Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS EROSI DAN SEDIMENTASI TERHADAP LAPISAN

TANAH SUBUR DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI


KAMPAR RIAU

Shintya Kharnofa
Universitas Riau

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Penelitan

Daerah Aliran Sungai (DAS) Kampar adalah daerah tangkapan air yang secara
topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan
menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai
utama Kampar. Sebagai suatu ekosistem, DAS tersusun dari sumberdaya alam
(tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya
alam.

Daerah aliran sungai ini dapat menyebabkan terjadinya erosi tanah karena
beberapa faktor antara lain intensitas hujan yang tinggi dapat menyebabkan
kecepatan aliran meningkat sehingga akan tergerus atau terkikis yang dikenal
dengan nama erosi. Erosi tidak dapat dihindari karena erosi merupakan proses
alami. Dampak dari erosi tanah adalah tergerusnya lapisan tanah, lepasnya
butiran-butiran tanah sehingga terjadi sedimentasi ke arah muara sungai yang
mengakibatkan kapasitas aliran pada sungai berkurang.

Kondisi tanah pada tiap-tiap lokasi memiliki tingkat produktifitas yang


berbeda-beda. Beberapa parameter yang dapat diidentifikasi untuk mencegah
merosotnya kualitas sumberdaya lahan diantaranya adalah keterlindungan dari
terpaan air hujan secara langsung, berkurangnya kandungan bahan organik, aliran
permukaan lebih besar daripada yang meresap ke dalam tanah serta berkurangnya
keanekaragaman hayati akibat eksploitasi lahan yang berlebihan. Kondisi ini
apabila berlangsung secara terus menerus dikhawatirkan akan terjadi lahan kritis
yang mengakibatkan penurunan kesuburan tanah dan produktifitas tanah (Arsyad,
1989).

Permasalahan umum di DAS Kampar juga menyebabkan berbagai bencana


alam, diantaranya banjir dan longsor akibat banyaknya banyak lahan hutan yang
rusak dan beralih fungsi di daerah hulu, yang menimbulkan besarnya sedimentasi
di daerah hilir. Sedimentasi dapat menyebabkan pendangkalan sungai, saluran-
saluran irigasi, muara-muara sungai dibagian hilir, mengurangi umur efektif
waduk, dan dapat merusak penampang sungai serta bangunan teknik sipil di
sepanjang sungai.

Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk


melakukan penelitian dengan judul “Analisis Erosi Dan Sedimentasi
Sedimentasi Terhadap Lapisan Tanah Subur Di Sub Daerah Aliran Sungai
Kampar Riau ”

2. Rumusan Masalah Penelitian


Dalam penelitian ini dirumuskan masalah yang dibahas sebagai berikut:
1. Berapa besarnya erosi dan jumlah sedimentasi yang terjadi di Sub DAS Kampar?
2. Bagaimana tingkat bahaya erosi di Sub DAS Kampar?
3. Bagaimana pengaruh erosi dan sedimentasi terhadap tingkat kesuburan tanah di
sekitar DAS Kampar?

3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisa besarnya erosi dan jumlah sedimentasi yang terjadi di Sub DAS
Kampar.
2. Mengetahui tingkat bahaya erosi di Sub DAS Kampar.
3. Mengetahui pengaruh erosi dan sedimentasi terhadap tingkat kesuburan tanah di
sekitar DAS Kampar
4. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini dapat berjalan dengan efektif dan mencapai sasaran yang
ingin dicapai, maka penelitian ini diberikan batasan masalah. Penelitian ini akan
dilakukan dilapangan dan laboratorium dengan batasan yang diambil sebagai
berikut:
1. Pada penelitian ini hanya dilakukan di sekitar Sungai Kampar.
2. Untuk mengetahui laju erosi dan sedimentasi yang terjadi di daerah aliran Sungai
Kampar.
3. Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah di sekitar Sungai Kampar.
4. Analisis laju erosi dengan metode Universal Soil Loss Equation (USLE);
5. Dalam perhitungan Universal Soil Loss Equation (USLE) ada dua data yang
dibutuhkan yaitu data primer dan sekunder;
6. Pengambilan data dilakukan dengan 2 segmen area yang masing-masing berjarak
20 m, dengan masing-masing 16 patok setiap segmennya untuk mencari nilai
kecepatan dan kedalaman alirannya.

5. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah: “Tingkat bahaya erosi dan sedimentasi
mempengaruhi lapisan tanah subur di sekitar aliran Sungai Kampar”.

B. Landasan Teori dan Tinjauan Pustaka

1. Landasan Teori
1.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan DAS, mengemukakan bahwa Daerah Aliran Sungai adalah suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang mempunyai
batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Wilayah daratan
daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau catchment area) yang
merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam
(tanah, air dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya
alam (Asdak, 2010).

1.2 Erosi
Erosi adalah peristiwa berpindahnya atau terangkutnya tanah atau
bagianbagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada
peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan
terangkut yang kemudian diendapkan ditempat lain. Pengikisan dan pengangkutan
tanah tersebut terjadi oleh media alami, yaitu air dan angin (Sitanala, 2010).
Beberapa faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya erosi pada suatu lapisan
permukaan tanah antara ain sebagai berikut:
a. Banyak sedikitnya curah hujan, semakin banyak curah hujan, maka semakin besar
pula resiko tanah mengalami erosi dan juga sebaliknya
b. Tekstur tanah, tanah yang resisten terhadap aliran air akan sulit tererosi daripada
tanah yang tidak resisten.
c. Kemiringan tanah, semakin miring tanah maka semakin besar pula resiko
erosinya. Tutupan tanah atau vegetasi tanah, tanah yang gundul tanpa ada tutupan
dari pepohonan akan lebih mudah mengalami erosi daripada tanah yang memiliki
pepohonan diatasnya

1.3 Sedimentasi
Tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut oleh air dari suatu tempat yang
mengalami erosi pada suatu daerah aliran sungai (DAS) dan masuk ke dalam
suatu badan air secara umum disebut sedimen. Sedimen yang terbawa masuk ke
dalam sungai hanya sebagian saja dari tanah yang tererosi dari tempatnya.
Sebagian lagi dari tanah yang terbawa erosi akan mengendap pada suatu tempat di
lahan di bagian bawah tempat erosi pada DAS tersebut (Sitanala, 2010).
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh
media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-
mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang
diangkut oleh air sungai. Dampak negatif yang terjadi apabila proses sedimentasi
yang terjadi di sungai tidak terkendali dapat menyebabkan pendangkalan di
beberapa bagian Sungai sehigga menyebabkan air sungai meluap apalagi bila
terjadi pada saat musim hujan.
Proses sedimentasi berasal dari partikel-partikel mineral yang terbawa dari
hulu sungai kemudian terbawa hingga hilir sungai, dan ketika sampai disana akan
mengalami penumpukan. Ketika semakin banyak partikel yang terbawa arus dari
hulu maka pembentukan sedimentasi pada wilayah hilir akan semakin cepat.
Dampak lainnya dari proses sedimentasi di sungai adalah terjadinya pengendapan
sedimen di dasar sungai yang menyebabkan naiknya dasar sungai, kemudian
menyebab-kan tingginya muka air sehingga berakibat sering terjadi banjir yang
menimpa lahanlahan yang tidak dilindungi. Erosi tanah tidak hanya berpengaruh
negatif pada lahan dimana terjadi erosi, tetapi juga di daerah hilirnya dimana
material sedimen diendap-kan (Suripin, 2001).

1.4 Metode USLE (Universal Soil Loss Equation)


Metode USLE (Universal Soil Loss Equation) USLE adalah suatu persamaan
untuk memperkirakan kehilangan tanah yang telah dikembangkan oleh Smith dan
Wichmeier tahun 1978 dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada
faktor-faktor yang mempengaruhi erosi, kemudian erosi dihitung dari faktor-
faktor panjang lereng, kemiringan lereng, penutup permukaan tanah, pengelolaan
tanah, tipe tanah, curah huja (Irianti, Nasrul, & Idwar, 2017) (Daim, Mudjiatko, &
Sutikno, 2015) (Ar & Nurpatima, 2019) (Janna & Amelia, 2021)n (Hardiyatmo,
2006, hal 399).

1.5 Kesuburan Tanah


Tanah bersama air dan udara merupakan sumber daya alam utama yang sangat
mempengaruhi kehidupan. Tanah mempunyai fungsi utama sebagai tempat
tumbuh dan berproduksi tanaman. Kemampuan tanah sebagai media tumbuh akan
dapat optimal jika didukung oleh kondisi fisika, kimia dan biologi tanah yang baik
yang biasanya menunjukkan tingkat kesuburan tanah (Arifin, 2011). Tingkat
kesuburan tanah yang tinggi menunjukkan kualitas tanah yang tinggi pula.
Kualitas tanah menunjukkan kemampuan tanah untuk menampilkan fungsi-
fungsinya dalam penggunaan lahan atau ekosistem, untuk menopang produktivitas
biologi, mempertahankan kualitas lingkungan, dan meningkatkan kesehatan
tanaman, binatang, dan manusia (Winarso, 2005). Berdasarkan pengertian
tersebut, sangat jelas kualitas tanah sangat erat hubungannya dengan lingkungan,
yaitu tanah tidak hanya dipandang sebagai produk transformasi mineral dan bahan
organik dan sebagai media pertumbuhan tanaman tingkat tinggi, akan tetapi
dipandang secara menyeluruh yaitu mencakup fungsi-fungsi lingkungan dan
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai