Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329655314

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN PENGINDERAAN JAUH DAN


SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Article · April 2017

CITATION READS

1 1,819

4 authors, including:

Jehunias Leonidas Tanesib Ali Warsito


Universitas Nusa Cendana Universitas Nusa Cendana
38 PUBLICATIONS 18 CITATIONS 15 PUBLICATIONS 15 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Astronomy observatory View project

Observatorium Nasional Timau View project

All content following this page was uploaded by Jehunias Leonidas Tanesib on 14 December 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN PENGINDERAAN
JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN TIMOR
TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
M. Leng, J. L. Tanesib, A. Warsito
Jurusan Fisika, Fakultas Sains Dan Teknik, Universitas Nusa Cendana, Kota Kupang, 8511, Indonesia.
Email: mutileng93@yahoo.com

ABSTRAK
Telah dilakukan pemetaan daerah rawan longsor di Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur
dengan menggunakan aplikasi penginderaan jauh dan sistem infomasi geografi. Metode penelitian berupa
pembuatan Peta Curah Hujan, pembuatan Peta Tutupan Lahan, dan pembuatan Peta Kelas Lereng.Hasil penelitian
menunjukkan penyebaran daerah Rawan Longsor di Kabupaten Timor Tengah Utara terdiri dari tiga kelas
kerawanan longsor yaitu (1) Kelas Tidak Rawan seluas 146284,74 ha (2) Kelas Rawan seluas 83546,1 ha (3) Kelas
Sangat Rawan seluas 2655 ha tersebar pada kecamatan Mutis dan Miomafo Barat.
Kata kunci: Pemetaan, Longsor, Sistem Informasi Geografis

ABSTRACT
Mapping of landslide prone areas in Timor Tengah Utara Regency East Nusa Tenggara Province using
application of remote sensing and geographic information system has been done. The research method such as
making rainfall map, land cover Map, and making slope class Map.The result of Research showed that the spread
of Landslide Prone areas in Timor Tengah Utara Regency consisted of three classes of Landslide susceptibility,
namely (1) no Landslide-Prone area of 146284,74 ha (2) Landslide Prone area of 83546,1 ha (3) highrisk area of
2655 ha district of Mutis and Miomafo Barat.
Keywords: Mapping, Landslide, GIS (Geographic Information System)

PENDAHULUAN mencegah bahaya (resiko) yang berpotensi


Tanah longsor (landslide) adalah salah satu menjadi bencana atau mengurangi efek dari
bencana alam yang paling umum terjadi di bencana ketika bencana tersebut sudah terjadi.
seluruh dunia. Faktor penyebab tanah longsor Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin
secara alamiah meliputi morfologi permukaan melakukan penelitian dengan judul Pemetaan
bumi, penggunaan lahan, struktur geologi, Daerah Rawan Longsor dengan
curah hujan dan kegempaan. Selain faktor Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
alamiah, juga di sebabkan oleh faktor aktivitas Geografis di Kabupaten Timor Tengah Utara
manusia seperti kegiatan pertanian, Provinsi Nusa Tenggara Timur
pembebanan lereng, pemotongan lereng dan
penambangan. (Mubekti dan Alsanah F, 2008) Tanah Longsor
[1]. Kabupaten Timor Tengah Utara merupakan Tanah Longsor adalah proses berpindahnya
salah satu daerah pegunungan yang rawan tanah atau batuan dari satu tempat yang lebih
longsor dengan intensitas curah hujan yang tinggi ke tempat yang lebih rendah akibat
cukup tinggi dan kelembaban udaranya berkisar dorongan air, angin, atau gaya gravitasi. Proses
antara 69% - 87% (Badan Nasional Pengelola terjadinya tanah longsor dapat diterangkan
Perbatasan, 2006) [2]. sebagai berikut: air yang meresap ke dalam
Sistem Informasi Geografis digunakan tanah akan menambah bobot tanah. Jika air
dalam penelitian ini karena terbukti mampu tersebut menembus sampai tanah kedap air
menyediakan informasi data geospasial setiap yang berperan sebagai bidang luncuran, maka
objek dipermukaan bumi secara cepat, tanah menjadi licin dan tanah pelapukan
sekaligus menyediakan sistem analisa diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keruangan yang akurat. Sehingga dapat luar lereng (Nandi,2007) [3].
dilakukan upaya mitigasi yang bertujuan untuk

24
Penyebab Longsoran
Curah hujan Penutupan lahan
Curah hujan adalah banyaknya air Penggunaan lahan seperti persawahan
hujan yang jatuh ke bumi persatu satuan luas maupun tegalan dan semak belukar, terutama
permukaan pada suatu jangka waktu tertentu. pada daerah-daerah yang mempunyai
Besar kecilnya curah hujan dapat dinyatakan kemiringan lahan terjal umumnya sering terjadi
sebagai volume air hujan yang jatuh pada suatu tanah longsor.
areal tertentu dalam jangka waktu relatif lama,
oleh karena itu besarnya curah hujan dapat SIG dan Penentuan rawan bencana longsor
dinyatakan dalam m3/satuan luas, secara umum SIG merupakan suatu sistem yang
dinyatakan dalam tinggi air (mm). Curah hujan mempunyai kemampuan analisis terhadap data
10 mm berarti tinggi hujan yang jatuh pada spasial untuk keperluan manipulasi maupun
areal seluas 1 m2 adalah 10 liter (Subekti dkk, permodelan. Fungsi analisis ini dijalankan
2009). [4]. memakai data spasial dan data atribut dalam
Hujan menyebabkan peningkatan SIG untuk menjawab berbagai pertanyaan yang
kandungan air di dalam tanah atau batuan. dikembangkan dari data yang ada menjadi suatu
Akibatnya ketahanan atau kestabilan tanah persoalan yang relevan,
tanah atau batuan tersebut berkurang. Hujan Daerah rawan longsor dianalisis
yang tinggi juga menyebabkan terbentuknya berdasarkan tumpang susun atau overlay dari
alas atau bidang gelincir dan bahan gelincir atau peta lereng, penggunaan lahan, dan curah hujan.
berat tanah yang akan menggelincir sesuai letak Peta longsor diperoleh dengan mengalikan peta
dan bentuk bidang gelincir (Abdurahman, dkk parameter yang digunakan. Dalam software
2011) [5]. tersedia menu untuk mengkalkulasikan ketiga
Hujan juga dapat menyebabkan peta parameter (Wischmeier dan Smit dalam
terjadinya aliran permukaan yang dapat Sulistyo B,2015) [8].
menyebabkan terjadinya erosi pada kaki lereng 𝐴=𝑅𝑥𝑆𝑥𝐶
dan berpotensi menambah besaran sudut Dimana:
kelerengan yang akan berpotensi menyebabkan A: peta longsor
longsor (Karnawati, 2003) [6]. R: curah hujan
S: kemiringan lereng
Jenis tanah C: tutupan lahan
Faktor tipe tanah mempunyai kepekaan Dengan mengasumsikan erosi dapat
terhadap longsor yang berbeda beda. Adapun menyebabkan longsoran maka rumus yang
sifat-sifat tanah yang mempengaruhi longsor digunakan merupakan rumus erosi hanya faktor
adalah: tekstur, struktur, bahan organik, penyebabnya yang sama. Pada masing-masing
kedalaman, sifat lapis air tanah dan tingkat variabel tersebut diberikan skor tertinggi diberi
kesuburan tanah (Arifin S dan Ita C, 2006) [7]. nilai 5 (lima) dan yang terendah diberikan bobot
1 (satu). Asumsi yang digunakan adalah
Kemiringan lereng semakin tinggi nilai skor yang diberikan, maka
Tanah longsor umumnya dapat terjadi semakin besar pula pengaruh variabel medan
pada wilayah berlereng. Makin tinggi tersebut dalam mempengaruhi suatu kejadian
kemiringan lahannya akan semakin besar longsor. Skor yang dimasukkan sebagai data
potensi longsornya. Tanah longsor terjadi atribut dijumlahkan sehingga mendapatkan
biasanya diakibatkan oleh wilayah jenuh air dan informasi nilai maksimal dan minimal. Nilai ini
adanya gaya gravitasi. Pada musim hujan, digunakan untuk menentukan interval tingkat
apabila tanah di atasnya tertimpa hujan dan kerawanan (Nugroho dkk, dalam Todingan M,
menjadi jenuh air, sebagian tanah akan bergeser 2014) [9].
ke bawah melalui lapisan kedap yang licin 𝑁𝐼𝐿𝐴𝐼 𝑀𝐴𝐾𝑆𝐼𝑀𝑈𝑀−𝑁𝐼𝐿𝐴𝐼 𝑀𝐼𝑁𝐼𝑀𝑈𝑀
ITK= 𝐼𝑁𝑇𝐸𝑅𝑉𝐴𝐿 𝐾𝐸𝐿𝐴𝑆
tersebut dan menimbulkan longsor.

25
. klasifikasi dalam saga yang menghasilkan peta
METODE PENELITIAN curah hujan kabupaten Timor Tengah Utara.
Tempat dan Waktu Berdasarkan peta, 74576.7 ha wilayah
Penelitian ini dimulai dari bulan April kabupaten TTU memiliki intensitas curah hujan
2016 sampai dengan bulan Oktober 2016 rendah, 14761.314 ha intensitas curah hujannya
dengan lokasi penelitian di Kabupaten Timor menengah, 49099.14 ha intensitasnya tinggi
Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur dan 65573.82 ha luas wilayah kabupaten TTU
Alat dan Bahan intensitas curah hujannya sangat tinggi.
Alat yang digunakan pada penelitian ini Kecamatan Mutis dan sebagian wilayah
yakni laptop Asus Intel AMD 2 GB dengan kecamatan Miomafo Barat memiliki intensitas
bantuan software SAGA dan Surfer 11. curah hujan yang sangat tinggi ditunjukkan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam dengan warna hijau tua pada peta. Gambar 4.1
penelitian ini antara lain: memperlihatkan peta curah hujan kabupaten
1. Citra landsat diperoleh dari U.S. Geological TTU hasil analisis SAGA
Survey.
2. Peta Digital Elevation Model (DEM) daerah
penelitian diperoleh dari data Shuttle Radar
Topography Mission (SRTM).
3. Peta Curah Hujan daerah penelitian diperoleh
dari BMKG.

Prosedur Kerja
Pembuatan peta rawan longsor adalah Gambar 4.1 Peta Curah Hujan Kabupaten TTU
sebagai berikut: Hasil Analisis SAGA
1. Pengumpulan data peta lereng, peta Peta curah hujan yang sudah
penutupan lahan dan peta curah hujan diklasifikasi dipakai untuk dioverlay dengan
dalam bentuk data digital. peta lainnya untuk memperoleh peta longsoran.
2. Pemotongan citra dan pengklasifikasian Semakin tinggi nilai intensitas curah hujan
berdasarkan skor parameter pemicu longsor maka semakin besar pengaruhnya terhadap
pada setiap unit peta berdasarkan tabel 2.2 longsoran. Demikian juga curah hujan yang
3. Penggabungan semua peta dengan cara tinggi dan berlangsung lama dapat menambah
dioverlay kemudian dikalkulasi (g1*g2*g3); berat massa tanah yang dapat memicu
g1= curah hujan, g2= kemiringan lereng, g3= terjadinya longsor.
tutupan lahan
4. Mengkelaskan berdasarkan tingkat Peta Tutupan Lahan
kerawanan longsor Peta tutupan lahan kabupaten Timor
Tengah Utara dibuat menggunakan citra landsat
5. Penentuan wilayah rawan longsor
8 bulan maret 2016. Untuk memperoleh peta
berdasarkan overlay dan clustering pada
tutupan lahan, terlebih dahulu dilakukan
peta.
pemotongan citra dan pengklasifikan. Peta
tutupan lahan diklasifikasi dengan nilai NDVI
HASIL DAN PEMBAHASAN (Natural Different indeks Vegetation). Kelas
Peta Curah Hujan tutupan lahan dapat dilihat pada tabel 4.2
Peta Curah Hujan Kabupaten Timor Tingkat kerapatan / vegetasi suatu
Tengah Utara diperoleh dari peta analisis curah wilayah dibagi dalam 4 daerah dengan nilainya
hujan BMKG stasiun Lasiana Kupang. Peta masing-masing. Dari peta tutupan lahan hasil
yang ada diplot dalam surfer sesuai dengan klasifikasi menunjukkan 26.64 Ha wilayah
warna dan nilai yang ada. Kemudian di kabupaten TTU merupakan kawasan air,

26
12076.83 Ha merupakan wilayah tanah kosong,
57413.7 Ha merupakan wilayah padang rumput
dan sebanyak 163009.8 Ha merupakan wilayah
hutan.

Gambar 4.3 Peta kemiringan lereng


Peta longsor
Peta longsor diperoleh dengan
menggabungkan tiga parameter penyebab
longsor: curah hujan, tutupan lahan dan
Gambar 4.2 Peta Tutupan Lahan kemiringan lereng. Ketiga peta tersebut
Peta tutupan lahan kemudian dioverlay dioverlay kemudian dikalkulasi. Hasil kalkulasi
dengan peta curah hujan dan peta kemiringan tiga peta tersebut kemudian diklasifikasi
lereng untuk pengklasifikasian peta longsor. berdasarkan tingkat kerawanan. Klasifikasi
Daerah tanah kosong dan padang rumput didasarkan pada jumlah skor tertinggi dikurangi
merupakan daerah yang dapat berakibat longsor dengan skor terendah dibagi dengan jumlah
karena daya serap air yang kurang atau interval kelas kerawanan.
menyebabkan tingkat kejenuhan air semakin Berdasarkan peta hasil analisa SAGA
tinggi sehingga bobot massa tanah semakin sebagian kecil kecamatan Mutis merupakan
bertambah, tanah menjadi labil dan mudah wilayah sangat rawan, hampir sebagian besar
bergerak. kecamatan Miomafo Barat merupakan wilayah
yang sangat rawan. Kecamatan Mutis memiliki
Peta kemiringan lereng intensitas curah hujan yang cukup tinggi,
Peta kemiringan lereng kabupaten TTU tutupan lahannya hanya sebagian kecil tanah
dibuat menggunakan peta DEM (Digital kosong, paling banyak didominasi oleh hutan.
Elevation Model) Timor Barat, kemudian Kecamatan Miomafo Barat merupakan wilayah
dilakukan pemotongan dan pengklasifikasian yang tingat kerawanannya paling tinggi/ sangat
kelas lereng. rawan. Kecamatan ini memiliki intensitas curah
Berdasarkan data hasil analisis SAGA, hujan tinggi (berkisar 300-500 mm/tahun),
kemiringan lereng terbagi kedalam 5 kelas. kondisi lerengnya sangat curam, dan sebagian
Hasil menunjukkan 114144,48 Ha wilayah besar wilayah ini berupa tanah kosong dan
kabupaten merupakan wilayah landai, 87262,11 padang rumput. Jumlah penduduk di kecamatan
Ha merupakan wilayah agak curam, 58670,73 Miomafo Barat sebanyak 15.840 jiwa dan
Ha merupakan wilayah curam dan 830,07 Ha kecamatan Mutis sebanyak 7.190 jiwa sehingga
merupakan wilayah yang sangat curam dengan perlu adanya mitigasi atau pencegahan sebelum
nilai kemiringannya >45%. Dimana wilayah terjadi bencana longsor yang mengakibatkan
yang memiliki kemiringan lereng yang cukup kerusakan dan korban jiwa.
tinggi dapat berakibat terjadinya longsor. Peta Hampir sebagian besar wilayah
kemiringan lereng dapat dilihat pada gambar kabupaten TTU merupakan daerah rawan
4.3 longsor dimana daerah - daerah tersebut perlu di
Peta ini kemudian di overlay bersama waspadai, karena memiliki intensitas curah
peta curah hujan dan peta tutupan lahan. Dari hujan yang tinggi, berada dalam kelas lereng
gambar diatas, sebagian wilayah kecamatan curam dan berada pada daerah padang rumput.
mutis, miomafo barat dan naibenu kemiringan Daerah yang termasuk dalam kelas rawan
lerengnya sangat curam sedangkan kebanyakan longsor berwarna biru seperti Kecamatan
wilayah kecamatan lainnya memiliki Noemuti Timur, Kecamatan Noemuti,
kemiringan lereng yang curam.

27
Kecamatan Musi, Kecamatan Bikomi Tengah, jenis tanah, peta kegempaan dan Perlu adanya
Kecamatan Bikomi Utara. batas Administrasi dalam format shape
(polygon). Adanya upaya mitigasi pada derah
yang teridentifikasi akan terjadi longsor.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mubekti dan Alsanah F. 2008. Mitigasi
Daerah Rawan Tanah Longsor
Menggunakan Teknik Pemodelan SIG.
Jurnal Teknik Lingkungan. Jakarta. Vol
9 Hal 121-129Anwar, A.
2012.Pemetaan Daerah Rawan Longsor
di Lahan Pertanian Kecamatan Sinjani
Gambar 4.4 Peta rawan longsor kabupaten Barat Kabupaten Sinjani. Skripsi S1.
TTU Universitas
Umumnya longsor terjadi pada daerah 2. BNPP. 2006. Kabupaten TTU, Nusa
yang memiliki intensitas curah hujan tinggi, Tenggara Timur. http://tasbara-
kemiringan lereng tinggi dan tutupan lahan bnpp.com (di akses tanggal 15 Maret
berupa tanah kosong, sawah ataupun padang 2016)
rumput yang tidak dapat menahan air/ 3. Nandi, 2007. Longsor_Pengayaan
penyerapan air kurang. Longsoran juga bisa geologi lingkungan Bandung.
terjadi didaerah dengan kemiringan lereng yang http://piba. tdmrc.org. (diakses 15
tidak terlalu tinggi, tutupan lahan berupa tanah Maret 2016)
kosong dan padang rumput, intesitas curah 4. Subekti, R, dkk. 2009. Monitoring Air
di Daerah Aliran Sungai. World
hujan sedang. Namun jika berlangsung secara
Agroferastry Centre. Bogor.
terus-menerus dan dalam waktu yang lama
5. Abdurahman Oman, dkk. 2011. Hidup
maka kondisi tanah menjadi tidak stabil karena di Atas Tiga Lempeng. Badan Geologi,
bobot air yang banyak dalam tanah sehingga Kementrian Energi dan Sumber Daya
tanah mudah untuk bergerak/terjadi longsor. Mineral. Bandung.
Peta yang ada mempunyai kekurangan dimana 6. Karnawati, D. 2003. Manajemen
sebagian wilayah Kecamatan Mutis dan Bencana Gerakan Tanah. Diktat
Kecamatan Biboki Anleu terpotong. Luas Kuliah. Yogyakarta: Jurusan Teknik
wilayah TTU secara keseluruhan 2669.70 km2 Geologi, Universitas Gadjah Mada.
sedangakan dari hasil analisis SAGA luas 7. Arifin, S. dan Ita C. 2006.
wilayah sebesar 2324.858 km2 sehingga sekitar Implementasi Pengindraan Jauh dan
344. 842 km2 luas wilayah kabupaten TTU yang SIG untuk Inventarisasi Daerah Rawan
terpotong. Bencana Longsor. Jurnal Pengindraan
Jauh LAPAN. Vol 3, hal 80-81
KESIMPULAN
8. Sulisttyo, B. 2015.Pemodelan Faktor K
Tingkat kerawanan longsor di Berbasis Raster Sebagai masukan
Kabupaten Timor Tengah Utara dibagi kedalam Pemodelan Erosi di DAS Merawu
tiga kelas, yaitu: tidak rawan longsor dengan Banjar Negara Provinsi Jawa
luas 146284,74 Ha, rawan dengan luas 83546,1 Tengah.Jurnal Manusia dan
Ha dan kelas sangat rawan dengan luas 2655 Lingkungan.Vol 22.
Ha. Daerah yang sangat rawan terkena longsor 9. Todingan M. 2014. Pemetaan Daerah
terdapat di kecamatan Mutis dan kecamatan Rawan Longsor di Wilayah Sub DAS
Miomafo Barat. Daerah rawan longsor terdapat Tondano dengan Sistem Informasi
di hampir seluruh wilayah kabupaten TTU di Geografis.Jurnal.
tandai dengan warna biru pada peta.
SARAN
Untuk peta yang lebih akurat, perlu adanya
penambahan peta parameter lainnya seperti peta

28

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai