Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
BAHAN BAKAR ALTERNATIF DENGAN TOREFAKSI CANGKANG
KEMIRI

BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN

Diusulkan Oleh :
BOIN ROLANDO SIDABUTAR 193020901018

JHON BOY CRISTIAN DAMANIK 193030901024

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


PALANGKA RAYA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Tulis : Bahan Bakar Alternatif Dengan Torefaksi


Cangkang Kemiri
Instansi : UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
Sub Tema : Sains dan Teknologi
Ketua Tim
a.Nama Lengkap : JHON BOY CRISTIAN DAMANIK
b.NIM : 193030901024
c.Jurusan : Fisika
d.Universitas : UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
e.Alamat email : johnboyyyy34@gmail.com
f.Alamat Rumah : JL.Bukit Keminting II,Palangka ,Jekan Raya,
Palangka Raya
g.No HP : 0822-5235-0104
Dosen Pembimbing : MADE DIRGANTARA S.Si, M.Si
Daftar Isi
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN……………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..iii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….......1
1.2 Perumusan Masalah……………………………………………………………1
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………2
1.4 Luaran yang Diharapkan………………………………………………………2
1.5 Manfaat program………………………………………………………………2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….3
2.1 PROSES TEROFAKSI……………………………………………………….3
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………..9
1.1 PREPARASI BAHAN BAKU………………………………………………..9
1.2 TOREFAKSI…………………………………………………………………..9
1.3 ANALISIS PROKSIMAT…………………………………………………….9
1.4 PENGUKURAN NILAI KALOR……………………………………………10
1.5 PENGUKURAN PRAMETER EFENSIENSI PROSES…………………….10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………12
DAFTAR GAMBAR
TABEL BOE………………………………………………………………………1
CANGKANG KEMIRI…………………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi seperti saat ini energi menjadi satu kebutuhan pokok manusia
yang digunakan dalam segala aspek kehidupan manusia.Di indonesia sendiri
kebutuhan akan energi sangat tinggi pada tahun 2017 indonesia membutuhkan
1,23 miliar barrel oils equivalent (BOE).

Seiring berjalannya waktu dan pengetahuan manusia yang terus


berkembang,telah ditemukan berbagai inovasi-inovasi energi alternatif yang
memilki manfaat yang cukup besar untuk keperluan dalam kehidupan kita.Salah
satu sumber energi alternatif yang saya maksud dalam artikel ini adalah Energi
Biomassa yang merupakan salah satu sumber energi terbarukan. Sangat
berpotensi di Indonesia karena didalam kemiri terdapat 30% inti buah dan 70%
cangkangnya. Tempurung kemiri mengandung holoselulosa 49,22% dan lignin 54,46%.
Kandungan lignin yang tinggi berpotensi untuk dibuat arang yang menghasilkan nilai
kalor yang tinggi.
1.2 Perumusan Masalah
Proses terofaksi pada cangkang kemiri memberi kemudahan untuk mengurai ke
tanah dan dapat menggantikan energi fosil yang kian hari menipis
1.3 Tujuan
Adapun beberapa kelebihan dari biomassa sebagai bahan bakar diantaranya adalah
sebagi berikut
-Meminilalisir limbah organik
-Mengurangi efek rumah kaca
-Melindungi kebersihan air dan tanah
-Mengurangi adanya hujan asam dan kabut asam.
1.4 Luaran yang Diharapkan
 Dapat menjadi pengalaman membuat pkm
 Dapat bimbingan lagi agar bisa menyelesaikan pkm
1.5 Manfaat Program

 Dapat membantu masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan sampah


organik
 Dapat membantu pemerintah akan ketergantungan akan energi fosil
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Torefaksi
Torefaksi merupakan proses pirolisis pada temperatur rendah atau termo-
kimia untuk konversi biomassa yang berlangsung pada temperatur 200 oC
sampai 300 oC dalam kondisi tekanan atmosfer dan tanpa oksigen. Tujuan
utama dari biomassa menghasilkan bahan bakar padat. Keseimbangan massa
dan energi untuk fraksi padatan yang dihasilkan dari produk torefaksi
biomassa (mass yield) mencapai 70% dan kandungan energi produk (energy
yield) mencapi 90% di mana 30% massa lainnya diubah menjadi gas
torefaksi yang hanya mengandung 10% energi biomassa (Bergman dkk.,
2005).
Karbonisasi biomasa yang terjadi pada saat torefaksi dapat memperbaiki
karakteristik biomasa sebagai bahan bakar padat, yang ditandai dengan
meningkatnya nilai kalor, densitas energi yang tinggi, hidrofobia serta
kandungan air yang rendah. Proses torefaksi dapat menurunkan kandungan
H2O dan CO2 yang ada didalam biomasa, sehingga rasio O/C dan H/C dari
biomassa menurun. Pada proses pemanasan awal biomasa selama terjadi
proses torefaksi akan menghilangkan kandungan air yang terdapat pada
permukaan biomasa (surface moisture). Pada pemanasan lebih lanjut akan
menghilangkan kandungan air dari ikatan melalui reaksi kimia (inherent
moisture). Sebagian besar air yang dihasilkan tersebut merupakan bagian dari
proses termokondensasi yang terjadi pada temperatur diatas 160 oC saat
pembentukan CO2 dimulai. Pemanasan lebih lanjut pada temperatur antara
o
180-270 C akan terjadi reaksi eksotermik dan memulai dekomposisi
hemiselulosa, yang menyebabkan perubahan warna pada biomassa karena
kehilangan air, CO2, dan sejumlah besar asam asetat dan fenol. Pada
temperatur diatas 280oC keseluruhan prosesnya akan menjadi eksotermik,
menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam produksi CO2, fenol, asam
asetat, dan hidrokarbon lainnya.
Torefaksi dari bahan lignoselulosa menghasilkan dekomposisi lebih
banyak hemiselulosa dari pada lignin dan selulosa. Reaksi dekomposisi ini
dapat menghancurkan gugus hidroksil (-OH) dan meningkatkan densitas serta
nilai kalor spesifik dari produk. Proses torefaksi jika dilakukan pada
temperatur kurang dari 250oC umumnya bersifat endotermik dan dapat
menurunkan efisiensi energinya. Pada akhir proses torefaksi akan terbentuk
padatan yang memiliki struktur polimer yang lebih pendek dan lebih
sederhana dibandingkan sebelum torefaksi. Selain itu proses torefaksi juga
dapat menurunkan rasio O/C biomasa secara efektif. Hal ini akan
menyebabkan produk padatan memiliki nilai kalor per massa yang lebih
tinggi dibandingkan sebelum ditorefaksi (Tumuluru,2010).
1. ProsesTorefaksi
Tahapan pada proses torefaksi biomassa ini menunjukan perubahan massa,
temperatur dan konsumsi energi dari biomassa. Adapun tahapan perlakuan
panas dalam proses torefaksi adalah sebagai berikut (Basu,2013)
2. Tahap pemanasan awal(Predrying)
Pada tahap ini kondisi pemanasan biomassa yang terjadi pada temperatur
~100oC dari temperatur kamar menuju temperatur pengeringan.
3. Tahap pengeringan(Drying)
Pada tahap ini terjadi kenaikan temperatur ~100oC yang bertujuan untuk
menguapkan kandungan air yang terdapat didalam biomassa pada suhu
konstan sampai kandungan air yang terdapat pada permukaan biomassa
menghilang.
4. Tahap pengeringan lanjut(Postdrying)
Pada tahap ini biomassa dipanaskan lebih lanjut hingga temperatur
mencapai ~200oC sebelum terjadi proses torefaksi. Selama tahap ini
berlangsung terjadi penguapan fraksi massa, kandungan air serta senyawa
organik telah hilang dari biomassa.
5. Tahaptorefaksi
Dalam tahap ini terjadi proses yang sebenarnya karena adanya
depolimerisasi biomassa. Ketika tahap ini berlangsung diperlukan rentang
waktu tertentu untuk proses ini sesuai dengan temperatur reaksi yang
ditentukan. Selama proses torefaksi terjadi reaksi eksotermis pada
temperatur 250-300oC.
6. Tahappendinginan
Produk padatan yang dihasilkan dari proses torefaksi mencapaitemperatur
yang tinggi sehingga harus didinginkan hingga mencari temperatur
ruangan. Hal ini karena dikhawatirkan pada temperatur tinggi dapat
menyebabkan produk torefaksi mengalami oksidasi setelah berkontak
dengan udara pada temperature yang tinggi.
7. ProdukTorefaksi
Proses dekomposisi termal yang terjadi pada proses torefaksi
menghasilkan tiga produk utama seperti pada gambar 2.4 yaitu produk
padatan yang berwarna coklat sampai hitam, gas yang dapat terkondensasi
(cairan) dan gas yang tidak dapat terkondensasi (gas permanen).
Gambar 2.1 Produk torefaksi biomassa (Bergman dkk.,2005)
Selama proses torefaksi berlangsung, biomassa kehilangan sebagian besar kandungan air dan
volatil lainnya yang memiliki nilai kalor rendah. Jenis dan jumlah gas yang dihasilkan selama
proses torefaksi tergantung pada jenis bahan baku dan kondisi proses torefaksi, termasuk
temperatur selama proses dan waktu tinggal (Tumuluru dkk., 2011). Produk padatan terdiri dari
struktur polimer dari fraksi yang tidakbereaksiselamaprosestorefaksidanberbagaiprodukyang
bereaksi. Yang mencakup oligomer yang terbentuk melalui reaksi depolimerisasi dan reaksi
kondensasi, struktur organik rantai pendek yang terkondensasi dalam torefaksi biomassa, struktur
yang menyerupai char yang dikarbonisasi, dan bahan mineral yang hadir dalam biomassa (Prins
dkk., 2006).

Produk cairan yang terkondensasi dari aliran volatil terdiri dari berbagai senyawa seperti air,
asetat, asam, methanol, asam laktat, hidroksil aseton, dan sejumlah bahan organik lainnya.
Produk cairan pada torefaksi dapat dibagi menjadi beberapa subkelompok yaitu air reaksi yang
dihasilkan dari dekomposisi termal, air terikat (inherent water) dan air bebas (surface water)
yang telah dilepaskan melalui penguapan, zat organik dalam bentuk cair yang terdiri dari zat
organik yang dihasilkan selama devolatilisasi dan karbonisasi dan lipid yang mengandung
senyawa seperti wax dan asam lemak (Tumuluru dkk., 2011).
Gas permanen atau sering disebut dengan non condensable gas (NCG) merupakan fraksi volatil
yang berada didalam fase gas pada suhu kamar. Gas permanen pada proses torefaksi terdiri dari
molekul ringan seperti karbondioksida (CO2), karbonmonoksida (CO), metana, etana dan etilena.
Korbondioksida merupakan fraksi terbesar dari penyusun gas permanen yang dihasilkan (Pach
dkk.,200)
8. ParameterTorefaksi
Pada proses torefaksi material lignoselulosa akan mengalami dekomposisi kimia sehingga
struktur polimernya akan berubah. Perubahan material lignoselosa tersebut dipegaruhi oleh
berbagai faktor selama proses torefaksi berlangsung. Faktor-faktor yang berpengaruh selama
proses torefaksi adalah sebagai berikut :
9. Temperatur
Proses torefaksi berada pada temperatur 200-300 oC. Temperatur torefaksi memiliki pengaruh
yang sangat besar pada proses torefaksi karena tingkat degradasi termal biomassa bergantung
pada temperatur. Meningkatnya temperatur reaksi torefaksi akan meningkatkan laju dekomposisi
pada struktur penyusun material biomassa. Hal itu akan mengakibatkan terjadinya peningkatan
kehilangan massa dan karbonisasi material biomassa. Temperatur yang tinggi akan mengahsilkan
jumlah massa dan energi lebih rendah tetapi kerapatan energinya lebih tinggi. Fraksi karbon tetap
pada biomassa meningkat sedangkan kandungan hidrogen dan oksigen akan berkurang pada saat
kenaikan temperatur torefaksi (Bridgeman dkk., 2008). Temperatur reaksi yang tinggi melebihi
temperatur torefaksi akan meningkatkan laju dekomposisi yang mengakibatkan komponen
lignoselulosa banyak dikonversikan ke dalam bentuk gas dan cairan, sehingga produk padatan
yang dihasilkan pada proses torefaksi menjadiberkurang.

10. WaktuTinggal
Waktu tinggal merupakan parameter lain yang mempengaruhi produk yang dihasilkan dari
proses torefaksi. Waktu tinggal berkaitan dengan lamanya waktu material biomassa bertahan
didalam reaktor. Parameter ini mempengaruhi proses dekomposisi dan karbonisasi selama proses
torefaksi berlangsung. Proses torefaksi dengan waktu tinggal yang lebih lama akan
menghasilkan massa produk padatan yang lebih rendah akan tetapi memiliki energi padatan yang
lebih tinggi, walaupun efek waktu tinggal tidak mempengaruhi sifat biomassa secara signifikan
(Pimchuai dkk., 2010).
11. UkuranPartikel
Ukuran partikel juga mempengaruhi reaksi dari torefaksi, tetapi pada tingkat yang lebih rendah
dari temperatur dan waktu tinggal. Ukuran partikel mempengaruhi luas permukaan kontak
perpindahan panas antara material biomassa dan sumber panas selama terjadi proses
dekomposisi termal. Semakin kecil ukuran bahan baku yang digunakan maka permukaan
perpindahan panas semakin luas dan meningkatkan laju pemanasan ke permukaan bahan baku.
Hal ini mengakibatkan meningkatnya laju dekomposisi pada material biomassa dan
meningkatkan efisiensi torefaksi terutama pada kebutuhan waktu tinggal yang pendek (Bergman
dkk,. 2005).
12. JenisBiomassa
Jenis biomassa merupakan parameter penting lainnya yang dapat mempengaruhi proses
torefaksi. Hal ini karena kandungan hemiselulosa paling banyak terdegradasi pada saat proses
torefaksi, akibatnya akan kehilangan jumlah massa yang lebih tinggi pada biomassa yang banyak
megandung hemiselulosa. Kandungan xilan dari hemiselulosa paling reaktif dalam kisaran suhu
torefaksi sehingga menurunkan massa lebih cepat dari komponen padat lainnya dari biomassa
(Basu dkk.,2013).
BAB III
MetodePenelitian
1.1 Preparasi bahan baku
Bahan baku cangkang kemiri ( didapat dari produksi minyak kemiri dikeringkan dengan cara
dihamparkan dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 105 oCsampaikadararinya 5%.
Cangkang kemiri yang lolos saringan dikumpulkan dan selanjutnya di porsestorefaksi[1], [2].
1.2 Torrefaksi
Proses torrefaksi ditunjukan seperti Gambar 1 [3]. Pada Gambar 1 pemberian gas nitrogen
disalurkan dengan kecepatan1liter/menit selama 5 menit sampai kondisi reaktor torefaksi inert
N2. Suhu torrefaksi divariasikan dari 250oC, 275oC dan 300oC[4], dengan waktu penahanan
divariasikan 20, 30, dan 40menit. Cairan terkondensasi ditampung selama proses torefaksi
berlangsung.

Gambar 1. Skema proses torrefaksi[3]

1.3 Analisis proksimat


Analisis proksimat untuk menetukan kelembaban, volatil dan kadarabu, dalam penelitian ini diuji
dengan standar berturut-turut ASTM D3171, D3175 dan D3174.Biomassa yang di uji
adalahsebelum dan setelah torefaksi[2], [5], [6].
1.4 Pengukuran nilai kalor
Pengukuran nilai kalor dilakukan untuk mengetahui Higer Heating Value (HHV) dan Lowest
Heating Value (LHV).Pegukuran ini dilakukan dengan mengikuti prosedur ASTM D240 atau EN
14918 [3], [6]menggunakn bomb calorimeter.Sampel yang dikukur adalah sampel sebelum
perlakuan, setelah densifikasi dan setelah torrefaksi.
1.5 Pengukuran prameter efesiensi proses
Empat parameter yang sangat penting digunakan untuk menentukan keberhasilan proses
torrefaksi adalah kehilangan massa, mass yield, energy yield dan densitas energi. Fokus dalam
proses torrefaksi adalah untuk mendapatkan nilai HHV yang tinggi dan kehilangan massa yang
rendah akibat proses ini[1]–[3].
Mi - Mt
Massa yang Hilang dihitung menggunakan persamaan berikut Massa hilang (MH) 
Mi
Dimana Mi adalah massa sebelum torefaksi dan Mt adalah massa setelah proses torrefaksi
Mass yield dihitung menggunakan persamaan berikut
Mt
Mass Yield (MY)  x100%
Mi
Energy yield dihitung menggunakan persamaan berikut
CVt
Energy Yield (EY)  MYx
CVp
DimanaCVt dan CVp adalah merupakan nilai kalor dari briket setelah dan sebelum torrefaksi.
Densitas energi dihitung menggunakan persamaan
EY
Densitas Energi (DE) 
MY
DAFTAR PUSTAKA
[1] T. Thaim Dan R. A. Rasid, “Improvement Empty Fruit Bunch Properties Through
Torrefaction,” Aust. J. Basic Appl. Sci., Vol. 10, No. 17, Hlm. 114–121, 2016.
[2] H. Mohd Faizal Dkk., “Torrefaction Of Densified Mesocarp Fibre And Palm Kernel
Shell,” Renew. Energy, Vol. 122, Hlm. 419–428, Jul 2018.
[3] T. A. Mamvura, G. Pahla, Dan E. Muzenda, “Torrefaction Of Waste Biomass For
Application In Energy Production In South Africa,” South Afr. J. Chem. Eng., Vol. 25, Hlm. 1–
12, Jun 2018.
[4] G. Pahla, T. A. Mamvura, F. Ntuli, Dan E. Muzenda, “Energy Densification Of Animal
Waste Lignocellulose Biomass And Raw Biomass,” South Afr. J. Chem. Eng., Vol. 24, Hlm.
168–175, Des 2017.
[5] W. Susanty, Z. Helwani, Dan Zulfansyah, “Torrefaction Of Oil Palm Frond: The Effect
Of Process Condition To Calorific Value And Proximate Analysis,” Iop Conf. Ser. Mater. Sci.
Eng., Vol. 345, Hlm. 012016, Apr 2018.
[6] I. NyomanSukarta Dan P. Sri Ayuni, “AnalisisProksimat Dan Nilai Kalor Pada Pellet
Biosolid Yang DikombinasikanDenganBiomassaLimbahBambu,” JST J. Sains Dan Teknol., vol.
5, Agu 2016.

Anda mungkin juga menyukai