Anda di halaman 1dari 19

Laporan penelitian

TATA TULIS
EVALUASI KONDISI SISTEM DRAINASE DI
KELURAHAN YABANSAI
Dosen pembimbing :

Annisa Novita Sari, S.Pi, M.Si.

Oleh :

ULFA DESIANTI LIDING

NIM :20180611064021

PROGRAM STUDI TEKNIK PLANOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERISTAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk yang semakin lama semakin meningkat mengakibatkan


penggunaan lahan semakin meningkat dan daerah hijau/daerah terbuka yang berfungsi untuk
menahan air sementara waktu dan meresapkan air hujan ke dalam tanah semakin berkurang
(Darlina, 2009). Jayapura sebagai ibukota provinsi papua memiliki sektor pendidikan,
perdagangan, jasa dan perkantoran yang lebih memadainya dibandingkan dengan daerah lain
di Papua. Hal ini menjadi faktor bertambahnya penduduk setiap tahunnya yang disebabkan
pengaruh urbanisasi yang terus meningkat. Seiring bertambahnya jumlah penduduk,
pembangunan sarana dan prasarana juga ikut bertambah. Implikasi proses pembangunan di
Jayapura terutama pembangunan jalan mengakibatkan tidak di perhatikannya saluran
drainase di sepanjang bahu jalan.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 12 tahun 2014


menyatakan sistem drainase perkotaan adalah satu kesatuan sistem teknis dan non teknis dari
prasarana dan sarana drainase perkotaan. Prasarana drainase adalah lengkungan atau saluran
air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh
manusia, yang berfungsi menyalurkan kelebihan air dari suatu kawasan ke badan air
penerima. Sarana drainase adalah bangunan pelengkap yang merupakan bangunan yang ikut
mengatur dan mengendalikan sistem aliran air hujan agar aman dan mudah melewati jalan,
belokan daerah curam, bangunan tersebut seperti gorong-gorong, pertemuan saluran,
bangunan terjunan, jembatan, tali-tali air, pompa, dan pintu air. Dalam perencanaan saluran
drainase harus memperhatikan tata guna lahan daerah tangkapan air atau saluran drainase
yang bertujuan menjaga ruas jalan tetap kering walaupun terjadi kelebihan air, sehingga air
permukaan tetap terkontrol dan tidak mengganggu pengguna jalan. Genangan di ruas jalan
masih sering terjadi di Kota Jayapura, khususnya di Kelurahan Yabansai karena minimnya
saluran drainase yang ada, ditambah lagi banyaknya sampah yang terdapat pada selokan-
selokan disekitaran rumah penduduk membuat terhambatnya saluran air saat terjadi curah
hujan yang tinggi.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang akan dibahas dari penelitian mencakup hal-hal sebagai
berikut :

1. Bagaimana kondisi saluran drainase di Kelurahan Yabansai?


2. Bagaimanakah cara mengatasi permasalahan kinerja sistem saluran drainase yang
kurang optimal di Kelurahan Yabansai?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah tersebut maka, tujuan penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui kondisi saluran drainase di Kelurahan Yabansai.


2. Mengetahui cara mengatasi permasalahan kinerja sistem saluran drainase yang
kurang optimal di Kelurahan Yabansai.

1.4 Manfaat Penelitian


Berikut Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini:

1.4.1 Manfaat Teoritis


Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang Perencanaan Wilayah Dan Kota khususnya mengenai
perencanaan sistem drainase perkotaan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi kepada peneliti,


pemerintah, dan masyarakat. Manfaat yang dimaksud antara lain adalah :
 Manfaat Untuk Peneliti
Peneliti mampu memahami permasalahan saluran drainase dan cara mengatasi
permasalahan tersebut khususnya mengenai sistem drainase pada kelurahan
Yabansai Kota Jayapura
 Manfaat Untuk Pemerintah
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi rekomendasi kebijakan
pemerintah Kota Jayapura dalam menangani permasalahan banjir akibat
minimnya saluran drainase khususnya di Kelurahan Yabansai Kota Jayapura,
 Manfaat Untuk Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat sekitar sistem drainase Kelurahan
Yabansai Kota Jayapura mengenai sistem drainase yang aman dari genangan
dan banjir ketika hujan turun yang sering menggangu dan menunda aktivitas
masyarakat.

1.5 Batasan Masalah


Dikarenakan ruang lingkup permasalahan terlalu luas maka, permasalahan penelitian ini
dibatasi. Adapun kajian saluran drainase di Kelurahan Yabansai.

1.5.1 Batasan Lokasi


Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Yabansai. Yabansai adalah kelurahan
yang terdapat pada Distrik Heram dengan jumlah penduduk kurang lebih mencapai
10.062 jiwa. Untuk membatasi cakupan lokasi, adapun batas-batas yang dimaksud:
Sebelah Utara : Kecamatan Jayapura Selatan
Sebelah Timur : Kelurahan Hedam
Sebelah Selatan : Kampung Yoka
Sebelah Barat : Kampung Waena

1.5.2 Batasan Materi


Berdasarkan jenisnya saluran drainase dibedakan menjadi: (a) saluran drainase
terbuka; (b) saluran drainase tertutup. Peneliti membatasi penulisan hanya utuk
saluran drainase terbuka. Batasan penelitian mencakup: (a) Sistem Drainase yang
diteliti adalah kondisi saluran drainase di Kelurahan Yabansai dan sekitarnya (b)
menganalisis dimensi saluran drainase di Kelurahan Yabansai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Saluran Drainase

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan
kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Berikut beberapa pengertian drainase :

 Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.

 Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada
suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh
kelebihan air tersebut. (Suhardjono 1948:1)

Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang
dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman,
bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke
badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaan tanah) dan atau bangunan resapan.
Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk
memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.

Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain :

 Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.
 Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
 Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
 Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.
Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem drainase yang ada
dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Berikut definisi drainase perkotaan:

1. Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada


kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial-budaya
yang ada di kawasan kota. (H.A. Halim Hasmar.2002:1).
2. Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah
perkotaan yang meliputi :
a. Permukiman.
b. Kawasan industri dan perdagangan.
c. Kampus dan sekolah.
d. Rumah sakit dan fasilitas umum.
e. Lapangan olahraga.
f. Lapangan parkir.
g. Instalasi militer, listrik, telekomunikasi.
h. Pelabuhan udara. (H.A. Halim Hasmar.2002:1)

2.2 Sistem Jaringan Drainase

Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu :


1.SistemDrainaseMayor
Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air
dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase
mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau
drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti
saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini
umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi
yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini.

2.Sistem Drainase Mikro

Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang
menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang
termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan
air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya
dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro
ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna
lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai
sistem drainase mikro.

2.3 Pola Jaringan Drainase


Pola jaringan drainase menurut Sidharta Karmawan (1997:1-8) terdiri dari enam macam,
antara lain:

1. Siku
Digunakan pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi daripada sungai.
Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada di tengah kota.
2. Paralel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Apabila terjadi perkembangan
kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
3. Grid iron
Digunakan untuk daerah dengan sungai yang terletak di pinggir kota, sehingga saluran-
saluran cabang dikumpulkan dahulu pada saluran pengumpul.
4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.
5. Radial
Digunakan untuk daerah berbukit, sehingga pola saluan memencar ke segala arah.
6. Jaring-jaring
Mepunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya dan cocok
untuk daerah dengan topografi datar.

2.4 Macam-macam saluran drainase

menurut De Chaira dan Koppelmen (1994:74) dapat dibedakan menjadi :


1.SaluranAirTertutup
a. Drainase Bawah Tanah Tertutup, yaitu saluran yang menerima air limpasan dari
daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras dan membawanya ke sebuah pipa
keluar di sisi tapak (saluran permukaan atau sungai), ke sistem drainase kota.
b. Drainase Bawah Tanah Tertutup dengan tempat penampungan pada tapak, dimana
drainase ini mampu menampung air limpasan dengan volume dan kecepatan yang
meningkat tanpa menyebabkan erosi dan kerusakan pada tapak.

2.Saluran Air Terbuka (Chow 1989:17)

Merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas. Pada saluran air
terbuka ini jika ada sampah yang menyumbat dapat dengan mudah untuk dibersihkan,
namun bau yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan.

a. Menurut Sejarah Terbentuknya


Sistem drainase terbuka ini termasuk kedalam Drainase Alamiah ( Natural Drainase ).
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan
penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain-
lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang lambat
laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.

Gambar 1.1 drainase alamiah


Sumber : Jurnal sistem drainase saluran terbuka LPPM UNILA

b. Menurut Letak Bangunan


Sistem drainase terbuka ini termasuk kedalam Drainase Permukaan Tanah (Surface
Drainage).Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open
chanel flow.
Gambar 2.2 saluran drainase permukaan tanah
Sumber : Jurnal sistem drainase saluran terbuka LPPM UNILA

d.Menurut Fungsi

1. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan,
misalnya air hujan saja atau jenis air buangan yang lainnya seperti limbah domestik,
air limbah industri dan lain – lain.
2. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air
buangan baik secara bercampur maupun bergantian.

c. Menurut Konstruksi
Sistem drainase terbuka ini termasuk dalam Saluran Terbuka. Saluran Terbuka yaitu
saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang
mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak
membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan.

Gambar 2.3 drainase air hujan


Sumber : Jurnal sistem drainase saluran terbuka LPPM UNILA
2.5 Bentuk – Bentuk Saluran Drainase Dan Fungsinya

Tabel 2.1 bentuk – bentuk saluran drainase dan fungsinya

Sumber : Jurnal sistem drainase saluran terbuka LPPM UNILA


2.6 Bangunan-Bangunan Pelengkap Saluran Drainase

1. Bangunan-bangunan Sistem Saluran Drainase


Bangunan-bangunan dalam sistem drainase adalah bangunan-bangunan struktur dan
bangunan-bangunan non struktur.
1) Bangunan Struktur
Bangunan struktur adalah bangunan pasangan disertai dengan perhitungan-
perhitungan kekuatan tertentu. Contoh bangunan struktur adalah :
- bangunan rumah pompa
- bangunan tembok penahan tanah
- bangunan terjunan yang cukup tinggi
- jembatan

2) Bangunan Non struktur


Bangunan non struktur adalah bangunan pasangan atau tanpa pasangan, tidak
disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu yang biasanya
berbentuk siap pasang. Contoh bangunan non struktur adalah:
- Pasangan (saluran Cecil tertutup, tembok talud saluran, manhole/bak control
ususran Cecil, street inlet).
- Tanpa pasangan : saluran tanah dan saluran tanah berlapis rumput2.

2. Bangunan Pelengkap Saluran Drainase


Bangunan pelengkap saluran drainase diperlukan untuk melengkapi suatu sisem
saluran untuk fungsi-fungsi tertentu. Adapun bangunan-bangunan pelengkap sistem
drainase antara lain :

 Catch Basin/Watershed
Bangunan dimana air masuk ke dalam sistem saluran tertutup dan air mengalir bebas
di atas permukaan tanah menuju match basin. Catch basin dibuat pada tiap
persimpangan jalan, pada tepat-tempat yang rendah, tempat parkir.
 Inlet
Apabila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan dimasukkan ke dalam
saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu konstruksi khusus inlet. Inlet
harus diberi saringan agar sampah tidak asuk ke dalam saluran tertutup.

 Headwall
Headwall adalah konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung gorong-
gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari longsor dan erosi.

 Shipon
Shipon dibuat bilamana ada persilangan dengan sungai. Shipon dibangun bawah dari
penampang sungai, karena tertanam di dalam tanah maka pada waktu pembuangannya
harus dibuat secara kuat sehingga tidak terjadi keretakan ataupun kerusakan
konstruksi. Sebaiknya dalam merencanakan drainase dihindarkan perencanaan dengan
menggunakan shipon, dan sebaiknya saluran yang debitnya lebih tinggi tetap untuk
dibuat shipon dan saluran drainasenya yang dibuat saluran terbuka atau gorong-
gorong.

 Manhole
Untuk keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di setiap saluran diberi
manhole pertemuan, perubaan dimensi, perubahan bentuk selokan pada setiap jarak
10-25 m. Lubang manhole dibuat sekecil mungkin supaya ekonomis, cukup, asal
dapat dimasuki oleh orang dewasa. Biasanya lubang manhole berdiameter 60cm
dengan tutup dari besi tulang.
 Gorong-gorong
 Bangunan terjun
 Bangunan got miring
2.7 Perhitungan Kapasitas

Kapasitas saluran menurut Sukarto (1999), kapasitas rencana saluran dihitung dengan
menggunakan rumus Manning, yang merupakan dasar dalam menentukan dimensi saluran,
yaitu sebagai berikut:
V = K.R2/3 S1/2 (m/det)……….……………………………...(1)
Q = V.A (m3det)…………………………………..………...(2)
R = A/P ……………………………………………….….....(3)

Keterangan:
V = Kecepatan aliran rata- rata dalam saluran (m/detik)
K = Koefisien kehalusan
R = Radius hidrolis (m)
S = Kemiringan rata- rata saluran
A = Luas penampang basah saluran (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
Q = Debit aliran (m3/detik)

Rumus perhitungan luas penampang basah saluran yang berbentuk segi empat (A):

A = B.h
Keterangan:
B = Lebar saluran drainase
h = Kedalaman air dalam saluran drainase

Rumus keliling basah saluran berbentuk segi empat (P):

P = B + 2h

Keterangan:
B = Lebar saluran drainase
h = Kedalaman air dalam saluran drainase

Rumus radius hidrolis (R)

R= A/P

Keterangan :
A = Luas penampang basah saluran (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
BAB III

METODOLOGI
3.1 Kerangka Pikir

Kerangka Pikir Penelitian merupakan dasar pemikiran dan alur kerja dalam penelitian
sehingga dijadikan acuan dalam melakukan kegiatan penelitian. Pada proses pembuatan
laporan penelitian ini penulis mengawali dengan cara studi literatur yang merupakan
penunjang atau materi awal yang menjadi dasar acuan dan lebih mempermudah penulis
dalam membuat suatu garis besar dalam penulisan laporan penelitian dan membuat suatu
perencanaan penelitian yang terpola dan tidak menyimpang dari materi yang akan dibahas.
Dari studi literatur ini penulis menemukan mengenai kegunaan drainase, bentuk-bentuk
drainase,pola drainase dan lain-lain yang dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan laporan
penelitian ini. Selanjutnya dari materi tersebut akan muncul beberapa pertanyaan dan
permasalahan yang nantinya dapat dikembangkan pada waktu penelitian. Permasalahannya
yaitu kondisi saluran drainase pada tempat penelitian yang sudah kurang optimal dalam
mengalirkan air hujan maupun air dari rumah tangga. Oleh karena itu masyarakat harus
mengerti akan bentuk dan jenis saluran drainase . Dari permasalahan tersebut muncul
pertanyaan apa saja cara mengatasi salurann drainase di Kelurahan Yabansai. Permasalahan
tersebut dapat dijawab dengan mengetahui dan mengevaluasi kondisi eksisting saluran
drainase berdasarkan bentuk dan jenis . Untuk lebih jelasnya kerangka penelitian yang
dilakukan, dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini:

DRAINASE

Kondisi Pengaruh yang Cara mengatasi


eksisting menyebabkan drainase yang
drainase drainase kurang kurang optimal
optimal

1. erosi dan 1. sanitasi


1. dimensi
sedimentasi
saluran drainase 2. membuat
2. Curah hujan lubang sumur
2. kondisi
resapan
saluran pada 3. kapasitas drainase
saat curah yang kurang 3. optimalisasi
hujan yang memenuhi fungsi saluran
tinggi. drainase
3.2 Jenis Penelitian

Metode peneltian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian evaluatif.
Penelitian ini di laksanakan dengan meneliti dan melihat kondisi saluran drainase eksisting
kemudian mengevaluasi kapasitas saluran drainase tersebut.

3.3 Jenis Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder
1. data primer
data primer ialah data yang sumber yang diteliti dengan cara melakukan observasi dan
peninjauan langsung. Contoh data-data primer ialah: Pengukuran dimensi saluran drainase
dan foto dimensi saluran drainase.

2. data sekunder
data sekunder ialah metode dari sumber-sumber yang lain yang berhubungan dengan materi
penelitian dan bukan merupakan hasil langsung peneliti itu sendiri.Contoh data-data sekunder
ialah:Data curah hujan untuk Kota Jayapura di BMKG, keadaan iklim dan topografi.

Pada tahap ini dilakukan pengambilan dan pembelajaran terhadap bahan-bahan yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Bahan-bahan tersebut berupa bahan
yang didapat dari tulisan-tulisan ilmiah, buku-buku maupun internet yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.Informasi yang didapat dari studi pustaka ini dapat digunakan sebagai
acuan dalam pelaksanaan penelitian ini.

3.4 Pengambilan Data


Tahap ini merupakan tahap pengambilan data-data yang berhubungan dengan drainase
pada kawasan kelurahan Yabansai Distrik Waena Kota Jayapura. Data yang didapatkan dari
beberapa sumber yang terpercaya dan relevan dan dilakukakan pengukuran langsung di
lokasi.

3. 5 Metode Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel di lakukan dengan cara mengukur dimensi saluran eksisting drainase
menggunakan meteran. Dimensi yang diukur adalah lebar atas saluran drainase, lebar bawah
saluran drainase serta kedalaman saluran drainase.

3.6 Analisa Data


Setelah semua data-data yang diperlukan telah terkumpul, seperti ukuran dimensi drainase
pada Kelurahan Yabansai, kemudian dilakukan evaluasi kondisi-kondisi saluran drainase
yang ada dan juga menentukan apa saja faktor penyebab saluran drainase kurang optimal.
Selain itu, dilakukan perhitungan kapasitas tamping drainase mengunakan rumus manning.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.9. Pembahasan
Daerah yang diteliti pada pengerjaan laporan penelitian ini adalah drainase yang terdapat
pada Kelurahan Yabansai. Berdasarkan survey yang dilakukan langsung ke lokasi ini, kondisi
drainase yang sudah memang sudah tidak memadai lagi untuk mengalirkan debit air yang ada
terutama saat terjadi curah hujan yang tinggi. hal ini disebabkan oleh banyaknya sampah pada
saluran drainase yang ada di saluran drainase tersebut.

3.4  Karekteristik Meteorologi

3.4.1Data Klimatologi
Keadaan iklim di Kelurahan Yabansai  beriklim tropis dengan klasifikasi iklim menurut
Koppen termasuk AF-AW dimana pengaruh angin pasang dan musim tenggara sangat besar.
Suhu udara rata-rata 26” C, suhu udara maksimum pada siang hari antara 31’ C – 33’ C
sedangkan suhu minimum berkisar 24’ – 26’C. dua musim yang berbeda di wilayah
Kelurahan Yabansai yaitu musim penghujan dan musim kemarau.
 
3.4.2. Data Curah Hujan.
Data curah hujan sebagai salah satu data yang sangat penting dalam  analisa  hidrologi
dimana data tersebut diambil dari stasiun pengamatan.

Data curah hujan Kota Jayapura


BULAN
TAHU
FE AP JU JU AG SEP OK NO
N JAN MAR MEI DES
B R N L T T T V
2009 231 307 175 220 77 28 79 220 189 284 140 347
2010 379 175 366 204 159 47 79 13 67 216 247 259
2011 76 117 264 100 210 144 144 179 228 238 338 260
2012 166 329 272 260 186 145 98 143 118 52 156 171
2013 211 92 234 293 217 104 211 199 86 238 101 238
2014 185 98 331 258 82 27 69 245 105 202 304 322
2015 118 342 194 177 122 117 60 155 163 171 345 334
2016 112 290 204 220 279 168 389 346 262 373 334 112
2017 323 164 227 268 279 86 146 30 36 248 286 212
2018 136 143 222 244 266 53 108 55 53 277 - -
(Sumber: stasiun meteorologi DOK II Kota Jayapura. 2018)
Data distribusi curah hujan ini digunakan untuk menetapkan nilai hujan efektif yang akan
dipakai untuk analisa curah hujan.

4. 1 kondisi eksiting drainase di Kelurahan Yabansai

Berdasarkan hasil suvey didapatkan kondisi eksisting saluran drainase yang ada di Kelurahan
Yabansai, yaitu:
Lebar Lebar
Terbuka
Kedalaman Bawah Atas Kondisi Bangunan
Alamat Sisi Bentuk /Tertutu
Saluran (Cm) Saluran Saluran Saluran Pelengkap
p
(Cm) (Cm)
Jl. Spg teruna kiri trapesium terbuka 000 baik -
bakti
Jl. Spg teruna kanan Trapesium terbuka
bakti
Jl. Graha yotefa Kiri
Jl. Graha yotefa Kanan
Perunmas 1 Kiri
Perumnas 1 Kanan
Jl. Maralex Kiri
Jl. Maralex Kanan
Jl. Kersatama Kiri
Jl. Kersatama Kanan
Jl. Kenanga Kiri Trapesium Terbuka 35 50 75 Kurang
baik
Jl. Kenanga Kanan Trapesium Terbuka 35 60 85 Kurang
baik
Jl. bakum village Kiri Trapesium Tertutup 75 120 Kurang
baik
Jl. Kampwolker Kiri Persegi Tertutup Cukup
baik
Jl. Kampwolker kanan persegi terbuka 85 90 Cukup
baik

 Kondisi eksisting drainase di jalan SPG Teruna bakti


Berdasarkan hasil survey peneliti, kondisi saluran drainase sepanjang jalan SPG
Teruna Bakti belum terlalu optimal karena banyaknya penumpukan sampah
plastik terutama sampah botol mineral pada system drainase yang menghambat
saluran di pinggiran jalan tersebut sehingga daerah ini berpotensi mengalami
banjir pada badan-badan jalan saat terjadi curah hujan yang tinggi.

 Kondisi eksisting drainase di jalan graha yotefa


Berdasarkan hasil survey, jalan graha yotefa memiliki saluran drainase yang
minim sehingga berpotensi untuk mengalami banjir saat curah hujan yang tinggi.
Untuk menghindari air dari banjir masuk kedalam rumah-rumah penduduk maka,
banyak masyarakat yang membuat lantai rumah menjadi lebih tinggi.

 Kondisi eksisting di perumnas 1


Berdasarkan hasil peninjauan langsung, kondisi saluran drainase pada daerah ini
kurang baik khususnya pada ruas jalan di depan gerbang masuk waena regency
yang sangat sering terjadi banjir pada badan jalan. Faktor yang menyebabkan
daerah perumnas 1 mengalami banjir adalah ukuran dimensi drainase yang kecil
dan tidak adanya bangunan pelengkap pada saluran drainase

 Kondisi eksisting di jalan maralex


Berdasarkan hasil penelitian dan peninjauan, kondisi saluran drainase di jalan
maralex masih sangat minim. Ukuran dimensi pada drainase tidak terlalu lebar
dan dangkal.

 Kondisi eksisting di jalan kersatama


Berdasarkan hasil peninjauan, saluran drainase pada jalan kersatama cukup baik
karena bersambung dengan

No. Lokasi Faktor Yang Mempengaruhi Daya Tampung


1. Jl. Spg teruna bakti
2. Jl. Spg teruna bakti
3. Jl. Graha yotefa
4. Jl. Graha yotefa
5. Perunmas 1
6. Perumnas 1
7. Jl. Maralex
8. Jl. Maralex
9. Jl. Kersatama
10. Jl. Kersatama
11. Jl. Kenanga
12. Jl. Kenanga
13. Jl. bakum village
14. Jl. Kampwolker
15. Jl. Kampwolker
3.1.4. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi survey bisa dilihat kondisi eksisting yang berada dalam kondisi tidak baik,
kondisi ini menyebabkan air yang ditampung oleh saluran drainase tidak optimal sehingga
air tersebut meluap ke area badan jalan.

 Gambar 3.2Jalan yang tidak memiliki drainase

Gambar 3.3Genangan air yang ada didepan rumah warga

pengamatan di lapangan masih terdapat Jalan dan pemukiman penduduk yang tidak
memiliki saluran drainase, sehingga terdapat genangan air diarea pemukiman tersebut.

saluran drainase pemukiman penduduk bukan hanya untuk menampung air hujan tetapi
juga menampung air limbah rumah tanggga. Karena masih menyatunya saluran air limbah
domestik dengan saluran drainase, sehingga lingkungan menjadi kotor dan menggangu
kesehatan masyarakat, dan juga tampak bahwa saluran drainase tidak pernah diperhatikan
akan kebersihanya akibatnya banyak  sendimen menumpuk yang menyebabkan saluran
tersebut tersumbat sehingga air tidak menggalir dengan lancar.

Anda mungkin juga menyukai