Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Analisis Rawan Bencana Longsor di Kabupaten Temanggung

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Sistem Informasi Geografis
(TPW21264)

Dosen Pembimbing :

Widjonarko, S.T., M.T


Sri Rahayu, S.Si., M.Si
Prof. Dr.rer nat Imam Buchori, ST
Ir. Holi Bina Wijaya, MUM

Disusun oleh :
Meuvia Callista Aldi
21040117130058
Kelas C

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Longsor adalah salah satu bencana yang sering terjadi di beberapa daerah/lokasi di
Indonesia. Bencana longsor merupakan salah satu bencana yang mengakibatkan kerugian
cukup besar, baik dari segi materil atau non-materil. Sehingga, bencana longsor dianggap
sebagai bencana nasional yang harus ditanggulangi bersama. Agar kerugian yang terjadi
dapat diminimalisir maka perlu dilakukan penelitian terkait daerah/lokasi mana saja yang
memiliki potensi rawan bencana. Apabila longsor yang akan terjadi dapat diperkirakan
maka dapat dilakukan antisipasi lebih awal dengan pembuatan kebijakan dalam penentuan
penggunaan lahan.
Kabupaten Temanggung adalah salah satu kabupaten yang memiliki topografi beragam.
Potensi rawan bencana longsor di Kabupaten Temanggung cukup besar apabila dilihat dari
variabel keberagaman topografi. Sehingga analisis rawan bencana di Kabupaten
Temanggung diperlukan.
SIG merupakan salah satu alat (system) berbasis komputer yang memiliki kemampuan
untuk menganalisis data geografi yang mencangkup pemasukan, menyimpanan dan
pemanggilan data, dan manipulasi. Dalam menganalisis daerah/lokasi yang memiliki
potensi rawan bencana, dapat dilihat dari beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut antara
lain adalah curah hujan, kelerengan, jenis tanah, tata guna lahan, dan geologi. Faktor-faktor
tersebut menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan daerah/lokasi mana yang
berpotensi bencana longsor.
Analisis daerah/lokasi rawan bencana pada laporan ini menggunakan aplikasi ArcGIS
dengan menggunakan data spasial. Hal yang dilakukan adalah melakukan overlay [ada
seluruh variabel dan pemberian bobot pada masing-masing variabel. Hasil akhir dari
analisis ini adalah peta rawan bencana longsor di Kabupaten Temanggung. Peta rawan
bencana longsor ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam
pembuatan kebijakan tata guna lahan yang ada di Kabupaten Temanggung. Sehingga,
diharapkan dampak bencana longsor yang terdapat di Kabupaten Temanggung dapat
diminimalisir semaksimal mungkin.
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari analisis rawan bencana longsor di Kabupaten Temanggung pada laporan
ini adalah untuk mencari tahu daerah/lokasi mana saja yang memiliki potensi rawan
bencana yang terdapat di Kabupaten Temanggung. Selain itu, diharapkan hasil dari
analisis pada laporan ini dapat meminimalisir dampak bencana longsor yang terdapat di
Kabupaten Temangguang secara maksimal. Dalam mencapai tujuan tersebut, beberapa
sasaran yang perlu dilakukan adalah :
1. Mengidentifikasi variabel-variabel yang dapat memengaruhi terjadinya bencana longsor.
2. Melakukan analisis rawan bencana menggunakan aplikasi ArcGIS.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Bencana Alam Longsor


Longsor adalah bencana alam yang merupakan suatu bentuk pergerakan tanah yang
pengangkutan atau pemindahan tanahnya pada satu momen tertentu dalam volume yang
besar. Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, tanah longsor
adalahperpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, tanah, atau material
campuran yang bergerak ke bawah. Proses terjadinya tanah longsor diawali oleh air yang
meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembussampai
tahan kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir maka tanah akan menjadi licin dan
tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Ada enam jenis tanah longsor, yaitu :
1. Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk rata atau menggelombang landau
2. Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
3. Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata.
4. Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke
bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga
meng-gantung terutama di daerah pantai
5. Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya
berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali.
6. Aliran bahan rombakan, jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak
didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume
dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah
dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya.

B. Skor Variabel Rawan Bencana Longsor


1. Kelerengan

Kelerengan Skor
0-8 % 1
8-15 % 2
15-25 % 3
25-40 % 4
>40% 5
2. Curah Hujan
Curah Hujan Skor
1500-2000 mm/thn 1
2000-2500 mm/thn 2
2500-3000 mm/thn 3
3000-3500 mm/thn 4
3500-4000 mm/thn 5

3. Jenis Tanah
Jenis Tanah Skor
Latosol Coklat 1
Latosol coklat kemerahan 2
Latosol merah kekuningan 3
Andosol 4
Regosol 5

4. Geologi
Geologi Skor
Formasi Pernyataan 1
Formasi Kaligetas 2
Endapan kerucut gunung api 3
Batu gunung api 4
Formasi kerek 5

5. Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan Skor
Hutan, kebu, tanah berbatu 1
Semak dan rumput 2
Permukiman 3
Sawah 4
tegalan 5
C. Mitigasi Bencana Longsor
Mitigasi bencana longsor adalah suatu usaha memperkecil jatuhnya korban manusia dan
atau kerugian harta benda akibat peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam, manusia, dan oleh keduanya yang mengakibatkan jatuhnya korban, penderitaan
manusia, kerugian harta benda, kerusakan sarana dan prasarana dan fasilitas umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat. Mitigasi
longsor pada prinsipnya bertujuan untuk meminimumkan dampak bencana tersebut.
Untuk itu kegiatan early warning (peringatan dini) bencana menjadi sangat penting.
Peringatan dini dapat dilakukan antara lain melalui prediksi cuaca/iklim sebagai salah satu
faktor yang menentukan bencana lonsor. Mitigasi bencana terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
1. Sebelum bencana, antara lain peringantan dini (early warning system) secara
optimal dan terus menerus pada masyarakat.
2. Saat bencana, antara lain bagaimana menyelamatkan diri dan kearah mana jalur
menyelamatkan diri ini harus diketahui oleh masyarakat.
3. Sesudah bencana, antara lain pemulihan (recovery) dan masyarakat harus
dilibatkan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar. Peta Jenis Tanah Kabupaten Temanggung

Berdasarkan peta di atas, dapat dilihat bahwa terdapat enam jenis tanah di Kabupaten
Temanggung. Keenam jenis tanah tersebut adalah andosol, latosol coklat, latosol coklat
kemerahan, latosol merah kekuningan, regosol coklat kelabuan, dan regosol kuning.
Tanah yang paling mendominasi di Kabupaten Temanggung adalah jenis tanah latosol
merah kekuningan yang terletak di bagian utawa wilayah Kabupaten Temanggung. Jenis
tanah paling dominan kedua adalah latosol coklat kemerahan yang terdapat dibagian
tengah wilayah Kabupaten Temanggung. Sedangkan tanah yang paling minorias di
Kabupaten Temanggung adalah jenis tanah andosol dan regosol kuning.
Tanah regosol adalah tanah yang memiliki ciri-ciri berbutir kasar dan mengandung
bahan organik yang sedikit. Tanah jenis ini cocok untuk tanaman palawija, tembakau, dan
buah-buahan. Selanjutnya, tanah latosol memiliki ciri-ciri bersifat asam dan memiliki
kandungan bahan organik yang sedang. Tanah jenis ini cocok untuk tanaman palawija,
padi, kopi, dll. Terakhir, tanah andosol adalah tanah yang memiliki ciri-ciri kaya akan
kandungan mineral dan unsur hara. Tanah ini cocok untuk pertanian. Dari semua jenis
tanah yang ada, semua jenis tanah ini mendukung kondisi eksisting dari Kabupaten
Temanggung yang terkenal akan pertanian dan perkebunannya.

Gambar. Peta Kelerengan Kabupaten Temanggung

Berdasarkan peta di atas, kelerengan yang terdapat di Kabupaten Temanggung


beragam. Terdapat lima klasifikasi tingkat kelerengan yang terdapat di Kabupaten
Temanggung. Kelima tingkat klasifikasi kelerengan tersebut antara lain 0 – 8%, 8 – 15%,
15 – 25%, 25 – 40%, >40%. Dari kelima klasifikasi tersebut, Kabupaten Temanggung
didominasi oleh kelerengan 0 – 8%. Hal ini dibuktikan dengan di dominasinya warna hijau
muda pada peta. Warna merah pada peta menunjukan kelerengan >40%. Pada peta,
ditunjukkan terdapat beberapa titik di Kabupaten Temanggung yang memiliki kelerengan
>40%.
Gambar. Peta Geologi Kabupaten Temanggung

Peta geologi merupakan peta yang menunjukan jenis batuan apa saja yang terdapat di
suatu wilayah. Berdasarkan peta di atas, Kabupaten Temanggung memiliki berbagai jenis
batuan. Jenis batuan yang paling mendominasi di Kabupaten Klaten adalah formasi
penyataan, batuan gunung api sumbing, dan batuan gunung api sindoro. Sedangkan jenis
batuan yang paling minoritas di Kabupaten Temanggung adalah batuan gunung api
merbabu.
Gambar. Peta Curah Hujan Kabupaten Temanggung

Berdasarkan peta di atas, intensitas curah hujan di Kabupaten Temanggung terbagi


menjadi lima klasifikasi. Kelima klasifikasi tersebut adalah 1500 -2000mm/th, 2000 –
2500mm/th, 2500 – 3000mm/th, 3000 -3500mm/th, dan 3500 – 4000mm/th. Gradasi
warna pada peta menunjukkan intensitas curah hujan yang terdapat di Kabupaten
Temanggung. Warna biru paling muda menunjukkan intensitas curah hujan terendah
sedangkan semakin tua warna birunya maka semakin tinggi intensitas curah hujan yang
ada.
Gambar. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Temanggung

Berdasarkan peta di atas, penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung didominasi


oleh penggunaan lahan sebagai Kebun, sawah irigasi, dan sawah tadah hujan. Penggunaan
lahan ini menyebar rata di wilayah Kabupaten Temanggung. Selanjutnya, penggunaan
lahan yang dominan di Kabupaten temanggung adalah sebagai gedung dan permukiman.
Penggunaan lahan ini juga tersebar merata di wilayah Kabupaten Temanggung.
Penggunaan lahan paling minoritas adalah hutan. Penggunaan lahan ini ditunjukkan
dengan warna hijau tua. Penggunaan lahan pada daerah yang memiliki kelerengan tinggi
adalah semak/belukar dan rumput.
Gambar. Peta Rawan Bencana Kabupaten Temanggung

Berdasarkan peta di atas, Kabupaten Temanggung didominasi oleh daerah tidak rawan.
Gradasi warna pada peta menunjukkan tingkat kerawanan yang ada. Semakin warna tua
warna merah nya maka semakin rawan wilayah tersebut terkena bencana longsor,
sedangkan semakin muda warna merah nya maka semakin tidak rawan wilayah tersebut
terhadap bencana longsor. Wilayah-wilayah yang berwarna merah tua pada peta terletak
di titik-titik wilayah yang memiliki kelerengan tinggi, formasi batuan yang tidak terlalu
kuat, serta curah hujan tinggi.
Daerah/lokasi yang memiliki kelerengan curam secara tidak langsung merupakan
daerah/lokasi yang memiliki potensi bencana longsor. Apalagi kondisi ini didukung
dengan kondisi curah hujan yang tinggi. Hal ini membuat tanah yang terdapat di
daerah/lokasi tersebut perlu menahan air dalam jumlah yang banyak. Kondisi tanah serta
formasi batuan yang yang tidak terlalu kuar serta penggunaan lahan pada lokasi/daerah
tersebut tentu saja juga memiliki pengaruh terhadap adanya potensi bencana longsor.
Daerah yang memiliki kelerengan curam, ditambah dengan curah hujan yang tinggi
dengan kondisi alam yaitu tanah dan formasi batuan yang tidak terlalu kuat. Serta,
diperparah dengan kondisi eksisting terkait penggunaan lahan yang bukan merupakan
hutan dengan tumbuhan berakar tunggang. Tentu saja membuat daerah/lokasi tersebut
semakin besar berpotensi mengalami bencana longsor.
Hal ini disebabkan karena daerah/lokasi tersebut memiliki tingkat kemiringan yang
curam. Lalu, curah hujan yang tinggi membuat tanah pada daerah/lokasi tersebut
memiliki beban yang besar untuk menahan air yang ada. Ditambah kondisi tanah dan
formasi batuan yang tidak terlalu kuat serta tidak adanya pengikat (tumbuhan berakar
tunggang) yang mampu menahan air membuat tanah yang terdapat pada lokasi/daerah
tersebut bergerak dengan cepat dan dengan volume yang besar dalam suatu momen
tertentu. Terjadilah bencana longsor.
Daerah/lokasi yang termasuk dalam rawan bencana longsor jika dilihat dengan kondisi
eksisting penggunaan lahannya sebagai semak/belukar dan rumput. Titik-titik
lokasi/daerah rawan bencana longsor ini diharapkan tidak digunakan sebagai kawasan
permukiman dikarenakan akan menimbulkan dampak negatif yang besar. Daerah-daerah
sekitar lokasi yang memiliki potensi bencana longsor juga perlu diperhatikan agar upaya
dalam meminimalisir dampak negatif dari bencana longsor dapat berlangsung maksimal.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, aplikasi ArcGIS dapat membantu mematakan
daerah/lokasi yang termasuk dalam kategori daerah/lokasi rawan bencana longsor.
Metode yang dilakukan dalam analisis daerah/lokasi rawan bencana adalah overlay dan
pembobotan. Variabel yang digunakan dalam analisis ini terdapat lima variabel. Kelima
variabel tersebut adalah kelerengan, curah hujan, jenis tanah, geologi, dan penggunaan
lahan.
Berdasarkan hasil analisis, Kabupaten Temanggung didominasi oleh daerah tidak rawan
bencana longsor. Daerah/lokasi yang memiliki rawan bencana longsor tertinggi terdapat di
daerah/lokasi yang memiliki tingkat kelerengan tinggi. Jika dilihat dari kondisi eksisting,
daerah/lokasi yang memiliki tingkat rawan bencana longsor tinggi penggunaan lahannya
adalah sebagai belukar/semak dan rumput. Daerah/lokasi yang memiliki tingkat rawan
bncana longsor tinggi ini diharapkan tidak menjadi kawasan permukiman. Sedangkan
penggunaan lahan eksisting yang terdapat di daerah/lokasi rawan bencana longsor adalah
sebagai kebun, sawah irigasi, sawah tadah hujan, tanah berbatu, dan tegalan.
Jika dilihat dari peta penggunaan lahan eksisting dan peta rawan bencana di Kabupaten
Temanggung sudah sesuai. Hal ini menjadi awal yang baik dalam upaya meminimalisir
dampak bencana longsor. Diharapkan arah pekembangan dan pembangunan yang terjadi
di Kabupaten Temanggung terus memperhatikan potensi rawan bencana longsor yang ada,
sehingga upaya dalam meminimalir dampak bencana longsor dapat dilakukan secara
maksimal.
Selain itu, diharapkan adanya upaya-upaya yang dapat dilakukan pada daerah/lokasi
yang memiliki potensi bencana longsor agar tanah yang terdapat di sana tidak rusak akibat
longsor. Mengingat sebagian besar daerah/lokasi tersebut digunakan sebagai perkebunan
dan pertanian. Apabila tanah pada daerah/lokasi yang memiliki potensi bencana longsor
dibiarkan lalu terus menerus terjadi bencana longsor maka lahan yang ada di sana dapat
rusak. Padahal sebagian besar penduduk di Kabupaten Temanggung memiliki mata
pencaharian sebagai petani, sehingga lahan yang ada di kabupaten sangatlah penting.
Jangan sampai bencana longsor yang tidak ditangani merusak lahan yang ada di kabupaten
Temanggung sehingga menyebakan lumpuhnya perekonomian yang ada di sana.
LAMPIRAN

1. Menyamakan UTM DEM Kabupaten Temanggung


Klik arctool box->klik raster->klik project raster-> pada input raster (landsat
temanggung)-> pilih output penyimpanan-> pada output coordinat system ( UTM WGS
1948)-> KLIK OK

landsat temanggung

Pilih lokasi

2. Melakukan klip raster


3. Membuat kelerengan dari DEM
Klik arctoolbox->klik 3Danalys->klik raster surface->contour-> input (
kliptemanggung), countoru interval( 20)

4. Membuat bayangan dengan menggunakan tool hillshade


Klik arctoolbox-> klik 3Danalys->klik raster surface->hillshade-> input
(kliptemanggung) selain itu dibiarkan aja
5. Membuat slope/kelerengan dari citra DEM Slope input (clip temanggung) output
(percent)

6. Setelah dihasilkan kelas slope yang cukup banyak langkah selanjutnya adalah
melakukan
reclassify.
Klik arctoolbox->spatial analys->reclass->reclassify -> input (slope), reclassify
(value)
7. Mengkonvert semua variabel dalam bentuk raster
Klik arctoolbox->conversiontool->polygon to raster-> input( variabel), value
(keterangan), kriteria raster ( 50)

8. Pembobotan terhadap data raster


Klik arctoolbox->spatial analys->overlay->weighted Overlay-> klik tanda + ->
input raster ( seluruh variabel raster), input field ( keterangan)-> oke ( lakukan
pada seluruh variabel)-> lakukan pembobotan hingga jumlah bobot 100

9. Mengubah variabel raster menjadi vector


a. Memasukkan Shapefiles masing masing variabel-> skoring semua variabel ->
melakukan
Intersect ke semua variabel-> Menentukan kelas kerawanan bencana longsor.
10. Membuat rawan bencana raster
b. Mengubah seluruh variabel menjadi raster-> Merubah Shapefiles seluruh variabel
menjadi raster.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, S., Carolila, I., & Winarso, G. (2006). Implementasi Penginderaan Jauh dan SIG untuk
Inventarisasi Daerah Rawan Bencana Longsor (Propinsi Lampung). Jurnal
Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Digital, 3(1), 77-86.
Somantri, L., & Si, S. P. M. (2008). Kajian Mitigasi Bencana Longsor Lahan Dengan
Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh. In Jurnal Seminar Ikatan Geografi
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai