Anda di halaman 1dari 8

Penyusunan Data Base Drainase Perkotaan Jember

di Kecamatan Kaliwates dan Sumbersari


Abstrak
Suatu kota yang berkelanjutan harus memiliki suatu sistim jaringan drainase yang
memadai.Sehingga jika terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi tidak menimbulkan
genangan air atau banjir.Kurangnya pemeliharaan bangunan-bangunan drainase, serta
kurangnya kesadaran masyarakat terhadap fungsi drainase menjadikan drainase penuh
dengaan sampah berefek pada pendangkalan saluran, penyumbatan gorong-gorong serta inletinlet drainase. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah drainase
perkotaan seperti di Kecamatan Kaliwates dan Kecamatan Sumbersari kabupaten Jember
yaitu dengan mengidentifikasi sistem drainase yang ada. Identifikasi ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi sistem drainase yang dibagi menjadi 2 yaitu sistem drainase utama yang
berfungsi sebagai penampung air dari tangkapan hujan dan menyalurkannya ke badan air dan
sistem drainase lokal yang berfungsi untuk menampung air dari daerah tangkapan hujan.
Selain identifikasi, juga dilakukan evaluasi kondisi saluran dan perhitungan curah hujan.
Dari evaluasi tersebut didapatkan perbandingan, kecamatan Sumbersari lebih kecil
dari kecamatan Kaliwates untuk hujan periode ulang 5 tahun lebih dari 100 mm/jam.
Sedangkan untuk kecamatan Sumbersari untuk hujan periode ulang 5 tahun di bawah 100
mm/jam. Sementara itu, untuk periode ulang 2 tahun, intensitas hujan untuk kedua kecamatan
hampir sama.Wilayah pematusan yang ada di kecamatan ini mempunyai panjang saluran
sekunder berkisar antara 5097.9947 m sampai 10632.4772 m. Untuk saluran primer
mempunyai panjang saluran berkisar antara 1348.8 m sampai 13346.4383 m. Pada wilayah
pematusan tersebut terdapat bebrapa masalah drainase seperti, lokasi saluran terdapat
sedimen sehingga terjadi perubahan dimensi, pada beberapa lokasi saluran tidak mampu
menampung air hujan pada kala ulang 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun, dimensi saluran yang
kecil dan masih berupa saluran tanah dan banyak sampah, saluran membelok 90o, elevasi
saluran yang landai, topografi saluran yang cekung sehingga air mengumpul di tengahtengah, saluran irigasi yang tersumbat sehingga membanjiri jalan, inlet yang kurang sehingga
terjadi genangan.
Kata Kunci: database, drainase, perkotaan, banjir

Latar Belakang
Kota Jember merupakan kota sedang yang memiliki pertumbuhan penduduk yang
tergolong cepat. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka terjadi peningkatan pula
kebutuhan akan lahan perumahan, sertasalah satunya adalah fasilitas infrastruktur drainase
yang memadai. Infrastruktur drainase yang memadai berarti harus mampu mengatasi
permasalahan banjir di setiap musim penghujan.
Permasalahan banjir pada drainase di perkotaan ini dipengaruhi oleh beberapa factor
antara lain kapasitas dan kemiringan saluran yang tidak memadahi, alih fungsi lahan sehingga
sistem drainase irigasi gabung dengan sistem drainase kota, terjadi botlle neck/penyempitan
saluran, kurangnya kesadaran masyarakat terhadap fungsi drainase dan tidak adanya
pemeliharaan secara rutin.
Bertolak dari permasalahan banjir pada drainase perkotaan, maka manajemen jaringan
drainase (pengairan) harus diatur dengan sangat hati-hati dan tepat guna agar memberikan

suatu rasa aman dan nyamanbagi masyarakat. Fungsi dari manajemen drainase ini meliputi
perencanaanya yang tepat, kesesuaian antara pembangunan dengan perencanaan,
pemeliharaan (maintenance) jaringan drainase secara rutin untuk memastikan kondisinya
tetap terawat, dan mudah dan cepat untuk dilakukan monitoring deteksi dini dari perubahan
fenomena lingkungan. Untuk memudahkan keperluan manajemen ini dibutuhkan data base
drainase.
Oleh karena itu, paper ini bermaksud untuk menyusun data base drainase perkotaan
guna mendapatkan gambaran tentang kondisi dan permasalahan permasalahan drainase
perkotaan Kecamatan Sumbersari dan Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember yang ada di
kawasan perkotaan Jember, sebagai dasar penyusunan suatu rencana program-program
penataan jaringan drainase yang terpandu.

Metodologi
Hidrologi
Kajian hidrologi jaringan drainase ini ditujukan untuk menentukan debit banjir
rencana sebagai dasar untuk menentukan kemampuan kapasitas saluran. Debit banjir rencana
ini diperoleh melalui data hujan harian pengamatan mulai tahun 2004-2013. Proses
perhitungannya menggunakan analisis frekuensi untuk mendapatkan tinggi hujan rencana.
Sesuai Keputusan Dirjen Cipta Karya (1999), penentuan kala ulang debit banjir untuk
wilayah kota sedang seperti Jember dengan wilayah tangkapan air yang mayoritas lebih kecil
dari 100 ha menggunakan kala ulang 2 dan 5 tahunan. Mengingat data pengamatan hujan
yang tersedia adalah data hujan harian, maka untuk menghitung intensitas hujannya dapat
menggunakan rumus mononobe (Suripin, 2004:67).
Identifikasi Sistem Drainase
Identifikasi sistem drainase ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi sistem drainase
yang dibagi menjadi 2 yaitu sistem drainase utama yang berfungsi sebagai penampung air
dari tangkapan hujan dan menyalurkannya ke badan air dan sistem drainase lokal yang
berfungsi untuk menampung air dari daerah tangkapan hujan. Proses identifikasi dilakukan
ground ckeking melalui pendigitasian jaringan drainase guna membuat deliniasi drainase,
pengukuran topografi saluran yang meliputi potongan memanjang dan melintang saluran dan
arah aliran, berdasarkan tahapan diatas selanjutnya dilakukan identifikasi sistim drainase
yang meliputi nama, posisi, saluran, kemiringan, panjang, luas pematusan, dimensi, dan
konstruksi kondisi fisiknya,
Evaluasi Kondisi Saluran
Evaluasi ini bertujuan untuk menentukan jenis klasifikasi kondisi saluran. Proses
evaluasi dilakukan melalui pengamatan lapangan pada saat hujan sebagai dasar melakukan
kalibrasi dan memodelkan sistem drainase yang ada untuk mengidentifikasi daya tampung
saluran serta kemiringannya untuk menentukan lokasi banjir.

Hasil dan Pembahasan


Intensitas Durasi Frekuensi

Intensitas hujan diperlukan dalam penelitian ini sebagai input rain gagedalam
permodelan drainase menggunakan SWMM yang berupa hujantime series jam-jaman untuk
hujan periode ulang 2 tahun dan 5 tahun pada masing-masing kecamatan. Hasil Perhitungan
hujan jam-jaman dengan rumus mononobedi dapatkan intesitas hujan mulai dari 0,25 jam
sampai 6 jam dilihat pada tabel 1. Perbandingan nilai intensitas hujan antara kedua
kecamatan. Secara umum kecamatan Sumbersari lebih kecil dari Kecamatan Kaliwates.
Kecamatan Kaliwates untuk hujan periode ulang 5 tahun lebih dari 100 mm/jam. Sedangkan
untuk kecamatan Sumbersari untuk hujan periode ulang 5 tahun di bawah 100 mm/jam.
Sementara itu, untuk periode ulang 2 tahun, intensitas hujan untuk kedua kecamatan hampir
sama.
Tabel 1. Intensitas Hujan Jam-Jaman untuk Kala Ulang Tertentu Kecamatan Kaliwates
Kecamatan Kaliwates
Kecamatan Sumbersari
T
Periode ulang (mm/jam)
( jam )
2
5
2
5
0,25
87,88
104,36
79,78
87,62
0,5
55,36
65,74
50,26
55,20
0,75
42,25
50,17
38,36
42,12
1
34,88
41,42
31,66
34,77
2
21,97
26,09
19,95
21,90
3
16,77
19,91
15,22
16,72
4
13,84
16,44
12.57
13,80
5
11,93
14,16
10,83
11,89
6
10,56
12,54
9,59
10,53
Secara umum intensitas hujan yang terjadi pada kedua kecamatan menunjukkan
bahwa makin singkat hujan yang berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan
makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya seperti pada gambar 1 kurva
Intensity Duration Frequency (IDF).

a. Kecamatan Kaliwates

b. Kecamatan sumbersari

Gambar 1. Kurva Intensity Duration Frequency (IDF) Kecamatan Kaliwates dan


Sumbersari
Sistem Jaringan Drainase Sumbersari dan Kaliwates

Sistem jaringan drainase di Kecamatan Sumbersari dan Kaliwates dapat dibagi menjadi 7
daerah pematusan dengan kondisi sebagai berikut.
a. Wilayah pematusan Irigasi BM3 Sungai Ajung.
Wilayah Pematusan Irigasi Kotok BM 3 dibatasi oleh sungai Ajung dan Irigasi
Kotok BM 3 yang berasal dari DAM Kotok pada sungai Mayang. Irigasi ini
memotong jalan Basuki Rahmat dan jalan Sriwijaya menjadi 2 yaitu sebelah selatan
dan sebelah utara. Sehingga wilayah yang berada di sebelah selatan Irigasi Kotok BM
3 sampai dengan perbatasan sungai Ajung merupakan wilayah pematusannya.
Wilayah pematusan ini mempunyai panjang saluran sekunder 6758.547 m dan
panjang saluran primernya 6632.287 m.
b. Wilayah pematusan Irigasi BM3 Sungai Cakol.
Wilayah pematusan Irigasi Kotok BM 3 Sungai Cakol dibatasi oleh Irigasi
Kotok BM 3 dan Sungai Cakol. Wilayah pematusan ini dilewati oleh jalan Basuki
Rahmat, jalan Letjen Suprapto, jalan S. Parman dan jalan Sriwijaya. Wilayah
pematusan Irigasi Kotok BM 3 Sungai Cakol ini terdiri dari jalan Basuki Rahmat
bagian utara Irigasi Kotok BM3, jalan Letjen Suprapto bagian selatan Sungai Cakol,
jalan S. Parman yang berada di antara sungai sungai Cakol dan Irigasi Kotok BM 3,
dan jalan Sriwijaya di bagian utara Irigasi Kotok BM 3. Wilayah pematusan ini
mempunyai panjang saluran sekunder 6262.217 m dan panjang saluran primernya
8145.079 m.
c. Wilayah pematusan Sungai Cakol Sungai Bedadung.
Wilayah pematusan Sungai Cakol Sungai Bedadung dibatasi oleh sungai
cakol dan sungai bedadung. Wilayah pematusan ini dilewati beberapa jalan, yaitu
jalan Letjen Suprapto, jalan Panjaitan, jalan S Parman, jalan Karimata dan perumahan
Gunung Batu. Wilayah pematusan Sungai Cakol Sungai Bedadung ini terdiri dari
jalan Letjen Suprapto bagian utara sungai Cakol, jalan Panjaitan, jalan S. Parman
bagian barat sungai Cakol, perumahan Gunung Batu dan jalan Karimata. Wilayah
pematusan ini mempunyai panjang saluran sekunder 7.847.83 m dan panjang saluran
primer 13346.4383 m.
d. Wilayah pematusan Sungai Bedadung Sungai Jompo.
Wilayah pematusan sungai Bedadung Sungai Jompo dibatasi oleh sungai
Bedadung dan Sungai Jompo. Wilayah pematusan ini dilalui oleh jalan Ahmad Yani,
jalan Trunojoyo, jalan Kartini, jalan Sultan Agung, jalan HOS Cokroaminoto, jalan
KH Siddiq dan jalan Sentot Prawirodirjo. Wilayah pematusan sungai Bedadung
sungai Jompo ini terdiri dari jalan Ahmad Yani, jalan Trunojoyo, jalan Sultan Agung,
jalan Hos Cokroaminoto bagian timur sungai Jompo, jalan KH Siddiq dan jalan
Sentot bagian barat sungai Jompo. Wilayah pematusan ini mempunyai panjan saluran
sekunder 10632.4772 m dan panjang saluran primer 3105.9743 m.
e. Wilayah pematusan Sungai Jompo Sungai Argopuro.
Wilayah pematusan Sungai Jompo-Sungai Argopuro dibatasi oleh sungai
Jompo dan sungai Argopuro. Wilayah pematusan ini dilalui oleh jalan Gajah Mada,
jalan Hos Cokroaminoto, jalan Sentot Prawirodirjo dan jalan Imam Bonjol. Wilayah
pematusan sungai Jompo sungai Argopuro terdiri dari jalan Hos Cokroaminoto
bagian barat sungai Jompo, jalan Gajah Mada bagian timur sungai Argopuro, jalan
Sentot bagian barat sungai jompo dan jalan Imam bonjol bagian utara sungai
Bedadung. Wilayah pematusan ini mempunyai panjang saluran sekunder 9645.87 m
dan panjang saluran primer 4041.08 m.

f. Wilayah pematusan Sungai Argopuro Sungai Semangir.


Wilayah pematusan Sungai Argopuro Sungai Semangir dibatasi adalah
sungai Argopuro dan sungai Semangir. Wilayah pematusan ini dilalui oleh jalan
Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Wilayah pematusan ini mempunyai panjang saluran
sekunder 5097.9947 m dan saluran primer 3686 m.
g. Wilayah pematusan Selatan Sungai Bedadung.
Wilayah pematusan Sungai Bedadung merupakan wilayah yang ada di sebelah
selatan sungai Bedadung. Wilayah ini dilalui oleh jalan Imam Bonjol dan Teuku
Umar. Wilayah pematusan ini mempunyai panjang saluran sekunder 6680 m dan
panjang saluran primer 1348.8 m.
Evaluasi Genangan
Pada kedua kecamatan ini, terdapat 26 lokasi titik banjir pada kala ulang 1 tahun. Hal
ini pada umumnya terjadi karena saluran yang berbelok 90o, dimensi saluran yang mengecil
karena sediman dan sampah, perubahan dimensi saluran dari besar ke kecil, kemiringan
saluran yang landai, saluran gorong-gorong yang dimensinya kecil dan tersumbat, kurangnya
inlet dan saluran yang konstruksinya masih terbuat dari tanah. Untuk kala ulang 2 tahun
terdapat 22 titik. Hal ini terjadi karena dimensi saluran yang tidak dapat menampung
limpasan hujan periode ulang 2 tahun. Sedangkan untuk hujan periode ulang 5 tahun, terdapat
3 titik banjir. Hal ini terjadi karena dimensi saluran yang tidak dapat menampung limpasan
hujan periode ulang 5 tahun.

Kesimpulan
Beberapa simpulan yang didapat dari pembahasan diatas adalah:
a. Pada wilayah pematusan Irigasi Kotok BM3 Sungai Cakol, terjadi banjir pada
umumnya dikarenakan kemiringan saluran yang terlalu landai dan saluran tidak mampu
menampung air hujan pada kala ulang 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun pada beberapa lokasi,
lubang inlet di depan pasar Sabtuan tidak ada dan pembuangan sampah ke saluran.
b. Pada wilayah pematusan Sungai Argopuro Sungai Semangir banjir terjadi pada
umumnya dikarenakan adanya perubahan penampang saluran semakin ke hilir semakin
mengecil, pada beberapa lokasi saluran juga terdapat sedimen sehingga terjadi perubahan
dimensi, pada beberapa lokasi saluran tidak mampu menampung air hujan pada kala
ulang 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun.
c. Pada wilayah Pematusan Selatan Sungai Bedadung banjir terjadi pada umumnya
dikarenakan dimensi saluran yang kecil dan masih berupa saluran tanah dan banyak
sampah, saluran membelok 90o, elevasi saluran yang landai, pada beberapa lokasi saluran
tidak mampu menampung air hujan pada kala ulang 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun.
d. Pada wilayah pematusan Sungai Cakol Sungai Bedadung pada umunya banjir terjadi
dikarenakan air meluap dari saluran ke permukaan, saluran yang terlalu landai, topografi
saluran yang cekung sehingga air mengumpul di tengah-tengah, saluran irigasi yang
tersumbat sehingga membanjiri jalan di jalan karimata, inlet yang kurang sehingga terjadi
genangan di persimpangan semeru.
e. Pada wilayah pematusan Sungai Jompo Sungai Argopuro pada umumnya banjir terjadi
karena terjadi perubahan dimensi saluran di bawah jalan, kemiringan saluran yang landai,
inlet yang kurang memadai sehingga saat hujan air mengalir ke jalan, saluran tertutup
oleh sedimen.
f. Pada wilayah pematusan Sungai Jompo Sungai Argopuro pada umunya banjir terjadi
karena dimensi saluran yang kecil di selatan bina sehat, saluran yang berbelok 90o di

depan Gereja Kristen Indonesia, saluran yang tersumbat oleh sampah dan sedimen,
lubang inlet yang kurang.
g. Pada wilayah pematusan Irigasi Kotok BM3 Sungai Ajung pada umumnya banjir terjadi
karena saluran banyak sedimen dan sampah, pada beberapa lokasi saluran tidak mampu
menampung air hujan pada kala ulang 1 tahun, 2 tahun dan 5 tahun, lubang inlet yang
kurang.

Saran
a. Pada wilayah pematusan Irigasi Kotok BM3 Sungai Cakol perlu dilakukan rehabilitasi
saluran berupa perbaikan kemiringan saluran, pelebaran penampang saluran untuk hujan
rencana untuk periode ulang 5 tahun sesuai fungsi saluran, penambahan lubang inlet, dan
pemeliharaan saluran serta sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah
pada saluran.
b. Pada wilayah pematusan Sungai Argopuro Sungai Semangir perlu dilakukan rehabilitasi
saluran yang mempunyai perubahan ukuran yang seragam, saluran perlu dilakukan
pengerukan secara berkala sehingga tidak terjadi penumpukan sedimentasi, perlu
dilakukan pelebaran penampang saluran untuk hujan rencana untuk periode ulang 5 tahun
sesuai fungsi saluran.
c. Pada wilayah Pematusan Selatan Sungai Bedadung perlu dilakukan pelebaran penampang
saluran untuk hujan rencana untuk periode ulang 5 tahun sesuai fungsi saluran, rehabilitasi
saluran yang masih berupa saluran yang terbuat dari tanah, perlu dilakukan penegrukan
sedimen dan sampah secara berkala, perlu dilalakukan perbaikan kemiringan saluran,
untuk yang saluran membelok 90o perlu dilakukan pelebaran kapasitas saluran atau
pelurusan.
d. Pada wilayah Pematusan Sungai Cakol Sungai Bedadung perlu dilakukan pelebaran
penampang saluran untuk hujan rencana untuk periode ulang 5 tahun sesuai fungsi saluran,
perbaikan pada kemiringan saluran,perbaikan perubahan dalam perencanaan saluran yaitu
topografi saluran jangan mengikuti topografi jalan, perlu dilakukan penambahan kapasitas
pada saluran irigasi di depan GO.
e. Pada wilayah pematusan Sungai Jompo Sungai Argopuro perlu dilakukan pelebaran
penampang saluran di bawah jalan di persimpangan sentot-kh siddiq dan di tikungan
rumah potong hewan, penambahan lubang inlet pada beberapa tempat, pelebaran
penampang saluran untuk hujan rencana periode ulang 5 tahun sesuai fungsi saluran, perlu
dilakukan pembuatan gorong-gorong di persimpangan jl KH. Siddiq dan Jl. Wachid
Hasyim.
f. Pada wilayah pematusan sungai Jompo Sungai Argopuro perlu dilakukan pelebaran
penampang saluran untuk hujan rencana kala ulang 5 tahun sesuai dengan fungsi saluran,
penambahan lubang inlet pada beberapa lokasi, perlu dilakukan pengerukan sampah dan
sedimen, untuk saluran yang berbelok 90o perlu dilakukan pelebaran kapasitas saluran atau
diluruskan.
g. Pada wilayah pematusan Irigasi Kotok BM 3 sungai Ajung perlu dilakukan penambahan
lubang inlet, pengerukan sampah dan sedimen secara berkala, perlu dilakukan pelebaran
penampang saluran untuk hujan rencana kala ulang 5 tahun sesuai dengan fungsi saluran

Referensi

Dirjen Cipta Karya, 1999, Keputusan Direkturan Jendral Cipta Karya tentang Petunjuk
Teknis Perencanaan, Pembangunan dan Pengelolaan Bidang ke-PLP-an Perkotaan
dan Perdesaan Volume I Bidang Drainase.
Undang Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara
Nomor 32 tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377)
Undang Undang No. 41 Tahun 2007 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Nomor
125 tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)
Undang Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara nomor 68
tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara nomor 4725)
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan
Ruang Wilayah (Lembaran Negara nomor 20 tahun 2000, Tambahan Lembaran
Negara 3934)
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara nomor 54 tahun
2000, Tambahan Lembaran Negara 3952)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46 dan Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4624)
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tata
Cara Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No 2 tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Timur 2005 2020
Standar Nasional Indonesia (SNI) 02-2406-1991 tentang Perencanaan Umum Drainase
Perkotaan

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2414-1991 SK SNI M-17-1989-F tentang Metode


Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka
Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2415-1991SK SNI M-18-1989-F tentang Metode
Perhitungan Debit Banjir

Anda mungkin juga menyukai