Disusun oleh:
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
A. Latar Belakang Masalah
sifat fisik alami seperti struktur geologi, bahan induk, tanah, pola drainase,
seperti penggunaan lahan dan infra-struktur (Barus 1999). Menurut Suripin (2002)
tanah longsor merupakan bentuk erosi dimana pengangkutan atau gerakan masa
tanah terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar. Wang et al. (2017)
seperti presipitasi, geologi, jarak dari patahan, vegetasi, dan topografi. Tingginya
tingkat kerugian yang dialami oleh masyarakat yang diakibatkan karena terjadinya
kesadaran masyarakat akan tanggap bencana menjadi sangat minim. Oleh karena
itu, informasi awal mengenai potensi dan risko bencana merupakan salah satu
media informasi yang dapat digunakan sebagai pendidikan dasar tanggap bencana
Bencana tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering
terjadi di Indonesia dan umumnya sering terjadi di wilayah pegunungan serta pada
musim hujan. Menurut Sartohadi (2008), jumlah kejadian bencana tanah longsor
tertinggi di Indonesia terjadi pada wilayah yang memiliki topografi yang curam dan
memiliki curah hujan 2000mm/tahun. Bencana ini berkaitan erat dengan kondisi
alam seperti jenis tanah, jenis batuan, curah hujan, kemiringan lahan dan penutup
lahan. Selian itu faktor manusia sangat mempengaruhi terjadinya bencana tanah
longsor, seperti alih fungsi lahan hutan yang tidak mengikuti aturan dan semena-
wilayah daratan tinggi dengan ketinggian 400-700 m diatas permukaan laut. Daerah
kemiringan lereng yang sangat tinggi maka potensi terjadinya longsor sangat besar.
Selain itu curah hujan yang tinggi di Kecamatan Sibolangit menjadi faktor yang
Sibolangit terdiri dari beberapa daerah yang rawan terjadi pergerakan tanah,
dengan desa yang rawan terjadi longsor yaitu Desa Sibolangit, dan Desa Bandar
Baru. Kedua desa ini memiliki kemiringan lereng yang berpotensi terjadinya
Bandar baru memiliki kemiringan lereng 60°-70°, yang masing-masing desa ini
memiliki curah hujan yang tinggi tiap tahunnya. Berdasarkan Peta Prakiraan
Potensi Terjadi Gerakan Tanah pada Bulan Maret 2017 di Provinsi Sumatera Utara
mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona
ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal, terutama pada daerah
yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng
mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali. Selain faktor
kondisi fisik wilayah yang berpotensi terjadinya longsoran tanah, faktor sosial
masyarakat juga menjadi penyebab terjadinya tanah longsor di Sibolangit. Di mana
banyaknya terjadinya penebangan hutan secara ilegal, dan terjadi pembukaan hutan
untuk dijadikan ladang oleh penduduk sekitar. Alih fungsi lahan dari hutan menjadi
terjadinya tanah longsor, ataupun longsoran batuan. Bencana tanah longsor yang
berulang kali terjadi di sibolangit akhir-akhir ini sangat meresahkan, banyak yang
menjadi korban akibat bencana alam ini, baik korban jiwa dan materi.
Tindak lanjut dari permasalahan ini yaitu mencari solusi dan langkah tepat untuk
mengatasi dan mengurangi dampak terjadinya tanah longsor. Salah satu langkah
yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak tanah longsor adalah dengan
mengenali karakteristik daerah rawan terjadinya longsor tersebut, yang mana untuk
sebuah pemetaan daerah rawan bencana tanah longsor. Pemetaan daerah rawan
tanah longsor. Pemetaan daerah rawan bencana tanah longsor ini dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai aplikasi atau software pemetaan pada SIG, seperti
dengan menggunakan ArcGIS dengan berbagai type nya. Dengan pemetaan daerah
rawan bencana tanah longsor di Kecamatan Sibolangit, maka dampak dari bencana
dapat diminimalisir dan dapat dilakukan tindakan yang bersifat preventif terhadap
juga dilakukan oleh Zakaria (2010). Stabilisasi dan rancang bangun lereng terpadu
(Starlet) yang dirumuskan oleh Zakaria (2010) merupakan suatu usulan dalam
pemetaan longsoran dan lereng rawan longsor, analisis kestabilan lereng sebagai
peringatan dini maupun untuk stabilisasi, simulasi rancang bangun lereng stabil,
dalam menghadapi bencana longsor ini. Dalam penelitian Faizana et al. (2015),
pembuatan peta risiko bencana tanah longsor dilakukan dengan beberapa tahapan
overlay.
Adapun judul penelitian yang diangkat oleh peneliti adalah “Aplikasi SIG
Deli Serdang”.
B. Tujuan Penelitian
Utara.
C. Metode Penelitian
Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Bahan dan alat
lahan Kecamatan Sibolangit dan Peta curah hujan dan datadata lainnya terkait
dengan tanah, penutup lahan, curah hujan dan kemiringan lereng di Kecamatan
Sibolangit.
Data berupa peta curah hujan, peta jenis tanah, peta geologi dan peta kontur
melalui seperangkat komputer dengan software ArcGIS 10.1. Data keluaran ini
kemudian digunakan sebagai data acuan penentuan wilayah penelitian serta acuan
1).
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
model pendugaan yang mengacu pada penelitian Puslittanak tahun 2004 dengan
Keterangan:
Damanik, M. R. S., & Restu, R. (2012). Pemetaan Tingkat Risiko Banjir dan
Longsor Sumatera Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis. JURNAL
GEOGRAFI, 4(1), 29-42.
Faizana, F., Nugraha, A. L., & Yuwono, B. D. (2015). Pemetaan Risiko Bencana
Tanah Longsor Kota Semarang. Jurnal Geodesi Undip, 4(1), 223-234..