Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN 1

1.2 Latar Belakang


Keberlanjutan pembangunan suatu wilayah, salah satunya ditentukan oleh kualitas

lingkungan permukiman. Dalam hal ini wilayah memiliki pengertian sebagai ruang

yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang

terbatas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi dan atau aspek

fungsional. Salah satu prasyarat terciptanya lingkungan permukiman yang sehat dan

layak huni, memerlukan dukungan ketersediaan prasarana dan sarana permukiman

yang memadai menurut standard kesehatan, antara lain penataan ruang wilayah dan

juga kebutuhan dasarnya seperti: penyediaan perumahan, jalan, kualitas sanitasi,

pelayanan penyediaan air bersih, dah tidak kalah penting adalah penyediaan sarana

dan prasarana drainase.

Di Indonesia dengan diberklakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Otonomi Daerah, maka penyelenggaraan pelayanan prasarana dan sarana

penyehatan lingkungan permukiman, termasuk di antaranya adalah penyediaan

prasarana dan sarana drainase telah menjadi tugas dan tanggung jawab Pemerintah

Kabupaten dan Kota. Prasarana dan sarana atau infrastruktur diartikan sebagai

fasilitas fisik suatu kota atau negara yang disebut pekerjaan umum (Grigg, 1998).

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Depkimpraswil) mendefiniskan

prasarana dan sarana sebagai berikut :

“Prasarana dan sarana merupakan bangunan dasar yang sangat diperlukan

untuk mendukung kehidupan manusia yang hidup bersama-sama dalam suatu ruang

yang terbatas agar manusia dapat bermukim dengan nyaman dan dapat bergerak

1
dengan mudah dalam segala waktu dan cuaca, sehingga dapat hidup dengan sehat

dan dapat berinteraksi satu dengan lainnya dalam mempertahankan kehidupannya”.

Secara lebih luas dapat dinyatakan bahwa infrastruktur (perkotaan) adalah

bangunan atau fasilitas-fasilitas dasar, peralatan-peralatan, dan instalasi-instalasi

yang dibangun dan dibutuhkan untuk mendukung berfungsinya suatu sistem

tatanan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. Infrastruktur merupakan aset fisik

yang dirancang dalam sistem, sehingga mampu memberikan pelayanan prima

kepada masyarakat.

Perkembangan pembangunan Kabupaten Manokwari Selatan dari tahun ke

tahun semakin meningkat hal ini seiring dengan perkembangan administrative

wilayah diseluruh kabupaten Provinsi Papua Barat yang cukup maju. Perkembangan

di berbagai bidang tentunya akan beriringan dengan bertambahnya jumlah

penduduk dan kebutuhan penduduk di segala bidang. Peningkatan jumlah

penduduk ini mengakibatkan perkembangan pembangunan perumahan dan

permukiman serta sarana prasarana lainnya agar menjadi hunian yang layak dan

sehat menjadi cukup pesat. Sebagai akibat dari pesatnya perkembangan dan

pertumbuhan Kabupaten Manokwari Selatan yang tentunya secara langsung akan

mempengaruhi tata guna lahan, dampaknya akan semakin memperluas bangunan

kedap air yang pada akhirnya akan meningkatkan koefisien limpasaan air permukaan

(run off) kawasan yang bersangkutan, disamping itu kawasan topografi kabupaten

Tabalong yang bergelombang serta proses urbanisasi berlangsung pesat sering

menimbulkan gangguan terhadap alur/beban aliran air dan juga karena kurangnya

kesadaran masyarakat dalam memelihara saluran drainase yang ada pada lingkungan

pemukimannya masing-masing, maka dengan kondisi tersebut di atas, maka

Kabupaten Manokwari Selatan berpotensi menghadapi beberapa masalah yang

diantaranya adalah masalah banjir. Dalam rangka mengatasi dan mengantisipasi

serta menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan di Kabupaten Manokwari

Selatan, maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan

2
Pengembangan Kabupaten Manokwari Selatan merasa perlu melakukan penyusunan

Masterplan Drainase Kota yang komprehensif, terpadu dengan menyelaraskan

Rencana Pembangunan Kabupaten Manokwari Selatan.

Selain itu kondisi topografi kabupaten Manokwari Selatan yang

bergelombang serta proses urbanisasi berlangsung pesat sering menimbulkan

gangguan terhadap alur/beban aliran air dan juga karena kurangnya kesadaran

masyarakat dalam memelihara saluran drainase yang ada pada lingkungan

pemukimannya masing-masing dan juga adanya pelanggaran terhadap garis

sepadan sungai ditambah dengan saluran drainase kota yang kurang memadai dan

tidak ditetapkannya saluran primer dengan jelas, maka dengan kondisi tersebut di

atas, maka dapat menyebabkan potensi banjir.

Kegiatan ini merupakan wujud dari perhatian Pemerintah terhadap upaya

peningkatan kualitas perumahan dan permukiman bagi masyarakat yang secara tidak

langsung meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Masterplan Drainase ini

disusun berdasarkan survey lapangan dengan melihat kondisi existing drainase yang

tersebar di kabupaten Manokwari Selatan khususnya di Distrik Ransiki, melihat atau

mendengar isu-isu SKPD maupun di masyarakat terkait dengan lingkungan rawan

banjir karena ada genangan saluran drainase yang tersumbat, penempatan letak

drainase yang tidak berdasarkan dengan keadaan kontur tanah.

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran


Maksud dari penyusunan Masterplan Drainase Kabupaten Tabalong ini adalah

untuk menyusun Perencanaan Masterplan Drainase Kabupaten Tabalong yang lebih

komprehensip dan terintegrasi dalam satuan wilayah drainase, untuk mengatasi

daerah-daerah yang sering rawan banjir dan juga genangan, daerah yang terkena

limpahan pasang surut.

Adapun tujuan dari Pekerjaan penyusunan Masterplan Drainase Kota Ransiki ini

adalah :

3
a) Menyusun dokumen Masterplan Drainase Perkotaan di Kabupaten Manokwari

Selatan yang komprehensif serta selaras dan kompetibel terhadap Rencana

Pengembangan Kota dan Wilayah.

b) Melakukan kajian sistem drainase yang ada saat ini, termasuk alternative tata

letak jaringan drainase dengan mempertimbangkan sistem drainase yang ada.

c) Inventarisasi jaringan drainase yang sudah ada (eksisting), yang dilanjutkan

dengan mengevaluasi, menganalisa dan mengolah data serta informasi yang

telah dikumpulkan secara sistematik dari berbagai alternatif pemecahan

persoalan banjir dan genangan pada daerah yang diidentifikasi.

d) Masterplan tersebut memungkinkan disiapkannya pelaksanaan pembangunan

sistem drainase yang terpadu dan berwawasan lingkungan.

e) Menghasilkan Masterplan dan Design/typical Penampang Saluran berdasarkan

kondisi dan perhitungan, Rencana Anggaran Biaya (RAB) secara umum

perkawasan/zona jalan, yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan banjir

dan genangan air di beberapa titik di permukiman masyarakat.

Sedangkan Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan

Masterplan Drainase Perkotaan ini adalah:

a) Mendapat hasil Perencanaan yang akurat dan terukur sesuai standar dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b) Terlaksananya proses Penyusunan Masterplan Drainase Perkotaan di Kabupaten

Manokwari Selatan yang berwawasan lingkungan serta sesuai dengan

perkembangan pembangunan wilayah Kabupaten Manokwari Selatan, sehingga

dalam pelaksanaan pembangunan drainase dapat tepat mutu/kualitas, tepat

kuantitas/volume, tepat administrasi dan tepat biaya.

c) Penentuan alternatif penanganan terhadap saluran yang bermasalah.

d) Penentuan alternative penanganan ditekankan terhadap lokasi genangan dan

saluran yang mempunyai debit dibawah kapasitas maksimum.

4
e) Perencanaan Sistem Drainase.

f) Perencanaan sistem saluran merupakan perencanaan terhadap rute dan tata

letak saluran sesuai dengan kondisi topografi/kontur daerah setempat.

Terbentuknya rencana pengembangan sistem drainase perkotaan di Distrik Ransiki

yang meliputi rencana pengambangan saluran termasuk penentuan tipikal/model

saluran yang ideal.

1.3 Ruang Lingkup


1.3.1 Lingkup Wilayah Perencanaan
Wilayah Perencanaan dalam penyusunan Masterplan Drainase Kota Ransiki ini

meliputi Distrik Ransiki. Secara administratif terdapat batas administrasi Distrik

Ransiki yang terdapat dalam Kabupaten Manokwari Selatan, yaitu :

 Sebelah utara : Berbatasan dengan Distrik Oransbari

 Sebelah selatan : Berbatasan dengan Distrik Momiwaren

 Sebelah timur : Berbatasan dengan laut/teluk cenderawasih

 Sebelah barat : Berbatasan dengan Kabupaten Pegunungan Arfak

Pengetahuan mengenai batas administrasi menjadi acuan dalam konsep

pengembangan drainase yang melihat pada rencana tata ruang kota/kabupaten

setempat.
1.3.2 Lingkup Materi
Lingkup materi dalam penyusunan Masterplan Drainase Kota Ransiki ini meliputi

perumusan substansi sebagai berikut :


1. Konsep dasar perencanaan drainase perkotaan
a) Limpasan air banjir dari sungai utama biasa disebut banjir kiriman. (Jika Ada…)

b) Kapasitas saluran drainase tidak cukup biasa disebut banjir lokal.

c) Pengaruh air balik dari sungai induk pada saat muka air tinggi akibat banjir

dan/atau air pasang.

5
d) Banjir akibat air pasang yang masuk langsung ke daratan maupun lewat saluran-

saluran drainase yang ada.

Perencanaan sistem drainase perkotaan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut

6
Peta 1. 1 Batas Administrasi Distrik Ransiki

7
a) Target rencana perbaikan untuk saluran induk dan fasilitasnya, saluran induk

menggunakan debit rencana dengan kala ulang 5 sampai 25 tahunan,

sedangkan saluran tersier dengan periode ulang 2 tahunan.

b) Pekerjaan perbaikan harus memenuhi persyaratan teknis dan praktis.

c) Operasi, pemeliharaan, dan pengolahan harus mudah.

d) Fasilitas dan sistem drainase yang telah ada harus diusahakan sebanyak

mungkin dapat dimanfaatkan.

e) Komponen infrastruktur lainnya yang sudah ada untuk menghindari perusakan

yang tidak disengaja.

f) Pembebasan lahan dan relokasi sedapat mungkin dihindari.

g) Di daerah-daerah yang tidak memungkinkan digunakan sistem gravitasi penuh,

perlu dilengkapi dengan pintu klep dan/atau stasiun pompa pada keluaran

(outlet)nya.
2. Perencanaan sistem drainase
Langkah pertama yang perlu diperhatikan adalah mengetahui secara pasti dan rinci

penyebab terjadinya genangan. Berdasarkan data kondisi saat ini dan data

genangan, dapat disusun usaha-usaha perbaikan drainase yang memungkinkan yang

dapat dipilih dari beberapa alternatif berikut :

a) Penurunan debit dengan pembuatan resapan air dan daerah simpanan

(retention area).

b) Pembuatan saluran tambahan untuk mengurangi daerah tangkapan.

c) Perbaikan dan/atau normalisasi saluran drainase.

d) Pembuatan pintu klep untuk mengatasi air tinggi di saluran induk.

e) Pengurangan daerah-daerah rendah.

8
f) Pembuatan stasiun pompa dan kolam penampungan sesuai kebutuhan.
3. Perencanaan Saluran Drainase
a) Menentukan debit rencana.

b) Menentukan jalur (trase) saluran.

c) Merencanakan profil memanjang saluran.

d) Merencanakan penampang melintang saluran.

e) Mengatur dan merencanakan bangunan-bangunan serta fasilitas sistem

drainase.

4. Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Drainase Berdasarkan Pola Ruang

Eksisting Kawasan/Tata Guna Lahan Kawasan.

a) Konsep pengembangan system jaringan drainase kawasan perkantoran

b) Konsep pengembangan system jaringan drainase kawasan perdagangan dan

jasa

c) Konsep pengembangan system jaringan drainase kawasan pendidikan

d) Konsep pengembangan system jaringan drainase kawasan permukiman.

1.4 Landasan Hukum


Implementasi penyusunan Masterplan Drainase Perkotaan berlandaskan kepada

berbagai peraturan baik yang menjadi kebijakan di tingkat pusat seperti Undang-

undang dan lainnya. Peraturan dan regulasi ini menjadi bagian dari landasan

perencanaan.

a) Undang-undang tentang Jalan nomor Nomor 34 Tahun 2006

b) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2012 tentang

Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah;

9
c) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor 45/PRT/M/2007 tentang

Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;

d) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar

dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi;

e) PP No. 26 Tahun 1985 tentang jalan, serta Undang-undang No. 13 Tahun 1980

tentang Jalan;

f) Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, Sk. SNI T-22-1991-03;

g) SNI : 02-2406-1991 tentang Perencanaan Umum Drainase Perkotaan;

h) Dokumen RTRW Kabupaten Tabalong dan Dokumen Daerah lainnya; dan

i) Petunjuk / Tata Cara Standar lainnya yang berhubungan.

1.5 Sistematika Pelaporan


Laporan Antara ini terdiri dari 5 (lima) bab yaitu Pendahuluan, Tinjauan Kebijakan,

Gambaran Umum Wilayah, Identifikasi Drainase Eksisting, Analisa, Rencana

Desain/Konsep Pengembangan.
Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup,

landasan hukum, dan sistematika pelaporan.


Bab 2 Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah
Bab ini akan menguraikan mengenai rona awal wilayah perencanaan yang ditinjau

dari aspek kebijakan rencana tata ruang wilayah kabupaten manokwari selatan.
Bab 3 Gambaran Umum Wilayah

10
Bab ini akan menguraikan mengenai rona awal wilayah perencanaan, baik secara fisik

wilayah penggunaan lahan, sosial kependudukan, sarana dan prasarana wilayah

perencanaan.
Bab 4 Identifikasi Drainase Eksisting
Bab ini akan memaparkan kondisi-kondisi drainase yang terdapat di wilayah Distrik

Ransiki baik mengenai kondisi fisik drainase, kondisi aliran air, arah aliran air serta

daerah yang tergenang oleh air.


Bab 5 Hasil dan Analisa
Bab ini akan memaparkan kajian dan pengolahan data yang terkait dengan kondisi

drainase di Distrik Ransiki yang akan digunakan untuk tolak ukur dalam perencanaan

pengembangan drainase.
Bab 6 Konsep Desain
Bab ini akan memaparkan konsep desain fisik drainase dengan tolak ukur hasil

analisa yang telah dikaji melalui data eksisting drainase di Distrik Ransiki.

11

Anda mungkin juga menyukai