PENDAHULUAN
Banjir telah menjadi suatu masalah yang selalu dialami daerah perkotaan. Setiap
musim penghujan tiba memungkinkannya daerah perkotaan terjadi genangan bahkan
berdampak banjir. Genangan ini mengakibatkan kerugian yang sangat besar baik
materiil maupun non materiil. Seringkali permasalahan adanya genangan bahkan banjir
diperkotaan disebabkan oleh berubahnya tata guna lahan akibat pertambahan penduduk
yang semakin padat sehingga menyebabkan air tidak dapat meresap dengan baik ke
dalam tanah. Selain itu meningkatnya produksi sampah sehingga menimbulkan
kebiasaan membuang sampah sembarangan ke saluran drainase yang menimbulkan
saluran tersumbat. Adanya genangan juga dipicu oleh terlalu tinggi dan lamanya
intensitas hujan sehingga mengakibatkan tampungan drainase meluap serta kapasitas
tampungan drainase kurang memadai.
1
fungsinya, drainase kota merupakan jaringan pembuangan yang digunakan untuk
mengeringkan bagian-bagian wilayah administrasi kota dan daerah urban dari
genangan air, baik dari hujan lokal maupun sungai yang melintas di dalam kota. Lebih
jauh lagi sungai yang tidak diperlakukan sesuai dengan peruntukannya dapat
mengakibatkan terjadinya luapan air pada musim hujan dan akhirnya akan
menyebabkan terjadinya banjir. Permasalahan banjir dan genangan air di kawasan
perkotaan di Indonesia tidak terlepas dari permasalahan buruknya sistem jaringan
drainase. Namun meningkatnya permasalahan banjir, genangan air, dan pencemaran
air di kawasan perkotaan serta sedimentasi sampai saat ini belum dapat diatasi dan terus
meningkat seiring dengan perkembangan kota.
Sistem drainase di sebuah wilayah akan memiliki fungsi yang baik dan maksimal
jika memiliki kondisi saluran drainase yang terbebas dari genangan. Dari hal tersebut,
perlu diidentifikasi kondisi saluran yang ada di Kota Kepanjen. Luas kawasan
Perkotaan Kepanjen memiliki luas 44,68 km2 dan secara geografis terbentang pada
posisi 112,50 Bujur Timur (BT) dan 80 01’ Lintang Selatan (LS). Batas administrasi
adalah sebagai berikut :
a) Batas Utara : Kelurahan Kepanjen berbatasan langsung dengan Kecamatan
Pakisaji dan Ngajum.
b) Batas Selatan : Berbatasan dengan Pagak dan Pagelaran
c) Batas Timur : Berbatasan langsung dengan Kecamatan Gondanglegi dan
Kecamatan Bululawang
d) Batas Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Kromengan, Sumberpucung,
dan Ngajum
Kawasan Kecamatan Kepanjen terdiri dari 4 Kelurahan, 14 desa, 39 dusun, 77 RW,
467 RT dalam wilayah administrasi.
2
konektivitas saluran drainase yang terputus maupun rusak, sehingga mengakibatkan
limpasan air hujan mengalami kendala dalam pembuangannya mengakibatkan
genangan - genangan disekitar saluran yang rusak. Adapun daerah yang tidak memiliki
saluran drainase seperti di jalan sukoraharjo, ditambah lagi curah hujan dengan
intensitas tinggi yang sering kali terjadi menambah potensi terjadinya banjir di
Kepanjen, bias dilihat di gambar 1.0
3
Maka dari itu penulis tertarik dan ingin meniliti tentang Peningkatan Kinerja
Sistem Drainase Kecamatan Kepanjen yang mana bertujuan untuk dapat dipergunakan
sebagai alternatif guna mengatasi permasalahan banjir yang terjadi di Kecamatan
Kepanjen.
4
4
Gambar 1.1 Peta Batas Administrasi Kabupaten Malang
5
1.2 Identifikasi Masalah
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kecamatan Kepanjen yang
mana perkotaan merupakan daerah urban yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi yang menyebabkan perkembangan pada daerah ini cukup cepat
sehingga konsekuensinya ialah perubahan tata guna lahan dan bertambahnya
jumlah penduduk yang berakibat pada berubahnya koefisien pengaliran (run of
coefisient) yang menyebabkan saluran-saluran yang ada tidak mampu lagi
mengalirkan debit air hujan sehingga menyebabkan genangan air pada saluran-
saluran air pada Kecamatan Kepanjen.
Sampai saat ini saluran drainase yang ada di Kecamatan Kepanjen tidak
mampu menampung dan mengalirkan kapasitas air yang berasal dari hujan dan
buangan air kotor masyarakat. Hal ini diperparah dengan adanya beberapa daerah
yang tidak tersedianya saluran seperti dijalan sukoraharjo. Ditambah lagi beberapa
saluran dengan kondisi tertutup menyebabkan sulitnya pemeliharaan dan
pengawasan dan kemungkinan terjadinya penyumbatan saluran oleh sampah sangat
besar sehingga fungsi saluran kurang optimal. Maka dari itu diperlukannya
peningkatan sistem pada drainase di Kecamatan Kepanjen.
Adapun penyebab terjadinya genangan air di Kecamatan Kepanjen adalah
sebagai berikut :
1. Berkurangnya luas lahan resapan air akibat banyaknya kawasan terbangun
yang menyebabkan dimensi saluran tidak dapat menampung debit air
buangan.
2. Pemeliharaan yang kurang baik serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk
ikut andil dalam menjaga dan memelihara saluran yang ada, seperti adanya
sampah dan sedimen
3. Talud saluran yang rusak menyebabkan saluran terputus.
6
1.3 Batasan masalah
Dengan diketahui penyebab genangan di Kecamatan Kepanjen yang
merupakan masalah utama, maka didapati batasan masalah sebagai berikut :
7
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
Jenis Drainase
Banyak hal yang menjadi permasalahan dan kendala dalam sistem
drainase perkotaan, masalah teknis konsep drainase perkotaan kita. Air hujan yang
turun ke permukaan tanah akan dibuang secepat-cepatnya ke sungai. Air hujan
yang turun tidak diberi kesempatan untuk meresap sebagai cadangan air tanah.
Akibatnya tanah tak punya cadangan air, muka air tanah turun, kekeringan
melanda. Sementara itu, sungai tidak lagi mengalirkan air bersih. Air sungai
bercampur juga dengan air limbah, baik itu skala kecil maupun besar. Tumpang
tindih fungsi atas keberadaan sungai ini jelas membawa banyak permasalahan
yang potensial merusak lingkungan.
10
Gambar 2.1: Drainase alamiah pada saluran air.
Air yang meresap berubah menjadi aliran antara (subsurface flow) mengalir
menuju sungai, dan dapat juga mengalir masuk ke dalam tanah (perkolasi) hingga
ke ar tanah yang kemudian bersama-sama dengan air tanah mengalir sebagai
aliran air tanah menuju sungai
11
2. Menurut sistem pengalirannya
a. Drainase dengan sistem jaringan
Yakni suatu sistem pengeringan atau pengaliran air pada suatu kawasan
yang dilakukan dengan mengalirkan air melalui system tata saluran dengan
bangunan- bangunan pelengkapnya.
a. Drainase perkotaan
12
e. Drainase jalan kereta api
Yakni pengeringan atau pengaliran di sepanjang jalur rel kereta api yang
bertujuan untuk menghindari kerusakan pada jalur rel kereta api.
13
a. Drainase permukaan tanah (surface drainage)
Yakni system drainase yang salurannya berada di atas permukaan tanah
yang pengaliran air terjadi karena adanya beda tinggi permukaan saluran (Slope).
a. Single purpose
Yakni saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lain.
b. Multipurpose
Yakni saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan
baik secara bercampur maupun bergantian, misalnya mengalirkan air buangan
rumah tangga dan air hujan secara bersamaan.
6. Menurut konstruksi
Dalam merancang sebuah drainase terlebih dahulu harus tahu jenis kontruksi
apa drainase dibuat, berikut ini drainase menurut konstruksi.
a. Saluran terbuka
Yakni saluran yang konstruksi bagian atasnya terbuka dan berhubungan
dengan udara luar. Saluran ini lebih sesuai untuk drainase hujan yang terletak
di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun drainase non hujan yang
tidak membahayakan kesehtan/mengganggu lingkungan.
14
b. Saluran tertutup
Yakni saluran yang konstruksi bagian atasnya tertutup dan saluran ini tidak
berhubungan dengan udara luar.Saluran ini sering digunakan untuk aliran aliran kotor atu
untuk saluran yang terletak di tengah kota.
Drainase Perkotaan
a. Arus air hujan yang sudah berbahaya atau mengganggu lingkungan secepat
mungkin dibuang pada badan air penerima, tanpa erosi dan penyebaran polusi atau
endapan.
Masalah di atas sudah merupakan permasalahan yang harus di tangani secara sungguh-
sungguh, terutama bagi daerah-daerah yang selalu mengalami setiap musim hujan.
Air hujan yang di atur di angkasa di kendalikan dan di atur guna memenuhi berbagai
kegunaan untuk penyehatan (Hendrasarie, 2005). Pengendalian banjir, drainase,
pembuangan air limbah merupakan penerapan teknik pengendalian air, sehingga tidak
menimbulkan kerusakan yang melebihi batas-batas kelayakan terhadap harga benda,
gangguan terhadap lingkungan pemukiman serta masyarakat dan sarana aktivitasnya
bahkan terhadap nyawanya. Penyediaan air, irigasi, pembangkit listrik tenaga air, alur-alur
transportasi air dan badan-badan air sebagai tempat rekreasi adalah merupakan
pemanfaatan sumber daya air, sehingga perlu dilestarikan eksistensinya, dipelihara
kualitas keindahannya serta pemanfaatannya. Drainase dengan sistem konservasi lahan
dan air merupakan langkah awal dari usaha pelestarian eksistensinya sumber daya air
tawar di bumi ini.
Untuk drainase perkotaan dan jalan raya umumnya dipakai saluran dengan lapisan.
Selain alasan seperti dikemukakan di atas, estetika dan kestabilan terhadap gangguan
dari luar seperti lalu lintas merupakan alasan lain yang menuntut saluran drainase
perkotaan dan jalan raya dibuat dari saluran dengan lapisan. Saluran ini dapat berupa
saluran terbuka atau saluran yang diberi tutup dengan lubang-lubang kontrol di tempat-
tempat tertentu. Saluran yang diberi tutup ini bertujuan supaya saluran memberikan
15
pandangan yang lebih baik atau ruang gerak bagi kepentingan lain di atasnya (Wesli,
2008).
Tabel 2.1: Kriteria desain hidrologi sistem drainase perkotaan (Suripin, 2004).
Luas DAS (ha) Perioede Ulang (tahun) Metode Perhitungan Debit Banjir
<10 2 Rasional
10-100 2-5 Rasional
101-500 5-20 Rasional
>500 10-25 Hidrograf Satuan
Evaporasi adalah penguapan air dari permukaan air, tanah, dan bentuk permukaan
bukan vegetasi lainnya oleh proses fisika. Dua unsur utama untuk berlangsungnnya
evaporasi adalah energi (radiasi) matahari dan ketersediaan air. Proses-proses fisika yang
16
menyertai berlangsungnya perubahan bentuk dari cair menjadi gas berlaku pada kedua
proses evaporasi tersebut diatas. Oleh karenanya, kondisi fisika yang mempengaruhi
laju evaporasi umum terjadi pada kedua proses alamiah tersebut. Faktor-faktor yang
berpengaruh antara lain cahaya matahari, suhu udara, dan kapasitas kadar air dalam udara.
Proses evaporasi yang disebutkan diatas tergantung pada jumlah air yang tersedia. (Asdak,
C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press)
Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Di dalam
tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow) menuju mata air,
danau, dan sungai; atau secara vertikal, yang dikenal dengan perkolasi (percolation)
menuju air tanah. (Dr. Ir. Suripin, M.Eng. 2004;7)
Air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi.
Lapisan tanah yang terletak di bawah permukaan tanah dinamakan lajur jenuh (saturated
zone), dan lajur tidak jenuh terletak di atas lajur jenuh sampai ke permukaan tanah,
yang rongga-rongganya berisi air dan udara. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi
dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran
Sungai (DAS). (Soemarto 1989)
17
2.2.2 Curah Hujan Rerata Daerah
Dalam menentukan curah hujan rata – rata daerah ada tiga macam cara yang umum
digunakan dalam menganalisa curah hujan rata – rata daerah di beberapa titik
pengamatan, yaitu :
Dalam studi kali ini digunakan cara poligon thiessen untuk mendapatkan besarnya
hujan rata-rata daerah. Metode Thiesen berusaha mengimbangi tidak meratanya distribusi
alat ukur dengan menyediakan suatu faktor pembobot bagi masing-masing stasiun. Cara
penggambaran polygon Thiesen adalah sebagai berikut:
2. Tentukan titik potong polygon dengan garis bantu dengan cara membagi dua sama
panjang setiap garis bantu yang menghubungkan dua stasiun tersebut.
3. kemudian Tarik garis polygon tegak lurus terhadap garis bantu yang
menghubungkan dua stasiun melalui dua titik potong tadi yang terbagi sama
panjang. Kemudian rangkaian garis-garis yang tegak lurus tersebut hingga
membentuk suatu polygon.
Sisi-sisi setiap polygon merupakan batas luas daerah efektif daerah tangkapan air
hujan yang diasumsikan untuk stasiun tersebut. Luas masing- masing polygon
ditentukan dengan planimetri dan dinyatakan dalam prosentasi dari luas keseluruhan
tangkapan air hujan.
Cara ini di dasarkan atas rata-rata timbang (weight average). Masing- masing
penakar mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan menggambar garis-garis
sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua pos penakar.
18
1
R1
R2 R3
2 3
Misal R1 adalah curah hujan daerah pengaruh pos peneliti 1, R2 adalah l curah
hujan daerah pengaruh pos peneliti 2, dan seterusnya. Jumlah R1 + R2 +…….Rn =R,
merupakan jumlah luas daerah /seluruh area yang dicari tinggi curah hujannya.
Jika pos peneliti 1 menakar tinggi hujan d1, pos peneliti 2 meniliti hujan d2 hingga
pos peneliti = n, meneliti hujan = Rn.
Rumus :
𝑅1 𝑥 𝑑1 + 𝑅2 𝑥 𝑑2 +𝑅3 𝑥 𝑑3 + ….. 𝑅𝑛 𝑥 𝑑𝑛
𝑅= ……………………………(2-5)
A
Keterangan :
A = Luas Daerah
𝑑1 , 𝑑2 , 𝑑3 …….𝑑𝑛 = Curah hujan ditiap titik pengamatan (mm)
R = Curah hujan daerah (mm)
Setelah diketahuinya tinggi curah hujan harian maksimum dari data hujan yang
diperoleh, maka hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah memilih disribusi yang akan
dipakai. Dalam studi ini akan dipakai Metode Log Person Type III untuk menentukan
besarnya curah hujan rencana. Adapun persamaannya sebagai berikut :
1
𝑥 = . ∑𝑛1 𝑋𝑖 …………………………………………(2-8)
𝑛
∑𝑛
1 (𝑥−𝑥̅ )
2
S= √ …...…………………………………….(2-9)
𝑛−1
log 𝑋𝑟 = ̅̅̅̅̅̅̅
log 𝑋 + (𝐺. 𝑆) ….…………………………….(2-11)
Keterangan : log 𝑋𝑟
= Curah hujan rancangan kala ulang T tahun
20
̅̅̅̅̅̅̅
log 𝑋 = Rata-rata dari logaritma curah hujan.
S = Standart deviasi
1. Uji Chi-Square
Dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi peluang yang
telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel yang dianalisis.
Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter X2 (Soewarno,
1995:194)
Rumus :
2
(𝑂 −𝐸 )
2
𝑋 = ∑𝐺𝑖=1 𝑗 𝑗 .……………………………………………….(2-12)
𝐸𝑗
Keterangan :
Adapun langkah-langkah perhitungan dari uji Chi Square adalah sebagai berikut
(Soewarno, 1995:194):
21
3. Jumlahkan data pengamatan sebesar Oj tiap-tiap subgroup
( 𝑂𝑗 − 𝐸𝑗 )2
5. Tiap-tiap subgrup hitung nilai : ( Oj-Ej )2 dan
𝐸𝑗
( 𝑂𝑗 − 𝐸𝑗 )2
6. Jumlah seluruh G sub nilai menentukan nilai Uji Chi- Square hitung
𝐸𝑗
9. Menyimpulkan hasil perhitungan, apabila X2hit < X2cr maka persamaan distribusi
teoritis yang digunakan dapat diterima, dan apabila nilai X2 hit > X2cr maka
persamaan distribusi teoritis yang digunakan tidak dapat diterima.
22
2. Uji Smirnov-Kolmogorov
Pengujian ini dilakukan dengan menggambarkan probabilitas untuk tiap data, yaitu
distribusi empiris dan distribusi teoritis yang disebuh dengan ∆𝑚𝑎𝑘𝑠 . Dalam bentuk
persamaan dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
∆𝑚𝑎𝑘𝑠 = | 𝑃𝑒 − 𝑃𝑡 | ………………………………………………………(2-16)
Dengan :
𝑃𝑒 = Probabilitas empiris
𝑃𝑡 = Probabilitas Teoritis
Kemudian dibandingkan antara ∆𝑚𝑎𝑘𝑠 Dengan ∆𝑒𝑟 Bila ∆𝑚𝑎𝑘𝑠 < ∆𝑒𝑟 maka pemilihan
distribusi frekuensi tersebut dapat diterapkan pada data tersebut.
1. Data curah hujan maksimum harian rata-rata tiap tahun disusun dari kecil ke besar /
sebaliknya.
2. Hitungan probabilitas dengan rumus :
𝑚
𝑃 = 𝑛+1 𝑥100% ………………………………………………..(2-17)
Keterangan :
P = Probabilitas
M = Nomor urut data dari seri yang telah diurutkan
n = Banyaknya data
3. Ploting data curah hujan (𝑋𝑟 ) dengan probabilitas.
4. Plot dua harga 𝑋𝑟 baru Tarik garis durasi.
5. Hasil posisi pengenalan dibandingkan dengan posisi plotting cara teoritis.
6. Hitung nilai selisih antara peluang pengamatan (𝑃𝑒 ) dengan peluang teoritis (𝑃𝑡 ) dan
ditentukan nilai maksimumnya (∆𝑚𝑎𝑘𝑠 ).
7. Test Uji Smirnov Kolmogorov table Uji Smirnov Kolmogorv.
23
Tabel 2.3 Harga ∆Kritis Untuk Uji Smirnov Kolmogorov
Intensitas hujan adalah termasuk dari karakteristik hujan yang juga terdapat durasi
hujan yaitu lama kejadian (menitan, jam-jaman, harian) diperoleh dari hasil pencatatan
alat pengukur hujan otomatis. Dalam perencanaan drainase durasi hujan ini sering
dikaitkan dengan waktu konsentrasi, khususnya pada drainase perkotaan diperlukan
durasi yang relatif pendek mengingat akan toleransi terhadap lamanya genangan.
Selanjutnya lengkung intensitas hujan adalah grafik yang menyatakan hubungan antara
intensitas hujan dengan durasi hujan, hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk
lengkungan intensitas hujan kala ulang hujan tertentu. (Wesli, 2008)
24
Intensitas hujan termasuk hal yang terpenting dalam melaksanakan atau
menganalisis hidrologi suatu daerah drainase. Maka daripada itu akan dijelaskan teori
perhitungan debit rencana, yakni perhitungan curah hujan dengan jangka waktu yang
bervariasi untuk menentukan suatu volume debit saluran.Untuk menetukan intensitas
hujan adalah dengan menggunakan rumus-rumus empiris yang menyatakan hubungan
antara intensitas hujan dengan lamanya hujan. Perhitungan intensitas curah hujan
rencana dipergunakan metode“Mononobe” dengan persamaan sebagai berikut:
𝑑24 24
[ ]𝑚 …...…………..……………………………….(2-32)
24 𝑡
Keterangan:
Keterangan:
25
Tabel 2.4 Koefisien Pengaliran (C)
Tipe Daerah Aliran Harga C
Rerumputan
Bisnis
Perumahan
Industri
Jalan
26
2.2.7 Waktu Konsentrasi ( Tc )
Waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir dari titik yang paling jauh pada
daerah aliran sampai dengan titik yang ditinjau. Salah satu rumus yang dikembangkan
oleh (Kirpich,1940). Dalam perjalanan limpasan air hujan, air melalui dua fase lahan
yaitu fase lahan dan fase saluran. Wakktu konsentrasi adalah jumlah dari fase lahan
dan fase saluran sehingga perumusannya menjadi :
0,0195 𝐿 0,77
𝑇𝑐 = [ 𝑥( ) ] …….…………………………….(2-21)
60 √𝑆
𝐻
𝑆= ..………………………………..(2-21)
𝐿
Keterangan :
27
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian peningkatan kinerja sistem drainase Kecamatan Kepanjen belum
pernah dilakukan sebelumnya, penelitian yang memiliki beberapa kesamaan dan
perbedaan digunakan sebagai acuan atau perbandingan pada penelitian ini sebagai
berikut :
28
No Nama penelitian Persamaan Perbedaan
Menghitung Intensitas
Hujan Menggunakan
Metode Mononobe
29
30