E.1.
PENDAHULUAN
studi literatur berdasarkan buku-buku yang sudah dirilis secara resmi oleh pihak
berwenang.
E.2.
BANJIR
Permasalahan banjir kelihatan sepele tetapi menjengkelkan, banyak pihak tidak bisa
memungkiri hal ini. Mulai dari masyarakat pengguna perumahan, jalan, industri &
real estate, pertanian bahkan pemerintah merasakan hal tersebut.
Saat ini, setelah terjadi bencana banjir di hampir seluruh wilayah negeri, mulailah
manusianya sadar akan pentingnya mencegah banjir secara lebih dini. Kesadaran
tersebut terlihat dari mulai dilakukannya sosialisasi dan penyuluhan tentang
menjaga kelestarian DAS (Daerah Aliran Sungai) serta pelaksanaan program
penghijauan di gunung-gunung yang gundul. Walaupun dalam prakteknya hal ini
tidak semudah mengucapkannya, kawasan hutan kita masih dijarah disana-sini.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E-1
Apresiasi Inovasi
Untuk perhatian bahwa Saat kita menyadari bahwa DAS kitas sudah rusak,
maka hampir tidak mungkin untuk menata kembali seperti semula,
meskipun disediakan dana yang besar, itupun memerlukan waktu yang
tidak sebentar.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E-2
Apresiasi Inovasi
Gambar E. 2 Klasifikasi usaha struktural dan non struktural dalam
manajemen dataran banjir.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E-3
Apresiasi Inovasi
Gambar E. 3 Pengaruh urbanisasi pada daerah tangkapan air terhadap laju
limpasan.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E-4
Apresiasi Inovasi
Masih ada setumpuk hambatan aliran lagi, yang harus disikapi dengan arif
dan diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengatasinya.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E-5
Apresiasi Inovasi
E.2.2.2
Dengan memasang pintu air dimuara sungai, yang dibantu oleh Kolam
Tandon.
Yang lebih murah adalah membangun tanggul tanah sepanjang kiri dan
kanan muara sungai, agar back-water pada waktu laut pasang tidak
tumpah ruah ke daratan dan menyebabkan banjir.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E-6
Apresiasi Inovasi
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E-7
Apresiasi Inovasi
Gambar E. 8 Pintu Pasang Air Laut Beraliran Sub-kritikal.
Aliran Sub-Kritikal, berarti garis tinggi kritis dibawah muka air normal,
sehingga tidak terjadi perpotongan antara muka air dengan garis tinggi
kritis. Berarti disini tidak terjadi Loncat air.
Desain
yang
ekonomis
adalah
dengan
mematok
MSL
(Mean
Sea
Level/Ketinggian Muka Air Laut Rata-rata) sebagai tail water pintu air
pasang. Jadi, pintu akan ditutup pada saat elevasi muka air laut diasat
MSL, dan sebaliknya pintu dibuka pada saat elevasi muka air laut dibawah
MSL (lihat Gambar E.10).
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E-8
Apresiasi Inovasi
E.2.2.2.2 Tanggul Sepanjang Muara Sungai
Cara lain untuk menangkal tingginya pasang air laut adalah dengan
membuat tanggul tanah sepanjang muara sungai. Pemasangan tanggul
tanah harus ada batasnya, karena tanggul yang terlalu tinggi bisa
menyulitkan prasarana lain disekitar muara sungai tersebut.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E-9
Apresiasi Inovasi
E.2.2.3
banjir,
keberadaan
bendung
ini
tidak
dikehendaki,
karena
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 10
Apresiasi Inovasi
Gambar E. 13 Back Water di Hulu Bendungan.
Perencanaan Irigasi kawasan hilir, sebaiknya dilaksanakan secara terpadu
dengan Perencanaan Drainase Kawasan Daerah. Belakangan ini sudah
banyak dipakai bendung gerak, seperti pintu air radial atau Bendung
karet.
E.2.2.4
E.2.2.5
E.2.2.6
E.2.2.7
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 11
Apresiasi Inovasi
Tergantung pada konstruksi in-let dari arus masuk kedalam sungai
tersebut, maka sungai akan mengalami hambatan yang menyebabkan
kehilangan tinggi tekan sungai, dan dapat memicu terjadinya banjir pada
bagian hulu dari sungai tersebut. (lihat Gambar E.14.).
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 12
Apresiasi Inovasi
E.2.2.8
E.2.2.9
lebih
luas.
Akibatnya,
banyak
sawah
diurug
untuk
kawasan
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 13
Apresiasi Inovasi
Tabel E. 1 Perbedaan fungsi saluran irigasi dengan drainase.
E - 14
Apresiasi Inovasi
Pilihan muara drainase yang salah, bisa menyebabkan banjir !
Mengurug sawah untuk lahan perumahan baru, harus diikuti dengan
pemilihan muara drainase yang benar Bermuara kedalam Saluran Irigasi,
jelas pilihan yang salah, dan menyebabkan banjir, seperti terlihat pada
Gambar E.17.
Kesalahan pemilihan muara drainase bisa terjadi pada banyak kasus
lainnya. Dibawah ini diuraikan beberapa kiat untuk memilih muara
drainase yang benar:
-
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 15
Apresiasi Inovasi
Kalau ada Tandon Banjir didekat anda, mintalah izin untuk bermuara
kedalam tandon tersebut, jangan bermuara langsung ke laut, atau sungai
besar.
Pada Gambar E.20 diperlihatkan muara drainase yang benar kedalam
Tandon Banjir.
Kebutuhan anda akan Peil Banjir yang rendah didalam Tandon akan
terpenuhi, karena Tandon memiliki Pintu Air dan Pompa yang dioperasikan
untuk mendapatkan Peil Banjir yang rendah elevasinya.
Boleh saja, anda bermuara langsung ke laut atau sungai besar, tetapi
mungkin, anda harus menyediakan pintu air dan pompa sendiri, agar muara
drainase memperoleh Peil Banjir yang rendah elevasinya. Jelas, lebih mahal
bukan !
Kalau ada pilihan kedalam dua buah sungai, maka pilihan yang paling
rendah elevasi peil banjirnya. Hal ini diperlihatkan pada Gambar E.21.
Masih banyak kasus kesalahan pemilihan muara drainase yang mungkin
belum tercakup pada uraian diatas. Pada prinsipnya pilihan diarahkan pada
Peil
Banjir
Rendah.
Tentu
anda
ingin
menanyakan,
bagaimana
mengetahui besarnya elevasi Peil Banjir sebuah sungai, tandon, dan lainlain. Cara paling mudah adalah menghubungi Departemen Pekerjaan
Umum di Jakarta, atau Dinas Pekerjaan Umum di daerah. Karena mereka
telah banyak melakukan studi yang antara lain untuk menghitung Peil
Banjir dari wilayah drainase mereka. Sekaligus, anda dapat memperoleh
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 16
Apresiasi Inovasi
Masterplan Drainase, sehingga perencanaan anda tinggal mengacu pada
studi ini.
Khusus untuk Kota Jakarta , ada Dinas Pekerjaan Umum DKI, Subdin Tata
Air di Jatibaru Jakarta. Dinas ini memiliki Kopro Banjir Jakarta, sehingga
banyak studi, Masterplan Drainase Kota Jakarta yang telah dihasilkan.
Mungkin anda dapat memperoleh mengenai Peil Banjir, dari instansi ini.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 17
Khusus
untuk
anda
yang
bergerak
dalam
Apresiasi Inovasi
pengadaan perumahan
Gambar Rencana Site Plan yang sudah disahkan oleh Dinas Tata Kota.
Hasil Survey Topografi yang sudah disahkan oleh Subdin Survei DPU-DKI,
yang memuat peil ekisting, berupa elevasi yang terkait pada sistem Kopro
Banjir DKI.
Gambar rencana sistem drainase dan prasarana lain, lengkap dengan pilihan
lokasi pembuangan akhir (muara drainase).
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 18
Apresiasi Inovasi
The nations infrastrukture is its system of public facilities, both publicly
or privately funded, which provide for the delivery of essential services and
a sustained standard of living. This interdependent, yet self-contained, set
of structures provides for mobility, shelter, services, and utilities. It is the
nationss highaways, bridges, railroads, and mass transit systems. It is our
sewers, sewage, sewage teratment plants, water supply systems, and
reservoirs. It is our dams, locks, waterways, and ports. It is our electric,
gas, and power producing plants. It is our court houses, jails, fire houses,
police stations, schools, post offices, and government buildings. Americas
infrastructures is the base upon which society rests. It is condition affects
our life styles and security and each is threatened by its un answered
decay (AGCA, 1982).
Departemen
Permukiman
dan
Prasarana
Wilayah
(Depkimpraswil)
umum
terdiri
dari
12
komponen
sesuai
dengan
sifat
dan
karakternya, yaitu :
1) Sistem air bersih, termasuk bendungan, waduk, transmisi, instalasi
pengolah air, dan fasilitas distribusinya.
2) Sistem manajemen air limbah, termasuk pengumpulan, pengolah,
pembuangan (disposal), dan sistem pakai ulang (reuse).
3) Fasilitas manajemen limbah padat atau persampahan.
4) Fasilitas transportasi, termasuk jalan raya, rel kereta api, dan lapangan
terbang.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 19
Apresiasi Inovasi
5) Sistem transt publik.
6) Sistem kelistrikan, termasuk produksi dan distribusinya.
7) Bangunan umu, seperti pasar, sekolahan, rumah sakit, kantor polisi dan
fasilitas pemadam kebakaran.
8) Fasilitas perumahan.
9) Taman, tempat bermain, fasilitas rekreasi, dan stadion.
10)Fasilitas perumahan.
11)Taman, tempat bermain, fasilitas rekreasi, dan stadion.
12)Fasilitas telekomunikasi.
Sebagai
suatu
perencanaan
sistem
yang
infrastruktur
keterpengaruhan
antar
terdiri
harus
dari
banyak
komponen,
mempertimbangkan
komponen,
beserta
keterkaitan
maka
dan
dampak-dampaknya.
terlalu
spesifik
(besifat
sektoral)
tanpa
mempedulikan
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 20
Apresiasi Inovasi
Infrastruktur air perkotaan meliputi tiga sistem, yaitu sistem air bersih
(urban water supply), sistem sanitasi (waste water), dan sistem drainase
air hujan (storm water system). Ketiga sistem tersebut saling terkait,
sehingga idealnya dikelola secara integral seperti diilustrasikan pada
Gambar 1.16. Hal ini sangat penting untuk mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya dan fasilitas, menghindari ketumpang-tindihan tugas dan
tanggung jawab, serta untuk keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya air.
Sebagai contoh, penanganan air hujan dapat dimanfaatkan (sistem
drainase) untuk pengisian air tanah sebagai sumber air bersih.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 21
Apresiasi Inovasi
E.3.
KONSEP DRAINASE
Banjir yang kerap kali terjadi memerlukan penanganan secara komprehensif, tidak
hanya
menggunakan
metode
konvensional
melainkan
juga
dengan
metode
terhadap air hujan. Penyelesaian banjir dan permasalahan drainase dengan konsep
penanganan
banjir
secara
konvensional
yang
hanya
mengutamakan
faktor
hidraulik, bertitik tolak pada penanganan dampak banjir secara lokal. Hal ini perlu
diimbangi dengan konsep ekohidrolik yang bertitik tolak pada penanganan
penyebab banjir dari segi ekologi dan lingkungan. Dengan dilakukannya retensi air
di bagian hulu, tengah, dan hilir, juga di sepanjang wilayah sungai, sempadan
sungai, badan sungai, dan saluran, selain berfungsi sebagai penanggulangan banjir
juga sekaligus menanggulangi kekeringan di kawasan yang bersangkutan.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 22
Apresiasi Inovasi
Pembuatan sudetan
Konvensional
Konsep
Drainase
Normalisasi sungai
Eco-Drainage
Retensi air
E - 23
Apresiasi Inovasi
Eco-drainage atau drainase ramah lingkungan adalah sistim drainase yang
memperhatikan kelestarian lingkungan. Hal ini sebenarnya bukan sesuatu
yang baru bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan man made
world, segala sesuatu buatan manusia, perlu dibuat dengan ramah
terhadap lingkungan, yang pada gilirannya, artinya juga perlu ramah
terhadap manusia.
Di bidang drainase, pertimbangan desain sistim drainase sampai saat ini
masih menggunakan paradigma lama yaitu bahwa air drainase harus
secepatnya dibuang ke hilir dan atau ke laut. Baru kemudian disadari
bahwa paradigma ini tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini ketika
didapati fenomena defisit air dalam neraca keseimbangan air antara
ketersediaan dan kebutuhan yang diperlukan oleh manusia yang semakin
banyak.
Defisit neraca air ini ditandai dengan menurunnya permukaan air tanah,
karena disedot untuk berbagai keperluan, bahkan tidak hanya untuk
keperluan primer manusia seperti air minum, tetapi juga untuk keperluan
sekunder yaitu industri. Tanda yang lain dari defisit air ini adalah semakin
menurunnya kuantitas dan kualitas ketersediaan air baku akibat semakin
membesarnya fluktuasi jumlah aliran permukaan persatuan waktu yang
terjadi di musim penghujan dibandingkan yang terjadi di musim kemarau.
Besarnya fluktuasi ini terjadi antara lain oleh kurangnya daerah resapan air
di bagian hulu dikarenakan gundulnya hutan dan kurangnya usaha
membangun sistim tampungan (tandon) air pada sistim drainase. Hal ini
berakibat menurunnya recharging air tanah dan pada gilirannya kemudian
berefek pada turunnya base flow pada aliran sungai atau menghilangnya
mata air-mata air dari hulu sungai.
Filosofi pembuatan sistim drainase dengan tampungan-tampungan ramah
lingkungan dalam usaha menanggulangi banjir mirip tetapi tidak sama
dengan filosofi pembuatan waduk penahan banjir. Waduk dibangun dalam
skala besar, tidak hanya dalam pengertian fisik, tapi juga besar dalam efek
negatif yang terjadi. Sedangkan sistim drainase dengan tampungantampungan air ramah lingkungan dibuat dan dikelola oleh orang perorang
dan oleh unit masyarakat kecil. Sedemikian sehingga perbedaan filosofi
diantara keduanya ialah bahwa waduk dimotori oleh sebuah otoritas,
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 24
sedangkan
sistim
drainase
dengan
Apresiasi Inovasi
tampungan-tampungan ramah
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 25
Apresiasi Inovasi
air hujan
air dapat
digunakan
untuk
berbagai
keperluan
air hujan
ditampung
dalam bunker
bunker air
pengisian
air tanah
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 26
Apresiasi Inovasi
tersebut,
penggelontoran
air
yang
saluran.
ada
dapat
Pengaturan
air
digunakan
pada
saat
untuk
akan
melakukan
dilakukan
demikian,
untuk
lokasi-lokasi
yang
dianggap
memenuhi
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 27
Apresiasi Inovasi
rumah
rumah
kolam
taman
rumah
rumah
rumah
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 28
Apresiasi Inovasi
KAPAN DIPAKAI TANDON BANJIR ?
Kata Tandon berasal dari Bahasa Jawa, yang artinya reservoir atau
waduk. Di-Jakarta, anda tentu pernah mendengar Waduk Pluit, Setiabudi
dan lain-lain. Kalau dinegeri Belanda, sebutannya adalah polder, sehingga
negeri bawah laut Belanda, sering disebut Negeri Kincir Angin. Dulu, kincir
angin ini dipakai untuk menggerakkan pompa polder.
Dinegeri kita, pemakaian tandon banjir bukan suatu keharusan. Kalau
bisa, malahan harus dihindari, karena tandon banjir biasanya harus
dilengkapi
dengan
pompa
yang
sulit
dan
mahal,
Operasi
&
Pemeliharaannya.
Secara skematis Gambar E.30 memberikan urutan menu dan kendala
penanganan banjir, dimana tandon banjir dan pompa, jatuh pada pilihan
terakhir. Meskipun pada dekade ini, normalisasi saluran induk sempat
mencuat sebagai prioritas yang rendah, karena benturan yang tidak
terelakkan dengan pembebasan lahan.
E - 29
Apresiasi Inovasi
Pilihan untuk membangun kolam tandon mencuat, ketika saluran induk
drainase harus bermuara pada lokasi yang sulit, seperti :
o
o
Lokasi ini menyebabkan saluran induk drainase mengalami efek backwater. Khususnya, pada saat debit puncak drainase terjadi pada saat yang
bersamaan dengan pasang naik air laut atau banjir sungai besar, sehingga
menimbulkan luapan dan banjir.
Keadaan ini dilukiskan pada Gambar E.31 dimana ada dua pilihan untuk
menurunkan muka air back water, yaitu :
o
o
o
o
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 30
Apresiasi Inovasi
Gambar E. 31
kembali
sempadan
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
dan
sungai
yang
telah
rusak
serta
E - 31
memfungsikan
daerah
genangan
atau
polder
Apresiasi Inovasi
alamiah di sepanjang
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 32
Apresiasi Inovasi
E.4.
KONSEP
PEMBANGUNAN
BERWAWASAN
SUNGAI
EKOLOGI-HIDRAULIK
(EKO-
dan
keseimbangan,
konsep
kesatuan
antara
development
dan
E.4.1
Pendekatan
Integralistik
Ekologi
dan
Hidraulik,
needs
holistic
approach
by
giving
considerations
due
to
all
corresponding fields (Konsep holistik; Sungai adalah suatu sistem yang komplek,
oleh karena itu pengembangannya dan restorasinya memerlukan pendekatan
holistik dengan mempertimbangkan seluruh faktor yang berhubungan dengan
sungai).
Definisi lama mengenai sungai, bahwa sungai adalah suatu alur di
permukaan bumi yang berfungsi sebagai saluran drainasi dan terdiri dari aliran air
dan sedimen terangkut, perlu diadakan koreksi secara subtansial. Sungai dalam
konsep integralistik didefinisikan sebagai suatu sistem keairan terbuka yang
padanya terjadi interaksi antara faktor biotis dan abiotis yaitu flora fauna disatu sisi
dan hidraulika air dan sedimen disisi yang lain, serta seluruh aktivitas manusia
yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan sungai.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 33
Apresiasi Inovasi
Jadi pada pembangunan wilayah sungai dengan konsep integralistik, semua faktor
yang terkait perlu mendapatkan perhatian dengan porsi yang sesuai, sehingga tidak
ada komponen dalam ekosistem sungai yang hancur. Kehancuran salah satu rantai
ekosistem sungai (misal flora) maka akan menyebabkan kehancuran komponen
yang lain misal fauna, retensi hidraulis dan erosi tebing sungai. Gambar dibawah ini
menunjukkan komponen-komponen penyusun suatu sungai.
perlu
sesegera
pengelola
yang
mungkin
terkait
diadakan
lainnya
seperti
perombakan
kehutanan,
dengan
pertanian,
E.4.1.2
E - 34
Apresiasi Inovasi
Teknik rekayasa pada sungai harus diharmoniskan dengan kondisi dan perilaku
alam). Dalam pembangunan di wilayah sungai, perilaku sistem alamiah sungai
perlu didefinisikan terlebih dulu secara mendetail (lihat Bab I Sungai Sebagai
Sistem Komplek dan Teratur).
Sungai dengan segala karakteristik alamiahnya telah membentuk komposisi
yang paling stabil dibandingkan dengan komposisi buatan. Sehingga perubahan
terhadap karakteristik alamiah akan menurunkan kemampuan sungai untuk
menjaga keseimbangannya. Perubahan karakteristik sungai oleh bangunan teknis
pertama akan direspon oleh sungai dengan berbagai perubahan karakteristik yang
tidak hanya terjadi di daerah yang diubah namun juga terjadi di bagian lainnya
dialur sungai yang bersangkutan.
Konsep
keseimbangan
adalah
upaya
yang
perlu
dilakukan
dalam
keseimbangan
sungai
tersebut
perlu
dimanfaatkan
dalam
rangka
proses
menuju
stabilitas
baru.
Stabilitas
barn
akan
memerlukan
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 35
Apresiasi Inovasi
E.4.1.3
harus
dipelihara
seperti
sungai
alamiah,
jika
akin
dibangun
atau
Philosofi
din
metode
yang
dikembangkan
harus
secara
otomatis
mengandung unsur development din conservation. Dalam hal ini konservasi tidak
hanya dipandang sebagai kegiatan pasif jika dampak negatif telah muncul, namun
sebagai
kegiatan
aktif
yang
dikembangkan
secara
bersama-sama
dengan
development.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 36
Apresiasi Inovasi
Sebagai misal sekali lagi ketika terjadi longsoran tebing sungai, penyelesaian
masalah bisa dilakukan dengan membuat talud beton atau pasangan batu atau
dengan membuat talud ramah lingkungan yang terbuat dari tumpukan batu kosong
din vegetasi. Dalam konsep river development and conservation maka dipilih talud
ramah lingkungan bukan talud beton atau pasangan batu karena talud ramah
lingkungan merupakan kombinasi dari pembangunan din konservasi sungai.
E.4.2
optimal time which doesn't cause hygienic problems and flood problems such as
increase of river 'peak discharge' and accelerate of river 'peak time' (Konsep
drainasi din retensi; Drainasi air kelebihan ke sungai harus diusahakan sedemikian
sehingga
tidak
menyebabkan
masalah
kesehatan
din
tidak
meningkatkan
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 37
Apresiasi Inovasi
diatasnya. Cara penanggulangan penurunan tanah ini adalah dengan cara
membuat kanal-kanal yang membagi-bagi daerah menjadi kawasankawasan yang dikelilingi kanal. Kanal tersebut tidak berfungsi sebagai
pengatus air dari kawasan yang dibuang ke laut, namun berfungsi sebagai
kolam drainasi kawasan, yang padanya terkumpul air hujan kelebihan.
Tekanan air di kanal-kanal tersebut selanjutnya dapat mempertahankan
daya dukung tanah sekaligus mencegah terjadinya pori-pori kosong.
Solusi masalah konsep drainasi ini adalah dengan menetapkan konsep
drainasi ramah lingkungan. Dalam hal ini drainasi harus didefinisikan sebagai
usaha untuk mengalirkan air kelebihan (air hujan) dengan cara meresapkan air
kedalam tanah, menyimpan dipermukaan tanah untuk menjaga kelembaban udara
dan mengalirkan ke sungai secara proposional sehingga tidak menyebabkan
tambahan beban banjir di sungai.
Dalam segala aspek konsep drainasi konvensional perlu segara direvisi
dengan konsep drainasi ramah lingkungan, missal drainasi perkebunan, pertanian
(irigasi), drainasi kawasan, perkotaan dan perumahan. Drainasi yang sampai
sekarang digunakan untuk masalah tersebut adalah drainasi konsvensional.
Untuk
perumahan
misalnya,
seluruh
saluran
drainasi
perumahan
konvensional
dengan
menarik
garis
terpendek
dari
wilayah
yang
E.34
dan
E.35
di
bawah
ini
menyajikan
revisi
drainasi
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 38
Apresiasi Inovasi
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 39
Apresiasi Inovasi
lain
yang
memperparah
dampak
drainasi
konvensional
serta
penyebaran
pemukiman
yang
sangat
distruktif
bagi
DAS
yang
bersangkutan.
Penyebaran pemukiman yang terjadi di hampir seluruh wilayah di Indonesia
adalah "penyebaran merata"., dimana perumahan dan pemukiman menyebar
secara hortizontal ke seluruh DAS. Sehingga dalam waktu relatif pendek hampir
seluruh DAS terpenuhi pemukiman. Contoh penyebaran merata ini dapat kits
jumpai di wilayah Medan, Jakarta, Bandung, Bogor, Semarang, Yogyakarta,
Surabaya, Malang, Makasar dll. Penyebaran horizontal ini mempunyai dampak
terhadap lingkungan yang sangat distruktif, karena DAS akan rusak total setelah
hanya sepertiga dari lugs DAS tersebut didirikan pemukiman. Hal ini disebabkan
karena setiap luasan perumahan membutuhkan areal 3 kali lipat dari luasan fisik
perumahan tersebut. Misalnya rumah tipe 36 biasanya membutuhkan lugs tanah
100 m2, rumah tipe 25 membutuhkan luas tanah 90 m2, dst.
Jika DAS telah dikuasai pemukiman, sedang drainasi pemukiman dan
sekitarnya
menggunakan
konsep
drainasi
konvensional
seperti
diuraikan
sebelumnya, maka banjir di hilir akan terjadi dengan intensitas tinggi dan
konservasi
air
di
huiu
menurun.
Cara
penyelesaian
masalah
ini
adalah
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 40
Apresiasi Inovasi
pemukiman tidak ramah lingkungan (penyebaran jamur) dan yang ramah
lingkungan (penyebaran satelit).
Disamping
secara
drainasi
sangat
tidak
direkomendasi,
penyebaran
E.4.3
floods along the river systems (Konsep distribusi banjir; Banjir lokal yang besar
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 41
Apresiasi Inovasi
sebaiknya bisa dibagi-bagi menjadi banjir kecil-kecil di sepanjang alur sungai).
Sebenarnya banjir diperlukan oleh ekosistem sepanjang sungai sebagai faktor
penting kelangsungan hidup flora dan fauna sungai. Sedang flora dan fauna sungai
merupakan komponen sungai yang sangat vital kaitannya dengan peredaman
banjir dan erosi disepanjang alur sungai.
Kegiatan penanggulangan banjir dengan mengadakan normalisasi, sudetan
dan pelurusan sungai pada dasarnya hanya memindahkan banjir tersebut ke
bagian hilir. Jika dibagian hulu dan tengah dilakukan usaha penanggulangan banjir
dengan metode tersebut maka dapat dipastikan bahwa secara simultan akan
terjadi banjir besar di hilir. Banjir alamiah adalah banjir yang terjadi di sepanjang
alur sungai, yang sudah barang tentu debitnya relatif kecil karena didistribusi
merata sepanjang sungai.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 42
Apresiasi Inovasi
Distribusi banjir sepanjang sungai ini berfungsi sekaligus sebagai metode
konservasi air, karena distribusi berarti juga memperpanjang waktu meresap air ke
tanah. Dengan distribusi banjir di sepanjang sungai dapat memperkecil fluktuasi
debit sepanjang sungai. Fluktuasi debit yang stabil berarti menghindarkan banjir
musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Tentu saja perlu perbaikan di
daerah aliran sungainya.
_
E.4.4
the small rivers ("In the small thing hide the big thing') (pembangunan, konservasi
dan restorasi sungai; pembangunan dan restorasi sungai harus dimulai dari sungai
yang paling kecil, di dalam yang kecil itu tersimpan rahasia hal yang besar).
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 43
Apresiasi Inovasi
E.4.4.1
E.4.4.2
Kesalahan fatal ini terjadi jelas karena keawaman masyarakat terhadap filosofi dan
kegunaan sungai kecil. Pemahaman bahwa sebenarnya sungai kecil merupakan
bagian terpenting dari sistem sungai dan padanya tersimpan rahasia kejadian
kekeringan, banjir dan kerusakan wilayah keairan secara menyeluruh dari suatu
kawasan, sama sekali belum berkembang. Maka perlu dibuka fenomena barn
tentang pentingnya sungai kecil, berikut usaha yang diperlukan untuk melestarikan
dan merepitalisasikan fungsinya, sebelum kekeringan, banjir dan kehancuran
lingkungan yang lebih fatal terjadi.
Sungai dapat dibedakan secara sederhana menjadi kelompok sungai kecil,
sungai sedang dan sungai besar. Contoh sungai besar di Jawa misalnya; Bengawan
Solo, Ciliwung, Citandui, Brantas, dll, di Sumatra misalnya; Musi, Siak, Indragiri dll.,
di Kalimantan misalnya; Mahakam, Kapuas, dll. Sungai sedang adalah anak sungai
langsung dari sungai-sungai besar tersebut. Sedangkan sungai kecil adalah seluruh
sungai
setelah sungai
sedang.
Untuk
lebih
mudahnya,
sungai
kecil
dapat
didefinisikan sebagai sungai yang umumnya melintas di sekitar kits yang lebarnya
hanya sekitar 0,5 m sampai 20 m saja baca Buku Eko-Hidraulika Pembangunan
Sungai, Maryono,A. 2002).
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 44
Apresiasi Inovasi
E.4.4.3
misalnya;
pembuatan talud
pasangan
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 45
Apresiasi Inovasi
ditalud justru mengalami kehancuran total menjadi saluran comberan hitam dan
berbau.
Akibat yang sama, yaitu kekeringan di musim kemarau, banjir di musim
hujan dan rusaknya lingkungan, juga akan terjadi jika aktivitas pengurugan sungai
kecil, penyimpitan tampang sungai kecil, penjarahan bantaran sungai kecil dan
aktivtas lain yang tidak didasari dengan konsep kelestarian ekologishidraulis
dilakukan terus-menerus.
E.4.4.4
Dengan kondisi sungai kecil di kota dan daerah pinggiran diseluruh Indonesia yang
sudah hancur ini, tidak ada upaya lain yang lebih penting untuk dilakukan kecuali
memperbaiki kembali kondisi ekologi dan hidrologi sungai kecil tersebut. Perlu
dikembangkan talud ramah lingkungan yang mampu menahan erosi dan longsoran
tebing namun sekaligus tidak merusak ekosistem pinggir sungai. Mengadakan
pelarangan terhadap pengurugan, penyempitan dan penutupan total alur sungai
kecil. Sesegera mungkin menetapkan daerah bantaran sungai kecil yang tidak boleh
dieksploatasi. Memperbaiki kondisi ekologi-hidraulik sungai kecil berarti juga
memperbaiki kondisi DAS secara keseluruhan. Perhatian pemerintah yang selama
ini hanya ditujukkan ke sungai-sungai besar saja perlu dikoreksi secara substansial.
Harus disediakan dana cukup untuk mengelola sungai kecil perkotaan dan
pinggiran, mengembalikannya lagi ke fungsi vitalnya sebagai komponen tata air
utama dari suatu kawasan. Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan
perannya dalam pengelolaan sungai kecil dengan berwawasan lingkungan.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 46
Apresiasi Inovasi
E.4.5
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 47
Apresiasi Inovasi
kaitannya dengan penetapan batas dimana bangunan fisik tidak boleh dibangun di
dalam batas tersebut.
Hal ini mengakibatkan tidak tegasnya aparat dan pemerintah daerah tidak
bisa secara tegas menentukan lebar bantaran sungai. Kerancuan ini berakibat
kebingungan
para
penduduk
sejauh
mans
mereka
masih
bisa
mendirikan
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 48
Apresiasi Inovasi
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 49
Apresiasi Inovasi
atau tebing sungai cukup terjal pada umumnya ditemukan di daerah hulu
(upstream) sampai masuk ke daerah tengah.
Pada dasarnya penentuan lebar bantaran sungai harus didasarkan pada peta
kontur
geografis
morphologis
(geo-morpho) sungai,
tinggi
muka air
banjir
maksimum dan garis sliding (longsoran). Sehingga lebar bantaran untuk sepanjang
sungai sebenarnya tidak bisa diambil secara seragam. Demikian juga lebar
bantaran
sungai
satu
dengan
yang
lain.
Lebar
bantaran
secara
ekologis,
ini,
maka
lebar
bantaran
harus
ditambahkan
lebar
Untuk
menentukan
lebar
ekologi
penyangga
perlu
dilakukan
penelitian flora dan fauna pinggir sungai. Lebar ekologi tidak dapat dibuat seragam
untuk setiap sungai atau untuk satu sungai dari hulu sampai hilir, perlu diadakan
pembagian zone hulu tengah dan hilir.
Secara teknis lebar keamanan sungai ini diambil sesuai dengan tingkat
resiko banjir. Di daerah dengan padat penduduk lebar keamanan lebih besardari
pada di daerah jarang penduduknya. Namun secara sosial justru berkebalikan.
Karena desakan pemukiman di daerah padat justru para umumnya sulit diterapkan
lebar keamanan sungai yang lebih besar dari pada di daerah tanpa penghuni. Untuk
menentukan lebar keamanan perlu kebijakan yang memasukkan pertimbangan
soisal, ekonomi dan geografi setempat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dirangkum bahwa lebar
sempadan sungai terdiri dari lebar bantaran banjir (flood plain), lebar bantaran
longsor (sliding zone), lebar bantaran ekologi penyangga (ecological buffer zone)
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 50
Apresiasi Inovasi
dan lebar kemanan (safety zone). Berikut ini disajikan lebar sempadan sungai yang
dikembangkan dari konsep eko-hidraulik.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 51
Apresiasi Inovasi
E.4.6
E.4.6.1
integral
juga
dimaksudkan
dengan
mengikut
sertakan
seluruh
komponen yang terkait dengan sungai atau wilayah keairan tersebut dari hulu
sampai ke hilir dengan mengelola segala aspek yang berpengaruh, baik aspek
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 52
Apresiasi Inovasi
sosial budaya, kelembagaan, ekologi, hidrologi, hidraulika, kualitas air, geologi,
geografi, maupun rencana tats ruang dll. Dalam konsep ini berlaku sistem sharing
dana dan tanggung jawab antara hulu tengah dan hilir.
E.4.6.2
E.4.7
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 53
Apresiasi Inovasi
E.4.7.1
Gambar E. 44 Ilustrasi ideal penanggulangan banjir dengan konsep ekohidraulik (FAO & Prinz, 1999)
Konsep Eko-Hidraulik memasukkan dan mengembangkan unsur ekologi
atau lingkungan dalam penyelesaian banjir, sementara konsep hidraulik murni
justru merusak dan menghancurkan lingkungan dalam menyelesaikan banjir.
Konsep hidraulik murni melihat banjir sebagai bukti munculnya daya rusak air
yang hebat, sementara Eko-Hidraulik melihat fenomena banjir bukan sebagai
munculnya daya rusak air, namun banjir diartikan sebagai akibat kerusakan
lingkungan sehingga daya retensi lingkungan terhadap banjir hilang. Dalam
konsep Eko-hidraulik tidak dikenal istilah daya rusak air untuk memberi julukan
banjir. Namun dikenal dengan rusaknya retensi lingkungan atau daya dukung
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 54
Apresiasi Inovasi
lingkungan yang berakibat sering munculnya debit sungai yang ekstrim atau
banjir. Gambar E.44 menunjukkan konsep Eko-hidraulik komprehensif dalam
menanggulangi banjiratau mengelola DAS.
E.4.7.2
Dampak
Penanganan
Banjir
dengan
Konsep
Hidraulik
Murni
Penyelesaian dengan konsep konvensional yaitu dengan sudetan, pelurusan,
pembuatan tanggul, perkerasan tebing (taludisasi), normalisasi, pembabatan
vegetasi bantaran dll. telah diakui oleh sebagian besar ahli hidro di dunia baik di
Amerika, Jepang, Australia, dan Eropa dan juga di Indonesia justru akan
menciptakan bahaya banjiryang lebih besardan frekuensi banjiryang lebih sering.
Disamping itu cara ini menyebabkan kerusakan yang sangat serius dan dasyat bagi
ekologi sungai secara keseluruhan, sehingga fungsi hidraulik dan ekologi sungaiya
hancur. Pelurusan, sudetan dan tanggul misalnya akan menyebebakan terjadinya
tendensi banjir di hilir lebih tinggi dan menurunkan tingkat retensi di sepanjang
sungai sehingga konservasi air akan menurun drastis. Kekeringan akan lebih
intensif karena membangun pelurusan, tanggul dan sudetan berarti pengatusan air
secepatnya ke hilir, sehingga air tidak berkesempatan meresap ke tanah. Tata air
disepanjang sungai yang dilurusakan, disudet atau ditanggul akan rusak total.
Bekas-bekas sungai atau sungai lama yang terpotong (oxbow) akan menimbulkan
masalah baru, misalnya sebagai sarang nyamuk dan lambat laun menjadi dangkal.
Biasanya masayarakat akan menyerang daerah oxbow ini untuk dijadikan daerah
hunian atau pertanian, karena derah ini biasanya merupakan daerah tak bertuan.
Banjir dapat mengancam lagi di daerah oxbow ini, karena di daerah oxbow praktis
tidak ada air yang mengalir keluar. Sementara sudetan di daerah hilir (wilayah
pantai) telah menyebabkan terjadinya instabilitas garis pantai. Daerah muara
sungai lama akan terjadi abrasi besar-besaran dan daerah muara sudetan baru
akan terbentuk reklamasi yang cepat (contoh konkret adalah masalah abrasi di
pantai utara Jawa missal di daerah Cirebon). Dampak negatif metode konvensional
hidraulik murni ini kiranya sudah sangat jelas dan mudah dicerna oleh masyarakat
awam sekalipun (baca buku Eko-Hidraulik Pengembangaan Sungai, Maryono, 2002
dan Buku Konsep Penanggulangan Banjir dan Kekeringan Untuk Masyarakat Luas,
Maryono 2003).
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 55
Apresiasi Inovasi
E.4.7.3
E.4.7.4
kesatuan
sistem
dan
ekosistem
ekologi-hidraulik
yang
integral.
bagian
hulu
dengan
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
reboisasi
atau
konservasi
hutan
untuk
E - 56
Apresiasi Inovasi
meningkatkan retensi dan tangkapan di hulu. Selanjutnya reboisasi juga
mengarah ke DAS bagian tengah dan hilir. Secara selektif membangun atau
mengaktifkan
situ
atau
embung-embung
alamiah
di
DAS
yang
bersangkutan.
2. Penataan tataguna lahan yang meminimalisir limpasan langsung dan
mempertinggi retensi dan konservasi air di DAS.
3. Di sepanjang wilayah sungai serta sempadan sungai, tidak perlu diadakan
pelurusan dan sudetan atau pembuatan tanggul, karena caracara ini
bertentangan dengan kunci utama retensi banjir.
4. Sungai
yang
bermeander
justru
di
dipertahankan
sehingga
dapat
berbagai
alternatif
untuk
mengembangkan
kolam
konservasi
Disamping
pendekatan
solusi
eko-hidro-teknis
sosio-hidraulik
sebagai
tersebut,
bagian
sangat
dari
diperlukan
eko-hidraulik
juga
dengan
E.4.7.5
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 57
Apresiasi Inovasi
dalam penanggulangan banjir di Indanesai ini. Pemerintah dan pemerintah daerah
perlu sesegara mengadopsi metode Eko-Hidraulik ini guna membuat masterplan
penanggulangan
banjir
sekaligus
untuk
mengkonservasi
lingkungan.
Penanggulangan banjir dengan cara Eko-Hidraulik secara ekonomi sangat jauh Iebih
murah dibandingkan dengan metode penggulangan banjir konvensional. Apalagi
jika dihitung dampak positif konsep Eko-hidraulik dalam meningkatkan kualitas
lingkungan dan suatainabilitas hasil pembangunannya.
E.4.8
ekologi
sekaligus
Meandering
sungai
meningkatkan
dapat
retensi
hidraulis
dikembalikan
dengan
sungai
dan
menginisiasi
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 58
Apresiasi Inovasi
Jakarta
dan
Semarang,
dapat
direnaturalisasi
dengan
memperlebar
bantaran sungai di bagian hulu. Pelebaran sungai ini akan berfungsi sebagai kolam
retensi hulu ketika terjadi banjir, sehingga banjir ditahan di hulu dan dilepaskan
secara perlahan ke hilir.
Cara analisis Eko-hidraulis diatas kedepan menjadi salah satu analisis yang
paling komprehensif, yang akan dipakai pada setiap penyelesaian masalah keairan.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 59
Apresiasi Inovasi
E.5.
INTERPRETASI
FOTO
UDARA
DALAMSALURAN DRAINASE
Perencanaan pengaman terhadap banjir disebut juga perencanaan pengendalian
banjir yang akan digunakan sebagai landasan yang penting dalam menetapkan
berbagai
pekerjaan
sipil
yang
harus
dilaksanakan
dalam
rangka
usaha
2.
Pekerjaan non-sipil
Pekerjaan sipil adalah usaha pencegahan bahaya banjir dengan suatu sistem
pengamanan banjir yang terdiri dari tanggul, normalisasi alur sungai termasuk
sudetan dan lain-lain dan dengan suatu sistem pengendalian banjir yang terdiri
dari retarding basin, waduk pengendalian banjir dan lain-lain. Kadang-kadang
kedua sistem tersebut digabung menjadi satu kesatuan. Sebaliknya pekerjaan nonsipil adalah usaha pencegahan banjir dengan pengaturan-pengaturan yang
dilandasi undang-undang, guna mengurangi tingkat kerugian yang mungkin
terjadi, apabila terjadi banjir, antara lain pengaturan penggunaan tanah di daerah
bantaran sungai, mendirikan bangunan yang tahan terhadap genangan air,
asuransi banjir dan kegiatan pengamanan terhadap kemungkinan adanya bencana
banjir.
Proses verifikasi sebagai tindak lanjut suatu pengaduan dugaan kondisi lingkungan
adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemeriksaan kebenaran pengaduan dan
sejumlah penelitian yang bersifat teknis.
Jenis informasi yang dapat diperoleh dari foto udara yakni :
Informasi kualitatif, antara lain yang berkaitan dengan obyek apa yang ada
di bawah, bagaimana bentuknya, apa warnanya dan apa kegunaannya.
Dari butir verifikasi aspek lingkungan di atas beberapa diantaranya dapat dikaitkan
dengan pemanfaatan foto udara, fotogrametri dan inderaja, baik secara langsung
maupun sebagai alat bantu dari kegiatan forensik lingkungan lainnya. Penelitian
sumber banjir, tingkat pencemaran/ perusakan lingkungan, jenis dan besar
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 60
Apresiasi Inovasi
kerugian, antara lain dapat dikaitkan dengan lokasi geografi (X,Y), jarak, batas
(Xi,Yi), volume, luas, volume, pola drainase. dlsb.
E - 61
Apresiasi Inovasi
dahulu antara lain melalui proses fotogrametri harus dilakukan. Hal-hal di
atas sebenarnya dapat diatasi sejauh peneliti dibekali dengan pengetahuan
yang cukup tentang karakteristik dan proses untuk mendapatkan informasi
yang handal serta relevan dari suatu foto udara.
Skala dan Resolusi.
Skala adalah perbandingan antara ukuran obyek di foto atau peta dengan
ukurannya di tanah. Skala 1 : 1000 artinya satu sentimeter di peta atau
foto sama dengan 1000 cm di tanah atau 10 meter. Untuk interpretasi foto
biasanya digunakan foto perbesaran atau enlarged photo. Pada skala foto
perbesaran inilah interpreter foto mencoba mengenali obyek/ fenomena.
Pada citra fotografis, kemampuan perbesaran foto tergantung dari ukuran
butiran perak bromida film negatif yang digunakan. Sedang pada citra
digital tergantung dari jumlah dan ukuran cell CCD (coupled charged
device) atau pixel (picture element) dari kamera digital yang digunakan.
Ukuran pixel pada CCD hanya beberapa micron saja.
pengenalan
obyek/
fenomena
interpretasi
foto
menggunakan
E - 62
Apresiasi Inovasi
1. Derajat kehitaman (tone) dan warna (color), merupakan elemen
dasar yang paling utama dan yang secara langsung digunakan.
2. Ukuran (size), merupakan elemen dasar yang banyak digunakan dalam
membedakan dua jenis obyek dengan kenampakan yang sama, namun
jenis yang berbeda.
3. Bentuk (shape), bentuk juga merupakan elemen dasar utama dalam
pengenalan obyek.
4. Tinggi (height), tinggi merupakan informasi yang tidak kalah pentingnya
setelah tone. Untuk membedakan dua obyek kadang kala dibutuhkan
informasi tinggi bila kunci lainnya kurang pasti.
5. Bayangan (shadow), untuk mengenali jenis suatu obyek dari foto
khususnya sekitar titik utama kadang perlu dibantuan bayangan spesifik
dari obyek tersebut.
6. Derajat kehalusan (texture), kadang diperlukan dalam membedakan
berbagai jenis kebun dengan melihat derajat kehalusan dari kenampakan
pohon-pohon dari kebun tersebut.
7. Pola (pattern), sebagai mana dengan derajat kehalusan, pengenalan
jenis kumpulan obyek dalam suatu area dapat pula dilihat dari polanya.
8. Tempat (site), kunci ini biasanya dikombinasikan dengan penggunaan
kinci lain. Obyek dapat dikenali dari tempat atau lokasinya.
9. Keterkaitan (association), pengenalan obyek dapat pula dikenali dari
keterkaitannya dengan unsur atau fenomena tertentu.
E.5.3 Fotogrametri
Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan
teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu
obyek
fisik
dan
keadaan
disekitarnya
melalui
proses
perekaman,
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 63
Apresiasi Inovasi
Produk-produk informasi yang dapat diperoleh dari foto udara melalui
proses fotogrametri antara lain :
E.5.3.1
Ploting
dilakukan
dengan
menggunakan
sistem
softcopy
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 64
Apresiasi Inovasi
E.5.3.2
Digital terrain model adalah suatu bentuk model permukaan bumi dalam
data digital berupa grid-grid (beraturan, tidak beraturan), diaman setiap
titik grid mempunyai data posisi dan ketinggian (x,y,z). Data DTM ini
diperlukan untuk proses pembuatan peta orthophoto. Data DTM diperoleh
dari hasil digitasi kontur dan sample DTM berupa titik-titik spot height
dengan kerapatan yang mencukupi sesuai dengan bentuk permukaan /
topografi. Data ini kemudian diolah dan dibentuk menjadi grid-grid dengan
ukuran grid yang cukup baik.
E.5.3.3
Orthopoto
Orthophoto
adalah
bentuk
penyajian
gambar
obyek
pada
posisi
E.5.3.4
Mozaiking
E - 65
Apresiasi Inovasi
E.5.3.5
Adalah suatu proses untuk menyajikan peta dalam format yang baku,
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Pada proses ini, data-data hasil
survey lapangan (toponimi) dimasukan pada peta dalam bentuk simbol
atau text. Pada setiap peta juga diberikan informasi-informasi peta berupa
legenda,informasi skala, arah utara, informasi tepi dan informasi yang
berkaitan dengan pemberi pekerjaan. Sebagai hasil akhir dari proses
kartografi adalah peta (baik peta garis maupun peta foto).
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 66
Apresiasi Inovasi
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 67
Apresiasi Inovasi
E - 68
Apresiasi Inovasi
E.6.
HIDROLOGI
dari
atmosfir
jika
tidak
ditangkap
oleh
vegetasi
atau
oleh
banjir
tidak
hanya aliran
sedangkan untuk
permukaan,
tetapi
limpasan
yang
tertunda
pada
cekungan-cekungan,
dan
aliran
bahwa
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 69
Apresiasi Inovasi
E.6.1.1
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 70
Apresiasi Inovasi
3) Tata guna lahan
Mulai
Pembacaan Data:
Daerah, JStasiun, JTahun,
Stasiun, Lintang, Bujur, Data
Hujan
Penulisan hasi:
data hujan yang
dilengkapi
Proses perhitungan
jumlah data kosong
Pembacaan Data:
Bobot wilayah
polygon Thiessen
Penulisan Hasil:
persentase data kosong
tiap stasiun
Proses perhitungan
hujan wilayah
Proses perhitungan
jarak antar stasiun
Penulisan hasil:
hujan wilayah
Penulisan hasil:
jarak antar stasiun
Yes
Hitung hujan
wilayah lagi?
Proses sortir:
jarak terdekat thd 3 stasiun yang
mempunyai data
No
Analisis Homogenitas
Selesai
E.6.1.2
E - 71
Apresiasi Inovasi
DAS dengan ukuran kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al., 1986).
Karena model ini merupakan model kotak hitam, akan tidak dapat
menerangkan hubungan curah hujan dan aliran permukaan dalam bentuk
hidrograf. Persamaan matematik metode Rasional dinyatakan dalam bentuk
Qp = 0,002778 CIA
(1)
E - 72
Apresiasi Inovasi
Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan
yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran
DAS (titik kontrol) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil
terpenuhi. Dalam hal ini diasumsikan bahwa jika durasi hujan sama dengan
waktu konsentrasi, maka setiap bagian DAS secara serentak telah
menyumbangkan aliran terhadap titik kontrol. Salah satu metode untuk
memperkirakan waktu konsentrasi adalah rumus yang dikembangkan oleh
Kirpich (1940), yang dapat ditulis sebagai berikut :
0,87xL2
tc
1000xS
0.385
(2)
(3)
dimana
2
n
x3,28xLx
menit
3
S
to =
(4)
dan
td =
Ls
menit
60V
(5)
dimana
n
= kemiringan lahan,
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 73
Ls
Apresiasi Inovasi
= panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (m),
Selain rumus Kirpich, ada beberapa rumus waktu konsentrasi yang lain
yang telah dikembangkan, sebagaimana tercantum dalam Tabel E.2.
Tabel E. 2 Rumus-rumus waktu konsentrasi.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 74
Apresiasi Inovasi
Koefisien C
gabungan
Luas DAS
A
Kemiringan muka
tanah
waktu limpas
permukaan to
Kecepatan di
dalam saluran
diperkirakan
Debit
Q = Cs.Cf.C.A.I
waktu limpas
saluran td
waktu konsentrasi
tc = to + td
Kurva Intensitas
hujan
Intensitas hujan I
Koef. retensi
Cs
Koef. frekuensi Cf
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 75
Apresiasi Inovasi
Analisis hidrograf yang digunakan menggunakan cara Nakayasu, dengan
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Qp
C A Ro
Dimana :
3,6 ( 0,3Tp T0 ,3 )
Qp
Ro
Tp
T0,3
1.
= waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30 % dari debit puncak (jam)
Bagian lengkung naik (rising limb ) hidrograf satuan mempunyai persamaan :
t
Qa Qp
T
p
2.
2, 4
Dimana :
Qa =
Waktu (jam)
>0,3 Qp
t Tp
Qd Qp* 0.3
T0 , 3
t Tp 0 , 5 T0 , 3
Qd Qp * 0,3
1, 5 T0 , 3
t Tp 1, 5 T0 , 3
Qd Qp * 0.3
2 T0 , 3
tg = 0,21 L0,7
b. L > 15 km
tg
tr
T 0,3
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 76
Apresiasi Inovasi
Dengan besarnya =
4.
untuk bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat
= 15
untuk bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat
=3
Panjang sungai
Koefisien pengaliran
Parameter
1 L (panjang sungai)
15
km
0.952
5
jam
3 Tg (time lag)
1.27
2.03
5 a (parameter hidrograf)
jam
6 T0,3
2.54
7 F (luas DAS)
39.3
km2
mm
3.47 m3/dt/mm
0.45
11 Qp
1.56 m3/dt/mm
I Tp
2.03
jam
II Tp + T0,3
4.57
jam
9.65
jam
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 77
Apresiasi Inovasi
E.7.
memberikan
gambaran
produk
yang
ingin
diwujudkan,
dengan
memperhatikan :
Ketentuan teknis
dalam
penyadapannya,
pelestarian
lingkungan
dan
menjamin
kelancaran serta keamanan lalu-lintas sungai. Jadi tujuan utama dari perencanaan
persungaian ini adalah pengamanan terhadap banjir, pengendalian alur sungai,
dengan memperhatikan peranan sungai sebagai sumber air untuk berbagai
kebutuhan, pelestarian lingkungan dan kelancaran serta keamanan lalu-lintas
sungai.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 78
Apresiasi Inovasi
Perencanaan pengaman terhadap banjir disebut juga perencanaan pengendalian
banjir yang akan digunakan sebagai landasan yang penting dalam menetapkan
berbagai pekerjaan sipil yang harus dilaksanakan dalam rangka usaha pengamanan
banjir secara umum dapat dibagi menjadi :
3.
4.
Pekerjaan non-sipil
Pekerjaan sipil adalah usaha pencegahan bahaya banjir dengan suatu sistem
pengamanan banjir yang terdiri dari tanggul, normalisasi alur sungai termasuk
sudetan dan lain-lain dan dengan suatu sistem pengendalian banjir yang terdiri dari
retarding basin, waduk pengendalian banjir dan lain-lain. Kadang-kadang kedua
sistem tersebut digabung menjadi satu kesatuan. Sebaliknya pekerjaan non-sipil
adalah usaha pencegahan banjir dengan pengaturan-pengaturan yang dilandasi
undang-undang, guna mengurangi tingkat kerugian yang mungkin terjadi, apabila
terjadi banjir, antara lain pengaturan penggunaan tanah di daerah bantaran sungai,
mendirikan bangunan yang tahan terhadap genangan air, asuransi banjir dan
kegiatan pengamanan terhadap kemungkinan adanya bencana banjir.
Pekerjaan sipil sepenuhnya akan mampu menjamin pencegahan bencana banjir
pada tingkat dibawah debit banjir rencananya, akan tetapi tidak akan mampu
mencegah banjir besar yang melampaui debit banjir rencana tersebut, yang
menyebabkan rusaknya sistem pengamanan dan pengendalian banjir dan terjadilah
banjir yang biasanya cukup besar.
Sebaliknya pekerjaan non-sipil adalah usaha-usaha guna mengurangi kerusakan
sampai pada tingkat yang minimum dengan mengarahkan genangan-genangan
pada daerah-daerah yang tidak penting, mengadakan usaha-usaha pemberitahuan
dini
dan
mencegah
terjadinya
tanah
longsor.
Yang
dimaksudkan
dengan
E - 79
Rekayasa
pembangunan
pada
dasarnya
merupakan
suatu
Apresiasi Inovasi
kegiatan yang
berdasarkan analisis dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan
tertentu dengan hasil seoptimal mungkin. Secara garis besar, aspek-aspek umum
yang berkaitan dengan rekayasa pembangunan dapat dikelompokkan menjadi
empat tahapan, yaitu:
Di
1.
Tahapan Studi
2.
Tahapan Perencanaan
3.
Tahapan Pelaksanaan
4.
dalam
keempat
tahapan
tersebut
ada
berbagai
macam
aktivitas
yang
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 80
Apresiasi Inovasi
Ide atau Sasaran/Tujuan yang Akan Dicapai
Kaji Ulang
Layak
Tidak
Ya
Tahap Studi
Kelayakan
Berhenti
Studi Kelayakan
Analisa Teknis
Analisa Ekonomi
Analisa Sosial
Analisa Lingkungan (AMDAL)
Kaji Ulang
Layak
Ya
Tidak
Berhenti
Seleksi Perancangan
Tahap
Detail Desain
Detail Desain
Tahap
Konstruksi
Pelaksanaan Fisik
Tahap O & P
E - 81
MANAJEMEN
PROYEK
DISKUSI LAPORAN
SEMENTARA
TAHAP ANALISIS
DISKUSI LAPORAN
FINAL
Survey Topografi
LAPORAN SEMENTARA
TAHAP PENGUMPULAN
DATA
LAPORAN FINAL
PERSIAPAN
DISKUSI LAPORAN
PENDAHULUAN
TAHAP
PERSIAPAN
MULAI
LAPORAN
PENDAHULUAN
Apresiasi Inovasi
- Perhitungan Hidraulik
- Perhitungan Struktur Saluran
- Penggambaran
`
Rekomendasi Beberapa Alternatif
dan Alternatif terpilih
TAHAP REKOMENDASI
E - 82
Apresiasi Inovasi
(1) Umum
(a) Topografi
(b) Iklim
(c) Hidrologi
(d) Daerah Genangan
(e) Tata guna lahan dan rencana pengembangan masa mendatang dan
(f) Sistem drainase yang ada
(2) Topografi
(a) Lokasi sistem drainase
(b) Elevasi permukaan tanah
(c) Batas-batas administrasi
(3) Iklim dan Hidrologi
(a) Data aliran
(b) Data hujan
(c) Data sedimen dan kualitas air
(d) Data pasang surut
(4) Genangan banjir
(a) Tinggi muka air maksimum dan kedalaman genangan
(b) Luas dan persebaran daerah genangan
(c) Lamanya genangan
(d) Sumber air dan arah aliran air
(e) Frekuensi terjadinya genangan
(f) Penyebab terjadinya genangan
Tabel E. 4 Jenis peta untuk perencanaan drainase.
E - 83
Apresiasi Inovasi
sistem drainase
perkotaan
perlu
memperhatikan
hal-hal
sebagai berikut :
(a) Target rencana perbaikan untuk saluran induk dan fasilitasnya, saluran
induk menggunakan debit rencana dengan kala ulang 5 sampai 25
tahunan, sedangkan saluran tersier dengan periode ulang 2 tahunan.
(b) Pekerjaan perbaikan harus memenuhi persyaratan teknis dan praktis.
(c) Operasi, pemeliharaan, dan pengolahan harus mudah.
(d) Fasilitas dan sistem drainase yang telah ada harus diusahakan sebanyak
mungkin dapat dimanfaatkan.
(e) Komponen infrastruktur lainnya yang sudah ada untuk menghindari
perusakan yang tidak disengaja.
(f) Pembebasan lahan dan relokasi sedapat mungkin dihindari.
(g) Di daerah-daerah yang tidak memungkinkan digunakan sistem gravitasi
penuh, perlu dilengkapi dengan pintu klep dan/atau stasiun pompa pada
keluaran (outlet)nya.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 84
Apresiasi Inovasi
Langkah pertama yang perlu diperhatikan adalah mengetahui secara pasti
dan rinci penyebab terjadinya genangan. Berdasarkan data kondisi saat ini
dan data genangan, dapat disusun usaha-usaha perbaikan drainase yang
memungkinkan yang dapat dipilih dari beberapa alternatif berikut :
(a) Penurunan debit dengan pembuatan resapan air dan daerah simpanan
(retention area) di daerah hulu dan tengah.
(b) Pembuatan saluran tambahan untuk mengurangi daerah tangkapan.
(c) Perbaikan dan/atau normalisasi saluran drainase.
(d) Pembuatan pintu klep untuk mengatasi air tinggi di saluran induk.
(e) Pengurangan daerah-daerah rendah.
(f) Pembuatan stasiun pompa dan kolam penampungan.
E - 85
Apresiasi Inovasi
Komponen Biaya (cost) terdiri dari :
(1) Biaya konstruksi (C1), diperoleh berdasarkan hasil estimasi akhir.
(2) Biaya engineering (C2), meliputi biaya studi dan perencanaan
(3) Biaya pembebasan lahan dan pemindahan dan permukiman kembali
penduruk (land acquisition and resettlement cost, C3).
(4) Biaya yang diperlukan untuk pembayaran pajak-pajak (C4), sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
(5) Biaya yang telah lalu (sunk cost, C5)
(6) Biaya operasi dan pemeliharaan (operation and maintenance cost, O&P
atau O&M, C6)
(7) Biaya penggantian (replacement, C7)
(8) Biaya Administrasi Proyek (C8)
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 86
Apresiasi Inovasi
(5) Luas genangan banjir pada saat ini (present), saat mendatang tanpa
proyek (future without project) dan saat mendatang dengan proyek
(future with project).
(6) Perkiraan manfaat ekonomi (tangible dan intangible benefits), termasuk
kerugian akibat genangan banjir pada saat ini (present), saat mendatang
tanpa proyek (future without project) dan saat mendatang dengan
proyek (future with project).
(7) Susunan economic cashflow, kemudian hitung nilai EIRR.
(8) Analisis sensitivitas.
6) Analisis Sensitivitas
Beberapa kondisi yang dapat dilakukan dalam analisis sensitivitas proyek
drainase antara lain : Terjadi kenaikan biaya sebesar 10% dari yang
diperkirakan.
(1) Terjadi penurunan keuntungan sebesar 10% dari keuntungan yang
diperkirakan.
(2) Terjadi kenaikan biaya sebesar 10% dari yang diperkirakan.
(3) Tertundanya penyelesaian proyek, misalnya akibat berlarut-larutnya
pembebasan lahan.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 87
Apresiasi Inovasi
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 88
Apresiasi Inovasi
misi,
tujuan,
didasarkan
pada
objektif
rencana
dan
ini
rencana
dan
kerja.
evaluasi
Fungsi
dilakukan
akuntabilitas
pada
tingkat
itu
lembaga
ini
juga
bertanggungjawab
terhadap
E - 89
Apresiasi Inovasi
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 90
Apresiasi Inovasi
4) Pemindahan banjir
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 91
Apresiasi Inovasi
E.8.
mengetahui
kondisi
hidrografi
lapangan.
Konsultan
akan
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 92
Apresiasi Inovasi
o
Metodologi Pelaksanaan
1.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 93
Apresiasi Inovasi
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 94
Apresiasi Inovasi
Pengukuran kecepatan aliran
2.
Sebelum mulai mengukur aliran sungai terlebih dahulu harus dipilih lokasi sekitar
pos duga yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a.
Palung sungai harus sedapat mungkin lurus dengan arah arus kecepatan
sejajar satu dengan yang lain.
a.
air
dan
bangunan
air
yang
menyebabkan
jalur
Kegiatan ini terus berulang untuk setiap jalur garis vertikal pada seluruh
penampang melintang.
basah
diperoleh
dengan
membagi
besar
aliran
seluruh
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 95
Apresiasi Inovasi
3.
4.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 96
Diketahui
Apresiasi Inovasi
: Hasil pengukuran kecepatan arus permukaan suatu sungai pada
K dan m
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 97
Apresiasi Inovasi
Di ketahui
Penyelesaian
(2) Pada pusat luasan 2 meter ini, celupkan kincir Curent meter, pada dua titik,
berarti kincir ditempatkan pada kedalam, masing-masing 0,2 d dan 0.8 d dari
dasar sungai, dimana dalam airnya dinyatakan dengan d.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 98
Apresiasi Inovasi
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 99
Apresiasi Inovasi
V
V
S0 L + yu + u = yd + d + Sf L
2g
2g
2
Vu
= Eu = Spesifik enersi
2g
S0 L + Eu = Ed + Sf L L =
Dimana :
E d Eu
S0 S f
Eu
S0
Sf
Sf =
n2 v 2
R4 /3
Dimana :
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 100
Apresiasi Inovasi
V = kecepatan aliran (m/detik)
R = Radius Hidrolik = A/P (m)
A = Luas basah (m2)
P = Keliling basah (m)
Apabila besarnya Sf antara tampang hulu hilir tidaklah sama, maka dipakai harga
rata-ratanya.
Contoh
Diketahui
: Bagian sungai yang telah diberi pasangan batu kali, telah diukur
dengan Waterpas
E.72.
Ditanyakan
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 101
Apresiasi Inovasi
Buatlah format yang bisa dipakai ulang dan di copy berkali-kali sebagai berikut :
Kolom 1
: Nomor urut
Kolom 2 dan 3
Kolom 4,5,dan 6 : Ukuran saluran, berupa lebar dasar sungai (kolom 4), lebar atas
sungai (kolom 5), kedalaman sungai (kolom 6)
Kolom 7 dan 8
: Tuliskan trial debit, lihat kolom 20, apakah jarak hulu hilir
sudah sama dengan jarak terukur, dan hentikan tiral.
Kolom 14,15, dan 16 : Menghitung besarnya Sf untuk tiap tampang dengan rumus :
Sf = (Q2 n2)/A2R4/3
Kolom 15 menyimpulkan rata-rata dari kolom 13 dan 14.
Kolom 17,18 dan 19 : Menghitung Enersi Spesifik
E = h + V2/2g
Kolom 15 menyimpulkan rata-rata dari kolom 13 dan 14
Kolom 20
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 102
Apresiasi Inovasi
hitungan
trial
dengan
spread-sheet
pertama
sebesar
12.0
m3/detik,
menghasilkan jarak hulu hilir 48,56 m, padahal jarak terukur adalah 50,45 m. Maka
dilanjutkan dengan trial kedua, dan seterusnya. Hasil akhir adalah debit sebesar
13,07 m3/detik, yang menghasilkan jarak hulu-hilir 50,45 meter.
Kesimpulan : debit sungai pada saat pengukuran adalah 13,07 m3/detik
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 103
Apresiasi Inovasi
-
Metodologi Pelaksanaan
Metode yang digunakan adalah :
-
Data ketinggian muka air berupa elevasi banjir, normal dan minimal
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 104
Apresiasi Inovasi
E.9.
mendekati
keadaan
nyata
dilapangan.
Keluaran
(output)
yang
diharapkan adalah hasil simulasi kondisi nyata (existing) dan desain dalam
kala ulang tertentu. Elevasi muka air, kecepatan aliran dan kondisi pasang
surut dapat dimodelkan dalam hitungan pemodelan keadaan langgeng
(steady) dan tidak langgeng (dinamis-berubah terhadap waktu).
Modul yang akan digunakan dalam pekerjaan ini adalah HEC-RAS untuk
sungai. HEC-RAS 3.1.3 adalah modul yang dapat memodelkan kondisi
sungai dengan segala perubahan elevasi muka air, kecepatan dan beberapa
elemen hidraulis lainnya.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 105
Pemodelan
a. Kondisi Batas
Kondisi batas hulu debit masukan hasil analisa hidrologi sesuai dengan
catchment/ daerah tangkapan yang dimiliki sungai dalam proyek. Gambar
E.80 berikut ini merupakan contoh debit masukan yang akan menjadi
kondisi batas hulu.
Usulan Teknis
DED Pengendalian Banjir Kr. Tadu Kabupaten Nagan Raya
E - 106
Apresiasi Inovasi
Analisa banjir adalah analisa luapan air dibandingkan dengan kondisi elevasi
daratan dengan kala ulang tertentu. Luapan air ini bisa menggenangi
pemukiman atau fasilitas umum lainnya.
b. Skema Model
Pemodelan suatu sungai dengan menggunakan Hec-Ras mengikuti alur
existing sungai dengan data potongan melintang sebagai masukan dalam
model. Gambar.. contoh skema model
Tripa-1
Tripa-2
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 107
Apresiasi Inovasi
Gambar E.83 berikut ini contoh dari kalibrasi model menggunakan Hec-Ras.
Berdasar informasi yang diterima dari masyarakat dan hasil survey dapat
diketahui lokasi banjir dan kedalaman genangan banjir. Simulasi model
disesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan (existing). Lokasi yang
dilingkari merupakan daerah yang banjir hampir setiap tahun dengan
ketinggian genangan 0.3-0.5 m.
Tripa
a.
.08
12/29/2006
C57
.045
.08
Legend
WS Max WS
Bank Sta
-1
Tripa-2
-2
-3
-300
-200
-100
100
200
Station (m)
Tripa
12/29/2006
Tripa Tripa-2
10
Legend
WS Max WS
Ground
ROB
LOB
Elevation (m)
Elevation (m)
Ground
-2
-4
-6
-8
5000
10000
15000
20000
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 108
Apresiasi Inovasi
d. Hasil Keluaran Model
Output model Hec-Ras dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk seperti
tabel,
potongan
merupakan
memanjang
salah
satu
maupun
contoh
melintang.
persperktif
Gambar
keluaran
berikut
model
ini
yang
Plan: ex-25yrs-r1
12/29/2006
Legend
WS Max WS
Ground
Bank Sta
Ground
Tripa-1
Tripa-2
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 109
Apresiasi Inovasi
Analisa Penurunan
Penurunan (settlement) dapat didefinisikan sebagai pergerakan vertikal
dasar suatu struktur yang dipengaruhi penambahan beban atau lainnya.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan, biasanya akibat
penambahan beban pada tanah sekitarnya, penimbunan, penurunan muka
air tanah, getaran, berat konstruksi. Besarnya penurunan dapat dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut:
S
Si + Sc + SS
di mana:
Si
Sc
=
=
Sc
Harga Si jauh lebih kecil daripada harga SC dan waktu yang diperlukan juga
lebih kecil daripada waktu SC. Sedangkan SS merupakan tahapan kedua
sesudah selesainya penurunan pertama, waktu yang diperlukan S S sangat
lama dan harga penurunannya juga kecil.
a.
Si
B. q o
1 2 . I S
ES
di mana
IS
qo
ES
=
=
=
L
B
=
=
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 110
Apresiasi Inovasi
Besaran-besaran yang dapat digunakan untuk analisa penurunan
segera dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
Penurunan
Akibat
Konsolidasi
Pertama
(Primary
Consolidation
Settlement)
Penurunan konsolidasi pertama adalah penurunan yang disebabkan
pemampatan oleh daya mampat lapisan tanah yang di bawah.
Besarnya penurunan (SC) dalam cm, ditentukan dengan rumus:
SC = mV.P.H
di mana H = tebal tanah (m), atau
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 111
Apresiasi Inovasi
SC
P P
CC . H
xlog o
1 e o
Po
b.
Penurunan
Akibat
Konsolidasi
Kedua
(Secondary
Consolidation
Settlement)
Besarnya penurunan kedua dapat ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut:
t
tp
SS C H ts log
di mana
Hts
Ht
SC
t
tp
C
=
=
=
=
=
=
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 112
Apresiasi Inovasi
r sin n
r
bn
C
B
1
r
n
Wn
Untuk
Tn
Pn
Tn+1
Wn
Pn+1
n
Tr
Nr
R=W n
Ln
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 113
Apresiasi Inovasi
Tinjauan keseimbangan,
N r Wn . cos n
Gaya geser penahan dapat diekspresikan sebagai:
Tr d .(( n )
f . ( n ) c tan . L n
FS
FS
Nr
W . cos n
n
L n
L n
Untuk keseimbangan ABC, momen terhadap titik O harus sama dengan
momen penahan terhadap titik O.
n p
. sin n
n 1
n p
n 1
Wn . cos n
tan . L n . r , atau dapat dinyatakan
L n
dalam Fs
n p
FS
c . L
n 1
Wn . cos n . tan
n p
. sin n
n 1
beban
struktur
menyatakan
tahanan
geser
yang
terletak
tanah
untuk
di
atasnya.
melawan
Daya
penurunan
dukung
akibat
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 114
Apresiasi Inovasi
1
q u c. NC q . Nq .B. N
2
di mana:
c
q
B
=
=
=
=
kohesi tanah
berat volume tanah
tekanan pada dasar pondasi
lebar pondasi
Penentuan daya dukung tanah yang diijinkan untuk desain didasari atas
besarnya angka keamanan (FS) yang nilainya sekitar 3 (FSijin = 3). Besarnya
daya dukung tanah untuk suatu struktur yang ada di atasnya dapat
diperoleh menurut persamaan berikut.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 115
Apresiasi Inovasi
FS
qu
FSijin 3
di mana:
qu
Pi
=
=
Fr
F
FSgeser
FSijin 1,5
di mana:
Fri
Fi
=
=
menahan
beban-beban
yang
bekerja
pada
struktur
tersebut.
FSgeser
Mr
M
FSijin 2,0
di mana:
Mri
Mi
=
=
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 116
Apresiasi Inovasi
E.10.
Karena
pantai
merupakan
benda
asing
yang
akan
merubah
E.11.
Sebagai landasan dalam pelaksanaan kegiatan pekerjaan SID Pantai dan Muara
Krueng Seumayam. diKabupaten Nagan Raya, maka metodologi pendekatan
pelaksanaan kegiatan tersebut diatas pada usulan teknis ini, kami terapkan Sistem
Jaminan Mutu ISO - 9000 dalam rangka
upaya pembenahan
manajemen yang
Pengendalian
produk
jasa
merupakan
upaya
untuk
mencegah
terjadinya
kegagalan, maka untuk itu kami tempuh langkah - langkah antara lain :
Mengidentifikasi
dan
mencatat
masalah
yang
mempengaruhi
mutu
ditetapkan;
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 117
Apresiasi Inovasi
Melakukan pengendalian tindak lanjut sampai ketidak sesuaian terkoreksi.
Penerapan
Sistem
Jaminan
Mutu
pada
kegiatan
pekerjaan
Detail
Design
Penanggulangan Banjir dan Abrasi Pantai, kami akan selalu memperhatikan hal-hal
sebgai berikut :
Menuntut komitmen yang tinggi dan tanggung jawab yang besar dari
manajemen mutu.
Konsitensi penerapan.
Selanjutnya
E - 118
Apresiasi Inovasi
perusahaan yang mantap dan memahami terhadap Sistem Jaminan Mutu selain
pengalaman yang cukup handal dari Tim yang akan melaksanakan kegiatan.
Pemenuhan terhadap standar baku / prosedur yang ditetapkan dalam pengamatan,
penelitian dan analisa seperti analisa hidrologi, survey pengukuran dst. Selanjutnya
pada sistem mutu ini adanya pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan, serta
adanya rencana / program kegiatan sesuai dengan tahapan kegiatan yang rinci dan
jelas seperti yang tersusun pada bagan alir pekerjaan.
Pengendalian dokumen / rekaman mutu dari setiap kegiatan merupakan bagian dari
penerapan Sistem Jaminan Mutu, yang berguna sebagai dokumen pelaksanaan.
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 119
Apresiasi Inovasi
E.1.
PENDAHULUAN.........................................................................................................................1
E.2.
BANJIR............................................................................................................................................1
E.2.1
E.2.2
E.2.3
E.2.4
E.3.
KONSEP DRAINASE.................................................................................................................21
E.3.1
E.3.2
E.3.3
E.3.4
E.3.5
E.3.6
E.3.7
Pemeliharaan Kebersihan..........................................................................................31
E.3.8
E.4.
E.4.3
E.4.4
E.4.5
E.4.6
Management).................................................................................................................................51
E.4.7
E.4.8
E.5.
DALAMSALURAN DRAINASE...........................................................................................................59
E.5.1
Foto Udara.......................................................................................................................60
E.5.2
E.5.3
Fotogrametri...................................................................................................................62
E.6.
HIDROLOGI...............................................................................................................................68
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 120
E.6.1
E.7.
Apresiasi Inovasi
Limpasan (Runoff)........................................................................................................68
E.7.1
Aspek Teknis...................................................................................................................81
E.7.2
E.7.3
E.7.4
E.7.5
Aspek Kelembagaan....................................................................................................88
E.7.6
Aspek Lingkungan........................................................................................................89
E.8.
E.8.1
Survei Hidrometri..........................................................................................................91
E.8.2
E.9.
E.9.1
E.9.2
E.10.
E.11.
GAMBAR E. 3 PENGARUH URBANISASI PADA DAERAH TANGKAPAN AIR TERHADAP LAJU LIMPASAN............3
GAMBAR E. 4 PROSES PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR YANG KURANG MELIBATKAN MASYARAKAT..........4
GAMBAR E. 5 PROSES PEMBANGUNAN YANG MELIBATKAN MASYARAKAT SEJAK AWAL, SEHINGGA
HASILNYA DITERIMA OLEH MASYARAKAT..............................................................................................4
E - 121
Apresiasi Inovasi
GAMBAR E. 16 ILUSTRASI SALURAN IRIGASI DAN DRAINASE......................................................................13
GAMBAR E. 17 SAWAH DIURUG UNTUK PERUMAHAN..................................................................................14
GAMBAR E. 18 PILIH MUARA SEJAUH MUNGKIN KE HILIR SUNGAI..............................................................15
GAMBAR E. 19 PILIH MUARA DIHILIR BENDUNG BENDUNG IRIGASI............................................................15
GAMBAR E. 20 PILIH MUARA DIHILIR BENDUNG BENDUNG IRIGASI............................................................16
GAMBAR E. 21 BERMUARA KESUNGAI YANG RENDAH PEIL BANJIRNYA......................................................17
GAMBAR E. 22 SISTEM INFRASTURKTUR PERKOTAAN (GRIGG, 1996).........................................................20
GAMBAR E. 23 SISTEM AIR BERSIH (GRIGG, 1996).....................................................................................21
GAMBAR E. 24 SISTEM MANAJEMEN AIR LIMBAH (GRIGG, 1996)...............................................................21
GAMBAR E. 25 KONSEP KONVENSIONAL DAN ECO-DRAINAGE...................................................................22
GAMBAR E. 26 ILUSTRASI IDEAL PENANGGULANGAN BANJIR DENGAN KONSEP EKOHIDROLIK.................22
GAMBAR E. 27 ILUSTRASI ALUR AIR HUJAN DI RUMAH...............................................................................25
GAMBAR E. 28 ILUSTRASI KOLAM TAMAN DI KOMPLEKS PERUMAHAN.......................................................27
GAMBAR E. 29 PENGURANGAN DEBIT PUNCAK DENGAN KOLAM TANDON (TAMPUNGAN SEMENTARA).....27
GAMBAR E. 30 URUTAN MENU DAN KENDALA PENANGAN BANJIR...........................................................28
GAMBAR E. 31
GAMBAR E. 32 INTEGRALISTIK
KOMPONEN EKOLOGI-HIDRAULIK
(TALUD
(PROFIT
SUNGAI)...........................33
(ATAS)
(TALUD
GAMBAR E. 34 DRAINASI
KONVENSIONAL
GAMBAR E. 35 DRAINASI
(BAWAH)...38
(KOLAM
GAMBAR E. 36 PENYEBARAN
(A)
DAN RAMAH
GAMBAR E. 37 ILUSTRASI
GAMBAR E. 38 BANJIR
(B)................................40
DI BANTARAN
SUNGAI......................47
(ORPIM)
DAS...........................................................................................................................51
GAMBAR E. 44 ILUSTRASI
(FAO
E - 122
Apresiasi Inovasi
GAMBAR E. 45 ILUSTRASI RENATURALISASI SUNGAI YANG TELAH DIBANGUN...........................................58
GAMBAR E. 46 PETA GARIS DIGITAL............................................................................................................63
GAMBAR E. 47 HASIL MOZAIKING..............................................................................................................65
GAMBAR E. 48 PETA FOTO..........................................................................................................................66
GAMBAR E. 49 METODOLOGI PEMETAAN METODE FOTOGRAMETRIS ...................................................67
GAMBAR E. 50 SIKLUS HIDROLOGI.............................................................................................................68
GAMBAR E. 51 PENGARUH BENTUK DAS PADA ALIRAN PERMUKAAN........................................................69
GAMBAR E. 52 PENGARUH KERAPATAN PARIT/SALURAN PADA HIDROGRAF ALIRAN PERMUKAAN.............69
GAMBAR E. 53 BAGAN ALIR PROSES PENGOLAHAN DATA HUJAN MENJADI HUJAN WILAYAH......................70
GAMBAR E. 54 HUBUNGAN CURAH HUJAN DENGAN ALIRAN PERMUKAAN UNTUK DURASI HUJAN YANG
BERBEDA...............................................................................................................................................71
E - 123
Apresiasi Inovasi
GAMBAR E. 80 SKEMA GAYA YANG BEKERJA PADA ANALISA STABILITAS METODA ELEMEN HINGGA.. 112
Usulan Teknis
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
E - 124