Kapasitas
Pelepasan oleh Pelepasan oleh Kapasitas
angkut curah
curah hujan aliran angkut aliran
hujan
Tambahan pelepasan
Ea = R x K x LS x C x P
Ea = banyaknya tanah tererosi per satuan luas per satuan waktu (ton/ha/tahun)
R = faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan
K = faktor erodibilitas tanah
LS = faktor panjang-kemiringan lereng
C = faktor tanaman penutup lahan dan manajemen tanaman
P = faktor tindakan konservasi praktis
Upaya Pengendalian Erosi
dan Sedimentasi
Tindakan praktis yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
erosi antara lain sebagai berikut :
a.Pengaturan Penggunaan lahan
b. Usaha-usaha pertanian, antara lain:
- Pengolahan tanah menurut kontur
- Cocok tanam pias (strip cropping)
- Memperkuat ujung alur sungai erosi
- Penutupan alur erosi
- Sumuran Penampung air
Cara pengendalian sedimen yang terbaik adalah pengendalian
sedimen yang dimulai dari sumbernya yang berarti merupakan
pengendalian erosi. Upaya pengendalian sedimen untuk memperkecil
akibat-akibatnya antara lain berupa :
a) Pengendalian sungai (river training)
b) Perencanaan bangunan inlet yang baik untuk penyadapan air
ke saluran
c) Pemilihan lokasi bendungan yang tepat
d) Pembangunan Bangunan Pengendali Sedimen (chekdam)
dihulu waduk
e) Membuat alur pintas atau sudetan
f) Perencanaan outlet waduk yang baik
g) Perencanaan bangunan (structures) yang baik (Sumber :
Soemarto, 1995)
Secara umum, teknik konservasi lahan seperti penataan
lahan pertanian dengan terassering dan reboisasi lebih
disarankan sebagai langkah penanganan erosi dan
sedimentasi
Perkuatan lereng
Perkuatan lereng (revetments) adalah bangunan yang
ditempatkan pada permukaan suatu lereng guna melindungi
suatu tebing aIur sungai atau permukaan lereng tanggul dan
secara keseluruhan berperan meningkatkan stabilitas alur
sungai atau tubuh tanggul yang dilindunginya.
Jenis Perkuatan Lereng
a) Perkuatan lereng tanggul
Dibangun pada permukaan lereng tanggul guna melindungi terhadap gerusan
arus sungai dan konsdtruksi yang kuat perlu dibuat pada tanggul-tanggul yang
sangat dekat dengan tebing alur sungai atau apabila diperkirakan terjadi
pukulan air (water hammer).
Perkuatan tebing sungai, Perkuatan semacam ini diadakan pada tebing alur
sungai, guna melindungi tebing tersebut terhadap gerusan arus sungai dan
mencegah proses meander pada alur sungai. Selain itu harus diadakan
pengamanan-pengamanan terhadap kemungkinan kerusakan terhadap
bangunan semacam ini, karena disaat terjadinya banjir bangunan tersebut
akan tenggelam seluruhnya.
Perkuatan lereng menerus, Perkuatan lereng menerus dibangun pada lereng
tanggul dan tebing sungai seeara menerus (pada bagian sungai yang tidak
ada bantarannya).
Pemilihan Tipe Perkuatan Lereng.
Pemilihan tipe perkuatan lereng yang cocok untuk suatu
sungai haruslah dipilih dari beberapa tipe yang ada dengan
memperbandingkan satu dengan lainnya serta dengan
memperhatikan sulit tidaknya keadaan lapangan ditinjau
dari pelaksanaan.
Tipe perkuatan lereng yang pernah dibangun dengan hasil
yang cukup baik adalah:
- Tipe pondasi rendah
- Tipe pondasi tinggi
- Tipe turap pancang baja
- Tipe turap papan
- Tipe turap beton
- Tipe turap pancang beton
b. Bendung penahan (check dam)
Bendung-bendung penahan dibangun di sebelah hulu
yang berfungsi memperlambat gerakan dan berangsur-
angsur mengurangi volume banjir lahar. Untuk
menghadapi gaya-gaya yang terdapat pada banjir lahar
maka diperlukan bendung penahan yang cukup kuat.
c. Kantong lahar
Bahan-bahan endapan hasil letusan gunung berapi atau hasil pelapukan
batuan lapisan atas permukaan tanah yang oleh pengaruh air hujan
bergerak turun dari lereng-lereng gunung berapi atau pegunungan
memasuki bagian hulu alur sungai arus deras. Oleh aliran air sungai arus
deras ini bahan-bahan endapan ini bergerak turun baik secara massa
maupun secara fluvial dengan konsentrasi yang tinggi memasuki bagian
sungai di sebelah hilirnya
e. AMBANG (GROUND SILL)
Bangunan ini direncanakan berupa ambang atau lantai dan
berfungsi untuk mengendalikan ketinggian dan kemiringan dasar
sungai, agar dapat mengurangi atau menghentikan degradasi
sungai. Bangunan ini juga dibangun untuk menjaga agar dasar
sungai tidak turun terlalu berlebihan
Tipe dan bentuk ambang
Ada dua buah tipe umum ambang
Sistem Drainase
1.Saluran Penerima (Interceptor Drain)
2.Saluran Pengumpul (Collector Drain)
3.Saluran Pembawa (Conveyor Drain)
4.Saluran Induk (Main Drain)
5.Badan Air Penerima (Receiving Water)
Berdasarkan fungsi layanan :
a. Sistem Drainase Lokal
• Yang termasuk sistem drainase lokal adalah saluran awal yang melayani
suatu kawasan kota tertentu seperti komplek permukiman, areal pasar,
perkantoran, areal industri dan komersial.
• Sistem ini melayani area kurang dari 10 ha.
• Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat,
pengembang atau instansi lainnya.
Study Kelayakan
Study Kelayakan Sistem Drainase Perkotaan adalah perencanaan sistem
drainase pada satu atau lebih daerah pengaliran air, untuk waktu perencanaan 5
atau 10 tahun. Lingkupnya diarahkan pada daerah prioritas yang telah ditentukan
dalam Rencana Induk Drainase Perkotaan. Kajian yang dilakukan meliputi
kelayakan teknis, kelayakan ekonomi, serta kelayakan lingkungan
Perencanaan Teknis
Perencanaan teknis dibuat untuk daerah prioritas yang telah mempunyai study
kelayakan atau rencana kerangka (Outline Plan). Jangka waktu perencanaan untuk 2
sampai 5 tahun. Rencana teknis harus memuat persyaratan teknis dan gambar teknis,
kriteria perencanaan dan langkah-langkah perencanaan konstruksi sistem drainase
didaerah perkotaan
Beberapa prinsip utama yang harus diletakkan sebagai dasar pembangunan sistem drainase
perkotaan, antara lain :
1. Kapasitas sistem harus mencukupi, baik untuk melayani air hujan yang dialirkan kebadan
penerima air (laut, sungai) atau yang diserapkan kedalam tanah. Bilamana kapasitas tidak
mencukupi, maka sistem akan menemui kegagalan, dan terjadilah banjir atau genangan. Untuk
mencapai kapasitas sistem yang memadai, dilakukan berdasarkan prinsip hidrologi dan
hidrolika.
2. Tata letak sistem memenuhi kriteria perkotaan dan memiliki kesempatan untuk perluasan
sistem. Dalam pelaksanaannya harus diperhatikan segi hidraulik dan tata letak dalam
kaitannya dengan prasarana lain.
3. Stabilitas sistem harus terjamin, baik dari segi struktural, keawetan sistem dan kemudahan
dalam operasi dan pemeliharaannya. Dalam pelaksanaannya diperlukan prinsip-prinsip
struktural yang harus dipenuhi, termasuk bentuk struktur yang memudahkan operasi dan
pemeliharaan.
4. Mengalirkan secara gravitasi, sistem drainase perkotaan sedapat mungkin menggunakan
sistem pengaliran secara gravitasi, mengingat cara ini lebih ekonomis dalam pengoperasian
dan pemeliharaannya. Penggunaan system pompa hanya pada situasi-situasi khusus yang
keadaan medannya memang tidak memungkinkan untuk diterapkan system gravitasi
5. Minimalisasi pembebasan tanah, pengembangan sistem drainase perkotaan harus diusahakan
mencari jalur terpendek kebadan penerima air. Hal ini agar pembebasan tanah dapat ditekan
sekecil mungkin.
KRITERIA DISAIN TEKNIS SISTEM DRAINASE
A. Kriteria Pelayanan
Tipe drain Periode Ulang Rencana
a) Saluran hujan didaerah perumahan 2 tahunan
b) Saluran hujan di daerah perdagangan dan industri 5 tahunan
c) Saluran yang melayani daerah tadah > 100 Ha 20 tahunan
d) Sungai-sungai besar 20-50 tahunan
B. Kriteria Keamanan
Keamanan adalah pertimabngan penting dalam pendesainan system drainase daerah
perkotaan dan pengembangan perkotaan pada dataran banjir dari suatu sungai. Kriteria
keamanan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
e) Menggunakan terali pengaman dimuka “inlet” dan saluran drainase yang panjang
dan tertutup.
f) Menggunakan penutup yang kuat dan aman dipasang bila penutup itu dipakai
untuk jalan.
g) Menggunakan pagar terali ditepi bangunan yang terletak diatas air yang mengalir
cepat, atau salurannya dalam dan umum mudah mencapainya.
Langkah-2 Utama Pembuatan Rencana Induk
1. Pengumpulan dan pengecekan data
2. Analisa hidrologi dan hidrolika
3. Identifikasi kekurang mampuan system yang ada
4. Pembuatan berbagai konsep cara penanggulangan kekurang-mampuan tersebut
5. Memformulasikan rencana induk
• Ad.1 Data Tata Guna Tanah ( dari Rencana Induk Tata Guna Tanah untuk
rencana pengembangan ) Kondisi Fisik daerah,( Peta kontour dan survey
penunjang ) Data hidrologi, ( Data hujan, Catatan banjir, studi-studi
terdahulu,pengenalan medan)
• Ad 3 Berkaitan dengan kriteria desain teknik dan penggunaan lahan yang
diusulkan.
• Ad 4 Kenali konsep pemecahan masalah yang bisa menanggulangi ketidak-
mampuan system drainase yang ada.
Jenis penyelesaian dasar Contoh
a) Peningkatan Pengubahan suatu alur alami menjadi saluran drainase yang
permukaannya dilapisi pasangan.
b) Penahanan Cekungan atau ceruk penahan bendungan pengurangan atau
pengendalian banjir
c) Pengalihan / Pembelokan Pengalihan / pembelokan sebagian / Pembagian tadahan
ke saluran lain, pembelokan aliran yang berlebihan
d) Pompa Pembuatan stasion Pompa pengendali banjir
PENG-EVALUASIA-AN BERBAGAI ALTERNATIF
dengan pertimbangan faktor-faktor :
a. Biaya (investasi, operasi dan biaya)
b. Sosial ( penyediaan lahan )
c. Lingkungan ( dampaknya didaerah hilir)
Alternatif yang terpilih seyogyanya yang termurah yang bisa diterima secara sosial
dan memenuhi persyaratan lingkungan. Beberapa dampak negatif yang mungkin timbul
dari suatu system drainase perkotaan pada lingkungan dan cara penanggulangannya
PERUMUSAN RENCANA INDUK
Penetapan komponen-komponen rencana induk :
1. Penentuan lebar lahan peruntukan
2. Penentuan perbaikan-perbaikan terhadap saluran yang ada (dimensi, pengaturan
lereng, penyediaan lahan )
3. Penentuan cara mengurangi banjir atau pengendalian banjir melalui pembatasan
daerah apabila sungai melewati kota.
4. Penentuan secara jelas dimana system drainase perkotaan akhirnya
melimpahkan alirannya, bangunan-bangunan apa yang diperlukan, Sebelum
rencana induk drainase disyahkan, dianjurkan agar suatu cek akhir dilakukan agar
diyakini keterpaduannya dengan rencana induk prasarana lainnya.
1. PENGUMPULAN DATA dan INFORMASI
Penyusunan studi kelayakan drainase ditinjau dari 3
(tiga) aspek pokok :
(1). Kelayakan Teknis 1. Umum :
(2). Kelayakan Ekonomis a) Rencana induk;
(3). Kelayakan Lingkungan b) Studi-studi yang terkait;
c) Data-data kependuduk, sosial -ekonomi.
2. Teknis :
a) inventarisasi sistem drainase yang ada,
b) data hidrologi,
c) data hidraulik,
d) data kapasitas dan truktur bangunan pelengkap
3. Sosial-Ekonomi :
a) Data aspek sosial ekonomi
b) Data kerugian langsung yang diakibatkan oleh genangan
c) Data kerugian tidak langsung yang ditimbulkan karena adanya
genangan, gangguan kesehatan dan terganggunya aktifitas
ekonomi 4. Lingkungan:
d) Data partisipasi masyarakat
a) data lingkungan,
e) Data harga tanah
b) data lingkungan pada lokasi pembebasan
tanah,
c) data lingkungan pada tempat penampungan
(pemukiman) penduduk yang terkena
proyek.
2. Analisa masalah
3. Usulan
Analisis biaya
Analisa biaya dilakukan dengan memperhatikan pengaruh langsung dan tidak langsung,
biaya pembangunan serta biaya operasi dan pemeliharaan :
1) Manfaat proyek dihitung dari pengaruh langsung dan tidak langsung
2) Biaya proyek dihitung dari biaya pembangunan dan biaya operasi dan pemeliharaan,
3) Pengaruh langsung, terdiri dari:
a) Pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan sistem drainase yang
rusak,
b) Pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan prasarana dan sarana kota
lainnya yang rusak,
c) Pengurangan biaya untuk pembuatan dan perbaikan bangunan dan rumah-
rumah yang rusak,
d) Pengurangan biaya penanggulangan akibat genangan,
e) Biaya harga tanah.
4. Pengaruh tidak langsung terdiri dari:
f) Pengurangan biaya sosial akibat bencana banjir, seperti : kesehatan, pendidikan
dan lingkungan,
g) Pengurangan biaya ekonomi yang harus ditanggung masyarakat akibat banjir,
seperti: produktifitas, perdagangan, jasa pelayanan,
h) Kenaikan harga tanah.