TATA TULIS
EVALUASI KONDISI SISTEM DRAINASE DI
KELURAHAN YABANSAI
Dosen pembimbing :
Oleh :
NIM :20180611064021
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERISTAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah yang akan dibahas dari penelitian mencakup hal-hal sebagai
berikut :
Berdasarkan Rumusan Masalah tersebut maka, tujuan penelitian ini antara lain:
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan
kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Berikut beberapa pengertian drainase :
Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada
suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh
kelebihan air tersebut. (Suhardjono 1948:1)
Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang
dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman,
bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke
badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaan tanah) dan atau bangunan resapan.
Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk
memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.
Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.
Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem drainase yang ada
dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Berikut definisi drainase perkotaan:
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang
menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang
termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan
air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya
dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro
ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna
lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai
sistem drainase mikro.
1. Siku
Digunakan pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi daripada sungai.
Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada di tengah kota.
2. Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Apabila terjadi perkembangan
kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
3. Grid iron
Digunakan untuk daerah dengan sungai yang terletak di pinggir kota, sehingga saluran-
saluran cabang dikumpulkan dahulu pada saluran pengumpul.
4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.
5. Radial
Digunakan untuk daerah berbukit, sehingga pola saluan memencar ke segala arah.
6. Jaring-jaring
Mepunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya dan cocok
untuk daerah dengan topografi datar.
Merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas. Pada saluran air
terbuka ini jika ada sampah yang menyumbat dapat dengan mudah untuk dibersihkan,
namun bau yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan.
d.Menurut Fungsi
1. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan,
misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah domestik,
air limbah industri dan lain – lain.
2. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air
buangan baik secara bercampur maupun bergantian.
c. Menurut Konstruksi
Sistem drainase terbuka ini termasuk dalam Saluran Terbuka. Saluran Terbuka yaitu
saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang
mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak
membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.
Catch Basin/Watershed
Bangunan dimana air masuk ke dalam sistem saluran tertutup dan air mengalir bebas
di atas permukaan tanah menuju match basin. Catch basin dibuat pada tiap
persimpangan jalan, pada tepat-tempat yang rendah, tempat parkir.
Inlet
Apabila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan dimasukkan ke dalam
saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu konstruksi khusus inlet. Inlet
harus diberi saringan agar sampah tidak asuk ke dalam saluran tertutup.
Headwall
Headwall adalah konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung gorong-
gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari longsor dan erosi.
Shipon
Shipon dibuat bilamana ada persilangan dengan sungai. Shipon dibangun bawah dari
penampang sungai, karena tertanam di dalam tanah maka pada waktu pembuangannya
harus dibuat secara kuat sehingga tidak terjadi keretakan ataupun kerusakan
konstruksi. Sebaiknya dalam merencanakan drainase dihindarkan perencanaan dengan
menggunakan shipon, dan sebaiknya saluran yang debitnya lebih tinggi tetap untuk
dibuat shipon dan saluran drainasenya yang dibuat saluran terbuka atau gorong-
gorong.
Manhole
Untuk keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di setiap saluran diberi
manhole pertemuan, perubaan dimensi, perubahan bentuk selokan pada setiap jarak
10-25 m. Lubang manhole dibuat sekecil mungkin supaya ekonomis, cukup, asal
dapat dimasuki oleh orang dewasa. Biasanya lubang manhole berdiameter 60cm
dengan tutup dari besi tulang.
Gorong-gorong
Bangunan terjun
Bangunan got miring
2.7 Perhitungan Kapasitas
Kapasitas saluran menurut Sukarto (1999), kapasitas rencana saluran dihitung dengan
menggunakan rumus Manning, yang merupakan dasar dalam menentukan dimensi saluran,
yaitu sebagai berikut:
V = K.R2/3 S1/2 (m/det)……….……………………………...(1)
Q = V.A (m3det)…………………………………..………...(2)
R = A/P ……………………………………………….….....(3)
Keterangan:
V = Kecepatan aliran rata- rata dalam saluran (m/detik)
K = Koefisien kehalusan
R = Radius hidrolis (m)
S = Kemiringan rata- rata saluran
A = Luas penampang basah saluran (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
Q = Debit aliran (m3/detik)
Rumus perhitungan luas penampang basah saluran yang berbentuk segi empat (A):
A = B.h
Keterangan:
B = Lebar saluran drainase
h = Kedalaman air dalam saluran drainase
P = B + 2h
Keterangan:
B = Lebar saluran drainase
h = Kedalaman air dalam saluran drainase
R= A/P
Keterangan :
A = Luas penampang basah saluran (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Kerangka Pikir
Kerangka Pikir Penelitian merupakan dasar pemikiran dan alur kerja dalam penelitian
sehingga dijadikan acuan dalam melakukan kegiatan penelitian. Pada proses pembuatan
laporan penelitian ini penulis mengawali dengan cara studi literatur yang merupakan
penunjang atau materi awal yang menjadi dasar acuan dan lebih mempermudah penulis
dalam membuat suatu garis besar dalam penulisan laporan penelitian dan membuat suatu
perencanaan penelitian yang terpola dan tidak menyimpang dari materi yang akan dibahas.
Dari studi literatur ini penulis menemukan mengenai kegunaan drainase, bentuk-bentuk
drainase,pola drainase dan lain-lain yang dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan laporan
penelitian ini. Selanjutnya dari materi tersebut akan muncul beberapa pertanyaan dan
permasalahan yang nantinya dapat dikembangkan pada waktu penelitian. Permasalahannya
yaitu kondisi saluran drainase pada tempat penelitian yang sudah kurang optimal dalam
mengalirkan air hujan maupun air dari rumah tangga. Oleh karena itu masyarakat harus
mengerti akan bentuk dan jenis saluran drainase . Dari permasalahan tersebut muncul
pertanyaan apa saja cara mengatasi salurann drainase di Kelurahan Yabansai. Permasalahan
tersebut dapat dijawab dengan mengetahui dan mengevaluasi kondisi eksisting saluran
drainase berdasarkan bentuk dan jenis . Untuk lebih jelasnya kerangka penelitian yang
dilakukan, dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini:
DRAINASE
Metode peneltian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian evaluatif.
Penelitian ini di laksanakan dengan meneliti dan melihat kondisi saluran drainase eksisting
kemudian mengevaluasi kapasitas saluran drainase tersebut.
2. data sekunder
data sekunder ialah metode dari sumber-sumber yang lain yang berhubungan dengan materi
penelitian dan bukan merupakan hasil langsung peneliti itu sendiri.Contoh data-data sekunder
ialah:Data curah hujan untuk Kota Jayapura di BMKG, keadaan iklim dan topografi.
Pada tahap ini dilakukan pengambilan dan pembelajaran terhadap bahan-bahan yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Bahan-bahan tersebut berupa bahan
yang didapat dari tulisan-tulisan ilmiah, buku-buku maupun internet yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.Informasi yang didapat dari studi pustaka ini dapat digunakan sebagai
acuan dalam pelaksanaan penelitian ini.
4.9. Pembahasan
Daerah yang diteliti pada pengerjaan laporan penelitian ini adalah drainase yang terdapat
pada Kelurahan Yabansai. Berdasarkan survey yang dilakukan langsung ke lokasi ini, kondisi
drainase yang sudah memang sudah tidak memadai lagi untuk mengalirkan debit air yang ada
terutama saat terjadi curah hujan yang tinggi. hal ini disebabkan oleh banyaknya sampah pada
saluran drainase yang ada di saluran drainase tersebut.
3.4 Karekteristik Meteorologi
3.4.1Data Klimatologi
Keadaan iklim di Kelurahan Yabansai beriklim tropis dengan klasifikasi iklim menurut
Koppen termasuk AF-AW dimana pengaruh angin pasang dan musim tenggara sangat besar.
Suhu udara rata-rata 26” C, suhu udara maksimum pada siang hari antara 31’ C – 33’ C
sedangkan suhu minimum berkisar 24’ – 26’C. dua musim yang berbeda di wilayah
Kelurahan Yabansai yaitu musim penghujan dan musim kemarau.
3.4.2. Data Curah Hujan.
Data curah hujan sebagai salah satu data yang sangat penting dalam analisa hidrologi
dimana data tersebut diambil dari stasiun pengamatan.
Berdasarkan hasil suvey didapatkan kondisi eksisting saluran drainase yang ada di Kelurahan
Yabansai, yaitu:
Lebar Lebar
Terbuka
Kedalaman Bawah Atas Kondisi Bangunan
Alamat Sisi Bentuk /Tertutu
Saluran (Cm) Saluran Saluran Saluran Pelengkap
p
(Cm) (Cm)
Jl. Spg teruna kiri trapesium terbuka 000 baik -
bakti
Jl. Spg teruna kanan Trapesium terbuka
bakti
Jl. Graha yotefa Kiri
Jl. Graha yotefa Kanan
Perunmas 1 Kiri
Perumnas 1 Kanan
Jl. Maralex Kiri
Jl. Maralex Kanan
Jl. Kersatama Kiri
Jl. Kersatama Kanan
Jl. Kenanga Kiri Trapesium Terbuka 35 50 75 Kurang
baik
Jl. Kenanga Kanan Trapesium Terbuka 35 60 85 Kurang
baik
Jl. bakum village Kiri Trapesium Tertutup 75 120 Kurang
baik
Jl. Kampwolker Kiri Persegi Tertutup Cukup
baik
Jl. Kampwolker kanan persegi terbuka 85 90 Cukup
baik
pengamatan di lapangan masih terdapat Jalan dan pemukiman penduduk yang tidak
memiliki saluran drainase, sehingga terdapat genangan air diarea pemukiman tersebut.
saluran drainase pemukiman penduduk bukan hanya untuk menampung air hujan tetapi
juga menampung air limbah rumah tanggga. Karena masih menyatunya saluran air limbah
domestik dengan saluran drainase, sehingga lingkungan menjadi kotor dan menggangu
kesehatan masyarakat, dan juga tampak bahwa saluran drainase tidak pernah diperhatikan
akan kebersihanya akibatnya banyak sendimen menumpuk yang menyebabkan saluran
tersebut tersumbat sehingga air tidak menggalir dengan lancar.