Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KE-1

Dibuat sebagai persyaratan tugas Ke-1 Mata Kuliah


Analisis Erosi Lahan dan Banjir

Disusun oleh:
MAMAN BAHRUDIN NIM: 2212211014

Dosen Pengampuh :
Dr. Ir. Adhi Yanuar, Dip. HE

MAGISTER TEKNIK SIPIL


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP
BANDUNG
2022
Tugas Ke-1
1. Erosivitas hujan
Kemampuan dari hujan menyebabkan erosi dikenal sebagai ‘’erosivitas
hujan” Erosivitas merupakan fungsi dari dari sifat fisik hujan seperti,
Curah Hujan, Lama Hujan, intensitas ukuran butir dan kecepatan
jatuh (Morgan, 1995).

Sifat Hujan : merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan


selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim hujan atau
satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya
(rata-rata selama 30 tahun periode 1981-2010).
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :
a. Atas Normal (AN) : Jika nilai curah lebih dari 115% terhadap rata-
ratanya.
b. Normal (N) : Jika nilai curah hujan antara 85%-115% terhadap rata-
ratanya.
c. Bawah Normal (BN) : Jika nilai curah hujan kurang dari 85%
terhadap rata-ratanya.

Erositas Hujan (R) Erosivitas hujan adalah kemampuan air hujan


sebagai penyebab terjadinya erosi yang bersumber dari laju dan
distribusi tetesan air hujan, dimana keduanya mempengaruhi besarnya
energi kinetik air hujan. Berdasarkan data curah hujan bulanan, faktor
erosivitas hujan (R) dapat dihitung dengan mempergunakan persamaan
(Asdak C.,2007)

𝑹 = 𝟐. 𝟐𝟏 𝑷𝟏.𝟑𝟔

Dimana :
R = Indeks erosivitas
P = Curah Hujan bulanan (cm)

2. Erodibilitas Lahan
Erodibilitas tanah merupakan kepekaan tanah untuk tererosi,
semakin tinggi nilai erodibilitas suatu tanah semakin mudah tanah
tersebut tererosi. Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah,
struktur tanah, bahan organik, dan permeabilitas (Arsyad, 2000;
Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan
permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun
angin. Proses erosi ini dapat menyebabkan merosotnya produktivitas
tanah, daya dukung tanah untuk produksi pertanian dan kualitas
lingkungan hidup. Di daerah-daerah tropis yang lembab seperti di
Indonesia dengan rata-rata curah hujan melebihi 1500 mm per tahun
maka air merupakan penyebab utama terjadinya erosi, sedangkan di
daerah-daerah panas yang kering (arid) maka angin merupakan faktor
penyebab utamanya.
Erodibilitas Tanah (K) Nilai erodibilitas tanah (K) ditentukan oleh
tekstur, struktur, permeabilitas tanah dan kandungan bahan organik
dalam tanah (Weschemeier et all, 1971). Penentuan nilai K dapat
ditentukan dengan nomograf atau dapat pula dihitung dengan
mempergunakan persamaan Hammer, 1970, sebagai berikut

Dimana :
K = Faktor erodibilitas tanah
M = Parameter ukuran butir
a = Prosentase bahan organik (% C x 1,724)
b = Kode strukur tanah
c = Kode permeabilitas tanah
Dalam mempergunakan persamaan di atas dapat dilakukan dengan
ketentuan – ketentuan sebagai berikut :
1) Bila data tekstur tanah yang tersedia hanya fraksi pasir, debu dan
liat, prosentase pasir sangat halus dapat diduga sepertiga dari
prosentase pasir.
2) Bila data tekstur hasil analisa laboratorium tidak tersedia maka
dapat dipergunakan pendekatan sesuai pada Tabel 4.
3) Bila data bahan organik tidak tersedia, maka dapat ditentukan dari
Tabel 5. angka prosentase bahan organik > 5 % digunakan sebagai
acuan maksimum.
Erodibilitas tanah merupakan kepekaan tanah untuk tererosi, semakin
tinggi nilai erodibilitas suatu tanah semakin mudah tanah tersebut
tererosi. Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah, struktur
tanah, bahan organik, dan permeabilitas (Arsyad, 2000; Purwantara
dan Nursa’ban, 2012). Faktor erodibilitas tanah menunjukkan
resistensi partikel tanah terhadap pengelupasan dan transportasi
partikel-partikel tanah oleh adanya energi kinetik air hujan (Asdak,
1995).

3. Kelerengan Lahan
Kemiringan lahan adalah perbedaan ketinggian tertentu pada relief
yang ada pada suatu bentuk lahan. Penentuan kemiringan lahan rata-
rata pada setiap kelompok pemetaan dapat dilakukan dengan membuat
hubungan antara titik-titik. Panjang satu garis menunjukkan
kelerengan yang sama. Kemiringan lahan menunjukkan karakter
daerah yang harus dipertimbangkan dalam arahan penggunaan lahan.
Kemiringan lahan tiap daerah berbeda-beda tetapi secara umum dapat
digolongkan menjadi beberapa kelompok. Kemiringan lahan
dipengaruhi oleh ketinggian lahan terhadap laut karena semakin dekat
dengan laut cenderung semakin rata (Sinery, Rudolf, Hermanus,
Samsul, dan Devi, 2019). Menurut Gunawan (2011), kelas kelerengan
lahan digolongkan dalam lima tipe sebagai berikut.
1) Bergunung dengan kelerengan lebih dari 45 % (lebih besar dari 24°)
2) Berbukit dengan kelerengan 25-45 % atau 14°-24°
3) Bergelombang dengan kelerengan 15-25 % atau 8°-14°
4) Landai dengan kelerengan 8-15 % atau 5-8°
5) Datar dengan kelerengan 0-8 % atau 0-5°.

Kemiringan lereng dan panjang lereng merupakan dua sifat utama dari
topografi yang mempengaruhi erosi. Kemiringan lereng dan panjang
lereng memberikan dampak terhadap laju aliran permukaan yang
membawa lapisan tanah atas beserta unsur hara dari tempat satu ke
tempat lainnya yang lebih rendah (Haridjaja, Murtilaksono, Soedarmo
dan Rachman, 1991).

Menurut Martono (2004), besar kemiringan lereng akan mempengaruhi


laju kecepatan aliran 7 permukaan, dimana semakin curam suatu
lereng akan semakin cepat alirannya, sehingga dapat diartikan
kesempatan air yang meresap ke dalam tanah lebih kecil dan akan
memperbesar aliran permukaan, yang akan berakibat pada besarnya
erosi tanah.

Nilai faktor panjang lereng (L) dan faktor kemiringan lereng (S)
diintegrasikan menjadi faktor LS dan dihitung dengan formula yang
dikemukakan oleh Asdak (1995) sebagai berikut :
S = (0,43 + 0,043 s2)/6,61
LS = L1/2 (0,0138 S2 + 0,00965 S + 0,00138)
Keterangan:
LS : Nilai faktor lereng dan kemiringan
S : Kemiringan lereng aktual (%)
S : Kemiringan lereng (%)

Jadi nilai indek panjang dan kemiringan lereng adalah hasil perkalian
antara nilai aktor Panjang lereng (L) dengan nilai faktor kemiringan
lereng (S).
Faktor LS juga dapat dihitung dari data Digital Elevation Model dengan
menurunkan rumus Moore and Burch (1986) dimana perhitungan
menggunakan dua faktor utama yaitu flow accumulation dan
kecuraman lereng. Flow accumulation didapat dengan menggunkan
watershed delineation sedangkan kecuraman lereng dihitung dengan
menggunakan 3D Analyst, adapun persamaan itu ialah sebagai berikut:
LS = (X * CZ / 22.13)0.4 * (sin θ / 0.0896)1.3
Keterangan: LS = Faktor Lereng
X = Akumulasi Aliran
CZ = Ukuran pixel
θ = Kemiringan lereng (%)
As-syakur (2008) menyatakan terdapat perbedaan mencolok terhadap
hasil prediksi erosi yang menggunakan faktor LS dari hasil analisa SIG
dengan penelitian yang menggunakan factor LS hasil perhitungan data-
data lapangan. Perbedaan mencolok tersebut khususnya pada tingkat
bahaya erosi berat dan sangat berat, hal tersebut disebabkan karena
faktor LS dari hasil analisis SIG sangat memperhitungkan nilai LS
ditempat terjadinya akumulasi air sehingga jumlah erosi tanah akan
semakin tinggi di daerah-daerah tempat terjadinya akumulasi air.

4. Pengelolaan lahan
Usaha konservasi pada tanah pertanian atau yang dipakai untuk
bercocok tanam merupakan usaha pengendalian erosi oleh air dan
angin. Praktik pertanian mengakibatkan tanah menjadi terbuka dan
rawan akan erosi oleh air maupun angin. Pengelolaan tanah pertanian
secara tepat akan memberikan hasil produksi pertanian yang optimal,
karena tanah yang mengandung nutrisi bermanfaat bagi pertumbuhan
tanaman tidak hanyut tererosi, sehingga tanah menjadi subur.
Pengendalian erosi tergantung pada pengelolaan yang baik meliputi
pengadaan tanaman yang menutupi secara memadai dan pemilihan
tanaman yang sesuai untuk menjaga infiltrasi dengan atau tanpa
pengolahan tanah. Jadi konservasi tanah tergantung kuat pada metode
pertanian dalam kombinasi dengan pengelolaan tanah yang realistik,
sedang pengukuran mekanis hanya berperan sebagai pendukung saja.
Hal ini digambarkan dalam strategi konservasi pada tanah yang
ditanami, dijelaskan dalam Gambar berikut ini :
Gambar Strategi konservasi tanah untuk lahan pertanian
(adaptasi dari Morgan, 1986, dalam Noordwijk and Verbist, 2000)

5. Konservasi tanah
Konservasi tanah pada dasarnya mempunyai arti sebagai suatu usaha
dalam menjaga segala sesuatu pada tempatnya, termasuk juga menjaga
fungsi tanah untuk pertumbuhan tanaman secara berkelanjutan.
Praktik konservasi tanah meliputi pengelolaan erosi tanah dan
hubungannya dengan proses sedimentasi, mengurangi dampak negatif
dan menggali kesempatan baru yang tercipta. Young (1989)
mendefinisikan konservasi tanah sebagai suatu kombinasi dari
pengendalian erosi dan menjaga kesuburan tanah. Usaha untuk
menjaga tanah pada tempatnya dengan kegiatan setempat, merupakan
pusat perhatian dimasa lalu. Akhir-akhir ini, perhatian diubah pada
pendekatan dataran luas, di mana sedimentasi dipelajari
seiring dengan erosi, dan peran saluran-saluran maupun saringan
(filter) dimasukkan, yang menerima aliran air permukaan dengan
sedimen melayang. Erosi tanah pada dasarnya disebabkan oleh air dan
angin, maka usaha pengendalian erosi tanah dan menjaga kesuburan
tanah meliputi 2 perhatian, yaitu pada erosi akibat air dan erosi akibat
angin.
Prinsip-prinsip pengendalian erosi tanah akibat air merupakan usaha
serius bagaimana mengatasi atau mencegah terjadinya proses erosi. Hal
ini meliputi:
1) mengurangi dampak jatuhnya air hujan ke atas tanah,
2) mengurangi jumlah dan kecepatan limpasan air permukaan, dan
3) meningkatkan ketahanan tanah terhadap erosi (Troeh et.al., 1991).
Praktik konservasi tanah dapat dilakukan meliputi usaha-usaha
pengelolaan daerah aliran sungai, pengelolaan tanah untuk bercocok
tanam dan membangun bangunanbangunan untuk konservasi tanah.

Anda mungkin juga menyukai