Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara kepulauan yang berada pada koridor ekuator dengan iklim tropis.
Pada daerah ekuator, sebagai poros sinar matahari, memiliki efek dari global warming yang
besar khususnya pada potensi banjir dan kebakaran. Hal tersebut diperparah dengan kondisi
geografis, pada umumnya di Indonesia yang rentan khususnya akan bencana banjir. (Kodoatie
dan Sjarif, 2010).
Kota Kendari merupakan salah satu Kota yang sering terjadi banjir dikarenakan bentuk
lahan yang bergelombang sehingga menyebabkan potensi banjir dan genangan menjadi besar.
Kota Kendari merupakan wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara yang terletak pada ketinggian
yang berkisar antara 0-500 meter di atas permukaan laut. Enam kecamatan di wilayah Kota
Kendari merupakan kawasan yang paling umum terjadi banjir akibat tidak dan berfungsinya
pengaliran air (drainase), salah satunya yaitu di kecamatan baruga. Kecamatan Baruga berada di
sebelah utara Kecamatan Wua-Wua Kecamatan Puuwatu, sebelah selatan Kabupaten Konawe
Selatan, sebelah Timur Kecamatan Kambu kecamatan poasia, sebelah Barat Kabupaten Konawe
Selatan
Sistem drainase adalah rangkaian kegiatan yang membentuk upaya pengaliran air, baik air
permukaan (limpasan), maupun air tanah (underground water) dari suatu daerah atau kawasan.
Sistem drainase merupakan bagian penting pada suatu kawasan perkotaan yang tertata dengan
baik haruslah juga diikuti dengan penataan sistem drainase yang berfungsi untuk mengurangi
atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan sehingga tidak menimbulkan
genangan air yang dapat menganggu aktivitas masyarakat dan bahkan dapat menimbulkan
kerugian sosial ekonomi terutama yang menyangkut aspek-aspek kesehatan lingkungan
permukiman. Drainase memiliki banyak fungsi, diantaranya mengeringkan daerah becek dan
genangan air (Ainal Muttaqin, 2011).

Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai dengan


kebutuhan masing-masing wilayah, maka disusun prioritas pengembangan sistem drainase.
Penentuan daerah prioritas ini disusun berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi yang mengacu ke
SPM, yaitu kepadatan penduduk, tata guna lahan (perdagangan, jasa, maupun permukiman)
(Badan Pusat Statistik, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam tugas
besar Drainase Perkotaan adalah sebagai berikut :
1. Berapa besarkah curah hujan di Kelurahan Punggolaka, Kecamatan puuwatu, Kota
Kendari?
2. Apakah dimensi saluran drainase eksisting dapat menampung seluruh beban aliran
permukaan?
3. Bagaimanakah perencanaan saluran drainase yang efektif untuk sistem drainase di
Kelurahan Punggolaka, Kecamatan puuwatu, Kota Kendari?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari tugas besar Drainase Perkotaan
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui besarnya curah hujan di Kelurahan Punggolaka, Kecamatan puuwatu,
Kota Kendari.
2. Untuk mengetahui dimensi saluran drainase eksisting serta menganalisis kemampuannya
menerima beban aliran permukaan.
3. Untuk mengetahui perencanaan saluran drainase yang efektif untuk sistem drainase di
Kelurahan Punggolaka, Kecamatan puuwatu, Kota Kendari.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Drainase


Menurut Wesli (2008) drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menangani
persoalan kelebihan air baik kelebihan air yang berada di atas permukaan tanah maupun
kelebihan air yang berada di bawah permukaan tanah. Sedangkan menurut Laoh dkk. (2013)
Drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi
kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi suatu
kawasan/lahan, sehingga fungsi suatu kawasan/lahan tidak terganggu.
Sistem drainase perkotaan merupakan salah satu komponen prasarana perkotaan yang
sangat erat kaitannya dengan penataan ruang. Bencana banjir yang sering melanda sebagian
besar wilayah dan kota di Indonesia disebabkan oleh kesemrawutan penataan ruang. Hampir
semua daerah dipastikan mempunyai rencana tata ruang sebagai acuan atau arahan
pengembangan wilayah. Sistem drainase selalu kalah cepat dalam mengikuti perubahan tersebut,
sehingga banjir akan tetap hadir di lingkungan kita.
Menurut Suripin (2004) akar permasalahan banji di perkotaan berawal dari pertambahan
penduduk yang sangat cepat, di atas rata-rata pertumbuhan dari pertambahan penduduk yang
sangat cepat, di atas rata-rata pertumbuhan nasional, akibat urbanisasi, baik migrasi musiman
maupun permanen. Pertumbuhan yang tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana
perkotaan yang memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi acak-acak.
Selain permasalahan di atas, salah satu permasalahan yang selalu timbul setiap tahun pada
musim hujan adalah banjir dan genangan air. Banjir dan genangan air disebabkan oleh fungsi
drainase yang belum tertangani secara menyeluruh, kurangnya kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam memelihara saluran drainase yang ada di sekitarnya menyebabkan
penyumbatan saluran drainase oleh sampah industri maupun sampah rumah tangga.

2.1.1 Sistem Jaringan Drainase


Sistem jaringan drainase merupakan bagian dari infrastruktur pada suatu kawasan, drainase
masuk pada kelompok infrastruktur air pada pengelompokkan infrastruktur wilayah, selain itu
ada kelompok jalan, kelompok sarana transportasi, kelompok pengelolaan limbah, kelompok
bangunan kota, kelompok energi dan kelompok telekomunikasi (Suripin, 2004). Air hujan yang
jatuh di suatu kawasan perlu dialirkan atau dibuang, caranya dengan pembuatan saluran yang
dapat menampung air hujan yang mengalir di permukaan tanah tersebut. Sistem saluran di atas
selanjutnya dialirkan ke sistem yang lebih besar.
Bagian infrastruktur (sistem drainase) dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan
air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau
lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Ditinjau dari hulunya, bangunan sistem
drainase terdiri dari saluran penerima (interseptor drain), saluran pengumpul (colector drain),
saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain) dan badan air penerima
(receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya, seperti gorong-
gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, bangunan terjun, kolam
tando dan stasiun pompa. Pada sistem drainase yang lengkap, sebelum masuk ke badan air
penerima air diolah dahulu pada instalasi pengolah air limbah (IPAL), khususnya untuk sistem
tercampur (Suripin, 2004).

Anda mungkin juga menyukai