OROLOGIS
2.
1. Amanda Weliyanti
Anastasia Anetta M
3. Anastasya Nindya A
4. Muhammad Reynaldo
5. Muhammad Haikel
6. Muhamad adjie
7. Nabilla putri
8. Zulfati zianurisma
LATAR BELAKANG
Wakil Walikota Malang Sutiaji saat rapat koordinasi jalan berlubang di Balai Kota Malang menuturkan, normalisasi akan segera
dilakukan. Ada dua tahapan dalam proses itu. Yang pertama adalah, melakukan pengerukan dan pemadatan yang dijadwalkan
selesai hari ini. Proses selanjutnya adalah hal-hal yang memungkinkan telah menghalangi saluran irigasi dibawah ruas jalan.
"Normalisasi butuh waktu, tapi pemadatan hari ini akan selesai. Ternyata di bawahnya ada gorong-gorong, nanti juga dikaji hal-
hal yang memungkinkan saluran tidak lancar hingga menggerus ruas jalan," terang Sutiaji kepada detikcom, Selasa (29/11/2016)
siang.
Sutiaji juga mengaku, telah memerintah dua camat serta tiga lurah di wilayah sekitar amblasnya jalan agar bisa segera dilakukan
penindakan oleh Satpol PP bangunan yang dianggap telah menyebabkan penyumbatan saluran air.
"Itu menyangkut penertiban, kan tadi sudah saya sampaikan dalam normalisasi ada dua hal, selain pemadatan ya itu," tegasnya.
Dia juga membantah amblasnya jalan karena keteledoran atau kurang sigapnya dinas terkait dalam mengontrol kondisi jalan
maupun gorong-gorong di bawah ruas jalan. "Ini ambruk karena tergerus air," tandas Sutiaji.
Ditambahkan, Pemkot Malang sudah berkoordinasi dengan aparat kepolisian soal pemasangan garis polisi. Dimana, menurut dia
dalam peristiwa tersebut tidak memakan korban hanya bertujuan mengamankan lokasi amblasnya jalan.
"Sudah saya koordinasikan dengan Kapolresta soal itu (police line)," tegas Sutiaji.
(bdh/bdh)
EROSI PANTAI/ABRASI
Erosi pantai atau yang sering juga disebut dengan abrasi pantai merupakan pengikisan daratan pantai akibat aktivitas arus, gelombang
dan pasang- surut air laut.
Faktor alam. Fenomena alam yang menyebabkan erosi pantai yakni pasang surut air laut dan juga tiupan angin laut yang
menghasilkan gelombang serta arus laut yang kuat.
Penurunan permukaan tanah. Pengambilan air tanah yang berlebihan mengakibatkan turunnya permukaan tanah sehingga daratan
menjadi lebih rendah dari lautan. Hal ini tentu meningkatkan resiko terjadinya banjir rob akibat meluapnya air laut ke daratan.
(baca : Ciri – Ciri Air Tanah Permukaan)
Kerusakan hutan mangrove. Masyarakat pesisir pantai menebang hutan mangrove untuk dijadikan pertambakan. Selain itu, kayu-
kayu dari pohon mangrove juga dijual dan dijadikan pondasi bangunan. Kegiatan tersebut sangat mengganggu regenerasi dan
menghambat proses suksesi hutan mangrove. Hal ini juga menyebabkan terjadi abrasi, dan hilangnya beberapa ekosistem pulau.
Kerusakan akibat kegiatan manusia. Aktivitas manusia yang menjadi penyebab erosi pantai yaitu dalam bentuk penambangan
pasir, pencemaran sampah anorganik dan penambangan terumbu karang.
Perubahan iklim global atau yang sering disebut dengan pemanasan global. Meningkatnya suhu bumi menyebabkan mencairnya es
di kutub. Ketika es di kutub mencair secara signifikan maka akan menyebabkan naiknya permukaan air laut sehingga akan
menggerus daratan yang rendah seperti pantai.
1. Peran tajuk vegetasi hutan
PROSES OROLOGIS
Tajuk vegetasi dapat menahan air hujan yang jatuh dan terdapat pula kemungkinan untuk menguapkannya sebelum sampai ke
tanah. Ini memugkinkan untuk mereduksi air permukaan sehingga pengikisan tanah menjadi minimal. Energi kinetik air huja juga
tereduksi sehingga gaya merusak partikel tanah menjadi kecil. Gaya merusak yang kecil semakin didukung oleh kekuatan
mengangkut material yang kecil sehingga partikel yang terangkut minimal atau hanya dalam jarak yang dekat.
2. Penghambatan aliran permukaan
Air hujan akan tertahan oleh bagian atas/tajuk vegetasi yang rapat. Air yang sampai ke tanah akan semakin sedikit dan dengan
aliran yang lebih lambat. Aliran yang lebih lambat ini yang membuat gaya angkut air menjadi semakin lemah. Dengan demikian
pengikisan atau erosi dapat diminimalisir.
3. Peranan akar-akar vegetasi
Akar-akar tanaman hutan dapat mengikat partikel tanah sehingga daya tahan tanah terhadap pengikisan dan erosi semakin tinggi.
Akar-akar yang menembus tanah membuat tanah semain porus. Porositas tanah yang meningkat dapat meningkatkan infiltrasi air
ke dalam tanah sehingga mengurangi air yang bergerak di permukaan. Gerakan air di permukaan yang semakin lemah akan
mereduksi pengikisan terhadap permukaan tanah.
4. Peranan mikroorganisme
Mikroorganisme menjadikan bahan-bahan organik sisa makhluk hidup menjadi matang. Kematangan bahan organik membuat
tanah menjadi porus dan memiliki kapasitas infiltrasi yang semakin besar. Tanah yang porus dan memiliki kapasitas infiltrasi yang
besar meningaktkan kecepatan perembesan air ke dalam tanah. Ini menyebabkan terhambatnya pengikisan tanah akibat run off.
5. Dalam kemampuannya untuk bertranspirasi
Sama seperti peran yang lain, kemampuan tanaman dalam bertranspirasi meminimalisir gerakan air di permukaan tanah. Gerakan
air permukaan yang minimal tentu saja juga meminimalisir pengangutan partikel tanah oleh gerakan air permukaan/run off.
Dengan banyaknya peran hutan atau tanaman dalam menjaga kelestarian lingkungan khususnya tanah, sudah seharusnya
keberadaan hutan dipertahankan. Tidak perlu adanya pembukaan hutan secara besar-besaran untuk melakukan kegiatan pertanian.
Pertanian dan kehutanan perlu disinergikan untuk menjaga keberlangsungan dan keberlanjutan pertanian dan kehutanan itu
sendiri. Agroforestry merupakan salah satu sistem pertanian yang mensinergikan dan menggabungkan antara tanaman kehutanan
dengan tanaman pertanian dalam satu lokasi lahan
Dilihat dari sisi fungsi produksinya, keberpihakan kepada rakyat banyak merupakan kunci keberhasilan pengelolaan hutan. Oleh karena itu, praktek-praktek pengelolaan hutan yang hanya berorientasi pada kayu dan kurang memperhatikan hak dan melibatkan masyarakat,
perlu diubah menjadi pengelolaan yang berorientasi pada seluruh potensi sumber daya kehutanan dan berbasis pada pemberdayaan masyarakat.
Kepedulian terhadap lingkungan hidup umumnya dan hutan pada khususnya tidak hanya berada dipundak pemerintah. Bagaimanapun usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengelola dan menata hutan, akan tetapi tidak mendapat dukungan berupa peran serta warga
masyarakat umumnya dan khususnya masyarakat yang bermukim di sekitar hutan, maka usaha yang dilakukan itu mustahil akan berhasil dengan baik.
Berbicara mengenai peran serta yang oleh Abdullah (1990: 2) disebut sebagai partisipasi, maka sebagian besar yang dimaksud ilah sikap tanggap masyarakat lokal (local response) terhadap anjuran-anjuran, petunjuk-petunjuk tentang cara-cara baru, pemakaian teknologi dan
ksediaan memberikan pengorbanan (dalam arti investasi) modal, waktu, tenaga dan uang untuk tercapainya tujuan-tujuan pembangun.
Bentuk peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup khususnya hutan perlu dibina dan dikembangkan dalam bidang administratif dengan berbagai cara sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman anggota masyarakat yang bersangkutan.
Adapun sebagai pokok pikiran Hardjasoemantri (1995: 2) adalah:
1. Memberi informasi kepada pemerintah
Peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk memberi masukan kepada pemerintah tentang masalah yang ditimbulkan oleh sesuatu rencana tindakan pemerintah dengan berbagai konsekuensinya, dengan demikian pemerintah akan dapat mengetahui adanya berbagai
kepentingan yang dapat terkena tindakan tersebut yang perlu diperhatikan.
2. Meningkatkan kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan
Seorang warga masyarakat yang telah memperoleh kesempatan untuk berperanserta dalam proses pengembilan keputusan dan tidak dihadapkan pada suatu fait accopli, akan cenderung untuk memperlihatkan kesediaan yang lebih besar guna menerima dan menyesuaikan diri
dengan putusan tersebut. Pada pihak lain, peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan akan dapat banyak mengurangi kemungkinan timbulnya pertentangan, asal peran serta tersebut dilaksanakan pada saat yang tepat.
3. Membantu perlindungan hukum
Apabila sebuah keputusan akhir diambil dengan memperhatikan keberatan-keberatan yang diajukan oleh masyarakat selama proses pengambilan keputusan berlangsung, maka dalam banyak hal tidak akan ada keperluan untuk mengajukan perkara ke pengadilan.
4. Mendemokratisasikan pengambilan keputusan
Dalam hubungan dengan peran serta masyarakat ini, ada pendapat yang menyatakan, bahwa dalam pemerintahan dengan sistem perwakilan, maka hal untuk melaksanakan kekuasaan ada pada wakil-wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat.
Khusus dalam usaha pelestarian fungsi hutan, dukungan warga masyarakat baik perorangan maupun kelompok sangat dibutuhkan. Betapa tidak, warga masyarakat dalam kapasitas dan kedudukannya masing-masing berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan
hutan. Menyadari hal ini, pemerintah telah memberi landasan hukum terhadap peran serta masyarakat dalam usaha pengelolaan hutan.
Peran serta masyarakat ini juga nampak di wilayah-wilayah pedalaman, di mana pranata hukum adat yang bersangkut paut dengan pelestarian kawasan hutan masih tetap dipatuhi. Kenyataan ini telah diantisipasi oleh pemerintah dengan memberi porsi yang besar terhadap
peran serta masyarakat untuk ikut melestarikan hutan. Masyarakat pedesaan melalui kepala-kepala adatnya, tetap menjaga dan melestarikan pranata-pranata hukum adat, yang dipercaya sebagai pranata hukum yang dapat mengatur keseimbangan dan keserasian hubungan
manusia dengan lingkungan alam. Salah satu contoh pranata hukum adat seperti ini adalah yang terdapat di masyarakat Ammatoa, Kecamatan Kajang, kabupaten Bulukumba yang dikenal dengan istilah Pasang, yang salah satu aturannya adalah apabila terjadi pelanggaran
yaitu menebang pohon, maka sanksi yang dijatuhkan adalah sebagai berikut (Salle, 2000: 108):
Apabila menebang pohon di kawasan Borong Karamaka, sanksinya adalah pokok babbalak (bagian pangkal dari cambuk) yang yaitu denda sebesar Rp 800.000 ditambah dengan kain putih satu gulung. Pohon yang ditebang termasuk dahan, ranting, dan daunnya harus
dikembalikan ketempat semula dan dibiarkan lapuk di tempat itu.
Apabila menebang pohon di kawasan Borong Battasaya, sanksinya adalah Tangnga Babbalak (bagian tengah dari cambuk), yaitu denda sebesar Rp 400.000 ditambah kain putih satu gulung.
Apabila menebang pohon di kawasan Koko (kebun warga), sanksinya adalah Cappak Babbalak ( bagian ujung dari cambuk), yaitu denda sebesar Rp 200.000. ditambah kain putih satu gulung. Pohon yang sudah ditebang diserahkan kepada warga yang menguasai koko.
Begitu besar arti dan peranan hutan bagi masyarakat keammatoaan, sehingga apabila mereka memerlukan bahan untuk membangun rumah, mereka rela membeli dan mendatangkan bahan bangunan dari luar kawasan. Apabila ada kemungkinannya untuk mendapatkan satu
pohon yang berasal dari dalam hutan (yang juga terbatas, dimungkinkan ditebang hanya pada kawasan hutan perbatasan), maka terlebih dahulu harus memperoleh izin dari Ammatoa.