Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

ZONA RAWAN LONGSOR PADA KAWASAN PERMUKIMAN


DI KABUPATEN TANAH DATAR

Iswandi Umar1), Indang Dewata2), Eri Barlian3), Dedi Hermon4)


1
Jurusan Geografi FIS Universitas Negeri Padang Jln. Prof. Dr. Hamka Airtawar Padang (25174),
iswandi_u@yahoo.com
2
Ketua Pusat Penelitian Kependudukan dan Lingkuangan Hidup UNP Jln. Prof. Dr. Hamka Airtawar Padang
(25174), i_dewata@yahoo.com
3
Ketua Program Studi Ilmu Lingkungan Pascasarjana UNP Jln. Prof. Dr. Hamka Airtawar Padang (25174),
eri_barlian@yahoo.com
4
Ketua Program S2 Magister Pendidikan Geografi UNP Jln. Prof. Dr. Hamka Airtawar Padang (25174),
dihermon@gmail.com

Abstract

Natural disasters will bring harm to human life, and one of the efforts to minimize that is with disaster
mitigation. Determination of landslide hazard zones in settlement areas is part of mitigation efforts in
the sustainable use of land resources. The purpose of this study is to map the landslide hazard zone in
the settlement area in Tanah Datar District. For the determination of landslide hazard zone, an
overlay method is used by scoring technique using geographic information system (GIS). The analysis
shows that Tanah Datar District has 35,6 percent of high landslide hazard areas, and about 38
percent of settlement areas are in high landslide hazard zones.

Keywords: mitigation, landslide hazard, settlement area

1. PENDAHULUAN alami untuk berubah fungsi (Pribadi et al.,


Longsor merupakan suatu fenomena 2006). Selain itu, Harun (1992) dan Kustiawan
alam yang selalu berhubungan dengan (1997) menjelaskan bahwa perubahan pola
datangnya musim hujan, terjadi secara tiba- penggunaan lahan mengakibatkan terjadinya
tiba dalam waktu yang relatif singkat pada fluktuasi daya dukung sumberdaya lahan,
suatu tempat tertentu dengan tingkat kerusakan sehingga menimbulkan terjadinya bencana
yang sangat berat, bahkan kehilangan nyawa tanah longsor (landslide). Buol et al. (1980)
penduduk yang bermukim di sekitarnya dan Darmawijaya (1990) menjelaskan bahwa
(Sitorus, 2006). Menurut Utoyo et al. (2001) longsor pada hakekatnya disebabkan oleh
dan Canuti et al. (2003), bencana longsor ketidakmampuan tanah menahan beban
selain diakibatkan oleh karakteristik wilayah, diatasnya karena tanah sudah mengalami
juga disebabkan oleh aktivitas manusia dalam degradasi sifat-sifat tanah.
hal pemenuhan kebutuhannya tanpa UU No 24 Tahun 2007 tentang
memperhatikan keberlanjutan dari sumberdaya Penanggulangan Bencana dan BNPB (2012)
alam. Dewasa ini, bencana tanah longsor menjelaskan bahwa rawan bencana merupakan
sering terjadi dan menghancurkan kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
permukiman serta sarana dan prasarana hidrologis, klimatologis, geografis, sosial,
lainnya. Hal ini menimbulkan kerugian harta budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada
dan jiwa penduduk yang bermukim pada suatu kawasan untuk jangka waktu tertentu
daerah tersebut, sehingga perlu penataan yang mengurangi kemampuan untuk
kembali permukiman penduduk ke kawasan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan
yang bebas longsor (Virdin, 2001; Syahrin, mengurangi kemampuan untuk menanggapi
2003; Suryani dan Marisa, 2005; dan Martono dampak buruk bahaya tertentu. Upaya yang
et al., 2005). dapat dilakukan dalam rangka mencegah atau
Pembangunan yang pesat telah meminimalisis dampak buruk dari bencana
menyebabkan perubahan pola penggunaan banjir yakni melakukan mitigasi.
lahan, dimana ruang terbangun semakin BPBD Kabupaten Tanah Datar
mendominasi dan mendesak ruang-ruang mencatat adanya terjadi peningkatan bencana
271
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

tanah longsor baik dari frekuansi maupuan Berdasarkan latar belakang diatas tujuan
luasan yang terkena dampak pada periode penelitian ini untuk menentukan kawasan
2000-2017. Salah satu bentuk mitigasi yang rawan longsor di Kabupaten Tanah Datar.
dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak Selain itu, penelitian ini juga akan menentukan
risiko banjir dengan cara menentukan zona tingkat kerawanan permukiman dan pola ruang
rawan longsor di Kabupaten Tanah Datar. dalam RTRW Kabupaten Tanah Datar.
KabupatenTanah Datar berdasarkan
karakteristik fisik memiliki wilayah yang 2. METODE PENELITIAN
sangat rawan untuk terjadi bencana tanah 2.1. Lokasi dan waktu penelitian
longsor, antara lain: a) secara morfologi Penelitian ini dilaksanakan pada
kawasan tersebut sekitar 55 persen merupakan Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera
kawasan relatif datar (<27%); b) sekitar 70% Barat. Secara geografis lokasi penelitian
kawasan Kabupaten Limapuluh Kota kawasan terletak pada bujur 100018’BT – 100050’BT
hutan primer beralih fungsi menjadi kawasan dan lintang 0018’LS-0040’LS. Penelitian ini
hutan sekunder; c) peningkatan intensitas dilakukan dalam waktu enam bulan, yakni
curah hujan pada kawasan uppar DAS; dan d) pada bulan Juni – Oktober 2017.
semakin berkembangnya kawasan terbangun.

Gbr 1. Lokasi penelitian

Tabel 1. Matrik jenis dan sumber data penelitian


No Jenis data Sumber
1. Peta lereng Citra Shuttle Radar Topography Mission (SRTM)1 Arc Second
2. Peta jenis tanah Peta Jenis Tanah (PPT) Bogor tahun 1990 skala 1 : 250.000
3. Peta sistemlahan/ landsystem Regional Physical Planning Program for Transmigration tahun 1990 skala 1 :
250.000
4. Data curah hujan BMKG Sicin periode 1975-2017
5. Peta geologi Badan Geologi Bandung tahun tahun 2007 skala 1 ; 250.000
6. Tutupan lahan Landsat 7+ETM tahun 2016 dan dikoreksi dengan citra Quick Bird 0.65m
tahun 2010.
7 Elevasi Citra Shuttle Radar Topography Mission (SRTM)1 Arc Second

2.2. Jenis dan sumber data Penelitian dan catatan resmi yang berasal dari berbagai
Jenis data yang digunakan dalam instansi terkait. Tabel 1disajikan matrik jenis
penelitian ini dikategorikan atas dua jenis, dan sumber data.
yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer dihasilkan dari pengukuran dan 2.3. Teknik analisis data pelitian
pengumpulan dari lapangan, sedakan data
sekunder diperoleh dari dokumen, informasi,

272
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

Zona rawan longsor di Kabupaten kawasan longsor ditentukan dengan


Tanah Datar ditentukan dengan menggunakan mempertimbangkan enam indikator yakni,
pendekatan sistem informasi geografi yakni jenis tanah, lereng, tipe geologi, proses
metode tumpang susun/overlay. Dalam geomorfologi, curah hujan, dan penggunaan
analisis overlay menggunakan software Art lahan (Tabel 2). Masing-masing indikator
GIS 10.1. Untuk penentuan tingkat rawan diurai dalam beberapa sub indikator dengan
longsor ditentukan dengan menggunakan nilai harkat yang berbeda.
persamaan 1. Dalam persamaan 1 zonasi

TRL = 0,10(ST) + 0,25(S) + 0,10(G) + 0,20(P) + 0,05(LU) + 0,10(LF) .................(1)

Dimana
LF : Geomorfologi Dimana :
TRL : Tingkat rawan longsor
P : Curah hujan
ST : Jenis tanah
G : Geologi
LU : Penggunaan lahan
S : Lereng

Tabel 2 Indikator rawan longsor


Indikator Sub Indikator Harkat
Jenis Tanah Andosol 1
Latosol 2
Podsolik 3
Lereng 0-8 persen Datar 1
8-14 persen Landai 2
15-25 persen Agak Curam 3
25-40 persen Curam 4
> 40 persen Sangat curam 5
Gemorfologi Denudasional 2
Fluvial 1
Karst 2
Volkanik 4
Geologi Aluvium 1
Batuan
ganung api 3
Batuan intrusi 3
Batuan
metamorf 3
Batuan kapur 2
Formasi
branin 3
Formasi
kuantan 3
Formasi
ombilin 3
Formasi
sangkarewang 3
Formasi tuhur
Curah hujan (mm/tahun) 2500-3000 1
3000-3500 2
3500-4000 3
4000-4500 4
4500-5000 5
> 5000 6

Penggunaan lahan Hutan 1


Perkebunan 2
Permukiman 4
Sawah 3
Ladang 2

273
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

Tegalan 3
Sumber : MAFF-Japan (Zain 2002) dan Hermon 2017

Selanjutnya, untuk penentuan kelas


interval menggunakan persamaan 2. Total skor I= ................(2)
tertinggi tingkat rawan longsor (TRL) sebesar Dimana
4,1 sedangkan total skor terendah sebesar 1,1. I : besar jarak interval kelas
Zona rawan longsor dibedakan atas tiga kelas c : jumlah skor tertinggi
yakni zona rawan tinggi, zona rawan sedanga, b : jumlah skor terendah
dan zona rawan rendah. Tabel 3 disajikan k : jumlah kelas yang diinginkan
kelas interval zona rawan longsor.

Tabel 3 : Kelas interval zona rawan longsor


Kelas Kerawanan Kelas Interval Indeks Kerawanan
Kelas rendah 1,00-2,00 Zona rawan rendah
Kelas sedang 2,01-3,00 Zona rawan sedang
Kelas tinggi 3,01-4,01 Zona rawan tinggi

3. HASIL DAN PEMBAHASAN wilayah yang relatif bergelombang, sekitar 55


persen wilayahnya dengan lereng kategori
Menurut Christiadi (2006) tanah longsor agak curam sampai sangat curam. Hanya
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: sekitar 20 persen wilayah tersebut dengan
kondisi geologi, hidrologi, topografi, iklim, lereng relatif datar. Selain itu, berdasarkan
dan penggunaan lahan. Wilayah dengan tingkat curah hujan wilayah penelitian
karakteristik lereng yang curam akan rawan memiliki rata-rata curah hujan 3000-3500
terjadi longsor bila faktor curah hujan yang mm/tahun. Gambar 2 disajikan peta lereng
tinggi serta pemanfaatan lahan yang tidak dan curah hujan pada Kabupaten Tanah Datar.
terkontrol. Kabupaten Tanah Datar memiliki

Gbr 2. Peta lereng (a) dan peta curah hujan (b) Kab. Tanah Datar

Kabupaten Tanah Datar berdasarkan geologi Kabupaten Tanah Tanah. Selain itu,
geologi sebagian besar terbentuk oleh batuan patahan Semangko membentuk perubahan dan
gunung api. Gunung Merapi pada bagian barat perombakan wilayah tersebut. Secara
memiliki peran penting dalam pembentukan geomorfologi proses denudasional sebagian
274
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

besar mempengaruhi proses pembentukan geologi dan geomorfologi Kabupaten Tanah


wilayah tersebut. Gambar 3 disajikan peta Datar.

Gbr 3. Peta geologi (a) dan peta geomorfologi (b) Kab. Tanah Datar

Gbr 4. Peta jenis tanah (a) dan peta penggunaan lahan (b) Kab. Tanah Datar

Gambar 4 disajikan peta jenis tanah hutan. Namun peningkatan jumlah manusia
dan penggunaan lahan Kabupaten Tanah akan mendesak perluasan kawasan terbangun.
Datar. Berdasarkan jenis tanah sebagian besar Hasil penelitian menunjukkan bahwa di
merupakan tanah andosol, dimana tanah Kabupaten Tanah Datar terdapat sekitar 35,6
andosor adalah tanah muda. Selain itu, jenis persen wilayah dengan tingkat kerawanan
tanah andosol memiliki karakteristik yang longsor tinggi, sebesar 54,4 persen tingkat
dodominasi oleh kandungan liat dan pasir kerawanan sedang, dan sisanya sekitar 10
vulkanik, sehingga sangat mudah terjadi persen merupakan zona rawan rendah. Hal ini
longsoran. Selanjutnya, berdasarkan dapat berarti bahwa Kabupaten Tanah Datar
penggunaan lahan Kabupaten Tanah Datar sebegian besar merupakan wilayah rawan
masih didominasi oleh penggunaan kawasan bencana longsor. Zonasi kawasan rawan

275
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

longsor di Kabupaten Tanah Datar disajikan pada Gambar 5.

Gbr 5. Peta zona rawan longsor di Kabupaten Tanah Datar

Kawasan permukiman pada Kabupaten menyebabkan terjadiknya konflik antar


Tanah Datar selalu mengalai perkembangan pengguna lahan. Selain itu, Muata,ali (2012)
setiap tahunnya. Persentase petumbuhan menyatakan bahwa pertambahan jumlah
kawasan permukiman pada periode 2000-2016 penduduk menyebabkan manusia
sebesar 1,3 persen setiap tahunnya. memanfaatkan sumberdaya alam tanpa
Pertumbuhan kawasan permukiman memperhatikan kemampuan dan daya dukung
berbanding lurus dengan peningkatan jumlah lingkungan. Sebagai akibatnya teerjadinya
penduduk. Data BPS Tanah Datar (2016) penurunan kualitas lingkungan dan bencana
persentase pertumbuhan penduduk pada alam.
wilayah penelitian sebesar 0,33 persen/tahun. Gambar 6 merupkan overlay antara
Menurut Umar dkk (2017) pemaanfaatan lahan zona rawan longsor dengan penggunaan lahan
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan untuk kawasan permukiman tahun 2016 di
manusia. Pemanfaatan lahan berbanding lurus Kabupaten Tanah Datar menunjukkan bahwa
dengan pertambahan jumlah manusia di bumi. sekitar 28,23 persen kawasan permukiman
Semakin banyak jumlah manusia yang berada pada zona sangat rawan bencana
menghuni permukaan bumi, maka semakin longsor, sekitar 63,36 persen kawasan
tinggi kebutuhan untuk pemanfaatan lahan. permukiman kategori rawan sedang, dan
Sedangkan lahan yang tersedia untuk dampat sekitar 8,4 persen sisanya berada pada zona
menampung kebutuhan manusia bersifat rawan rendah. Berdasarkan analisis diatas
terbatas. Selain itu, Sadyohutomo (2008) dapat diartikan bahwa sebahagian besar
menambahkan bahwa keterbatasan lahan yang kawasan permukiman memiliki tingkat
dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia kerawanan tinggi terhadap bencana longsor.

276
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

Gbr 6. Peta zona permukiman rawan longsor di Kabupaten Tanah Datar

4. KESIMPULAN Kontrol terhadap Faktor Resiko Erosi


dan Bencana Longsor, Makalah,
Kabupaten Tanah Datar merupakan Lokakarya Penataan Ruang sebagai
kawasan yang memiliki topografi relatif kasar Wahana untuk Meminimalkan Potensi
dengan curah hujan yang tinggi. Konsi Kejadian Bencana Longsor, Jakarta, 7
karakteristik wilayah tersebut berdampak Maret 2006
terhadap bencana tanah longsor. Kabupaten [2] Utoyo, B.S., Anwar, E., Sandy I.M.,
Tanah Datar memiliki sekitar 35,6 persen Saefulhakim, R.S., dan H. Santoso.,
wilayah dengan tingkat kerawan tinggi 2001, Analisis Keterkaitan antara
terhadap bencana tanah longsor. Kawasan Pertumbuhan Wilayah dengan Pola
permukiman pada periode 2000-2016 memiliki Perubahan Struktur Penggunaan Lahan,
perkembangan kawasan permukiman sekitar Forum Pascsarjana, 24, 159-162
1,6 persen/tahun. Peningkatan kebutuhan lahan [3] Canuti, P., N.Casagli, and R. Fanti,
permukiman berdampak terhadap 2003, Landslide Hazard for
berkembannya kawasan pada zona rawan Archaeological Heritage, The Case of
longsor. Sekitar 28,23 persen kawasn Tharros in Italy. Landslides News,
permukiman terdapat pada zona rawan tinggi. 14/15, 40-43
Oleh karena itu, maka perlu upaya mitigasi [4] Virdin, J.W, 2001, Understanding the
dan pembatasan perizinan untuk Synergies between Climate Change and
pengembangan kawasan pada zona rawan Desertification, UNDP
bencana longsor. [5] Syahrin, A., 2003, Pengaturan Hukum
Ucapan terima kasih kepada PPKLH dan Kebijakan Pembangunan
UNP, Program Studi Ilmu Lingkungan Perumahan dan Permukiman
Pascasarjana UNP, dan S2 Magister Berkelanjutan, Pustaka Bangsa Press
Pendidikan Geografi FIS UNP yang telah [6] Suryani, R.L., dan A. Marisa, 2005,
membantu dan menfasilitasi dalam Aspek-Aspek yang Mempengaruhi
pelaksanaan penelitian ini. Masalah Permukiman di Perkotaan.
Program Studi Arsitektur. Fakultas
Teknik USU, Medan
5. REFERENSI [7] Martono, D.N., Surlan, dan B.T.
Sukmana, 2005, Aplikasi Data
[1] Sitorus, S.R.P., 2006, Pengembangan Penginderaan Jauh untuk Mendukung
Lahan Berpenutupan Tetap sebagai
277
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Secara Terpadu 2017

Perencanaan Tata Ruang di Indonesia. Metropolitan Region (JABOTABEK).


http://io.ppi.jepang.org/article Doctoral Degree Program. Department
[8] Pribadi, D.O., Shiddiq D., dan of Agricultural and Environmental
Ermyanila M., 2006, Model Perubahan Biology Graduate School of
Tutupan Lahan dan Faktor-Faktor yang Agricultural and Life Sciences, The
Mempengaruhinya, Jurnal Teknologi University of Tokyo, Japan
Lingkungan. Pusat Pengkajian dan [14] [BPS] Badan Pusat Statistik Tanah
Penerapan Teknologi Lingkungan, 7, Datar, 2016, Tanah Datar dalam Angka.
35-51 [15] [BPBD] Badan Penanggulangan
[9] Harun, U.R., 1992, Dinamika Bencana Daerah Tanah Datar, 2017,
Penggunaan Sumberdaya Lahan di Jawa Statistik Bencana Daerah.
Barat 1970-1990, Jurnal PWK, 3, 48-53 [16] Umar, I., Widiatmaka, Pramudya, B.,
[10] Buol, S.W., F.D. Hole., and R.J. dan Barus, B., 2017, Evaluasi
Cracken., 1980, Soil Genesis and Kesesuaian Lahan untuk Permukiman
Classification, Second Edition, The dengan Pendekatan MCE di Kota
Iowa State University Press. Amess Padang, Jurnal PSL, 2 (2), 84-95
[11] Darmawijaya, M.I., 1990, Klasifikasi [17] Hermon, D., 2017, Geografi Bencana,
Tanah, Gajah Mada University Press. Rajawali Press. Jakarta
Yogyakarta [18] Kustiawan, I., 1997, Permasalahan
[12] [BNPB] Badan Nasional Konversi Lahan Pertanian dan
Penanggulangan Bencana, 2012, Implikasinya terhadap Penataan Ruang
Tentang Pedoman Umum Pengkajian Wilayah. Studi Kasus, Wilayah Pantura
Risiko Bencana Nomor 2 Tahun 2012. Jawa Barat, Jurnal PWK, 8: 49-60
[13] Zain, A.F.M., 2002, Distribution, [19] [RI] Republik Indonesia, 2007,
Structure dan Function of Urban Green Undang-undang Republik Indonesia
Space in Southeast Asian Mega-Cities Nomor 24 Tahun 2007 tentang
with Special Reference to Jakarta Penanggulangan Bencana.

278
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau

Anda mungkin juga menyukai