Anda di halaman 1dari 16

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

KERANGKA ACUAN KERJA


(KAK)
KEGIATAN : PERENCANAAN DRAINASE PERKOTAAN
PEKERJAAN : PERENCANAAN DRAINASE
DALAM PENANGANAN BANJIR KOTA
PACITAN
TAHUN : 2013
ANGGARAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


DAN PENANAMAN MODAL
Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 08  (0357) 881242, Kode Pos 63512
PACITAN

1
PERENCANAAN DRAINASE
DALAM PENANGANAN BANJIR KOTA PACITAN

I. UMUM
Drainase adalah terminologi yang digunakan untuk menyatakan sistem-
sistem yang berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air, baik di
atas maupun di bawah permukaan tanah. Pengertian dari drainase sendiri
adalah usaha pengeringan atau mengalirkan air dari suatu tempat ke tempat
lain agar tempat pertama kering, atau kandungan jumlah airnya sesuai
dengan yang dikehendaki. Berputarnya air di muka bumi disebut dengan
siklus hidrologi. Apabila kita meninjau hujan sebagai titik awal siklus
tersebut, hujan akan turun ke permukaan bumi sebagian menguap, meresap
ke dalam tanah yang tertahan di cekungan-cekungan tanah dan sisanya akan
mengalir di permukaan bumi sebagai aliran permukaan. Aliran permukaan
masuk ke sungai kemudian mengalir ke laut. Air yang ada di laut menguap
menjadi awan yang apabila terkondensi akan terjadi hujan. Fenomena
tersebut merupakan fenomena alam yang dapat menguntungkan maupun
merugikan manusia. Apabila siklus alam tersebut terganggu, maka akan
mengakibatkan kerugian bagi kehidupan manusia. Gangguan siklus tersebut
yang paling umum terjadi ialah terganggunya resapan air ke dalam tanah
dan gangguan aliran air permukaan.
Beberapa tahun terakhir ini, beberapa wilayah di Indonesia utamanya di
Kabupaten Pacitan dilanda banjir atau genangan pada waktu musim hujan.
Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain curah hujan yang tinggi
(melebihi batas normal), kerusakan lingkungan, perubahan iklim secara
global dan kapasitas saluran air (sungai atau yang lain) yang tidak memadai.
Dari beberapa penyebab banjir tersebut yang paling dominan adalah akibat
rusaknya lingkungan dari suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) dan tidak
memadainya kapasitas saluran air.Ada dua istilah yang harus dibedakan
dalam drainase yaitu mengenai banjir dan genangan. Banjir ialah suatu
genangan air akibat dari meluapnya suatu sungai. Genangan ialah banjir
akibat meluapnya air dari suatu saluran (saluran buatan manusia).
Pada musim hujan tahun 2000 sampai dengan 2012 diwilayah Indonesia
banjir terjadi dimana-mana, khususnya di daerah perkotaan. Pada umumnya
orang berpendapat bahwa banjir tersebut diakibatkan oleh curah hujan yang
tinggi dan tidak berfungsinya saluran drainase pada daerah yang terlanda
banjir. Kalau ditelusuri lebih mendalam penyebab banjir di Kota Pacitan
adalah akibat tumbuh kembangnya permukiman didalam kota sehingga
menjadi penyebab berlebihnya debit aliran permukaan (surface run off)
daerah pengaliran sungai pada suatu kota. Hal ini terjadi karena siklus
hidrologi yang ada pada daerah tersebut terganggu keseimbangannya. Kalau
aliran permukaan tersebut mempunyai debit yang tidak bisa ditampung oleh
saluran drainase alam maupun buatan maka akan terjadi luapan dari saluran

2
dan terjadilah banjir. Semua hal yang menyangkut kelebihan air yang berada
di kawasan kota sudah pasti dapat menimbulkan permasalahan drainase
yang cukup komplek.
Dengan demikian perencanaan drainase perkotaan memiliki kekhususan,
sebab untuk perkotaan ada tambahan variabel design seperti : Keterkaitan
dengan tata guna lahan, keterkaitan dengan masalah sosial budaya
(kurangnya kesadaran masyarakat dalam ikut memelihara fungsi drainase
kota) dan lain-lain. Secara umum drainase didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang
berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu. Untuk merencanakan
pembuatan atau memelihara bangunan drainase, harus diketahui air yang
akan dikendalikan. Pada dasarnya air berada di sekitar bangunan terdiri dari
2 macam yaitu :
1. Aliran air permukaan terdiri dari :
a. Air hujan yang mengalir di permukaan tanah.
b. Aliran air limbah rumah tangga, pertanian dan industri.
c. Aliran air sungai / selokan dari mata air yang mengalir di
permukaan tanah atau selokan.
2. Aliran air bawah tanah ialah air yang berasal dari aliran permukaan
yang merembes dari permukaan tanah kedalam tanah, kemudian
mengalir atau mengendap di lapisan tanah bawah bangunan.

II. LATAR BELAKANG STUDI


Sebagaimana tertuang didalam kebijaksanaan Nasional untuk sektor
drainase, bahwa setiap Pemerintah Kabupaten bertanggung jawab pada
sistem drainase, pendekatan penanganan fisik dan aspek. Fungsi pelayanan
sistem drainase dalam batas wilayah administrasi kawasan perkotaan
merupakan kawasan yang ditetapkan daerah perkotaan yang meliputi
pemeliharaan, perdagangan, jasa perkantoran dan fasilitas kota lainnya.
Perkembangan pembangunan perkotaan yang demikian maju, memiliki
kecenderungan untuk menggunakan daerah-daerah yang strategis yang
dilaksanakan oleh daerah dalam hal ini instansi pemerintah maupun swasta.
Sistem drainase sangat rawan terganggu sehingga perawatan drainase
merupakan pekerjaan yang sangat penting. Keberadaan drainase sering
dianggap tidak penting, akibatnya drainase kurang dirawat atau bahkan
tidak dibuat sama sekali. Dimana para pengembang hampir tidak pernah
melakukan kajian terhadap resapan yang digantikan oleh lahan
permukiman, sehingga menyebabkan besarnya kapasitas saluran yang ada
dalam mengakomodasi limpasan pada kawasan permukiman selalu berlebih,
dengan kata lain saluran yang didesain pada kawasan permukiman yang
tidak efektif. Penanggulangan dan penyediaan limpasan permukaan yang
melebihi kapasitas penampang saluran seringkali mengalami kesulitan

3
karena belum adanya perencanaan yang matang dan jelas, baik yang
menyangkut hirarki saluran maupun dimensi perencanaan ulang saluran,
seperti perencanaan kemiringan dasar saluran. Dan kurang jelasnya hirarki
saluran tersier hingga primer.
Kondisi existing geografis Kota Pacitan yang relatif datar yakni kelandaian
yang relatif kecil dan struktur granular tanah permukaan yang
memungkinkan terjadinya endapan atau sedimentasi pada saluran drainase.
Namun kondisi topografi bagian hulu sungai yang melintas di Kota Pacitan
yaitu wilayah Kabupaten merupakan daerah dengan topografi pegunungan
dan mempunyai struktur tanah karst (kapur).
Berdasarkan uraian diatas, tersirat bahwa untuk melakukan perencanaan di
sektor drainase kota harus terintegrasi dengan baik dari hulu sampai hilir.
Untuk menciptakan agar kegiatan perencanaan tersebut dapat terintegrasi
dengan baik maka dipandang perlu Pemerintah Kabupaten Pacitan
menyusun Perencanaan Drainase dalam Penanganan Banjir Kota Pacitan.

III. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari Pembuatan Perencanaan Drainase dalam Penanganan Banjir
Kota Pacitan ini secara umum adalah sebagai pengarahan yang bersifat
operasional dan sekaligus sebagai acuan untuk pelaksanaan pengendalian di
lapangan yang menyangkut teknik, ekonomi dan sosial.
Adapun tujuan dari pembuatan Perencanaan Drainase dalam Penanganan
Banjir Kota Pacitan ini adalah :
1. Untuk mengalirkan genangan air sesaat yang terjadi di kawasan Kota
Pacitan pada saat musim hujan tiba serta dapat mengalirkan air kotor
hasil buangan dari rumah tangga atau permukiman untuk dialirkan ke
sungai menuju ke laut.
2. Sebagai pedoman untuk perencanaan perbaikan sistem jaringan
drainase Kota Pacitan.

IV. NAMA ORGANISASI PENGGUNA JASA


Nama Organisasi Pengguna Jas Paket Kegiatan Perencanaan Drainase dalam
Penanganan Banjir Kota Pacitan adalah BAPPEDA Kabupaten Pacitan,
sebagai pelaksana ditunjuk Pejabat pembuat Komitmen (PPK) Perencanaan
Drainase Perkotaan.

V. SUMBER PENDANAAN
Untuk pelaksanaan kegiatan ini diperlukan biaya Rp. 50.000.000,- termasuk
PPN dibiayai dari APBD Pemerintah Kabupaten Pacitan tahun Anggaran
2013.

4
VI. RUANG LINGKUP KEGIATAN
Penyusunan Perencanaan Drainase dalam Penanganan Banjir Kota Pacitan
tetap akan mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan
Master Plan Drainase Kabupaten Pacitan.
Ruang Lingkup Pembuatan Perencanaan Drainase dalam Penanganan Banjir
Kota Pacitan ini mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data dan Analisa


Langkah pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan semua informasi
tentang drainase dan semua aspek yang terkait dengan sistem drainase.
Laporan ini tidak terbatas hanya laporan-laporan hasil analisa tetapi juga
kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh Pemerintah Kabupaten
Pacitan yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan sistem
drainase.
Selanjutnya data-data sekunder yang dikumpulkan adalah sebagai
berikut:
a. Data Hidrologi
Data ini berupa antara lain data hujan harian maksimum, data hujan
jam-jaman, data debit saluran terutama saluran yang berfungsi ganda
(pembawa dan pembuang), data debit penggelontoran, data debit
sungai dan data-data lain yang terkait dengan perencanaan sistem
drainase.
Kemudian data hidrologi tersebut dianalisa :
 Menghitung curah hujan maksimum daerah tahunan yang didapat
dari stasiun penakar hujan dengan mengunakan Metode Rerata
Aljabar.
 Menghitung curah hujan rancangan dengan metode Log Pearson
Type III, diikuti dengan uji kesesuaian distribusi Smirnov –
Kolmogorof dan Chi-Square yang bertujuan mengetahui kebenaran
hipotesa frekwensi Log Pearson Type III.
 Menghitung kapasitas saluran drainase eksisting.
 Mengalisa kapasitas saluran drainase terhadap debit rencana.
Analisa kapasitas tampung drainase yang dibutuhkan untuk
menghitung kapasitas tampung drainase yang ada berdasarkan
debit banjir rencana dengan periode ulang 2,5,10, dan 25 tahun.
 Merencanakan dimensi saluran drainase yang tidak mampu
menampung debit rencana.

5
b. Data Perkembangan Penduduk dan Kepadatannya
Jumlah dan pertambahan penduduk per tahun untuk setiap wilayah
sub area pematusan (tersier) harus dihitung selama kurun waktu
tertentu. Dengan data ini dapat dianalisa pula kepadatan yang ada dan
kepadatan rencana.
c. Data Tata Guna Lahan
Merupakan peta yang dapat menggambarkan tentang pola penggunaan
lahan didaerah rencana. Pola penggunaan lahan yang dimaksud harus
mencakup tentang kondisi eksisting maupun rencana pengembangan
di masa mendatang. Data tersebut diperlukan untuk menentukan
lingkup sistem drainase yang diperlukan dan untuk merencanakan
drainase yang tingkatnya sesuai dengan kategori tata guna lahan dari
daerah yang bersangkutan.

2. Survey Pendahuluan
Setelah pengumpulan laporan-laporan dan data-data sekunder,
serangkaian survey pendahuluan harus dilakukan dalam rangkaian
mengumpulkan data-data primer yang berasal dari data pengamatan
lapangan untuk mendapatkan gambaran umum tentang sistem drainase
kota serta mengidentifikasi kawasan yang mangalami banjir /genangan.
Saluran primer dan sekunder diinspeksi untuk mengenali permasalahan
utama berikut sistem-sistem drainase kota, yaitu :
 Data Dimensi saluran
 Data jaringan saluran terbuka maupun tertutup.

3. Survey Pengukuran :
Pekerjaan pengukuran mempunyai maksud dan tujuan untuk
memperoleh gambaran yang lengkap tentang dimensi saluran dan
elevasinya. Untuk kegiatan pengukuran dilakukan dengan pengukuran
langsung serta mengambil data literatur yang dapat menunjang antara
lain dengan peta digital Bakosurtanal.

VII. PENYUSUNAN ANALISA DAN PERHITUNGAN


Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, maka semua analisa dan kajian-
kajian teknis termasuk perhitungan-perhitungan yang menunjang analisa
tersebut. Kemudian direkapitulasi untuk dipublikasikan pada Laporan Akhir
Sementara.

6
VIII. WILAYAH STUDI
Lokasi Studi Pembuatan Perencanaan Drainase dalam Penanganan Banjir
Kota Pacitan tahun 2013 ini adalah wilayah administratif Kota Pacitan.

IX. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Jangka waktu pelaksanaan kegiatan Perencanaan Drainase dalam
Penanganan Banjir Kota Pacitan ini adalah 60 (enam puluh) hari.

X. METODOLOGI
Kegiatan Perencanaan Perencanaan Drainase dalam Penanganan Banjir Kota
Pacitan melalui 3 (tiga) tahapan kegiatan yaitu: input, proses dan out put.
Untuk mendapatkan out put yang sesuai dengan kebutuhan maka ketiga
langkah tersebut harus dilakukan dengan metode yang benar. Apabila salah
satu langkah tidak dilaksanakan dengan benar maka out put juga tidak
sesuai dengan kebutuhan.
1. Survey dan Investigasi
Dalam kegiatan ini diperlukan beberapa data sekunder untuk
membantu dalam menganalisis kondisi. Yang dimaksud dengan data
sekunder adalah data yang ada di instansi terkait. Data sekunder ini
dapat berupa studi terdahulu, data kondisi saat ini dan data-data lainnya
yang berhubungan dengan sektor drainase.
Data yang dibutuhkan untuk Perencanaan Drainase dalam Penanganan
Banjir Kota Pacitan ini terdiri dari :
1. Laporan studi sektor atau drainase yang pernah dilaksanakan
2. Rencana Detail Tata Ruang Kota
3. Peta topografi, peta administrasi, peta penggunaan lahan dan peta
rencana penggunaan lahan.
4. Data saluran pematusan mencakup panjang saluran pematusan,
daerah tangkapan, luas penampang saluran
5. Data saluran drainase alam (sungai) mencakup, arah aliran, debit
andalan, debit banjir luas penampang, tinggi muka air normal, tinggi
muka air banjir
6. Data saluran drainase tersier dan sekunder serta primer
7. Data saluran irigasi di daerah pengembangan kawasan perumahan
yang akan beralih fungsi menjadi saluran drainase
8. Data lokasi genangan, data curah hujan dan data jenis tanah.

7
Pengumpulan Data-data tersebut diambil dari semua instansi terkait
yang ada di Perkotaan Pacitan. Instansi tersebut adalah:
1. Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) khususnya pada
Bagian Data serta Bagian Fisik dan Prasarana.
2. Dinas terkait, khususnya Dinas Cipta Karya dan Dinas Pengairan.

2. Kajian Kondisi Eksisting


Kondisi eksisting yang dikaji adalah kondisi eksisting pengelolaan
sektor drainase secara menyeluruh. Kajian kondisi eksisting ini
dilengkapi dengan prakiraan kondisi mendatang dengan asumsi tiga
kondisi sebagai berikut:
1. Prasarana pengelolaan sektor drainase tetap, jumlah penduduk
bertambah, jumlah kawasan perumahan bertambah.
2. Prasarana pengelolaan sektor drainase bertambah, tetapi tidak
sesuai dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan kawasan
perumahan.
3. Prasaran pengelolaan sektor drainase bertambah sesuai dengan
pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan kawasan perumahan.
Kajian kondisi eksisting ini dilakukan untuk mengukur tingkat
pelayananan pengelolaan drainase saat ini dan prediksi di masa
mendatang dengan hasil akhir berupa rekomendasi perbaikan yang
dituangkan dalam bentuk Perencanaan Drainase dalam Penanganan
Banjir Kota Pacitan sesuai dengan proyeksi kebutuhan dimasa
mendatang.
Lokasi kajian adalah seluruh wilayah Perkotaan Pacitan dengan
memperhatikan daerah hinterlandnya. Yang dimaksud daerah
hinterland adalah daerah diluar wilayah Perkotaan Pacitan yang
terpangaruh dan atau mempengaruhi performance pengelolaan
drainase Perkotaan Pacitan.

3. Metode Analisa
Metode analisa untuk menghasilkan rekomendasi pada pekerjaan
Perencanaan Drainase dalam Penanganan Banjir Kota Pacitan diuraikan
secara rinci dengan menggunakan persamaan-persamaan sebagai
berikut:
a. Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata
Untuk mengetahui curah hujan rata-rata bisa digunakan rumus
dengan Metode Aritmatic:
1
R  R1  R2  R3  .....Rn 
n

8
Dimana:
R = curah hujan rata-rata daerah (mm)
Rn
= jumlah titik-titik (pos) pengamatan
R1 , R2 , R3
= curah hujan pada titik pengamatan (mm)

b. Perhitungan Curah Hujan Rencana


Contoh metode yang dapat dipergunakan dalam menghitung curah
hujan rencana adalah metode Gumbel dan metode Haspers dengan
persamaan rumus masing-masing metode adalah sebagai berikut :
Metode Gumbel
X Tr  X  K .S x ............................................................................................. Persamaan 1
YTr  Yn
K .................................................................................................. Persamaan 2
Sn

YTr  Yn
KX .S x .................................................................................... Persamaan 2
Sn

Dimana:
X Tr = besarnya curah hujan untuk periode tahun berulang Tr
tahun, dalam milimeter
Tr = periode tahun berulang (return period), dalam tahun
X = curah hujan harian maksimum rata-rata selama tahun
pengamatan, dalam milimeter
Sx
= standar deviasi
K = faktor frekuensi

Metode Haspers
Rt  R  U .S

Dimana:
Rt = besar curah hujan t tahun
R = curah hujan maksimum
U = standar variabel untuk return period t tahun
S = standar deviasi
Sedangkan S sendiri dihitung menurut rumus/persamaan, sebagai
berikut:

9
R
R
n

S
R 2
 R. R
n 1

c. Perhitungan Aliran Banjir


Dari beberapa persamaan yang digunakan dalam perhitungan aliran
banjir, salah satunya adalah perhitungan yang menggunakan
metode Rasional, dengan persamaan sebagai berikut:
Q = 0,278.C.I.A
Dimana :
Q = debit tertinggi dalam m³/det untuk periode ulang t tahun
A = luas daerah aliran hujan, dalam km²
I = intensitas hujan, dalam mm/jam
C = koefisien aliran

d. Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang dipakai untuk air hujan
mengalir dari titik terjauh dari daerah penangkapan ke titik yang
diselidiki. Waktu konsentrasi menurut Kirpich adalah:

0 ,11
 L 
tc  0,0195.  menit
 s

atau
0 ,11
 L 
tc  3,125.10  4   jam
 s

dimana:
tc = waktu konsentrasi (menit/jam)
L = panjang dari tempat terjauh di daerah aliran sampai tempat
pengamatan banjir yang diukur menurut jalannya saluran
S = selisih tertinggi dari tempat terjauh dengan tempat
pengamatan

e. Periode Ulang

10
Periode ulang adalah kemungkinan terjadi berulang pada waktu
tertentu. Dengan mempertimbangkan kepentingan perkembangan
masa depan, luas daerah pengaliran serta kecilnya kemungkinan
pelebaran saluran, maka perencanaan saluran drainase di daerah
perkotaan diambil dengan periode ulang 5 atau 10 tahun.

f. Intensitas Curah Hujan


Perhitungan intensitas curah hujan rencana dipergunakan metode
“Mononobe” dengan persamaan sebagai berikut:
R24 ( n )  24  2 / 3
In  . 
24  tc 

Dimana :
In = intensitas curah hujan menurut waktu konsentrasi dan
masa periode ulangnya, dalam mm/jam
R24(n) = curah hujan maksimum harian (24 jam), sesuai
dengan periode ulang yang direncanakan
tc = waktu konsentrasi

g. Koefisien Aliran
Koefisien aliran adalah koefisien yang sebenarnya, tergantung pada
kondisi penggunaan tanah (land use)/type daerah pengaliran.
Koefisien aliran pada masing-masing type/jenis tanah dapat dilihat
pada tabel.

h. Perhitungan Air Kotor


Banyaknya pemakaian air tiap hari untuk setiap rumah tangga
berlainan. Selain pemakaian air setiap hari tidak tetap, banyaknya
keperluan air bagi setiap orang atau rumah tangga masih tergantung
dari beberapa faktor, antara lain yaitu:
 Di daerah yang bersuhu panas, pemakaian air akan relatif lebih
banyak dibandingkan dengan daerah yang bersuhu dingin
 Keadaan sosial rumah tangga, semakin tinggi tingkat sosial
rumah tangga semakin banyak kebutuhan airnya
 Kebiasaan/pola hidup
 Perbedaan musim mempengaruhi manusia akan kebutuhan air.

11
Besarnya Debit Maksimum
Besarnya debit maksimum pada saluran air bekas/buangan pada
waktu jam puncak dihitung dengan pendekatan persamaan dengan
menggunakan metode M.H. Gift :
1
Q p  5.P 5 / 6 .Qmd  C r .P.Qr   Qinf
1000

Dimana:
Qp = debit air bekas dalam jam puncak (lt/det)
P = jumlah penduduk yang dilayani = 1,20 Qr
Qmd = debit air bekas maksimum (lt/det/1000 kapita) = 1,20 Qr
Cr = koefisien infiltrasi, antara 0,10 – 0,30
Qr = debit air bekas rata-rata (lt/det/1000/kapita) – 17% Qram
L = panjang saluran dalam meter
Qinf = debit infiltrasi antara 1 – 3 lt/det/km
Qram = debit air minum rata-rata (diambil 165 lt/jiwa/hari)

Besarnya Debit Minimum


Besarnya debit air pada saluran air bekas/buangan pada waktu jam
puncak dihitung dengan persamaan yang menggunakan metode
M.H. Gift :
Qmin  1 / 5.P 3 / 5 .Qr

Dimana:
Qmin= debit air bekas minimum (lt/det)
P = jumlah penduduk yang dilayani
Qr = debit air bekas rata-rata (lt/det/1000 kapita)

i. Perhitungan Debit Saluran


Kapasitas Saluran
Dalam merencanakan saluran terbuka, diperlukan rumus untuk
aliran uniform adalah rumus Manning, yaitu :
1 2 / 3 1/ 2
Q .R .I . A
n

Dimana:
Q = debit dalam m/det
A = luas penampang basah

12
R = jari-jari hidraulis
I = kemiringan saluran
n = koefisien kekasaran

Perhitungan Dimensi Saluran


Di dalam perhitungan ini digunakan perumusan untuk saluran
terbuka, yang mana saluran tersebut berbentuk trapesium dan
persegi empat. Notasi yang digunakan adalah :
n = koefisien kekasaran
I = kemiringan dasar saluran
B1 = lebar dasar saluran (m)
H1 = tinggi air dalam saluran (m)
Z = kemiringan lerengan saluran
A = luas penampang basah (m²)
P = keliling basah saluran (m)
R = jari-jari hidraulis (m) = A/P
V = kecepatan saluran (m/det)
Q = debit saluran (m³/det)

XI. TENAGA AHLI


Tenaga ahli yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan Perencanaan
Drainase dalam Penanganan Banjir Kota Pacitan adalah :
Tenaga Ahli / Proffesional staff
1. Ketua Tim (Team Leader)
Team Leader yang disyaratkan seorang Sarjana Teknik Sipil/Pengairan
yang telah berpengalaman 5 tahun di bidang pengairan dan
kepemimpinan tim.
2. Tenaga Ahli Planologi
Ahli Planologi yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Planologi yang
telah berpengalaman 3 (tiga) tahun dibidang perencanaan dan
perancangan drainase.
3. Tenaga Ahli Sipil Keairan (Pengairan)
Ahli Sipil Keairan (pengairan) yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik
Sipil Keairan (pengairan) yang telah berpengalaman 3 (tiga) tahun
dibidang perencanaan dan perancangan drainase.

13
Asisten Tenaga Ahli / Sub Proffesional staff
1. Asisten Ahli Sipil Keairan
kualifikasi disyaratkan seorang lulusan Sarjana Teknik Sipil/Pengairan
yang telah berpengalaman 1 tahun di bidang pengairan dan
berkompeten terhadap perhitungan hidrologi dan hidrolika sungai.

Tenaga Pendukung
Disamping itu dalam proses penyusunan, team tenaga ahli dan asisten ahli
akan dibantu oleh beberapa tenaga penunjang untuk membantu kelancaran
pekerjaan. Bantuan yang dibebankan kepada staff pendukung adalah
pengumpulan data primer, pengumpulan data sekunder, penggambaran
dengan auto cad, pengetikan naskah laporan.
1. Tenaga Surveyor
 Tenaga surveyor yang disyaratkan adalah minimal lulusan
SMK/D1/D3 yang berpengalaman di bidang kegiatan survey
lapangan.
2. Drafter
 Drafter yang disyaratkan adalah minimal lulusan SMK/SMA/D1/D3
3. Tenaga Administrasi
 Tenaga Administrasi yang disyaratkan adalah lulusan SMA atau
sederajat yang berpengalaman di bidang administrasi proyek.
4. Driver / Office Boy

XII. KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah
rekomendasi untuk Perencanaan Drainase dalam Penanganan Banjir Kota
Pacitan.

XIII. PELAPORAN
Hasil kegiatan agar dituangkan dalam bentuk laporan - laporan yang
memuat seluruh rangkaian kegiatan yang utuh dan terpadu, sebagai berikut :

14
1. Laporan Pendahuluan
Laporan ini merupakan laporan awal dari kegiatan penyusunan
Perencanaan Drainase dalam Penanganan Banjir Kota Pacitan yang
antar lain terdiri dari :
 Pemahaman Kerangka Acuan Kerja (KAK)
 Penjabaran KAK kedalam item - item jenis dan urutan kegiatan
(menampilkan jadwal kegiatan)
 Struktur organisasi dan mobilisasi personil
 Pendekatan dan metodologi yang akan digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan.
Laporan pendahuluan ini diserahkan setelah dibahas dan disetujui oleh
tim teknis didasarkan atas masukan dari pembahas yang hadir, laporan
ini diserahkan dalam ukuran kertas A4 (kwarto).
2. Laporan Akhir.
Laporan akhir ini memuat tentang Perencanaan Drainase dalam
Penanganan Banjir Kota Pacitan yang berisi :
a. Data yang terdiri atas :
 Data dasar, yang paling sedikit terdiri dari :
- Geografi Penduduk.
- Kondisi sumber yang ada.
- Pola saluran limpasan.
- Debit limpasan
 Permasalahan drainase.
 Rencana Pemerintah Daerah.
 Kondisi spesifik yang sangat berpengaruh terhadap pola saluran
limpasan drainase di kawasan perkotaan Pacitan.
 Peta peta sebagai kelengkapan informasi.
b. Analisis prediksi 10 tahun mendatang, diantaranya tentang :
 Jumlah penduduk
 Jumlah limpasan yang dihasilkan oleh penduduk
 Penggunaan lahan
 Jumlah limpasan yang dihasilkan oleh kegiatan perkotaan
lainnya
 Pola aliran saluran drainase
 Penampang saluran drainase
 Pola daerah tampungan.

15
 Permasalahan yang diprediksi akan timbul dan harus
diantisipasi sejak awal.
 Alternatif-alternatif rencana strategis dan aplikatif sampai 10
tahun kedepan
c. Analisis untuk memberikan rekomendasi awal kepada pemerintah
Kabupaten terdiri dari Alternatif program kegiatan
penanggulanagan dan penanganan permasalahan drainase di
kawasan perkotaan Pacitan.
Laporan Akhir ini diserahkan setelah dibahas dan disetujui oleh tim
teknis didasarkan atas masukan dari pembahas yang hadir, laporan
ini diserahkan dalam ukuran kertas A4 (kwarto).
3. Album Gambar
Penyerahan peta-peta hasil analisis dan rencana yang terangkum dalam
album peta ukuran A3.
Jenis peta yang terangkum didalam album peta diantaranya :
1. Peta Administratif kawasan perencanaan.
2. Peta eksisting system drainase kota.
3. Peta daerah genangan air hujan di wilayah perkotaan
4. Peta rencana pola struktur jaringan system drainase
5. Peta pola perkembangan kota

16

Anda mungkin juga menyukai