Anda di halaman 1dari 9

ek

SIPIL’ MESIN ’ARSITEKTUR ’ELEKTRO

PENGARUH PROSEDUR PERKIRAAN LAJU EROSI


TERHADAP KONSISTENSI NISBAH PENGANGKUTAN SEDIMEN
I Gede Tunas *

Abstract
There are two procedures to predict erosion rate using USLE methods based on the historical data
in the past time. The first method is by analyzing the monthly average erosion rate for all yearly
data at once. The output of this method is the prediction of monthly erosion rate. The second
method is by analyzing the monthly average erosion rate every year. The difference of both
procedures may caused the differences of erosion rate prediction which stated by sediment
delivery ratio (SDR). This research is to investigate the effect of two procedures to the sediment
delivery ratio (SDR) which applied in Miu and Wuno sub basin in Palu-Central Sulawesi. The results
of this research show that the sediment delivery ratio (SDR) was not significantly different; each of
them was 4.1 % and 3.2 %..
Key word: Procedure, erosion rates, SDR

Abstrak
Terdapat dua prosedur yang dapat digunakan untuk memperkirakan laju erosi dengan
menggunakan metode USLE berdasarkan data historis (historical data) pada masa yang lampau.
Cara pertama yakni dengan menganalisis laju erosi rata-rata bulanan untuk seluruh tahun data
sekaligus. Keluaran dari cara ini adalah perkiraan laju erosi rata-rata bulanan. Cara yang kedua
yakni dengan melakukan perhitungan laju erosi rata-rata bulanan untuk setiap tahun data.
Perbedaan prosedur dalam memperkirakan laju erosi tersebut, memungkinkan terjadinya
perbedaan angka laju erosi yang akan dinyatakan dengan angka nisbah pengangkutan
sedimen (sediment delivery ratio, SDR). Penelitian ini mengkaji pengaruh kedua prosedur
perkiraan laju erosi tersebut terhadap konsistensi nisbah pengangkutan sedimen. Hasil penelitian
yang diterapkan pada sub-DAS Miu dan Wuno di Palu-Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa
angka nisbah pengangkutan sedimen (SDR) kedua prosedur tidak menunjukkan perbedaan
yang besar, masing-masing sebesar 1.13 % dan 2.55 %.
Kata kunci: Prosedur, laju erosi, SDR

1. Pendahuluan Hal yang sangat terkait dengan


Respon DAS dalam sifat transformasi aliran adalah erosi
mentransformasi aliran sangat yang terjadi di permukaan DAS. Erosi
tergantung dari beberapa hal, yang terjadi di permukaan DAS pada
diantaranya curah hujan, kemiringan dasarnya lebih dipengaruhi oleh faktor
permukaan DAS, struktur dan sifat tanah, yang berhubungan dengan kegiatan
tingkat kejenuhan tanah dan faktor manusia dalam pengelolaan DAS,
retensi aliran (vegetal cover). Empat disamping beberapa faktor lain yang
faktor pertama sifatnya sangat alamiah sifatnya alamiah. Strategi pengelolaan
sedangkan faktor yang terakhir sangat DAS akan berpengaruh langsung
dipengaruhi oleh perilaku manusia terhadap kemampuan retensi DAS
dalam pengelolaan DAS sebagai zona penahan air di bagian
(anthropogenic). hulu dan mempengaruhi besarnya
angka limpasan (run-off) dan erodibilitas
permukaan yang menyebabkan

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 3, Agustus 2008: 135 - 143

terjadinya aliran besar dengan kemudian diikuti dengan pengendapan


konsentrasi sedimen (suspensi) yang material yang terangkut di tempat yang
tinggi. lain (Suripin, 2001). Pada dasarnya erosi
Untuk mengetahui besaran erosi yang paling sering terjadi dengan
di permukaan DAS dapat dilakukan tingkat produksi sedimen (sediment
secara kuantitatif dengan beberapa yield) paling besar adalah erosi
cara, salah satunya adalah dengan permukaan (sheet erosion) jika
menggunakan metode empiris USLE. dibandingkan dengan beberapa jenis
Metode USLE merupakan metode yang erosi yang lain yakni erosi alur (rill
paling umum digunakan untuk erosion), erosi parit (gully erosion) dan
memprediksi erosi jangka panjang dari erosi tebing sungai (stream bank
erosi lembar (sheet erosion) dan erosi erosion). Secara keseluruhan laju erosi
alur dengan kondisi tertentu (Suripin, yang terjadi disebabkan dan
2001). Metode ini dikembangkan oleh dipengaruhi oleh lima faktor
USDA dan dapat dikembangkan pada diantaranya faktor iklim, struktur dan
lahan pertanian maupun non pertanian jenis tanah, vegetasi, topografi dan
dengan segala keterbatasannya. faktor pengelolaan tanah. Faktor iklim
Secara umum, terdapat dua yang paling menentukan laju erosi
prosedur yang dapat digunakan untuk adalah hujan yang dinyatakan dalam
memperkirakan laju erosi dengan nilai indeks erosivitas hujan (Suripin,
menggunakan metode USLE 2001). Curah hujan yang jatuh secara
berdasarkan data historis (historical langsung atau tidak langsung dapat
data) pada masa yang lampau. Cara mengikis permukaan tanah secara
pertama yakni dengan menganalisis laju perlahan dengan pertambahan waktu
erosi rata-rata bulanan untuk seluruh dan akumulasi intensitas hujan tersebut
tahun data sekaligus. Keluaran dari cara akan mendatangkan erosi (Kironoto,
ini adalah perkiraan laju erosi rata-rata 2000 ).
bulanan. Cara yang kedua yakni Erosi permukaan (sheet erosion)
dengan melakukan perhitungan laju terjadi pada lapisan tipis permukaan
erosi rata-rata bulanan untuk setiap tanah yang terkikis oleh kombinasi air
tahun data. Perkiraan laju erosi rata-rata hujan dan limpasan permukaan (run-
bulanan untuk seluruh tahun data dapat off). Erosi jenis ini akan terjadi hanya dan
dilakukan dengan menjumlahkan angka jika intensitas dan/atau lamanya hujan
erosi bulan yang sama dan dibagi melebihi kapasitas infiltrasi dan kapasitas
dengan jumlah tahun data, dan simpan air tanah. Prosesnya dimulai
seterusnya. Perbedaan prosedur dalam dengan lepasnya partikel-partikel tanah
memperkirakan laju erosi tersebut, yang disebabkan oleh energi kinetik air
memungkinkan terjadinya perbedaan hujan dan berikutnya juga disertai
angka laju erosi yang akan dinyatakan dengan pengendapan sedimen (hasil
dengan angka nisbah pengangkutan erosi) di atas permukaan tanah. Kedua
sedimen (sediment delivery ratio, SDR). peristiwa yang terjadi secara sinambung
Tulisan ini mengkaji pengaruh tersebut menyebabkan turunnya laju
penggunaan kedua prosedur perkiraan infiltrasi karena pori-pori tanah tertutup
laju erosi tersebut terhadap konsistensi oleh kikisan partikel tanah (Asdak, 1995).
nisbah pengangkutan sedimen. Fenomena ini dapat mempercepat dan
meningkatkan laju erosi pada
2. Tinjauan Pustaka permukaan tanah.
2.1 Pengertian dan karakteristik erosi Untuk memprediksi laju erosi
Secara umum erosi dapat pada permukaan lahan, telah
dikatakan sebagai proses terlepasnya dikembangkan beberapa model
butiran tanah dari induknya di suatu sebagaimana yang dibahas dalam
tempat dan terangkutnya material berbagai literatur (Suripin, 2001) seperti
tersebut oleh gerakan air atau angin Bogardi (1986), Morgan (1988) dan yang

136
Pengaruh Prosedur Perkiraan Laju Erosi Terhadap Konsistensi Nisbah Pengangkutan Sedimen
(I Gede Tunas)

lain. Model-model yang ada dengan manajemen tanaman


kebanyakan bersifat empiris tertentu terhadap lahan yang
(parametrik) yang dikembangkan identik tanpa tanaman, tidak
berdasarkan proses hidrologi dan fisis berdimensi.
yang terjadi selama peristiwa erosi dan P = faktor tindakan konservasi
pengangkutannya dari DAS ke titik yang praktis, yaitu perbandingan
ditinjau. Salah satu model yang masuk antara besarnya erosi dari
dalam kategori tersebut adalah USLE lahan dengan tindakan
(Universal Soil Loss Equation) yang konservasi praktis dengan
dikembangkan oleh Wischmeier dan besarnya erosi dari tanah yang
Smith (1985, dalam Kironoto, 2000) dan diolah searah lereng dalam
dirancang untuk memprediksi rata-rata keadaan yang identik, tidak
erosi jangka panjang dari erosi berdimensi.
permukaan (shett erosion) dan erosi alur
(gully erosion) pada suatu keadaan Persamaan USLE menetapkan
lahan tertentu. Secara matematis model bahwa nilai R yang merupakan daya
USLE dinyatakan dengan: perusak hujan (erosivitas hujan) tahunan
dapat dihitung dari data curah hujan
Ea R. K . LS .C. P ...............(1) yang didapat dari stasiun curah hujan
otomatik (ARR) atau dari data
dengan: penangkar curah hujan biasa. Erosivitas
Ea = banyaknya tanah per satuan hujan merupakan perkalian antara
luas per satuan waktu yang energi hujan total (E) dan intensitas
dinyatakan sesuai dengan hujan maksimum 30 menit (I30). Kedua
satuan K dan periode R yang faktor tersebut, E dan I30 selanjutnya
dipilih, dalam praktek dipakai dapat ditulis sebagai EI30. Bols ( 1978,
satuan ton/ha/tahun dalam Kironoto, 2000), menghitung EI30
R = faktor erosivitas hujan dan dengan menggunakan data hujan
limpasan permukaan, yakni harian, hari hujan dan hujan bulanan
jumlah satuan indeks erosi yang terbatas pada daerah pulau Jawa
hujan, dalam KJ/ha dan Madura (daerah tropis). Apabila
K = faktor erodibilitas tanah, yaitu menggunakan data hujan bulanan
laju erosi per indeks erosi hujan persamaan tersebut ditulis dengan:
(R) untuk suatu tanah yang
diperoleh dari petak Rm 6.119 Pm1.211 N 0.2740.256
Pmax ...............(2)
percobaan yang panjangnya
22.13 m dengan kemiringan dengan R m = erosivitas hujan bulanan
seragam sebesar 9 % tanpa (KJ/ha), Pm = curah hujan bulanan (cm),
tanaman, ton/KJ N = jumlah hari hujan dalam satu bulan
LS = faktor panjang ²kemiringan (hari), Pmax = hujan harian maksimum
lereng, yaitu perbandingan bulan bersangkutan (cm).
antara besarnya erosi per Faktor erodibilitas tanah ialah
indeks erosi dari suatu lahan kemampuan/ketahanan partikel tanah
dengan panjang dan terhadap pengelupasan dan
kemiringan lahan tertentu pemindahan tanah akibat energi kinetik
terhadap besarnya erosi dari hujan. Nilai erodibilitas tanah selain
plot lahan percobaan, tidak tergantung pada topografi, kemiringan
berdimensi. lereng dan akibat perlakuan manusia,
C = faktor tanaman penutup lahan juga ditentukan oleh pengaruh tekstur
dan manajemen tanaman, tanah, stabilitas agregat, kapasitas
yaitu perbandingan antara infiltrasi, kandungan bahan organik dan
besarnya erosi dari suatu lahan non-organik tanah. Untuk beberapa
dengan penutup tanaman jenis tanah di Indonesia yang

137
Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 3, Agustus 2008: 135 - 143

dikeluarkan oleh Dinas RLKT, yang dihasilkan dalam ton/ha/tahun


Departemen Kehutanan, nilai K dapat seperti diperlihatkan pada Tabel 3.
diperoleh sesuai dengan Tabel 1. Klasifikasi bahaya erosi ini dapat
memberikan gambaran, apakah tingkat
Tabel 1 Jenis tanah dan nilai faktor erosi yang terjadi pada suatu lahan
erodibilitas tanah ( K ) ataupun DAS sudah termasuk dalam
Jenis Tanah Nilai K tingkatan yang membahayakan atau
Latosol coklat kemerahan 0,43 tidak, sehingga dapat dijadikan
dan litosol pedoman didalam pengelolaan DAS.
Latosol kuning kemerahan 0,36
dan litosol Tabel 3. Klasifikasi bahaya erosi
Komplek mediteran dan 0,46 Kelas
Laju erosi, Ea
litosol Bahaya Keterangan
(ton/ha/tahun)
Latosol kuning kemerahan 0,56 Erosi
Grumusol 0,20 I <15 sangat
Alluvial 0,47 II 15²60 ringan
Regosol 0,40 III 60²180 ringan
Latosol 0,31 IV 180²480 sedang
Sumber: Kironoto, 2000 V >480 berat
sangat
berat
Panjang lereng (L) diukur dari Sumber: Suripin, 2001
suatu tempat pada permukaan tanah
dimana erosi mulai terjadi sampai pada
tempat dimana terjadi pengendapan, 2.2 Nisbah Pengangkutan Sedimen
atau sampai pada tempat dimana (SDR)
aliran air dipermukaan tanah masuk ke Permukaan tanah yang tererosi
dalam saluran. Dalam praktek lapangan di DAS tidak semuanya akan terangkut
nilai L sering dihitung sekaligus dengan ke sungai, namun ada sebagian yang
faktor kecuraman (S) sebagai faktor mengendap di permukaan DAS akibat
kemiringan lereng (LS). Departemen adanya interaksi antara aliran (sedimen)
Kehutanan memberikan nilai faktor dengan permukaan DAS. Perbandingan
kemiringan lereng, yang ditetapkan antara sedimen yang terbawa oleh
berdasarkan kelas lereng, seperti dalam aliran sungai/terukur di outlet dan erosi
Tabel 2. total di lahan/DAS disebut sebagai
nisbah pengangkutan sedimen
Tabel 2 Penilaian kelas lereng dan (sediment delivery ratio, SDR), yang
faktor LS dinyatakan dengan :
Kelas Kemiringan
Nilai LS Y ..........................(3)
Lereng Lereng SDR
I 0²8 0,40 Ea
II 8 ² 15 1,40 dengan SDR = nisbah pengangkutan
III 15 ² 25 3,10 sedimen (SDR), Y = hasil sedimen yang
IV 25 ² 40 6,80 diperoleh di outlet DAS (ton/tahun) dan
V > 40 9,50 Ea = erosi total yang berasal dari daerah
Sumber: Kironoto, 2000 tangkapan air yang berlangsung di
bagian atas outlet (ton/tahun).
Untuk memberikan gambaran Secara umum, besarnya SDR
tentang potensi erosi yang hasilkan, cenderung berbanding terbalik
United States Department of Agriculture terhadap luas DAS, makin luas DAS
(USDA) telah menetapkan klasifikasi makin kecil nilai SDR (Suripin, 2001). Nilai
bahaya erosi berdasarkan laju erosi SDR suatu DAS besarnya antara 0-1,

138
Pengaruh Prosedur Perkiraan Laju Erosi Terhadap Konsistensi Nisbah Pengangkutan Sedimen
(I Gede Tunas)

dimana semakin besar DAS nilai SDR 3. Metode Penelitian


semakin kecil, dan semakin kecil DAS Penelitian ini dilakukan di dua
nilai SDR semakin mendekati 1. sub DAS Palu yakni sub-DAS Miu dan
Pada dasarnya SDR tidak hanya Wuno dengan luas daerah tangkapan
dipengaruhi oleh luas DAS, tetapi juga masing-masing kurang lebih 64.93 km2
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain dan 19.30 km2 yang terdiri dari
seperti geomorfologi, lingkungan, lokasi beberapa anak sungai, seperti
sumber sedimen, karakteristik relief dan diperlihatkan pada Gambar 2. Adapun
kemiringan, pola drainase dan kondisi tahapan yang diambil untuk
saluran, penutup/penggunaan lahan menyelesaikan penelitian ini dapat
dan struktur tanah (Suripin, 2001). dibedakan atas 3 macam yaitu tahap
Berdasarkan faktor luas DAS (A) dan pengumpulan data, tahap penyusunan
dengan mengabaikan faktor yang lain, model data spasial menggunakan SIG
Boyce (1977 dalam Suripin, 2001) dan tahap analisis. Data yang
mengusulkan persamaan empiris untuk dikumpulkan untuk penelitian ini adalah
mendapatkan SDR pada suatu titik data sekunder berupa data curah
outlet DAS : hujan harian selama 15 tahun yang
terukur pada Stasiun Kulawi, Stasiun
SDR 0.41 A 0.3 .....................(4) Kalawara, Statsiun Palolo dan Stasiun
Bora dan Stasiun Wuasa, data debit dan
sedimen suspensi di outlet Sungai Miu
0.30
dan Wuno, peta rupa bumi skala
0.25
1:50.000, peta tataguna lahan (land
0.20 use) yang dikeluarkan oleh Dinas
SDR (%)

0.15 Pertanian dan Dinas Kehutanan


setempat (2002) dan peta jenis tanah
0.10
diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman
0.05 Pangan (BPTP) Sulawesi Tengah. Semua
0.00 jenis data kecuali data curah hujan,
0 200 400 600 800 1000 data debit dan sedimen, merupakan
Luas DAS (km ) 2 data mentah raster yang akan didigitasi
dengan SIG.
Gambar 1 Hubungan antara luas DAS
dan SDR (Kirby and Morgan,
1980)

a). Sub-DAS Miu b). Sub-DAS Wuno


Gambar 2 Peta 3D (TIN) sub-DAS Miu dan Wuno

139
Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 3, Agustus 2008: 135 - 143

Penyusunan model data spasial nisbah pengangkutan sedimen


dilakukan dengan menggunakan (sediment delivery ratio, SDR). Pengaruh
pendekatan Sistem Informasi Geografis perbedaan prosedur yang dilakukan
dalam hal ini menggunakan perangkat pada analisis ini akan ditinjau pada
lunak ArcView GIS versi 3.3. Keempat angka SDR yang dihasilkan.
jenis peta yang digunakan dalam
analisis ini, di dalam ArcView dinyatakan 4. Hasil dan Pembahasan
sebagai layer-layer dalam bentuk 4.1 Prediksi laju erosi
shape-file (shp) dan dibuat dengan Berdasarkan hasil analisis SIG
skala yang sama. ArcView dapat dengan melakukan tumpang tindih
melakukan input secara interaktif, proses (overlay) layer dapat diketahui bahwa
editing yang sangat fleksibel dan output Sub-DAS Miu dan Wuno seluas kurang
sesuai dengan kebutuhan. Setiap layer lebih 64.93 km2 dan 19.30 km2 terbagi
yang mewakili setiap peta selalu masing-masing menjadi 65 dan 25 unit
dilengkapi dengan data digital yang lahan dengan luasan masing-masing
dapat diolah dan diakses pada sesuai dengan bidang pengaruh
perangkat pengolah data yang lain interseksi keempat peta layer. Laju
seperti Microsoft Excel. Hasil akhir dari potensi erosi diperoleh dengan
analisis SIG ini adalah unit-unit lahan memperkalikan keempat parameter
dengan segala data atribut yang USLE (Rm, K, LS dan CP) untuk masing-
dihasilkan dari proses tumpang-tindih masing unit lahan. Khusus untuk
layer. Setiap unit lahan yang diperoleh, parameter CP, nilainya sangat
selanjutnya diberi nomor untuk tergantung pada kebiasaan pola
mempermudah analisis lebih lanjut. tanam masyarakat selama satu tahun
Analisis erosi lahan pada setiap dan relatif sulit menetapkan nilai
unit lahan dengan segala atributnya parameter yang sesuai untuk kondisi
yang diperoleh dari tumpang-tindih yang sedang berlangsung pada setiap
(overlay) layer di dalam SIG, dilakukan bulannya. Untuk penyederhanaan
dengan menggunakan metode USLE perhitungan, maka kebiasaan pola
dan diterapkan dengan dua prosedur tanam dianggap sama untuk setiap
(cara). Cara pertama yakni dengan tahunnya, walaupun ada kemungkinan
menganalisis laju erosi rata-rata bulanan terjadi pergeseran pola tanam pada
untuk seluruh tahun data sekaligus. setiap bulannya.
Keluaran dari cara ini adalah perkiraan Dengan menggunakan kedua
laju erosi rata-rata bulanan. Cara yang prosedur perkiraan laju erosi, diperoleh
kedua yakni dengan melakukan perkiraan laju erosi rata-rata bulanan
perhitungan laju erosi rata-rata bulanan seperti ditampilkan pada Tabel 4 untuk
untuk setiap tahun data. Perkiraan laju kedua Sub-DAS, yang memberikan
erosi rata-rata bulanan untuk seluruh informasi tentang perbedaan perkiraan
tahun data dapat dilakukan dengan laju erosi rata-rata bulanan selama 1
menjumlahkan angka erosi bulan yang tahun. Rekapitulasi perkiraan laju erosi
sama dan dibagi dengan jumlah tahun untuk kedua sub-DAS diperlihatkan
data, dan seterusnya. Analisis dilakukan pada Gambar 3.
dengan memperhatikan parameter-
parameter USLE pada setiap unit lahan. 4.2 Analisis angkutan sedimen suspensi
Prediksi erosi rata-rata pertahun Laju angkutan sedimen suspensi
diperoleh dengan menjumlahkan pada kedua outlet sub-DAS, diperoleh
seluruh hasil laju erosi pada setiap unit dengan melakukan pengukuran sampel
lahan pada kedua Sub DAS tersebut. sedimen melayang (suspensi) pada
Hasil ini selanjutnya dibandingkan beberapa kasus debit air selama
dengan laju angkutan sedimen suspensi periode tertentu.
tahunan dan dinyatakan sebagai

140
Pengaruh Prosedur Perkiraan Laju Erosi Terhadap Konsistensi Nisbah Pengangkutan Sedimen
(I Gede Tunas)

Tabel 4. Perkiraan laju erosi Sub-DAS Miu dan Wuno dengan dua prosedur
Laju Erosi (Ea),ton/bulan
Bulan Sub-DAS Miu Sub-DAS Wuno
Prosedur Prosedur Prosedur Prosedur
1 2 1 2
Jan 25496.46 22169.41 9692.43 8822.84
Feb 27040.42 25271.98 11582.17 10655.30
Mar 23301.25 22149.43 9873.70 8900.22
Apr 18107.96 16699.71 8187.69 7314.31
Mei 42362.11 42154.29 6027.38 5346.15
Jun 32108.77 31017.23 7647.45 6708.19
Jul 25360.02 24417.63 10791.29 9653.12
Ags 18525.44 15767.80 13074.40 11500.14
Sep 15638.70 14517.27 5122.17 4602.34
Okt 18776.98 15546.14 8993.30 7981.95
Nov 26324.09 24163.39 11163.47 10057.54
Des 21415.35 20538.85 5191.15 4303.07
Ea
(ton/ 294457.55 274413.15 107346.60 95845.18
thn)

Keterangan :
Keterangan ton/ha
0-5
ton/ha
5-10
0-5 10-25
5-10 25-50
10-25 50-75
75-100
25-50 100-150
50-75 150-250
75-100 >250
100-150
150-250
> 250

a). Sub-DAS Miu b). Sub-DAS Wuno

Gambar 3. Hasil prediksi laju erosi sub-DAS Miu dan Wuno

Sampel sedimen yang diperoleh dari (Qw) dan debit sedimen (Qs), seperti
pengukuran selanjutnya diolah di diperlihatkan pada Gambar 4.
laboratorium dan dianalisis, sehingga Berdasarkan data debit harian
diperoleh hubungan antara debit aliran rata-rata yang diperoleh dari kedua

141
Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 3, Agustus 2008: 135 - 143

outlet pada tahun 2003, dengan selisih nilai SDR kedua prosedur tersebut
menggunakan kurva lengkung sedimen baik untuk sub-DAS Miu maupun sub-
pada Gambar 4 diperoleh laju DAS Wuno tidak signifikan, hanya
angkutan sedimen suspensi rata-rata sebesar 1.13 % dan 2.55 % terhadap SDR
perbulan. Laju angkutan sedimen dalam maksimum. Bila angka ini dibandingkan
setahun diperoleh sebesar masing- dengan hasil persamaan (4) seperti
masing 45552.58 ton/tahun untuk outlet yang diusulkan oleh Boyce (1977 dalam
sub-DAS Miu dan 22811.15 ton/tahun Suripin, 2001), masing-masing sebesar
untuk sub-DAS Wuno. 0.12 untuk sub-DAS Miu dan 0.17 untuk
sub-DAS Wuno, juga tidak menunjukkan
4.3 Nisbah pengangkutan sedimen (SDR) perbedaan yang signifikan. Hal ini
Angka SDR untuk kedua menunjukkan bahwa pengaruh kedua
prosedur diperoleh dengan prosedur terhadap nisbah
membandingkan sedimen terukur di pengangkutan sedimen (SDR) relatif
masing-masing outlet sub-DAS dan kecil, artinya kedua prosedur dapat
prediksi erosi dengan dua prosedur, diterapkan untuk memperkirakan laju
seperti diperlihatkan pada Tabel 5. Nilai erosi.
SDR kedua prosedur menunjukkan
konsistensi yang relatif bagus artinya

250 300
Debit sedimen (ton/hari)

y = 12.835x 1.0487
Debit sedimen (ton/hari)

y = 7.1232x 1.1922
200 250 R2 = 0.9184
R2 = 0.9179
200
150
150
100
100
50
50
0 0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 0 2 4 6 8 10 12 14 16
3
Debit aliran (m /det) Debit aliran (m3/det)

Tabel 5. Nilai SDR pada outlet sub-DAS Miu dan Wuno


Para-
meter Sub-DAS Miu Sub-DAS Wuno
Prosedur Prosedur Prosedur
1 2 1 Prosedur 2
Y (ton/
45552.58 22811.15
tahun)
Ea ( ton/
294457.55 274413.15 107346.60 95845.18
tahun )
SDR 0.15 0.17 0.21 0.24

142
Pengaruh Prosedur Perkiraan Laju Erosi Terhadap Konsistensi Nisbah Pengangkutan Sedimen
(I Gede Tunas)

5. Kesimpulan dan Saran Mapping Using HEC-RAS and


5.1 Kesimpulan ArcView GIS, CRWS-University of
Berdasarkan analisis yang telah Texas, Austin.
dilakukan maka dapat disimpulkan hal-
Kirby, M.J., and Morgan, R.C.P., (1980),
hal sebagai berikut:
Soil Erosion, John Wiley & Sons,
1) Angka nisbah pengangkutan
Great Britain.
sedimen (SDR) kedua prosedur yang
diterapkan pada sub-DAS Miu dan Kironoto, B.A. dan Yulistiyanto B., (2000),
Wuno tidak menunjukkan perbedaan Diktat Kuliah Hidraulika Transpor
yang besar, sebesar 1.13 % dan 2.55 Sedimen, PPS-Teknik
%. Sipil,Yogyakarta.
2) Angka nisbah pengangkutan
sedimen (SDR) kedua prosedur yang Maryono, A., (2002), Eko-Hidraulik
diterapkan pada sub-DAS Miu dan Pembangunan Sungai, Magister
Wuno juga tidak menunjukkan Sistem Teknik-UGM, Yogyakarta.
perbedaan yang besar bila Miller, S. N., (2001), Watershed Modeling
dibandingkan dengan perkiraan SDR Using ArcView GIS, USDA-ARS,
yang diusulkan oleh Boyce (1977). Arizona.
3) Kedua prosedur dapat diterapkan
untuk memperkirakan laju erosi pada Prahasta, E., (2002), Sistem Informasi
suatu DAS. Geografis: Tutorial ArcView,
Informatika, Bandung.
5.2 Saran Sri Harto Br., (2000), Hidrologi : Teori,
Terkait dengan proses dan hasil Masalah dan Penyelesaian,
penelitian yang diperoleh, maka dapat Nafiri Offset, Yogyakarta.
disarankan hal-hal sebagai berikut:
1) Kesimpulan yang diperoleh hanya Suripin, (2001), Pelestarian Sumberdaya
berdasarkan penelitian pada dua Tanah dan Air, Andi Offset,
buah DAS yang memiliki kemiripan Yogyakara
karakteristik geografis, oleh
karenanya prosedur ini perlu diuji 6. Ucapan Terima Kasih
dengan jumlah dan variasi DAS yang Penelitian ini terlaksana berkat
lebih banyak dan lebih beragam. pendanaan yang diberikan oleh
2) Pada penelitian ini pengelolaan dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
pemanfaatan lahan di DAS setiap DEPDIKNAS melalui hibah penelitian
tahun dianggap sama. Oleh karena yang diselenggarakan oleh Lembaga
itu, prosedur ini perlu juga diuji Penelitian Universitas Tadulako Palu.
dengan kondisi pemanfaatan dan Oleh karena itu melalui tulisan ini
pengelolaan DAS yang cenderung diucapkan terima kasih yang sebesar-
mengalami perubahan setiap tahun. besarnya atas dukungan dan
pemberian dana yang telah diberikan.
6. Daftar Pustaka
Asdak, C., (1995), Hidrologi Dan
Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Budiyanto, E., (2002), Sistem Informasi
Geografis Menggunakan
ArcView-GIS, Andi Offset,
Yogyakarta
Christoper, E.T., Olivera, F., and
Maidment, D., (1999), Floodplain
143

Anda mungkin juga menyukai