Anda di halaman 1dari 12

JPIG (Jurnal Pendidikan dan Ilmu Geografi)

Vol. 4, No. 2, Februari 2020


Halaman: 1-12
Online: http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JPIG/

Kajian Pemetaan Tingkat Kerawanan Banjir Dengan Menggunakan


Sistem Informasi Geografis Di DAS Pengluruan Kecamatan
Sumbermanjing Wetan
Muchammad Husen Almaulani1 , Siti Halimatus Sakdiyah2, Ika Meviana3
1
Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Kanjuruhan Malang, Malang 65148, Indonesia
Email : aalmaulani22@gmail.com, halimatus@unikama.ac.id, meviana@unikama.ac.id

Dikirim : Tanggal Bulan Tahun


Diterima: Tanggal bulan Tahun

Abstrak: Daerah Aliran Sungai Penguluran Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan kerap
dilanda bencana banjir yang mengkibatkan rusaknya infrastruktur dan timbulnya korban jiwa. Daerah
Aliran Sungai Penguluran memiliki siklus banjir yang terjadi secara periodik. Paling terparah terjadi
pada tahun 2003 dan 2013 yang sampai mengakibatkan timbulnya korban jiwa.Jenis penelitian
menggunakan penelitian terapan yang didalamnya mencakup penelitian survey di Kecamatan
Sumbermanjing Wetan yang berlokasi di Desa Sitiarjo. Metode yang digunakan kuantitatif dan tujuan
dari penelitian ini yaitu memetakan kawasan rawan bencana banjir dan menganalisis tingkat kerawanan
banjir pada DAS Penguluran Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Hasil analisis diperoleh
tingkat kerawanan banjir di Daerah Aliran Sungai Penguluran Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing
Wetan, menghasilkan tiga kelas tingkatan wilayah banjir yaitu kondisi tidak rawan banjir memiliki
luasan 546,27 Ha atau 18,89% dari total luas Desa Sitiarjo. Kondisi dengan tingkat rawan banjir
memiliki luasan 2327,57 atau sekitar 80,50% dari luas Desa Sitiarjo. Kondisi sangat rawan banjir
mempunyai luasan 17,31 Ha atau 0,59% dari luas Desa Sitiarjo. Berdasarkan penelitian ini diharapkan
perlunya reboisasi pada sepanjang daerah aliran Sungai Penguluran dan pihak pemerintah diharapkan
rutin dalam melakukan sosialisasi berbasis mitigasi bencana banjir.

Kata kunci: Banjir, kerawanan banjir, daerah aliran sungai, sistem informasi geografis

Abstract: Area of Sungai Penguluran village Sitiarjo Sumbermanjing Wetan subdistrict often hit by a
flood that involved damage to the infrastructure and the occurrence of casualties. The Penguluran River
basin area has a flood cycle that occurs periodically. The most severe occurred in the years 2003 and
2013 which resulted in the onset of casualties. This type of research using applied research which
includes research survey in Sumbermanjing Wetan Sub-district located in Sitiarjo Village. The method
used quantitatively and the purpose of this research is to map the flood prone areas and analyze the level
of flood insecurity at the village of Sitiarjo subdistrict of the Sumbermanjing Wetan district. The results
of the analysis obtained the level of flood insecurity at the Penguluran River basin of Sitiarjo Village of
Sumbermanjing Wetan subdistrict, resulting in three classes of flood-level areas of flood-prone
conditions having an area of 546.27 Ha or 18.89% of The total area of Sitiarjo village. Conditions with
flood-prone levels have an area of 2327.57 or approximately 80.50% of Sitiarjo village. Flood-prone
conditions have an area of 17.31 Ha or 0.59% of Sitiarjo village. According to the research, it is hoped
that the need for reforestation along the Penguluran River basin and the government is expected to
routinely conduct socialization based on flood disaster mitigation.

Keywords: floods, flood insecurity, watersheds, geographic information systems

Pendahuluan

Beberapa faktor penting penyebab bencana banjir adalah: faktor curah hujan, faktor
hancurnya restensi DAS, dan alih fungsi lahan besar-besaran. Sumbermanjing Wetan adalah
salah satu daerah dari 33 Kecamatan di wilayah Kabupaten Malang. Secara Astronomis
Kecamatan Sumbermanjing Wetan terletak pada 112º 39’ 07” BT - 122º 46’ 68” BT dan 8º 13’

1
68” LS - 8º 28’ 02” LS. dan secara geografis Kecamatan Sumbermanjing Wetan memilik batas
wilayah sebagai berikut: Utara Kecamatan Turen, Timur Kecamatan Dampit, Selatan Samudra
Hindia, Barat Kecamatan Gedangan.
DAS Penguluran memiliki masalah bencana banjir yang kerap terjadi pada musim
hujan, Daerah aliran Sungai Penguluran mempunyai siklus banjir yang terjadi secara periodik
yaitu pada tahun 1957, 1965, 1973, 1985, 1995 pada tahun-tahun tersebut tidak ada korban jiwa
dan hanya mengakibatkan kerusakan pada rumah-rumah penduduk dan lahan pertanian, tetapi
pada tahun 1996-1997 terjadi terjadi perubahan alih fungsi lahan besar-besaran di wilayah hulu
sungai periode waktu banjir menjadi memendek. Banjir terbesar terjadi pada tahun pada tahun
2003 yang mengakibatkan kerusakan dan juga korban jiwa 2 orang di dusun rowotrate, banjir
juga terjadi pada tahun 2007, 2010. Banjir Sitiarjo pada tahun 2013 yang juga mengakibatkan
korban jiwa 1 orang yang juga berdampak pada rumah penduduk juga lahan pertanian.
Pemetaan wilayah rawan bencana banjir sangat penting agar pihak pemerintah dan
swasta dapat menentukan arah kebijakan yang tepat untuk menanggulanginya. Melalui visual
pemetaan dapat diketahui dengan mudah tingkat kerawanan bencana banjir pada suatu daerah
dan dapat dilakukan dengan cepat, efektif, dan akurat.
Metode Penelitian

Jenis penelitian menggunakan penelitian terapan yang didalamnya mencakup penelitian


survey di Kecamatan Sumbermanjing Wetan dan berlokasi di Desa Sitiarjo. Metode pada
penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Populasi dalam peneilitian ini adalah Desa
Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan dan sampel wilayah yang digunakan adalah DAS
Penguluran Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan.

Analisis data

Data dalam penelitian ini di analisis menggunakan metode scoring dan pembobotan
merupakan suatu proses penyelidikan yang bertujuan agar hasil dari pemetaan data di lapangan
lebih akurat. Adapun parameter yang digunakan dalam mengetahui tingkat kerawanan banjir
terdiri dari: (1) parameter curah hujan, (2) parameter kemiringan lereng, (3) parameter
penggunaan lahan, dan (4) parameter jenis tanah.
1. Curah Hujan
Tabel 1 Parameter Curah Hujan
No Deskripsi Rata-rata Curah Hujan (mm/hari) Skor
1 Sangat Lebat >100 5
2 Lebat 51-100 4
3 Sedang 50-21 3
4 Ringan 20-5 2
5 Sangat Ringan >5 1
Sumber: Theml, S. 2008. Katalog Metodologi Penyusunan Peta Geo Hazard dengan GIS (dalam jurnal
Darmawan, 2017)

2
2. Kemiringan Lereng
Tabel 2 Parameter Kemiringan Tanah
No Kemiringan (%) Deskripsi Skor
1 0-8 Datar 5
2 >8-15 Landai 4
3 >15-25 Agak Curam 3
4 >25-45 Curam 2
5 >45 Sangat Curam 1
Sumber: Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1986 dalam Matondang, J.P,
2013 dengan modifikasi penulis (dalam jurnal Darmawan, 2017)

3. Penggunaan Lahan
Tabel 3 Klasifikasi Penggunaan Lahan
No Tipe Penggunaan Lahan Skor
1 Perairan (Sungai, Rawa, Tambak) 5
2 Pemukiman 4
3 Ladang, Kebun & Sawah 3
4 Semak Belukar, Tegalan 2
5 Hutan 1
Sumber: Theml, S. 2008: Katalog Methodologi Penyusunan Peta Geo Hazard dengan GIS (dalam jurnal
Darmawan, 2017)

4. Jenis Tanah
Tabel 4 Klasifikasi Jenis Tanah
No Jenis Tanah Infiltrasi Skor
1 Aluvial, Planol, Hidromorf Kelabu, Laterik Air Tanah Tidak Peka 5
2 Latosol Agak Peka 4
3 Tanah Hutan Coklat, Tanah Mediteran, Podsolic Kepekaan Sedang 3
4 Andosol, Laterik, Grumosol, Podsol Peka 2
5 Regosol, Litosol, Organasol, Renzia Sangat Peka 1
Sumber: Asdak, (1995) dengan perubahan oleh penyajian oleh penulis (dalam jurnal Darmawan, 2017)

1. Scoring

Dalam menentukan jumlah kelas tingkat rawan banjir dicari dengan menggunakan
rumus Sturgges yaitu:
Keterangan: N = jumlah data obeservasi
K = 1 + 3,3 log N
K = jumlah kelas (Miswar, 2012: 105)

K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 4
= 1 + 3,3 (0,60)
= 1 + 1,98 = 2,98 = 3 (Pembulatan)
Kemudian dalam menentukan panjang interval kelas,diketahui terlebih dahulu range-
nya, yaitu selisih antara skor paling tinggi dan paling rendah. Besar kelas interval dapat dicari
dengan rumus:

3
range
Kelas interval = jumlah kelas (K) (Miswar, 2012: 106)

Keterangan: range = Nilai tertinggi- nilai terendah


20 - 4 16
K= = = 5,33 = 5 (Pembulatan)
3 3
Dengan demikian interval tingkat rawan banjir adalah:
a. Banjir dapat dikatakan sangat rawan jika mempunyai skor ≥ 14
b. Banjir dapat dikatakan rawan jika mempunyai skor 9-13
c. Banjir dapat dikatakan tidak rawan apabila memiliki skor 4-8

Hasil Penelitian

1. Curah Hujan

Intensitas curah hujan di Kecamatan Sumbermanjing Wetan akan menggunakan data dari
stasiun Bantur, dimana membuktikan bahwa rata-rata curah hujan tertinggi dalam kurun waktu
10 tahun terjadi pada bulan Desember, Februari dan Maret, yaitu sebesar 30,66 mm, 27,12
mm, dan 28,37 mm. Sedangkan dalam jumlah rata-rata hari hujan paling dominan terjadi pada
bulan Januari, yakni sebanyak 11 hari. Karakteristik iklim Kecamatan Sumbermanjing Wetan,
beriklim tropis dengan rata-rata curah hujan bulanan tertinggi 30,66 mm dan jumlah hujan 604
hari dalam 10 tahun.

Gambar 1. Peta Curah Hujan (sumber: analisis SIG, 2019)

4
2. Kemiringan Lereng

Sumbermanjing Wetan memiliki 3 letak geografi yang berada pada daerah pantai, salah
satunya adalah wilayah Desa Sitiarjo. Desa Sitiarjo memiliki kemiringan lereng seperti pada
tabel berikut ini.
Tabel 5 Kemiringan Lereng
No Kemiringan (%) Deskripsi Luas (Ha)
1 0–8 Datar 1025,28
2 >8 – 15 Landai 479,54
3 >15 – 25 Agak Curam 657,6
4 >25 – 45 Curam 591,6
5 >45 Sangat Curam 133,3
Jumlah 2887,32
Sumber: Hasil Analisis, 2019

Berdasarkan hasil analisis peneliti topografi Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing


Wetan yang umumnya didominasi oleh dataran rendah yang artinya berfungsi untuk air
limpasan. Dari kondisi tersebut, kemiringan lereng Desa Sitiarjo yang memiliki wilayah yang
datar menjadikan air sangat mudah dalam menggenangi wilayah tersebut. Lahan persawahan
dan rawa-rawa pada daerah tersebut tidak mampu dalam menampung air limpasan dari hulu
Sungai Penguluran. akibatnya apabila daerah aliran sungai meluap, maka akan terjadi banjir
dan menyebar cukup luas pada daerah-daerah yang rendah air.

Gambar 2. Peta Kemiringan Lereng (sumber: analisis SIG, 2019)

5
3. Penggunaan Lahan

Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan mempunyai luas 2887,346 ha, yang
terbagi sebagai berikut:
Tabel 6 Penggunaan Lahan
No Penggunaan Lahan Luas (ha)
1 Hutan 1589,8
2 Kebun 98,73
3 Perairan Darat 50,12
4 Perekebunan 90,96
5 Permukiman 195,69
6 Persawahan 440,65
7 Pertanian Kering Tanah Semusim 421,37
Jumlah 2887,32
Sumber: Hasil Analisis, 2019

Pola penggunaan lahan di Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan mengalami


perubahan yang signifikan dalam setiap tahun, hal ini diakibatkan oleh aktivitas manusia yang
bermukim di kawasan tersebut. Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk akan diikuti oleh
jumlah kebutuhan lahan yang akan dijadikan sebagai permukiman. Penggunaan lahan di
wilayah tersebut sangat beranekaragam dan jumlah penduduk yang cukup padat, menjadikan
resiko terhadap ancaman banjir sehingga perlu adanya tindak lanjut dari pemerintah pusat untuk
memperkecil resiko dari terjadinya banjir.

Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan (sumber: analisis SIG, 2019)

6
4. Jenis Tanah

Jenis tanah yang terdapat pada Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan
diklasifikasikan atas 3 jenis tanah yaitu: bagian pertama (Komplek litosol, Mediteran, Rensina),
bagian kedua (Aluvial kelabu), dan bagian ketiga (Litosol). Setiap jenis tanah tersebut memiliki
tingkat kepekaan terhadap daya serap air (infiltrasi) berbeda. Jenis Tanah Aluvial kelabu
memiliki daya serap air sangat rendah, Komplek litosol, mediteran dan renzina memiliki daya
serap rendah hingga sedang, litosol memiliki daya serap sangat tinggi.
Pada daerah perbukitan pada bagian utara didominasi oleh jenis tanah litosol yang
memiliki pengklasifikasian daya serap air kedalam tanah tinggi, Bagian tengah daerah
didominasi oleh jenis tanah komplek litosol, mediteran dan renzina yang memiliki
pengklasifikasian daya serap air kedalam tanah sedang. Bagian selatan daerah didominasi oleh
jenis tanah aluvial kelabu yang memiliki pengklasifikasian daya serap air kedalam tanah
rendah.

Gambar 4. Peta Jenis Tanah (sumber: analisis SIG, 2019)

5. Daerah Aliran Sungai (DAS)

DAS Penguluran mempunyai luas sekitar 163 km2 dengan cakupan hampir semua
daerah di Kecamatan Sumbermanjing Wetan sebagai daerah aliran sungainya. Kali
Bambang yang menjadi batas Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjng Wetan dengan Desa
Sidodadi/Kedungrampal Kecamatan Gedangan juga mengalir ke wilayah Sitiarjo yang
bertemu dengan kali Penguluran di Dusun Rowotrate Desa Sitiarjo.
Aliran air yang berasal dari hulu sungai yang berlokasi di Desa Sukodono Kecamatan
Dampit dimana daerah hulu memiliki ciri topografi yang lebih tinggi dari pada hilir yang
berada di Desa Sitiarjo, selain itu darah hulu mengalami perubahan alih fungsi lahan, pada

7
akhirnya bisa disebut sebagai banjir kiriman yang terdapat pada beberapa daerah rawan
terjadi banjir, salah satunya adalah Desa Sitiarjo.

Gambar 5 Peta DAS Penguluran (sumber: analisis SIG, 2019)

Berdasarkan hasil analisis peneliti dengan menggunakan ArcGIS 10.3, maka diperoleh
tingkat kerawanan banjir di DAS Penguluran Desa Sitiarjo sebagai berikut:
Tabel 7. Tingkat Kerawan Banjir Di DAS Penguluran Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan
Tingkat Kerawanan Luas (Ha) Persentase (%)
Tidak Rawan Banjir 546,27 18,89

Rawan Banjir 2327,57 80,50

Sangat Rawan Banjir 17,31 0,59


Jumlah 2891,15 100.00
Sumber: Hasil Analisis, 2019

Pembahasan
1. Zona Tidak Rawan Banjir

Zona tidak rawan banjir adalah daerah yang dapat dikatakan paling aman terhadap
ancaman bencana banjir. Hal ini disebabkan karena pada daerah ini tergolong dataran tinggi,
dengan penggunaan lahan yang masih banyak vegetasi, serta jaraknya jauh dari sungai.
Kemiringan lereng dengan kondisi agak curam hingga curam menjadikan limpasan aliran air
permukaan menjadi lebih cepat turun dan tidak akan menggenangi pada wilayah ini, sehingga
risiko banjir menjadi kecil. Faktor lain penyebab wilayah dapat dikatakan tidak rawan banjir
adalah jauhnya wilayah ini terhadap daerah aliran sungai.

8
Berdasarkan hasil analisis tingkat kerawanan banjir yang tergolong tidak rawan terdiri
dari 546,27 Ha dari total luas Desa Sitiarjo. Dari hasil survey lapangan peneliti mengambil dua
sampel lokasi tidak rawan banjir
Lokasi pertama: Dusun Rowoterate Desa Sitiarjo dengan titik koordinat S 08º 24’
50,44” – E 112º 39’ 04,64” dengan penggunaan lahan tanah kering semusim, kemiringan lereng
0-8% dan jenis tanah aluvial kelabu. Berdasarkan hasil analisis peneliti pada wilyah tersebut
termasuk kategori tidak rawan banjir meskipun memiliki kemiringan lereng 0-8% tetapi
penyabab yang paling utama adalah jauhnya wilayah ini dari sempadan daerah aliran Sungai
Penguluran.
Lokasi kedua: Dusun Krajan Kulon Desa Sitiarjo dengan titik koordinat S 08º 22’
21,75” – E 112º 40’ 46,21” penggunaan lahan pada lokasi kedua ini didominasi oleh
permukiman, dengan kemiringan lereng 15-25% (agak curam) dan memiliki jenis tanah latosol.
Berdasarkan hasil analisis peneliti wilayah tersebut memiliki kategori tidak rawan banjir karena
elevasi kemiringan lereng (agak curam) membuat air limpasan menjadi cepat dan tidak akan
menggenangi wilayah tersebut dan jenis tanah latosol memiliki daya serap sangat tinggi artinya
air tidak akan tertahan lama dipermukaan.

(a) (b)
Gambar 6 (a) (b) Lokasi Pertama dan kedua (Dusun Rowoterate dan
Dusun Krajan Kulo, Desa Sitiarjo)
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2019

2. Zona Rawan Banjir

Zona ini adalah wilayah yang dapat dikatakan potensial kritis terhadap bencana banjir.
Wilayah ini berada pada daerah dataran rendah dan sebagian terletak di wilayah daerah aliran
sungai. Sungai Penguluran yang memiliki banyak meander (kelokan di sepanjang daerah aliran
sungai) juga menjadi penyabab pada daerah ini menjadi zona rawan banjir. Sungai yang
mempunyai banyak meander akan menghambat laju aliran permukaan (Indarto, 2012). Dari
hasil analisis peneliti wilayah zona rawan banjir mencapai 2327,57 Ha dari total luas Desa
Sitiarjo. Peneliti mengambil 2 sampel wilayah rawan banjir.
Lokasi Pertama: Dusun Krajan Wetan Desa Sitiarjo dengan titik koordinat S 08º 22’
46,80” – E 112º 40’ 44,15” pada lokasi ini memiliki kemiringan lereng 0-8% dengan kategori
landai, penggunaan lahan permukiman dan persawahan, serta memiliki jenis tanah komplek
litosol, mediteran dan rensina. Berdasarkan hasil analisis peneliti pada lokasi ini memilki
kategori rawan banjir karena penyebab utama disebabkan oleh elavasi kemiringan lerengn yang
memiliki kategori landau (0-8%) akibatnya limpasan air permukaan menjadi lambat dan
menggenangi wilyah ini, penggunaan lahan pemukiman menjadi penyebab kedua proses
infiltrasi air menjadi lambat, selain itu jenis tanah komplek litosol mediteran dan rensina
memiliki daya serap sedang kedalam tanah hingga akhirnya menimbulkan genangan air
permukaan.

9
(a) (b)
Gambar 7 (a) (b) Lokasi Pertama (Dusun Krajan Wetan, Desa Sitiarjo)
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2019

Lokasi Kedua: daerah aliran sungai Penguluran Desa Sitiarjo dengan titik koordinat S
08º 22’ 52,41” – E 112º 40’ 24,19” pada lokasi ini memiliki kemiringan lereng 0-8% dengan
kategori landai, penggunaan lahan didominasi perairan darat, permukiman, persawahan dan
perkebunan. Jenis tanah komplek litosol, mediteran, dan rensina. Berdasarkan hasil analisis
peneliti pada daerah aliran sungai Penguluran memiliki elevasi kemiringan lereng dengan
kategori landai pada akibatnya jika air limpasan dari hulu sungai memiliki intensitas yang tinggi
maka pada daerah ini akan terjadi banjir karena tinggi sungai dengan daratan hampir sama.

Gambar 8. Lokasi Kedua (DAS Penguluran, Desa Sitiarjo)


Sumber: Dokumentasi peneliti, 2019

3. Zona Sangat Rawan Banjir

Zona sangat rawan banjir adalah wilayah yang dapat dikategori sebagai zona kritis
terhadap kerawanan banjir. Wilayah yang tergolong kedalam sangat rawan banjir sebagian
besar berada di hilir DAS Penguluran, karena wilayah tersebut memiliki elevasi yang rendah,
penggunaan lahan yang cenderung sedikit vegetasi karena sebagian besar wilayahnya adalah
wilayah terbangun dan terbuka tanpa vegetasi. Luas wilayah zona sangat rawan banjir adalah
17,31 Ha.
Zona sangat rawan banjir berada pada Dusun Krajan Wetan Desa Sitiarjo dengan titik
koordinat S 08º 22’ 29,83” – E 112º 40’ 52,38” memiliki kemiringan lereng 0-8% dengan
kategori landai akibatnya limpasan permukaan menjadi lambat dan akan menggenangi daerah
ini, penggunaan lahan permukiman menjadi penyebab kedua proses infitrasi air menjadi
lambat, selain itu jenis tahan Komplek Litosol, Mediteran dan Rensina memiliki daya serap
sedang kedalam tanah hingga akhirnya menimbulkan genangan air di permukaan.

10
(a) (b)
Gambar 9 (a) (b) Bekas Genangan Air Setinggi 2m dan
Penggunaan Lahan (Dusun Krajan Wetan, Desa Sitiarjo)
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2019

Gambar 10. Peta Tingkat kerawanan Banjir Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan
(sumber: analisis SIG, 2019)
Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis tersebut wilayah dengan kategori tingkat kerawanan banjir rendah
atau tidak rawan banjir memiliki luasan 546,27 Ha atau 18,89% dari total luas Desa Sitiarjo.
Kondisi dengan tingkat rawan banjir memiliki luasan 2327,57 atau sekitar 80,50% dari luas
Desa Sitiarjo. Kondisi sangat rawan banjir mempunyai luasan 17,31 Ha atau 0,59% dari luas
Desa Sitiarjo. Berdasarkan penelitian ini diharapkan perlunya reboisasi pada sepanjang daerah
aliran Sungai Penguluran dan pihak pemerintah diharapkan rutin dalam melakukan sosialisasi
berbasis mitigasi bencana banjir untuk mengurangi dampak resiko yang ditimbulkan dari
bencana tersebut.

11
Daftar Rujukan
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Penglolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta. Gajah Mada
University Press.
Darmawan, Kurnia, Hani’ah & Andri Suprayogi. 2017. Analisis Tingkat Kerawanan Banjir di
Kabupaten Sampang Menggunakan Metode Overlay dengan Scoring Berbasis Sistem
Informasi Geografi. Jurnal Geodesi UNDIP. Volume 6. Nomor 1, Hal:31-40
Indarto. 2012. Hidrologi (Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi). Jakarta: Bumi
Aksara.
Matondang, J.P. 2013. Analisis Zonasi Daerah Rentan Banjir Dengan Pemanfaatan Sistem
Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus: Kota Kendal dan Sekitarnya). Jurnal Geodesi
Universitas Diponegoro. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013 (ISSN:2337-845X).
Miswar, Dedy, 2012. Kartografi Tematik. Anugrah Utama Raharja, Bandar Lampung
Theml, S. 2008. Katalog Methodologi Penyusunan Peta Geo Hazard dengan GIS. Badan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias. Banda Aceh

12

Anda mungkin juga menyukai