Anda di halaman 1dari 19

BAB 3

KAJIAN TERDAHULU

3.1 Sistem Drainase Eksisting Kota Pekalongan 2010.

Sistem drainase eksisting Kota Pekalongan secara garis besar terdiri dari
beberapa sungai/kali, maupun saluran yang dapat dimanfaatkan untuk drainase.
Sistem drainase Kota Pekalongan mencakup 3 (tiga) kawasan wilayah di Kota
Pekalongan, yaitu :
1. Kawasan Pekalongan Barat
Meliputi jaringan drainase yang berada disebelah barat Kali Kupang/Kali
Pekalongan.
2. Kawasan Pekalongan Tengah
Meliputi saluran-saluran drainase yang berada antara Kali Banger (sebelah barat
Kali Banger dan sebelah timur Kali Kupang) Kali Pekalongan.
3. Kawasan Pekalongan Timur
Meliputi saluran-saluran drainase yang berada disebelah timur Kali Banger.

Sistem drainase eksisting Kota Pekalongan yang berada di kawasan barat


memiliki 3 (tiga) buah sungai/drainase yaitu Sungai Bremi, Sungai Kranding dan
Sungai Pekalongan, di kawasan tengah terdapat 2 (dua) buah sungai/drainase yaitu
Sungai Sibulanan, Sungai Sikenteng dan Sungai Banger Lama dan di kawasan timur
mempunyai 6 (enam) buah sungai/drainase yaitu Sungai Banger, Sungai Susukan
Cempagan, Sungai Sitotok, Sungai Sokorejo, Sungai Gabus.

3.2 Sub Sistem Drainase Kota Pekalongan 2010

Review Masterplan Drainase Kota Pekalongan membagi sistem drainase menjadi


7 (tujuh) sub sistem/jaringan drainase, yaitu :
1. Sub Sistem Bremi
2. Sub Sistem Bandengsari
3. Sub Sistem Loji
4. Sub Sistem Banger Lama
5. Sub Sistem Sibulanan
6. Sub Sistem Banger Hilir

26
7. Sub Sistem Banger Hulu

Kelompok sistem drainase diatas berikut drainase-drainase pengumpul dengan


arah pengaliran yang telah diatur ditunjukkan dengan gambar 3.1.

Masing-masing sistem drainase terdiri dari satu atau lebih saluran drainase
beserta bangunan-bangunan yang diperlukan yang membentuk suatu jaringan
sehingga fungsi drainase dapat optimal. Masing-masing jaringan drainase tersebut
diuraikan berikut ini.
1. Sub Sistem Bremi.
Sub Sistem Bremi terdiri dari 4 buah drainase yaitu drainase Banyuurip, drainase
Boyolangu, drainase Binagriya dan drainase Podosugih. Keempat drainase
tersebut membuang air ke Kali Bremi secara gravitasi.
2. Sub Sistem Bandengsari
Sub Sistem Bandengsari terdiri dari 11 drainase yaitu drainase Perintis
Kemerdekaan kanan, drainase Perintis Kemerdekaan kiri, drainase Patriot kanan,
drainase Patriot kiri, drainase Penggelontoran Kota, drainase Pabean, drainase
Jeruk Sari, drainase Bandengan, drainase Kranding, drainase Kandang Panjang,
drainase Krematorium. Sebelas drainase tersebut membuang air ke Kolam
Retensi (Polder) secara gravitasi kemudian saat Kolam penuh, air akan dipompa
menuju Laut Jawa.
3. Sub Sistem Loji
Sub Sistem Loji terdiri dari 3 saluran drainase dan stasiun pompa yaitu drainase
Wr. Supratman, drainase Kunthi yang masuk ke Kali Pucungsari dan drainase
Panjangwetan. Setelah itu dari Kali Pucungsari dibangun pintu dan stasiun pompa.
Air dipompa ke hilir pintu dan masuk ke Kali Loji hilir.
4. Sub Sistem Banger Lama
Sub Sistem drainase Banger lama terdiri dari saluran drainase Jlamprang dan
Drainase Truntum yang dimasukkan ke kolam retensi di alur Kali Banger Lama
yang berbentuk long storage kemudian dibuat pintu di Kali Banger Lama dan
stasiun pompa. Air dibuang dengan pompa ke hilir pintu kemudian masuk ke Kali
Loji.
5. Sub Sistem Sibulanan
Sub Sistem Sibulanan terdiri dari drainase Slamaran, drainase Mahoni dan
drainase Sibulanan. Di bagian hilir Kali Sibulanan (akses masuk air rob) ditutup
permanen, aliran air diarahkan ke Kali Sikenteng dan pada bagian hilir dikasih
pintu dan stasiun pompa untuk membuang air ke Kali Loji.

27
6. Sub Sistem Banger Hilir
Pada sub sistem drainase ini drainase Klumprit masuk ke drainase Dekoro yang
kemudian menjadi satu dengan drainase Degayu. Drainase Susukan ke muara di
drainase Degayu. Di bagian hilir drainase Degayu di bangun pintu dan stasiun
pompa untuk membuang air ke Kali Banger hilir.
7. Sub Sistem Drainase Banger Hulu
Pada sub sistem Banger Hulu, drainase Sitotok dan drainase Cokroaminoto
menjadi satu dengan drainase Cepangan yang kemudian bertemu dengan
drainase Sokorejo dan masuk ke Kali Banger. Drainase Dr. Sutomo langsung
masuk ke Kali Banger. Drainase Landungsari yang berada di sebelah barat Kali
Banger bermuara di Kali Banger.

28
,

Gambar 3.1 Masterplan Drainase Kota Pekalongan


Sumber : Hasil Review Masterplan, 2010
21
29
Dalam sistem drainase Kota Pekalongan terdapat kali/sungai yang mengalir baik
sebagai pembuang maupun pemasok air. Sungai-sungai besar yang ada seperti Kali
Banger, Kali Kupang dan Kali Pekalongan. air hujan yang berada di sekitar sungai-
sungai tersebut tidak dapat dibuang masuk ke sungai. Hal ini karena sungai-sungai di
wilayah Kota Pekalongan mempunyai tanggul yang tinggi.

Di wilayah Kota Pekalongan bagian barat terdapat Kali Bremi dan beberapa
sungai lain yang dimensinya lebih kecil. Sungai-sungai ini belum mampu untuk
menampung limpasan air hujan. Di wilayah tengah Kota penggelontor kota yang
dimanfaatkan pula sebagai saluran irigasi. Berdasarkan eksisting sistem drainase
yang ada, permasalahan drainase dan genangan air rob dan air hujan di Kota
Pekalongan disebabkan beberapa faktor, meliputi :
 Secara topografis wilayah Kota Pekalongan berada di dataran rendah yang
mempunyai kemiringan permukaan tanah dari wilayah bagian selatan ke wilayah
utara sangat kecil dan cenderung datar, bahkan di wilayah bagian utara sebagian
besar permukaan tanahnya lebih rendah dari permukaan air laut sehingga di
wilayah bagian utara air sulit untuk bisa mengalir ke laut bahkan sebagian besar
selalu tergenang air dari laut (rob) apalagi bila terjadi pasang naik permukaan air
laut.
 Wilayah Kota Pekalongan secara hidrologis merupakan daerah limpahan air hujan
dari wilayah Kabupaten Pekalongan yang berada di sebelah selatannya karena
topografi wilayah Kabupaten Pekalongan yang berada di sebelah selatan Kota
Pekalongan merupakan daerah pebukitan.
 Jebolnya tanggul Kali Bremi sepanjang ± 40 meter di lokasi dekat muara dan sudah
tidak berfungsinya pintu yang ada di jeruksari yang menjadi penyebab utama
terjadinya genangan saat air pasang yang luasnya kurang lebih 60 % dari sub
sistem Bandengsari.
 Belum terbangunnya tanggul pantai antara muara Kali Bremi dan Krematorium
sepanjang ± 1.200 meter
 Pada Sub Sistem Sibulanan masuknya air laut (rob) dari muara Kali Sibulanan dan
Kali Sikenteng yang mengakibatkan terendanmnya perumahan slamaran dan
sekitarnya sampai ketinggian ± 40 cm.
 Pada Sub Sistem Loji masuknya air laut (rob) dari pintu kleb muara Kali Sipucung
 Pada Sub Sistem Banger Lama masuknya air laut (rob) dari Kali Pekalongan,
karena di daerah Krapyak Kidul elevasi tanggul Kali Pekalongan sangat rendah.

30
 Pada Sub Sistem Banger hilir masuknya air laut (rob) dari pantai karena belum
terbangunnya tanggul pantai dan sebagian dari Sungai Gabus karena elevasi
tanggulnya sangat rendah.
 Tuntutan penambahan dan perbaikan insfrastruktur kota khususnya lingkungan
yang sehat dan nyaman menyebabkan kebutuhan pemukiman dan kebutuhan lain
meningkat.
 Berkurangnya daya serap tanah karena perubahan tataguna lahan yang dahulunya
berupa tambak dan sawah sudah banyak yang berubah menjadi perumahan,
perkantoran, sekolahan, industri dan lain-lain. Hal ini menyebabkan lahan yang
dulunya dapat menampung limpahan air sekarang sudah tidak dapat lagi sehingga
air melimpas ke lokasi lain.

Permasalahan genangan air akibat hujan/banjir dan rob (pasang muka air laut) di
wilayah kota Pekalongan mengakibatkan dampak negative terhadap kehidupan
penduduk dan berbagai fasilitas umum diantaranya 70 persen lahan permukiman
diwilayah Pekalongan Utara, Sembilan fasilitas pendidikan dari SD sampai SMA,
empat kantor kelurahan , dan lima fasilitas pelayanan publik tergenang. Rob juga
berdampak pada masalah sosial dan ekonomi , dampak sosialnya antara lain
aksebilotas masyarakat terhambat, kegiatan belajar mengajar terganggu, pelayanan
publik terganggu, saluran drainase tidak berfungsi dan kesehatan masyarakat
terganggu seperti gatal-gatal dan sebagainya. Sedangkan dampak ekonomi yaitu 50
persen sentra industry batik sehingga produksi terganggu yang mempengarui
pendapatn 53 persen tenaga kerja. Selain itu juga dalm 15 tahun terakhir 275 Ha
sawah tidak bias ditanami lagi, dan 155 Ha dari 296 Ha tambak tidak dapat
dibudayakan. Permasalahan gengangan air hujan/rob di Kota Pekalongan merupakan
salah satu permasalahan yang sampai saat ini masih memerlukan penanganan yang
semakin serius.

3.3 Genangan Air Hujan dan Rob di Kota Pekalongan 2010

Bab sebelumnya telah diuraikan problematika genangan air di Kota Pekalongan.


Berdasarkan kondisi dan penyebab genangan maka genangan air dikelompokkan
menjadi 3 kondisi, yaitu :
1. Genangan tambak/rawa
Genangan air di wilayah tambak/rawa meskipun tidak terjadi hujan maupun
permukaan air laut pasang (rob) ini disebabkan karena elevasi tanah di wilayah
tersebut lebih rendah dari permukaan air laut maupun sungai yang ada disekitarnya.

31
Hal ini membuat air mengalir baik dari laut maupun sungai ke lokasi yang lebih
rendah tersebut, sehingga lokasi itu tidak dapat kering. Lokasi genangan tambak
dan rawa ini berada di wilayah bagian utara Kota Pekalongan seperti di Kelurahan
sebagian wilayah Bandengan, Kelurahan Kandang Panjang, Kelurahan Panjang
Wetan, Kelurahan Krapyak Lor dan Kelurahan Degayu. Luas wilayah genangan
tambak dan rawa kering ini kurang lebih seluas 1.037 Ha.

2. Genangan akibat muka air laut pasang (rob)


Penyebab terjadinya genangan air akibat rob adalah naiknya permukaan air laut
sehingga air laut masuk ke daratan melalui sungai-sungai yang bermuara ke laut.
Karena naiknya permukaan air laut tersebut menyebabkan air laut masuk ke
daratan yang elevasinya lebih rendah dari muka air laut pasang (rob) tersebut.
Tergenangnya wilayah yang rawan genangan rob ini biasanya berlangsung dalam
waktu yang agak lama, biasanya dalam waktu 2 - 14 jam, genangan rob akan surut
dan wilayah rawan rob tersebut kering kembali. Wilayah yang tergenang meliputi:
seluruh wilayah Kelurahan Pabean, Kelurahan Bandengan, Kelurahan Kandang
Panjang, Kelurahan Krapyak Lor, Kelurahan Krapyak Kidul dan hampir seluruh
wilayah Kelurahan Degayu. Luas wilayah genangan rob ini mencapai 1.920 Ha.

3. Genangan akibat air hujan


Genangan air akibat air hujan disebabkan karena air hujan tidak dengan mudah
dibuang, sehingga air hujan terkumpul di suatu lokasi sehingga terjadi genangan
atau karena tidak mampunya sarana pembuangan air menampung debit sehingga
melimpas ke wilayah yang lebih rendah. Penyebab tidak mudahnya pembuangan
genangan air secara gravitasi dapat disebabkan karena permukaan air di muara
buangan cukup tinggi atau saluran pembuangannya yang belum memadai.
Genangan air hujan semakin sulit dibuang secara gravitasi bilamana
permukaan air laut terjadi pasang (rob) sehingga genangan menjadi semakin luas,
semakin dalam genangannya dan semakin lama surutnya. Lokasi yang rawan
genangan air hujan diantaranya adalah Kelurahan Pabean, Kelurahan Bandengan,
Kelurahan Kandang Panjang, Kelurahan Panjang Wetan, Kelurahan Krapyak Lor,
Kelurahan Krapyak Kidul, Kelurahan Klego, Kelurahan Degayu, Kelurahan Dekoro,
Kelurahan Kauman, Kelurahan Karangmalang, Kelurahan Pringlangu, dan
Perumahan Binagriya. Luas wilayah genangan air hujan/banjir ini mencapai 3.275
Ha.

32
3.4 Sistem Drainase Kota Pekalongan Tahun 2014

Sistem drainase eksisting Kota Pekalongan secara garis besar terdiri dari
beberapa sungai/kali, maupun saluran drainase. Berdasarkan hasil analisa Kota
Pekalongan terbagi menjadi 3 DAS (Daerah Aliran Sungai) yaitu : DAS Weduri , DAS
Kupang, DAS Susukan. Pembagian DAS (Daerah Aliran Sungai) berdasararkan
elevasi kontur. Kontur tertinggi digunakan sebagai batas DAS.
Gambar 3.2 berikut ini dapat menjelaskan pembagian DAS agar lebih dapat
tergambar

33
Gambar 3.2 Peta Pembagian DAS
Sumber : Hasil Analisis, 2014
34
34
Akan tetapi pada DAS Susukan tidak memiliki drainase yang masuk menuju
kota maupun menuju sungai Banger, sungai dari DAS Susukan langsung mengarah
menuju muara dan sebagian besar wilayah DAS Susukan adalah wilayah Kabupaten
Pekalongan. Untuk lebih memudahkan dalam pembagiannya Kota Pekalongan dibagi
menjadi 3 (tiga) kawasan wilayah yaitu sebagai berikut :
1. Kawasan pekalongan barat
Meliputi jaringan drainase yang berada disebelah barat Kali Kupang/Kali
Pekalongan.
2. Kawasan Pekalongan Tengah
Meliputi saluran-saluran drainase yang berada antara Kali Banger (sebelah barat
Kali
Banger dan sebelah timur Kali Kupang) Kali Pekalongan.
3. Kawasan Pekalongan Timur
Meliputi saluran-saluran drainase yang berada disebelah timur Kali Banger.
Sistem drainase eksisting Kota Pekalongan yang berada di kawasan barat
memiliki 3 (tiga) buah sungai/drainase, di kawasan tengah terdapat 2 (dua) buah
sungai/drainase dan 6 (enam) buah drainase di kawasan timur.
Kota Pekalongan terdapat sungai besar yang mengalir baik sebagai pembuang
maupun pemasok air. Sungai-sungai besar tersebut antara lain : Sungai Weduri,
Sungai Bremi, Sungai Pekalongan dan Sungai Banger. Limpasan air hujan yang
berada di sekitar sungai-sungai tersebut tidak dapat dibuang langsung menuju
sungai. Hal ini karena sungai-sungai besar di wilayah Kota Pekalongan mempunyai
tanggul yang tinggi.
Di wilayah Kota Pekalongan bagian barat terdapat Kali Bremi dan
beberapa sungai lain yang dimensinya lebih kecil. Sungai-sungai ini belum mampu
untuk menampung limpasan air hujan. Di wilayah tengah Kota penggelontor kota yang
dimanfaatkan pula sebagai saluran irigasi. Berdasarkan eksisting sistem drainase
yang ada, permasalahan drainase dan genangan air di Kota Pekalongan disebabkan
beberapa faktor, meliputi :
1. Secara topografis wilayah Kota Pekalongan berada di dataran rendah yang
mempunyai kemiringan permukaan tanah dari wilayah bagian selatan ke wilayah
utara sangat kecil dan cenderung datar, bahkan di wilayah bagian utara sebagian
besar permukaan tanahnya lebih rendah dari permukaan air laut sehingga di
wilayah bagian utara air sulit untuk bisa mengalir ke laut bahkan sebagian besar

35
selalu tergenang air dari laut (rob) apalagi bila terjadi pasang naik permukaan air
laut.
2. Secara hidrologis Wilayah Kota Pekalongan merupakan daerah limpahan air hujan
dari wilayah Kabupaten Pekalongan yang berada di sebelah selatannya karena
topografi wilayah Kabupaten Pekalongan yang berada di sebelah selatan Kota
Pekalongan merupakan daerah pebukitan.
3. Tuntutan penambahan dan perbaikan insfrastruktur kota khususnya lingkungan
yang sehat dan nyaman menyebabkan kebutuhan pemukiman dan kebutuhan lain
meningkat.
4. Berkurangnya daya serap tanah karena perubahan tataguna lahan yang
dahulunya berupa tambak dan sawah sudah banyak yang berubah menjadi
perumahan, perkantoran, sekolahan, industri dan lain-lain. Hal ini menyebabkan
lahan yang dulunya dapat menampung limpahan air sekarang sudah tidak dapat
lagi sehingga air melimpas ke lokasi lain.
5. Permasalahan genangan air akibat hujan/banjir dan rob (pasang muka air laut) di
wilayah kota Pekalongan merupakan salah satu permasalahan yang sampai saat
ini masih memerlukan penanganan yang semakin serius.

36
Gambar 3.3 Peta Pembagian Sub-DAS Kota Pekalongan
Sumber : Hasil Analisis, 2014
37
37
3.5 Sub Sistem Drainase Kota Pekalongan 2014

Review Masterplan Drainase Kota Pekalongan membagi system drainase


menjadi 8 (delapan) sistem/jaringan drainase, yaitu :

1. Sub Sistem Bremi


2. Sub Sistem Bandengsari
3. Sub Sistem Loji
4. Sub Sistem Banger Lama
5. Sub Sistem Sibulanan
6. Sub Sistem Banger Hilir
7. Sub Sistem Banger Hulu
8. Sub Sistem Pabean
Kelompok sistem drainase diatas berikut drainase-drainase pengumpul
dengan arah pengaliran yang telah diatur ditunjukkan dengan Gambar 3.4.

38
Gambar 3.4 Peta Sub-Sistem Drainase Kota Pekalongan
Sumber : Hasil Analisis, 2014
39
39
Masing-masing sistem drainase terdiri dari satu atau lebih saluran
drainase beserta bangunan-bangunan yang diperlukan yang membentuk suatu
jaringan sehingga fungsi drainase dapat optimal. Masing-masing jaringan drainase
tersebut diuraikan berikut ini.

1. Sub Sistem Bremi

Sub Sistem Bremi terdiri dari 4 buah drainase yaitu drainase Banyuurip, drainase
Boyolangu, drainase Binagriya dan drainase Podosugih. Keempat drainase
tersebut membuang air ke Kali Bremi secara gravitasi.

2. Sub Sistem Bandengsari

Sub Sistem Bandengsari terdiri dari 11 drainase yaitu drainase Perintis


Kemerdekaan kanan, drainase Perintis Kemerdekaan kiri, drainase Patriot kanan,
drainase Patriot kiri, drainase Penggelontoran Kota, drainase Pabean, drainase
Jeruk Sari, drainase Bandengan, drainase Kranding, drainase Kandang Panjang,
drainase Krematorium. Sebelas drainase tersebut membuang air ke Kolam Retensi
(Polder) secara gravitasi kemudian saat Kolam penuh, air akan dipompa menuju
Laut Jawa.

3. Sub Sistem Loji

Sub Sistem Loji terdiri dari 3 saluran drainase dan stasiun pompa yaitu drainase
WR Supratman, drainase Kunthi yang masuk ke Kali Pucungsari dan drainase
Panjangwetan. Setelah itu dari Kali Pucungsari dibangun pintu dan stasiun
pompa. Air dipompa ke hilir pintu dan masuk ke Kali Pekalongan.

4. Sub Sistem Banger Lama

Sub Sistem drainase Banger lama terdiri dari saluran drainase Jlamprang dan
Drainase Truntum yang dimasukkan ke kolam retensi di alur Kali Banger Lama
yang berbentuk long storage kemudian dibuat pintu di Kali Banger Lama dan
stasiun pompa.

40
5. Sub Sistem Sibulanan

Sub Sistem Sibulanan terdiri dari tiga saluran drainase yaitu : drainase Slamaran,
drainase Mahoni dan drainase Sibulanan. Di bagian hilir Kali Sibulanan (akses
masuk air rob) ditutup permanen, aliran air diarahkan ke Kali Sikenteng dan pada
bagian hilir dikasih pintu dan stasiun pompa untuk membuang air ke Kali Loji.

6. Sub Sistem Banger Hilir

Pada sub sistem drainase ini drainase Klumprit masuk ke drainase Dekoro yang
kemudian menjadi satu dengan drainase Degayu. Drainase Susukan ke muara di
drainase Degayu. Di bagian hilir drainase Degayu di bangun pintu dan stasiun
pompa untuk membuang air ke Kali Banger hilir.

7. Sub Sistem Drainase Banger Hulu

Pada sub sistem Banger Hulu, drainase Sitotok dan drainase Cokroaminoto
menjadi satu dengan drainase Cepangan yang kemudian bertemu dengan
drainase Sokorejo dan masuk ke Kali Banger. Drainase Dr. Sutomo langsung
masuk ke Kali Banger. Drainase Landungsari yang berada di sebelah barat Kali
Banger bermuara di Kali Banger.

8. Sub Sistem Pabean

Pada sub sistem Pabean, drainase Perintis Kemerdekaan Kiri masuk menuju
drainase Pabean. Dari drainase Pabean dibuat stasiun pompa untuk memompa air
dari drainase Pabean menuju Sungai Bremi, dengan begitu dapat mengurangi
debit yang masuk menuju drainase Patriot.

41
3.6 Masterplan Drainase Kota Pekalongan 2018 (versi PT. Studi Teknik Konsultan)

Didalam pembuatan Konsep Laporan pekerjaan “Sistem Planning Pekalongan


2018”, untuk penanganan banjir dan rob Pekalongan meliputi :
1. Sistem Mrican-Wonokerto
DAS yang mempengaruhi sisitem mrican-wonokerto adalah sebagai berikut:
 DAS Semut
 DAS Tratebang
 DAS Mrican
 DAS Pekuncen
 DAS Pesanggrahan
Aliran debit yang berasal dari DAS Tratebang, DAS Mrican, DAS Pekuncen dan
DAS Pesanggrahan akan masuk ke dalam longstorage sistem Mrican-Wonokerto
dimana akan dipompa dikedua sisi longstorage yaitu bagian kanan longstorage
dipompa menuju Sungai Sengkarang dan bagian kiri di pompa menuju Sungai
Silempeng dan dibantu pompa Mrican yang terletak di bagian tengah longstorage
lebih tepatnya pada sungai mrican dimana air di dalam longstorage akan
dipompa ke hilir sungai Mrican. Sedangkan untuk debit banjir yang berasal dari
DAS Werdi, DAS Siwalan, DAS Waru Kidul dan DAS Silempeng yang terletak di
Selatan DAS Semut akan langsung dialirkan menuju Sungai Silempeng.

2. Sistem Pabean
Sistem Pabean Cuma dipengaruhi oleh satu DAS saja yaitu DAS Pabean. Aliran
debit banjir yang berasal dari DAS Pabean akan masuk ke saluran Pabean dan
menuju ke Longstorage Sistem Pabean dan dipompa menuju muara Sungai
Bremi.

3. Sistem Bremi-Meduri
DAS yang mempengaruhi sistem Bremi-Meduri adalah DAS Meduri, dan DAS
Bremi. Aliran debit yang berasal dari DAS Meduri akan masuk menuju Sungai
Meduri begitu juga dengan Aliran yang berasal dari DAS Bremi akan langsung
masuk menuju Sungai Bremi dan kedua sungai tersebut akan bertemu di bagian
hilir kemudian aliran dari sungai tersebut langsung dilepas menuju laut. Untuk
DAS Sidorejo yang terletak di selatan DAS Meduri akan langsung dialirkan

42
menuju Sungai Sengkarang dengan melakukan normalisasi saluran podomoro
barat yang menuju ke Sungai Sengkarang.

Menganalisis permasalahan banjir dan rob pada penataan system drainase


berdasarkan konsep terpadu, untuk menahan pasang rob air laut dan penataan banjir
akibat hujan dengan metode peningkatan tampungan saluran dan kolam retensi serta
kapasitas pompa. Sistem Sungai Bremi-Meduri dan Sistem Wonokromo merupakan 2
Sistem aliran sungai penyebab terjadinya banjir dan rob di kawasan Pekalongan
tersebut. Penanganan banjir dan rob pada tahun 2018 yang tercantum di laporan
system plainning adanya perubahan pada system drainase kota Pekalongan pada
system drainase Bremi - Meduri khususnya pada daerah Pabean yang sekarang
terdapat tanggul sepanjang 2315 m penahan banjir dan rob serta adanya pemompaan
denga kapasitas pompa di pabean 4 m3/detik maka harus di kaji ulang setelah adanya
tangul dan long storige dan pemompaan di Bremi-Meduri terlebih di Pabean. Dibawah
ini pada gambar 3.5 merupakan perencanaan konsultan drainase yang terdampak
perubahan adanya sistem polder pada daerah Pabean, Bremi dan Meduri.

43
Gambar 3.5 Masterplan Drainase 2018
44

Anda mungkin juga menyukai