hujan terhadap aliran.
Sebelum menghitung faktor erosivitas hujan maka Data curah hujan sebelum
dipakai dalam analisis harus diuji terlebih dahulu. Hujan merupakan masukan penting
dalam analisis, sehingga apabila terjadi kesalahan pada data hujan terlalu besar maka
analisisnya perlu diragukan. Ada beberapa hal penting yang terkait dengan uji data hujan,
antara lain uji kepanggahan data. Dimungkinkan data hujan untuk stasiun tertentu sifatnya
tidak panggah maka data semacam itu tidak dapat langsung digunakan (Desi Ria Anita,
2012).
Data hujan yang diperoleh dari suatu stasiun pencatat diuji kepanggahannya
(consistency) dengan RAPS (rescaled Ajusted Partial Sums) membandingkan hasil uji
statistik dengan QRAPS/√n. Bila yang didapat lebih kecil dari nilai kritik untuk tahun dan
confidence level yang sesuai, maka data dinyatakan panggah. Uji kepanggahan dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan-persamaan sebagai berikut:
s
*
k
y y
1
(2.2)
dengan:
k
t 1
k = 1,2,3,…n
*
s0 0
commit to user (2.3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.1id5
**
s *
s
k
, (2.4)
k
D y
dengan:
k = 0,1,2,3,…,n
n y y
(2.5)
D
2 i
y n
i1
dengan:
Yi = Data hujan ke-i,
Y = Data hujan rerata ,i,
Dy = Deviasi standar,
n = Jumlah data.
Untuk uji kepanggahan digunakan cara statistik:
**
Q = maks I sk I, 0 ≤ k ≤n, atau
commit to user
(2.6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.1id6
dengan:
dengan:
Mudah tidaknya tanah tererosi disebut erodibilitas tanah, dinyatakan dalam Indeks
Erodibilitas (K). Erodibilitas dipengaruhi oleh tekstur, struktur, permeabilitas, dan
kandungan bahan organik tanah. Nilai K berkisar antara 0,00 sampai 0,99, dimana semakin
tinggi nilai K tanah semakin mudah tererosi. Nilai K ditentukan berdasarkan pengukuran
langsung di lapangan yang dihitung dengan menggunakan nomogram (Wischmeier, 1971).
, ( )
= {2,713 10 (12 − c,om mi t t o u(ser }
) + 3 ,2 5 (2.8)
− 2) +
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.1id7
dengan:
K = Erodibilitasi tanah,
OM = Persen unsur organik,
S’ = Kode klasifikasi struktur tanah,
= Permeabilitas tanah,
= Persentase ukuran partikel (% debu + pasir sangat halus) x (100 - % liat).
Pada prakteknya, variabel S dan L dapat disatukan, karena erosi akan bertambah
besar dengan bertambah besarnya kemiringan permukaan medan (lebih banyak percikan
air yang membawa butir-butir tanah, limpasan bertambah besar dengan kecepatan yang
lebih tinggi), dan dengan bertambah panjangnya Seringkali dalam prakiraan erosi
menggunakan persamaan USLE komponen panjang dan kemiringan lereng (Ldan S)
diintegrasikan menjadi faktor LSdan dihitung dengan rumus:
LS = [L/22]z (0,006541S² +0,0456S +0,065) (2.9)
dengan:
LS = Faktor panjang kemiringan lereng (m),
L = Panjang lereng (m),
S = Kemiringan lereng actual (%),
Z = Konstanta.
dengan:
z = 0,5 jika S ≥ 5%,
z = 0,4 jika 5% > S ≥ 3%,
z = 0,3 jika 3% > S ≥ 1%,
z = 0,2 jika S < 1%.
4) Faktor PengelolaanTanaman (C)
Faktor Pengelolaan Tanaman (C)dalam USLE adalah nisbah antara besarnya erosi
dari tanah yang bertanaman dengan pengelolaan tertentu terhadap besarnya erosi tanah
yang tidak ditanami dan diolah bersih. Faktor C menunjukan keseluruhan pengaruh dari
vegetasi, seresah, keadaan penutupan tanah dan pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah
yang hilang.
Nilai faktor C untuk berbagai jenis tanaman dan pengelolaan tanaman disajikan
pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Nilai Faktor C (Pengelolaan Tanaman)
No. Macam Pengunaan Lahan Nilai Faktor C
1 Sawah commit to user 0,05
2 Kawasan pemukiman rumah 0,10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.1id8
Pengaruh aktivitas pengelolaan dan konservasi tanah (P) terhadap besarnya erosi
dianggap berbeda dari pengaruh yang ditimbulkan oleh aktivitas pengelolaan tanaman (C),
sehingga dalam rumus USLE kedua variable tersebut dipisahkan. Faktor P adalah nisbah
antara tanah tererosi rata-rata dari lahan yang mendapat perlakuan konservasi tertentu
terhadap tanah tererosi rata-rata dari lahan yang diolah tanpa tindakan konservasi, dengan
catatan faktor-faktor penyebab erosi yang lain diasumsikan tidak berubah. Untuk aktivitas
pengelolaan dan konservasi tanah serta aktivitas pegelolaan tamaman mengunakan tabel
2.4.
Nilai TSL pada masing-masing satuan lahan dapat ditentukan dengan caramerujuk
pada pedoman penetapan nilai TSL untuk tanah-tanah di Indonesia yangdisajikan pada
Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Pedoman penetapan nilai TSL untuk tanah-tanah di Indonesia
Nilai TSL
No. Sifat Tanah dan Substratum (ton/ha/tahun)
1. Tanah sangat dangkal (< 25 cm) di atas batuan. 0
Tanah sangat dangkal (< 25 cm) di atas bahan telahmelapuk 4,8
2. (tidak terkonsolidasi).
3. Tanah dangkal (25 – 50 cm) di atas bahan telahmelapuk. 9,6
Tanah dengan kedalaman sedang (50 – 90 cm) di atasbahan 14,4
4. telah melapuk.
Tanah yang dalam (> 90 cm) dengan lapisan bawahyang kedap 16,8
5. air di atas substrata yang telah melapuk.
Tanah yang dalam (> 90 cm) dengan lapisan 19,2
6. bawahberpermeabilitas lambat, di atas substrata telah melapuk.
Tanah yang dalam (> 90 cm) dengan lapisan 24
7. bawahberpermeabilitas sedang, di atas substrata telah melapuk.
Tanah yang dalam (> 90 cm) dengan lapisan bawahyang 30
8. berpermeabilitas cepat, di atas substrata telah melapuk.
Sumber: Arsyad, 1989.
Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk dapat di rembesi atau dilalui
air. Permeabilitas tanah yang dapat dibagi dalam 3 kelas seperti pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7. Kelas Permeabilitas Tanah.
Permeabilitas
No. Kelas Permeabilitas Jenis Tanah (cm/jam)
1. Permeabilitas tanah lambat Lanau < 2,0
2. Permeabilitas tanah sedang Lanau 2,0 - 6,5
3. Permeabilitas tanah agak cepat Pasir halus 6,5 - 12,5
4. Permeabilitas tanah cepat Pasir kasar > 12,5
Sumber: Standar SNI 062405, 1991.
Sedimentasi adalah berpindahnya partikel tanah yang terangkut oleh tanah dan air,
jumlah dan ukuran dari material yang terangkut meningkat dengan kecepatan aliran.
Sedimentasi terjadi ketika partikel tanah dalam air dibawa secara pelahan dan dalam kurun
waktu yang cukup lama untuk kemudian meningalkan partikel tersebut. Partikel yang lebih
berat seperti kerikil dan pasir ditinggalkan lebih cepat daripada partikel yang lebih ringan
seperti lempung (De Vente Joris,2003).
Sedimen yang sering djumpai di dalam sungai, baik terlarut atau tidak terlarut,
adalah merupakan produk dari pelapukan batuan induk yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, terutama perubahan iklim. Hasil pelapukan batuan induk tersebut kita kenal
sebagi partikel-partkel tanah. Pengaruh tenaga kinetis air hujan dan aliran air permukaan
(untuk kasus di daerah tropis), partikel-partikel tanah tersebut dapat terkelupas dan
terangkut ke tempat yang lebih rendah untuk kemudian masuk ke dalam sungai dan dikenal
sebagai sedimen. Oleh adanya transpor sedimen dari tempat yang lebih tinggi ke daerah
hilir dapat menyebabkan pendangkalan waduk, sungai, saluran irigasi, dan terbentuknya
tanah-tanah baru di pinggir-pinggir sungai (Asdak, 2007).
Hanya sebagian kecil material sedimen yang tererosi di lahan DAS dapat
mencapai outlet basin atau sungai terdekat. Hasil erosi yang mencapai sungai biasa disebut
yil sedimen. Dalam perjalananya dari tempat terjadinya erosi lahan sampai ke outlet terjadi
pengendapan/deposisi, baik pengendapan permanen ataupun sementara, terutama di
daerah-daerah cekungan, daerah yang landai, dataran banjir, dan di saluran itu sendiri.
Perbandingan antara sedimen yang terukur di outlet dan erosi di lahan biasa disebut Nisbah
Pengangkutan Sedimen (NPS) atau Sediment Delivery Ratio (SDR). Secara umum
besarnya SDR cenderung berbanding terbalik terhadap luas DAS, makin luas DAS makin
kecil nilai SDR, sebagai mana ditunjukan dalam Persamaan 2.11 (Auerswald, K, 1992):
= −0.02 + 0.385 ( ) .
(2.11)
dengan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.2id6
Hujan wilayah merupakan penurunan dari hujan titik. Hujan yang tercatat pada alat
ukur disebut hujan titik. Kualitas data hujan sangat beragam tergantung alat, pengelola, dan
sistem arsip. Data hujan yang hilang tidak dapat diisi karena kejadian hujan tidak dapat
diulang. Untuk keperluan analisis hujan rancangan, diperlukan data hujan daerah aliran
sungai atau hujan wilayah harian maksimum tahunan. Hujan wilayah dapat ditentukan
dengan berbagai cara yang ada seperti rerata aljabar, poligon Thiessen ataupun Isohiet
(Nugroho Hadisusanto, 2011).
Untuk keperluan analisis hujan rancangan, diperlukan data hujan daerah aliran
sungai atau hujan wilayah harian maksimum tahunan (Mamok Suprapto, 2008).Beberapa
metode untuk mendapatkan curah hujan wilayah adalah dengan cara Rerata Aljabar,
Poligon Thiessen dan Isohyet. Pemilihan metode yang paling cocok untuk suatu DAS
dapat ditentukan dengan mempertimbangkan 3 (tiga) faktor dalam Tabel 2.9.
Banyaknya sedimen yang tertangkap pada suatu tampungan pada suatu periode
waktu tergantung pada besarnya volume tampungan dan banyaknya aliran yang masuk ke
tampungan. Prosentase tertangkapnya sedimen pada tampungan dapat diestimasi dengan
mengunakan kurva Brune (1953).Kurva ini paling banyak digunakan untuk
memperkirakan sedimen yang mengendap pada suatu tampungan check dam. Metode ini
sangat terbatas karena hanya mengunakan dua paremeter yaitu: kapasitas tampungan dan
inflow tahunan rata-rata (N.M.T.K. Revel dkk, 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.2id7
Capacity/MAR ratio
Mencegah terjadinya proses sedimentasi adalah hasil suatu proses gejala alam yang
sangat kompleks akan tetapi intensitas proses sedimentasi tersebut secara teknis dapat
diperlambat mencapai tingkat yang tidak membahayakan. Oleh karena itu usahan untuk
memperlambat sedimen yaitu dengan menggerakkan sedimen ke bagian hilir secara teknik
dengan membangun bendungan penahan (Check Dam), bendungan pengatur, pengendali
erosi di lereng pengunungan, dan lain-lain (Sosrodarsono,1994).
Metode penambangan yang bisa dilakukan pada daerah alur sungai harus Mengacu
pada keputusan Kep Men PU No. 458/KPTS/1986 tentang Ketentuan Pengamanan Sungai
dalam Hubungan dengan Penambangan Bahan Galian Golongan C dan Keputusan Direktur
Jenderal Pengairan No. 176/KPTS/1987 (Najib, 2009).
a. Koefisian dan jumlah tenaga kerja
Jumlah jam kerja merupakan koefisien tenaga kerja atau kuantitas jam kerja per
satuan pengukuran. Koefisien adalah faktor yang menunjukan lamanya pelaksanaan dari
tenaga kerja yang diperlukan untuk memyelesaikan satu satuan volume pekerjaan. Faktor
yang mempengaruhi koefisien tenaga kerja antara lain jumlah tenaga kerja dan tingkat
keahlian tenaga kerja (Pusat Litbang, 2012). Analisa satuan pekerjaan dapat dilihat pada
Tabel 2.10.
Tabel 2.10 Analisa Satuan Pekerjaan (dalam 1 m³)
No Uraian Koefisien Satuan
1 Galian Pasir 0,663 Jam
2 Mengangkut hasil galian sejauh 50 m 2,310 Jam
commit to user