Anda di halaman 1dari 6

Acara 1 - 4

Karakteristik Lahan Tanah Vulkanik

1. Pendahuluan
Indonesia mempunyai 127 gunung berapi aktif (Hendrasto et al. 2013), diantaranya G.
Sinabung, G. Kerinci di Sumatera; G. Tangkuban Parahu, G. Galunggung, G. Merapi, G.
Kelud, di Jawa; G. Agung di Bali; G. Rinjani di Lombok; G. Tambora di Sumbawa; dan G.
Soputan di Sulawesi. Sifat dan perilaku gunung berapi mempengaruhi kondisi alam dan
makhluk hidup di sekelilingnya. Sifat bahan pembentuk gunung berapi menyebabkan
terjadinya perbedaan sifat lahan, tanah, air dan topografi. Menurut Prasetyo (2005), sebagian
besar daerah di kawasan gunung berapi berada pada dataran tinggi dengan udara sejuk.
Suburnya lahan di daerah pegunungan tidak terlepas dari kondisi iklim dan tanah yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman. Tanah di daerah pegunungan vulkanik dicirikan oleh warna
gelap sampai agak gelap karena tingginya kandungan bahan organik, gembur, ringan, dan
licin jika dipirid.

2. Tujuan
2.1 Praktikan dapat mengetahui karakteristik iklim lahan vulkanik beserta sebaranya
2.2 Praktikan dapat mengetahui karakteristik topografi dan relief di lahan vulkanik
beserta sebaranya
2.3 Praktikan dapat mengetahui karakteristik jenis tanah di lahan vulkanik beserta
sebaranya
2.4 Praktikan dapat mengetahui tingkat kesuburan tanah vulkanik beserta sebaranya

3. Alat dan Bahan


3.1 Peta Jenis Tanah Skala 1:50.000 Tahun 2017 (BBSDLP)
Peta jenis tanah ini sudah memuat informasi seperti kapasitas tukar kation (KTK),
tingkat kemasaman tanah (pH), Kejenuhan Basa (KB), Tekstur, dan kedalaman
efektif tanah, sehingga dari data tersebut praktikan bisa mendeskripsikan
karakteristik tanah vulkanik dan memetakanya.
3.2 DEMNAS Resolusi 8 Meters (BIG)
Data ini digunakan untuk mengetahui ketinggian tempat di suatu wilayah beserta
kelerenganya, dan dari ketinggian tersebut maka bisa juga digunakan untuk
mengetahui sebaran temperatur udara berdasarkan rumus Braak.
3.3 Peta Batas Administrasi Skala 1:25.000 (BIG)
Data ini untuk mengetahui batas wilayah dari tingkat desa, kecamatan, sampai
kabupaten.
3.4 Peta RTRW Kab. Jember Tahun 2015
Data ini memuat informasi lahan lahan yang sudah di perdakan oleh pemkab.
Sehingga kita tau wilayah yang boleh dikelola pertanian dan wilyah yang harus
dilindungi dan dikonservasi.
3.5 Data Curah Hujan 30 Tahun Kab. Jember
Data ini digunakan untuk mengklasifikasikan tipe iklim oldeman, dan schmidt
ferguson di lahan vulkanik beserta memetakan distribusi jumlah curah hujan
tahunan dan sebarannya.

Acara 5 – 9

Potensi dan Kendala Pengelolaan Tanah Vulkanik

1. Pendahuluan
Luas tanah vulkanik (Andosol) di Indonesia adalah 5.395.000 ha atau 2,9% dari luas
daratan (Subagyo et al. 2004). Penyebarannya sering berasosiasi dengan tanah lainnya seperti
Kambisol (Inceptisols) dan Regosol (Entisols). Oleh karena itu pembahasan mengenai
potensi tanah vulkanik tidak terlepas dari potensi tanah Kambisol dan Regosol yang secara
bersamaan berada pada daerah tersebut.
Data dari Subagyo et al. (2004) menunjukkan tanah vulkanik terluas terdapat di
Sumatera dan disusul oleh Jawa. Dari segi kawasan, tanah vulkanik terluas terdapat pada
lahan di daerah pergunungan dengan lereng > 30%, yaitu 3.344.612 ha (62%) dan daerah
perbukitan dengan lereng 15-30% seluas 883.936 ha (16,38%) (Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat (Puslittanak) 2000).
Berdasarkan karakteristik biofisik terutama lereng, minimal terdapat 2,05 juta ha
(38%) tanah vulkanik yang potensial untuk pertanian (Sukarman dan Dariah 2014). Lahan
potensial tersebut secara teknis-agronomis mampu mendukung pertumbuhan tanaman
semusim maupun tanaman tahunan secara optimal. Jika lahan tersebut dikelola dengan baik
maka tidak akan mengganggu kelestarian sumber daya dan lingkungan. Hasil penelitian
Suratman et al. (2018) menunjukkan tanah vulkanik di Jawa Barat dan Jawa Tengah
tergolong sesuai dan sangat mendukung pengembangan tanaman budi daya, baik tanaman
semusim maupun tanaman perkebunan.
Agar lahan-lahan tersebut dapat dibudidayakan secara berkesinambungan maka
penggunaannya harus didasarkan kepada kesesuaian lahannya. Pengembangan suatu
komoditas harus didasarkan kepada hasil evaluasi lahan yang didasarkan kepada daya dukung
iklim, tanah, dan sifat lingkungan fisik lainnya. Prioritas pengembangan pertanian diarahkan
kepada lahan yang tergolong berpotensi tinggi, agar komoditas yang diusahakan mampu
berproduksi optimal dengan kualitas tinggi.

2. Tujuan
2.1 Praktikan dapat mengetahui dan memetakan prediksi laju erosi menggunakan
metode USLE di lahan vulkanik beserta pengelolaan konservasinya
2.2 Praktikan dapat mengetahui dan memetakan tingkat potensi kerusakan tanah di
lahan vulkanik beserta pengelolaan konservasinya
2.3 Praktikan dapat mengetahui dan memetakan kelas kemampuan lahan vulkanik
beserta pengelolaan konservasinya
2.4 Praktikan dapat mengetahui dan memetakan kelas kesesuaian lahan dan
rekomendasi pengelolaaan lahan di tanah vulkanik.

3. Alat dan Bahan


3.1 Peta Jenis Tanah Skala 1:50.000 Tahun 2017 (BBSDLP)
Peta jenis tanah ini sudah memuat informasi seperti kapasitas tukar kation (KTK),
tingkat kemasaman tanah (pH), Kejenuhan Basa (KB), Tekstur, dan kedalam
efektif tanah, sehingga dari data tersebut praktikan bisa mendeskripsikan
karakteristik tanah vulkanik dan memetakanya.
3.2 DEMNAS Resolusi 8 Meters (BIG)
Data ini digunakan untuk mengetahui ketinggian tempat di suatu wilayah beserta
kelerenganya, dan dari ketinggian tersebut maka bisa juga digunakan untuk
mengetahui sebaran temperatur udara berdasarkan rumus Braak.
3.3 Peta Batas Administrasi Skala 1:25.000 (BIG)
Data ini untuk mengetahui batas wilayah dari tingkat desa, kecamatan, sampai
kabupaten.
3.4 Peta RTRW Kab. Jember Tahun 2015
Data ini memuat informasi lahan lahan yang sudah di perdakan oleh pemkab.
Sehingga kita dapat mengetahui wilayah yang boleh dikelola pertanian dan wilyah
yang harus dilindungi dan dikonservasi.
3.5 Data Curah Hujan 30 Tahun Kab. Jember
Data ini digunakan untuk mengklasifikasikan tipe iklim oldeman, dan schmidt
ferguson di lahan vulkanik beserta memetakan distribusi jumlah curah hujan
tahunan dan sebarannya.

Acara 11 – 12

Presentasi Hasil dan Penyusunan Laporan Akhir

Pada acara ini praktikan melakukan presentasi hasil sesuai kelompok masing masing
dan akan di nilai oleh dosen pengampu mata kuliah. Laporan akhir di susun dalam satu
artikel, format artikel berisi: 1. Pendahuluan 2. Metode. 3 Hasil dan Pembahasan 4.
Kesimpulan.

Daftar Pustaka

1. Hendrasto, M., Kristianto, Gunawan, H., Mulyadi, D., Sebastian, A., Triastuti, H., …
Ohkura, T. (2013). The eruption of Mount Sinabung after long dormancy. IAVCEI,
Scientific Assembly July 20 - 24, 2013, Kagoshima, Japan
2. Prasetyo, B.H., Suharta, N. and Yatno, E. (2009). Karakteristik tanah-tanah andik dari
bahan piroklastis masam di dataran tinggi Toba. Jurnal Tanah dan Iklim(29):1–4.
3. Subagyo, H., Suharta, N. and Siswanto, A.B. (2004). Tanah-tanah pertanian di
Indonesia. Dalam Adimihardja et al. (Eds). Sumberdaya Lahan Indonesia Dan
Pengelolaannya. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat, Badan
Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor. pp. 21–65.
4. Sukarman and Dariah, A. (2014). Tanah Andosol di Indonesia: Karaklteristik,
Potensi, Kendala, dan Pengelolaannya untuk Pertanian. Balai Besar Penelitian Dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Kementerian Pertanian. p. 144 pp.
Link Buku Pedoman Acuan

1. Pemetaan Potensi Kerusakan Tanah


https://drive.google.com/file/d/1TSL__uRe3yY8PlWAZcnV5F9h0OOXjfle/view?
usp=sharing
2. Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi
https://drive.google.com/file/d/1syXw4SkskmMXk25MQ2BZDGa9lemMcPQI/vi
ew?usp=sharing
3. Kesesuaian Lahan
https://drive.google.com/file/d/1qXCBSQamoVAIrUigsYxQEtptvak-cGg2/view?
usp=sharing

Anda mungkin juga menyukai