BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan
pada tingkatan pembangunan. Unsur-unsur peta disajikan diatas peta dengan cara
pemilihan, seleksi atau generalisasi sesuai dengan maksud dan tujuan dari
pembuatan peta tersebut. Peta dibuat dengan sejumlah informasi dan diharapkan
penyajiannya dapat digunakan dengan baik oelh pemakai peta
Pada umumnya peta yang menyajikan unsur-unsur permukaan bumi,
memiliki beberapa funsi yaitu:
a. Memperlihatkan posisi atau lokasi relatif dari suatu tempat
b. Memperlihatkan ukuran dalam pengertian jarak dan arah
c. Memperlihatkan bentuk atau unsur yang terdapat dipermukaan bumi
d. Menghimpun serta menselektir data dari permukaan bumi
2.2.1 Peta Rupabumi
Peta Rupabumi adalah peta yang menyajikan sebagian unsur-unsur alam
(asli) serta unsur-unsur buatan manusia pada bidang datar dengan Skala dan
proyeksi tertentu (Mastra, 1997)
2.3.4 Legenda
Legenda pada tiap peta adalah hal yang sangat penting, karena legenda
merupakan suatu keharusan agar memudahkan dalam penyajian informasi
mengenai isi peta kepada pemakai peta. Legenda harus jelas menerangkan arti
dari simbol-simbol yang digunakan dalam peta
2.3.6 Warna
Warna merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam penyajian
simbol peta. Secara fisik, warna aalah sesuatu yang tidak dapat diraba atau
dirasakan tetapi dapat dilihat dengan mata (Bakosurtanal,1997)
Menurut ESRI (1990), SIG sebagai suatu kumpulan yang terorganisir dari
perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personil yang
dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate,
memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang ber-
referensi geografi.
Bagian ini menampilkan informasi geografis menyangkut lingkungan, wilayah
dan isinya, tidak hanya menyangkut potensi dan distribusi sumber dayanya, tetapi
juga menyangkut keruangan dan ekologi dalam konteks suatu wilayah, baik bagian
darat, laut maupun lingkungan kehidupan.
3. Kesesuaian scoring
berbukit, sehingga semakin datar, maka semakin tinggi nilainya (baik) (Zuidam,
1979 dalam Khadiyanto, 2005).
b. Litosol
Tanah yang mempunyai solum kurang dari 30 cm, bertekstur kasar, berpasir
dan atau berkerikil, beragamnya warna tanah berkonsitensi, keasaman,
kandungan unsur hara dan sangat peka terhadap erosi.
c. Aluvial
d. Regosol
e. Latosol
f. Podsol
g. Andosol
h. Grumosol
Merupakan tanah yang berkembang dari sedimen laut yang telah terangkat
atau bahan yang dipengaruhi oleh formasi kapur. Ciri-ciri, solum 1 -2 m, warna
kelabu sampai hitam, tekstur lempung berliat sampai liat, dalam keadaan basah
tanah ini mengembang dan sangat lekat, sedangkan pada saat kering mengkerut
sehingga membentuk rekahan-rekahan yang lebar dan bongkahan yang teguh.
Permeabilitas tanah sangat rendah, kemampuan menahan air sangat baik, peka
terhadap erosi.
i. Rendzina
Merupakan tanah yang berkembang dari bahan induk kapur tetapi telah
mengalami berkembangan lanjut. Ciri-ciri, solum 1 - 2 m, warna coklat sampai
merah, tekstur lempung sampai berliat, stuktur gumpal, konsistensi gembur
pada bagian atas dan teguh pada bagian bawah. Tingkat kepekaan terhadap
erosi sedang sampai tinggi.
Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Tekstur tanah
merupakan perbandingan relatif pasir, debu, dan liat (< 2mm). tanah dengan
kandungan debu tinggi mempunyai kapasitas tertinggi mengikat air yang tersedia
bagi tanaman (Foth, 1988). Tekstur biasa digunakan sebagai kriteria dalam
klasifikasi tanah maupun kesesuaian lahan. Tanah yang bertekstur kasar dengan 20
% bahan organic atau lebih dan tanah bertekstur halus dengan 30 % bahan organik
atau lebih berdasarkan robot mempunyai sifat yang didominasi oleh fraksi organik
dan bukanya oleh fraksimineral. Penentuan tekstur tanah sering perlu bila
memeriksa tanah dilapangan, menggunakan metode rasa untuk menentukan tekstur
tanah berbagai horizon, polipedon, dan untuk mengindentifikasi tanah dengan seri
dan tipe dan untuk membedakan antara tanah-tanah yangberbeda langskap (Foth,
1994).
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu
penggunaan tertentu yang lebih spesifik dari kemampuan lahan. Perbedaan dalam
tingkat kesesuaian ditentukan oleh hubungan antara keuntungan dan masukan yang
diperlukan sehubungan dengan penggunaan lahan tersebut. Dalam bentuknya yang
sangat kuantitatif, kesesuaian lahan dinyatakan dalam istilah ekonomi dari masukan
dan keluaran atau dalam hasilnya berupa pendapatan bersih atau di daerah-daerah
berkembang berupa tingkatan kehidupan masyarakat taninya. Tujuan daripada
evaluasi kesesuaian lahan adalah untuk memberikan penilaian kesesuaian lahan
untuk tujuan-tujuan yang telah dipertimbangkan. Manfaat evaluasi kesesuaian
lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi
lahan dan penggunaannya, serta memberikan kepada perencana berbagai
perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil.
order
Order kesesuaian lahan dapat dibagi menjadi dua yaitu: Order sesuai (S) dan
order tidak sesuai (N) bagi penggunaan yang dipertimbangkan. Order sesuai (S)
adalah lahan yang dapat dipergunakan secara berkelangsungan untuk suatu tujuan
yang telah dipertimbangkan. Order tidak sesuai (N) adalah lahan yang apabila
dikelola, mempunyai kesulitan sedemikian rupa sehingga mencegah
penggunaannya untuk suatu tujuan yang telah direncanakan. Order sesuai (S) dapat
dibagi lagi menjadi kelaskelas. Dalam hal ini terdapat tiga kelas dalam order sesuai
yang didefinisikan secara kuantitatif adalah sebagai berikut:
b. Kelas S2 (cukup sesuai) adalah lahan yang mempunyai pembatas agak berat
untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas tersebut akan mengurangi
produktivitas dan keuntungan, dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
a. Kelas N1 (tidak sesuai saat ini) adalah lahan yang mempunyai pembatas
sangat berat, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat
diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang
rasional.
b. Kelas N2 (tidak sesuai untuk selamanya) adalah lahan yang mempunyai
pembatas sangat berat, sehingga tidak mungkin untuk digunakan bagi suatu
penggunaan yang lestari.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 3.1. Lokasi Penelitian (sumber: dinas tata ruang Kab. Pandeglang)
Data atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Data Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kab. Pandeglang tahun
2011 bersumber dari Tata Ruang Kabupaten Pandeglang
b. Peta batas Administrasi Kabupaten Pandeglang tahun 2011 bersumber dari
Badan Pertanahan Kabupaten Pandeglang
c. Peta penggunaan lahan Kabupaten Pandeglang tahun 2011 bersumber dari
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pandeglang
d. Peta Jenis Tanah Kabupaten Pandeglang tahun 2011 bersumber dari Badan
Pertanahan Kabupaten Pandeglang
e. Peta Geomorfologi Kabupaten Pandeglagn tahun 2011 bersumber dari
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pandeglang
3.2.2. Peralatan
a. Perangkat keras
– Laptop
– Printer
b. Perangkat lunak
– Microsoft Office 2016
– ArcGIS 10.3
– ArcVIEW 3.3
Tahap Persiapan
Penjelasan mengenai diagram alir tahap pelaksanaan diatas adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur
2. Tahap Pelaksanaan
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan untuk melakukan pengolahan data
dengan tujuan mendapatkan peta Keseseuaian Lahan Permukiman yang
selanjutnya akan dilakukan tahap analisa.
3. Tahap Analisa
Analisa Data
Melakukan analisa dari pengolahan data yang telah didapatkan.
4. Tahap Akhir
Penyajian Data
Kegiatan penelitian Tugas Akhir pada tahap akhir adalah melakukan
penyajian data berupa laporan hasil dan peta yang berisikan informasi
ringkas megenai data yang didapatkan.
Mengaktifkan register and transform tool di: file - extensions - lalu centang
“register and transform tool”
Klik icon “S” pada dialog box register and transform lalu klik lokasi koordinat
yang ingin disesuaikan dengan koordinat aslinya, setelah itu masukan koordinat
X dan Y asli ke dalam box destination lalu klik Enter.
Daftarkan 4 point agar koordinat tidak bergeser terlalu jauh dari aslinya.
Setelah itu klik “World Write File”
digitasipun sudah dapat dilakukan dengan mengklik kiri untuk memulai digitasi
dan klik kanan 2 kali untuk mengakhiri proses digitasi. Berikut contoh hasil
digitasi:
8. dari menu tabel klik stop editing untuk mengakhiri pengisian tabel.
Setelah selesai, simpan hasil layout tersebut ke bentuk yang diinginkan misal
JPEG.:
Tentukan terlebih dahulu sistem koordinat dengan klik kanan layer – properties –
sistem koordinat – pilih Indonesia 1974 UTM Zone 48s
Pilih menu arctoolbox – Analysis Tools – Overlay – Union, untuk langkah awal
mengoverlay
2. Tekan tombol ‘Editor’ (langkah 1), masukkan nilai skor pada masing-masing
kelas (langkah 2)
3.Sorot kolom total dan klik kanan, pilih “field calculator”, masukan formula
penjumlahan skor kelerengan + skor jenis tanah + skor tekstur tanah, klik Ok
4. Lakukan “Select BY attribute” dan masukan kriteria skor, klik “Apply” dan diberi
nama “sesuai”, “ kurang sesuai” dan selanjutnya
Atur tampilan file out put jenis kesesuaian lahan dengan klik kanan layer :
Properties – syumbology
5. Scale Bar dapat ditambahkan dengan mengklik menu Insert dan memilih
tombol pilihan Scale Bar. Bentuk scale bar yang diinginkan dapat dipilih dan
properties-nya dapat diedit dalam dialog box Scale Bar Selector.
Jika tombol OK sudah di-klik, scale bar yang terpilih akan secara otomatis
muncul dalam layout peta. Kita dapat mengklik dan drag scale bar ke lokasi yang
diinginkan.
Dalam frame ini, kita dapat mengubah size dan shape dari patch simbol
yang digunakan untuk menampilkan kembali feature garis dan poligon dalam
legenda. sudah, tekan Next. Frame terakhir akan muncul.
Dalam frame ini, kita dapat mengubah spasi antara komponen yang
berbeda dari legenda. Kemudian klik tombol Finish. Tampilan layout akan ter
update, dan kita dapat me-resize dan memindah box legenda ke lokasi yang
diinginkan.
BAB IV
4.1 Hasil
Tabel 4.1 matriks model konseptual kesesuaian lahan permukiman Kabupaten Pandeglang
Kesimpulan: Peta dasar (base map) berskala (resolusi) sedang dan detail
BAPPEDA
Tabel 4.2 matriks model fungsional Kesesuaian Lahan Permukiman Kabupaten Pandeglang
4.2 Pembahasan
4.2.1 Luasan Permukiman perkecamatan di Kabupaten Pandeglang
BAB V
5.1 Kesimpulan
Penulis menyimpulkan beberapa hal dari hasil pembuatan laporan ini, yaitu:
c. Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Tekstur
tanah merupakan perbandingan relatif pasir, debu, dan liat (< 2mm).
tanah dengan kandungan debu tinggi mempunyai kapasitas tertinggi
mengikat air yang tersedia bagi tanaman (Foth, 1988). Tekstur biasa
digunakan sebagai kriteria dalam klasifikasi tanah maupun kesesuaian
lahan. Tanah yang bertekstur kasar dengan 20 % bahan organic atau
lebih dan tanah bertekstur halus dengan 30 % bahan organik atau lebih
berdasarkan robot mempunyai sifat yang didominasi oleh fraksi
organik dan bukanya oleh fraksimineral
3. Pada data diatas dapat diketahui bahwa kesesuaian lahan permukiman di
Kabupaten Pandeglang sudah banyak yang sesuai dengan kriteria dengan
total luas 3485,008 Hektar atau 69% dari total luas permukiman. Terdapat
kawasan permukiman yang memiliki status bersyarat dengan total luas
2205,915 Hektar atau 28%. Namun, masih terdapat kawasan permukiman
yang belum sesuai dengan parameter yang ada seluas 175,569 Hektar atau
2% dari total luas permukiman di Kabupaten Pandeglang.
5.2 Saran
Dalam penilitian ini harus menggunakan data terbaru sehingga hasil yang
didapatkan sesuai dengan keadaan kawasan permukiman yang terkini dan penilitian
ini juga sangat perlu ditingkatkan guna membentu masyarakat maupun pemerintah
dalam memetakan maupun merencanakan daerah permukiman yang sesuai dengan
parameter kawasan layak permukiman, sehingga lahan yang tersedia bisa
dioptimalkan baik sebagai permukiman, perindustrian maupun yang lainnya sesuai
dengan rencana tata ruang yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Alqurashi, A. F., & Kumar, L. (2013). Investigating the Use of Remote Sensing and
GIS Techniques to Detect Land Use and Land Cover Change: A Review.
Advances in Remote Sensing, 2(2), 193–204.
https://doi.org/10.4236/ars.2013.22022
Babalola, A., & Busu, I. (2011). Selection of Landfill Sites for Solid Waste
Treatment in Damaturu Town-Using GIS Techniques. Journal of
Environmental Protection, 2(1), 1–10. https://doi.org/10.4236/jep.2011.21001
Bhalla, B., Saini, M. S., & Jha, M. K. (2014). Assessment of Municipal Solid Waste
Landfill Leachate Treatment Efficiency by Leachate Pollution Index.
International Journal of Innovative Research in Science, Engineering and
Technology, 3(1), 8447–8454.
Cheruto, M. C., Kauti, M. K., Kisangau, P. D., & Kariuki, P. (2016). Journal of
Remote Sensing & GIS Assessment of Land Use and Land Cover Change
Using GIS and Remote Sensing Techniques : A Case Study of Makueni
County , Kenya, 5(3). https://doi.org/10.4175/2469-4134.1000175
Jawab, P., Bestari, M., Pusat, K., Permukiman, L., Ilmu, L., Husin, A. A., …
Risang, G. (2010). Jurnal Permukiman Volume 5 No . 3 November 2010 ISSN :
1907 – 4352 (Vol. 5).
Meinel, G., & Winkler, M. (2002). Spatial analysis of settlement and open land
trends in urban areas on\nbasis of RS data studies of five European cities over
a 50-year period, 539–546. Retrieved from
http://www2.ioer.de/recherche/pdf/2002_meinel_earsel.pdf
Napitupulu, M., Tambunan, M., Daryanto, A., & Oktaviani, R. (2011). Dampak
Infrastruktur Jalan Terhadap Perekonomian Pulau Jawa-Bali dan Sumatera.
PUSJATAN, Ditjen Binamarga, Kementerian PU, IPB., (April).
Nyeko, M. (2012). GIS and Multi-Criteria Decision Analysis for Land Use
Resource Planning. Journal of Geographic Information System, 4(4), 341–
348. https://doi.org/10.4236/jgis.2012.44039
Reddy, R. L., Apoorva, B., Snigdha, S., & Spandana, K. (2013). GIS Applications
in Land Use and Land Development of a City. International Journal of
Emerging Technology and Advanced Engineering, 3(5), 3–8.
Rono, F., & Mundia, C. C. (2016). GIS based suitability analysis for coffee farming
in Kenya, 6(3), 1722–1733.
Samanta, S., Pal, D. K., Samanta, S., & Pal, D. K. (1992). Change Detection of
Land Use and Land Cover over a Period of 20 Years in Papua New Guinea.
Natural Science, 8(March), 138–151. https://doi.org/10.4236/ns.2016.83017
Sangeda, A. Z., Kahimba, F. C., Kashaga, R. A. L., Semu, E., Mahonge, C. P., &
Mkanda, F. X. (2014). Testing of Decision Making Tools for Village Land
Use Planning and Natural Resources Management in Kilimanjaro Region,
(December), 446–458.
Singh Tanwar, P., Sharma, A., & Professor, A. (2013). Rainfall Spatial Analysis
using GIS. International Journal of Advanced Research in Computer and
Communication Engineering, 2(5), 2197–2200. Retrieved from
www.ijarcce.com
Solutions, G. (2016). Solid waste disposal site selection by data analysis using GIS
and Remote sensing tools : A case study in Thiruvananthapuram corporation
area, 6(4), 1734–1747.
Sood, K., Singh, S., Rana, R., Rana, A., Kalia, V., & Kaushal, A. (2015).
Application of GIS in precision agriculture. Researchgate.Net, (October).
https://doi.org/10.13140/RG.2.1.2221.3368
Tamilenthi, S., Punithavathi, J., Arul, P., & Baskaran, R. (2013). Urban Change
Detection Based on Remote Sensing and Gis Study of Salem Revenue
Division , Salem District , Tamil Nadu , India . European Journal of
Geography, 1(1), 23–27.
Teredesai, P., Zope, U., Savla, D., Virnodkar, S., Engineering, C., Engineering, C.,
& Engineering, C. (2015). Gis for Agricultural Land, 1062–1065.
Wilayah, R., Semarang, K., Genuk, U. K., Gayamsari, D. A. N., Fitriyanto, A. M.,
Tjahjono, H., & Suhandini, P. (2013). Geo Image ( Spatial-Ecological-
Regional ) EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP RENCANA
TATA, 2(2), 43–49.