Anda di halaman 1dari 18

CACAT KAYU BULAT RIMBA INDONESIA

PENGENALAN CACAT KAYU BULAT RIMBA INDONESIA


Cacat Kayu Bulat Rimba Indonesia
• Suatu kelainan yang terdapat pada kayu Bulat yang dapat mempengaruhi mutu dan atau isi
Sistem Pengujian
• Sistem pengujian kayu Bulat rimba yang berlaku di Indonesia didasarkan :
- persyaratan ukuran
- persyaratan cacat dan
- persyaratan hasil.
Ketiga unsur tersebut sangat berkaitan dengan pengetahuan tentang cacat kayu, oleh karena itu
untuk dapat memahami pengujian kayu terlebih dahulu harus memahami cacat-cacat kayu
Persyaratan ukuran
• Mutu kayu Bulat didasarkan kepada besarnya ukuran, yaitu panjang dan diameter sesuai
dengan persyaratan mutu masing-masing jenis kayu
Persyaratan cacat
• Untuk penetapan mutu berdasarkan cacat diperlukan penilaian cacat yang terdapat pada kayu
Bulat tersebut, baik jenis, ukuran, jumlah, keadaan dan penyebaran cacat sesuai dengan
persyaratan mutunya
Persyaratan hasil
• Persyaratan mutu berdasarkan hasil terdiri dari penilaian isi sehat (Is) dan penilaian nilai
konversi (Nk)
• Penilaian isi sehat ditetapkan oleh besarnya persen isi sehat yang diakibatkan oleh adanya isi
yang tidak sehat, yaitu isi cacat
• Penilaian nilai konversi digunakan apabila berdasarkan persyaratan cacat yang ada tidak
memenuhi persyaratan mutu tertentu
Maksud
• Untuk dapat mengenal, mengidentifikasi, mengukur, menghitung, dan menilai cacat-cact yang
terdapat pada kayu Bulat rimba, serta dapat mengetahui akibat atau pengaruh dari adanya cacat
tersebut baik terhadap isi/volume kayu maupun terhadap mutu/kualita kayu
Tujuannya :
• Untuk dapat menetapkan ukuran dan isi serta mutu kayu Bulat rimba dengan tepat dan benar,
serta dapat mencegah, menekan ataupun mengendalikan terjadinya cacat-cacat tersebut.
Pengelompokan cacat
• Berdasarkan penyebabnya:
• Cacat alami, yaitu cacat kayu Bulat yang disebabkan oleh faktor alam seperti cuaca, angin dan
tempat tumbuh serta faktor bawaan dari kayu tersebut.
(kelurusan, keBulatan, kesilindrisan, arah serat, alur, mata kayu, benjolan, kulit tersisip/tumbuh,
buku)
• Cacat biologis, yaitu cacat kayu Bulat yang disebakan oleh mahluk hidup, seperti serangga dan
jamur yang penyerangannya dilakukan baik terhadap kayu yang masih berdiri dihutan, maupun
setelah ditebang.
(lubang gerek, gubal, gerowong/teras busuk, teras rapuh)
• Cacat teknis, yaitu kayu Bulat yang disebabkan oleh faktor manusia dan peralatan yang
digunakan, seperti salah potong dan salah arah tebang, sistem penyaradan dan pengangkutan
(Pecah/belah, lengar, pecah banting, pecah slemper/lepas, pecah busur/gelang, pecah bontos,
pakah, lubang lainnya.
Berdasarkan bentuk dan lokasi penyerangan:
• Cacat bentuk, ialah cacat/kelainan dari bentuk kayu yang tidak diharapkan, antara lain:
kelurusan, kesilindrisan, arah serat, keBulatan dan alur.
• Cacat badan, ialah cacat kayu yang terdapat pada badan kayu, antara lain: lubang gerek,
pecah/belah, mata kayu, gubal, benjolan, kulit tersisip/tumbuh, lengar, pecah banting, pecah
slemper/lepas, buku, teras busuk
• Cacat bontos, ialah cacat kayu yang terdapat pada bontos kayu, antara lain: gerowong, pecah
busur/pecah gelang, pecah bontos, teras rapuh, pakah dan lubang lainnya.

Cacat Bentuk
Kelurusan
• Bentuk kayu yang ditetapkan dengan cara membandingkan kedalaman lengkung dengan
panjang kayu dalam satuan persen
• Penilaian terhadap cacat kelurusan dinyatakan dalam persen, misalnya < kelurusan =" y/p" dp
=" (d1" du =" (d3"> 2 bh (>2 bh/btg)
• Kedalaman alur adalah: - Kedalaman alur adalah:
• » (diambil 3 bh alur yang terberat)
4. Arah Serat
• Arah sel serabut kayu longitudinal (ke arah panjang), yang ditetapkan dengan cara
membandingkan besarnya penyimpangan serat pada umumnya terhadap arah sumbu kayu
• Penilaian terhadap cacat arah serat dinyatakan dalam bentuk perbandingan, misalnya 1 : 10,
yaitu sisi segitiga siku-siku yang menghubungkan arah sumbu dengan arah serat berbanding
dengan sisi segi tiga siku-siku lainnya.

Cacat Badan
• Lubang gerek
• Lubang pada badan kayu Bulat yang disebabkan oleh serangga penggerak.
• Berdasarkan diameter:
- lubang gerek kecil (Lgk)/lubang jarum; apabila Ø nya ≤ 2 mm
- lubang gerek sedang (Lgs); apabila Ø nya > 2 mm sampai dengan 5 mm
- lubang gerek besar (Lgb); apabila Ø nya > 5 mm
• Berdasarkan penyebaran:
- lubang gerek gerombol (Grb); apabila jumlanya > 30 bh dalam luas permukaan kayu 150 Cm2
- lubang gerek tersebar merata (tm); apabila jumlanya ≤ 30 bh dalam luas permukaan kayu
150Cm2

• Pecah/belah (Pe/Be)
• Terpisahnya serat dengan lebar celah lebih dari 2 mm
• Penilaian terhadap cacat Pe/Be dinyatakan dalam persen, misainya 15% p, yaitu jumlah
panjang semua Pe/Be pada kedua bontosnya adalah 15 % dari panjang kayu (p). Pe/Be yang
berhadapan dianggap 1 buah.
• Pe/Be b dan d berhadapan dihitung 1 bh, diambil yang terpanjang

• % Pe/Be = ………….. X 100 %

• Mata Kayu (Mk)


• Bekas cabang atau ranting pada permukaan kayu
• Mata kayu sehat (Mks); mata kayu yang bebas dari pembusukan, berpenampang keras, tidak
mengelupas dan berwarna sama atau lebih tua daripada warna kayu sekitarnya
• Mata kayu busuk (Mkb); mata kayu yang menunjukkan tanda pembusukan, bagian kayunya
lebih lunak dibandingkan dengan kayu disekitarnya dan mudah lepas, sehingga dapat
menimbulkan lubang
• Penilaian terhadap cacat Mk dinyatakan dalam;
- Keadaan Mk, yaitu Mks atau Mkb.
- Jumlah (jml) Mk, yaitu tdp atau tmp.
- Ø Mk, ialah rata-rata panjang dan lebar Mk terbesar, diukur pada batas gubal
- Jarak (jrk) Mk, adalah jarak terpendek antar Mk (Mks/ Mkb) sejajar sumbu kayu
- Untuk sebagian besar kayu Bulat P. Jawa, Mk dibandingkan dengan diameter kayu (d)
dinyatakan dalam persen.
• Jumlah Mk adalah 1 bh tmp, atau 2 bh tdp
• Ø Mk adalah 7 cm (yang terbesar)
• Jarak antar Mk adalah jrk 1 (yang terpendek)
• Perbandingannya adalah 7/d x 100%
• Benjolan (Bj)
• Tonjolan atau pembengkakan pada satu tempat atau melingkar pada badan kayu.
• Kayu Bulat dianggap mempunyai benjolan apabila tinggi tonjolan ≥ 3 cm dari badan kayu yang
normal dan tidak terdapat adanya bekas cabang atau mata kayu
• Penilaian terhadap cacat benjolan dinyatakan dalam:
- Jarak terpendek antar benjolan sejajar sumbu kayu
- Jumlah tmp-nya dan atau tiap batangnya.
- Untuk jenis tertentu, perlu diukur Ø nya.
• Jarak Bj adalah jrk 2 (yang terpendek sejajar sumbu kayu)
• Jumlah Bj adalah 2 bh atau 3 bh/batang
• Ø adalah diameter Bj
• Kulit tersisip/kulit tumbuh (Kt)
• Kulit yang sebagian atau seluruhnya terdapat atau tumbuh di dalam kayu, biasanya terdapat
pada alur atau di sekeliling mata kayu
• Penilaian terhadap cacat kulit tersisip/kulit tumbuh dinyatakan dalam;
• Jumlah Kt dibadan dihitung tmp, di bontos dihitung per bo.
• Luas Kt dengan cara mengalikan panjang dan lebar Kt (di bontos).
• Jumlah Kt di badan adalah 1 bh tmp
• Jumlah Kt di bontos adalah 2 bh/bo
• Luas Kt1/Kt2 adalah pj x lb
• Luas Kt = Luas Kt1 + luas Kt2

Cacat Bontos
● Pecah busur/pecah gelang (Peb/Peg)
• Pecah busur; terpisahnya serat pada bontos yang mengikuti lingkaran tumbuh yang bentuknya
kurang dari ½ lingkaran
• Pecah gelang; terpisahnya serat pada bontos yang mengikuti lingkaran tumbuh yang bentuknya
½ lingkaran atau lebih
• Penilaian terhadap cacat Peb/Peg dinyatakan dalam persen dengan cara:
• Membandingkan panjang linier atau panjang lengkungan Peb/Peg yang terpanjang dari kedua
bontosnya terhadap diameter kayu (d).
• Membandingkan jumlah panjang linier seluruh Peb/Peg pada setiap bontos terhadap diameter
kayu (d).
Keterangan:
y
• %Peb/Peg= — x 100 %
d
(yang terpanjang)
x+y+z
• %Peb/Peg= …………… x 100%
•d
(jumlah keseluruhan)
• Pecah bontos (Pebo)
• Terpisahnya serat pada bontos yang dimulai baik dari hati maupun dari gubal yang memotong
lingkaran tumbuh
• Penilaian terhadap cacat Pebo dinyatakan dalam ada atau tidak ada, untuk jenis tertentu
dihitung jumlah per bontosnya. Pebo yang berhadapan dianggap 1 bh.
• Jumlah Pebo adalah 4 bh/bo ● Jumlah Pebo adalah 2 bh/bo
• Cacat Lengar
• Lekukan pada badan kayu yang ditandai dengan hilangnya gubal dan terasnya mengalami
pembusukan, umumnya lengar disebabkan oleh kebakaran atau sebab lain, sehingga
pertumbuhan terhenti
• Penilaian terhadap cacat lengar ialah diukur besar lebarnya terhadap keliling kayu dan
panjangnya terhadap panjang kayu.
• Pecah Banting (Pebt)
• Pecah atau kerusakan kayu disebabkan oleh benturan
• Penilaian cacat Pebt. Dilakukan terhadap lebar dan panjang Pebt, yaitu:
• Lebar Pebt dibandingkan dengan keliling kayu, seperti ¼ kel.
• Panjang Pebt dibandingkan dengan panjang kayu dalam persen, seperti 20 % p.
• Keterangan gambar:
- Lb = lebar Pebt.
- Pj = panjang Pebt
Jadi:
- Lebar Pebt = ¼ keliling
pj
- Panjang Pebt = ---- x 100 %
p
• Pecah Slemper/Pecah Lepas
• Bagian kayu yang hilang atau mudah lepas
• Penilaian cacat pecah slemper/pecah lepas dilakukan terhadap lebar pecah slempernya
dibanding dengan keliling kayu, seperti ¼ keliling (1/4 kel)
• Keterangan :
- Lb = lebar pecah
- ¼ kel = ¼ keliling
Jadi pecah slemper = ¼ keliling
• Cacat Buku (Bk)
• Benjolan yang mengelilingi batang, yang disebabkan oleh bekas cabang/ranting dengan pola
pertumbuhan cabang terminal
• Penilaian terhadap cacat buku dinyatakan dalam:
* Jarak terpendek antar buku.
* Jumlah tmp-nya.
* Ø buku.

• Keterangan:
* jarak Bk adalah jrk 2 (yang terpendek)
* Jumlah Bk adalah 2 bh tmp
* Ø adalah diameter Bj
• Teras Rapuh (Tr)
• Teras; bagian kayu yang terletak antara hati dan gubal
• Teras rapuh; teras yang memperlihatkan kerapuhan yang abnormal
• Penilaian terhadap cacat teras rapuh (Tr) dinyatakan dalam persen.
• Terdapat 2 (dua) cara penilaian persentase cacat Tr yaitu:
• Membandingkan diameter terbesar Tr dengan diameter kayu.
• Menghitung % isi Tr, lihat SNI Pengukuran dan Tabel isi kayu Bulat rimba, tentang penetapan
isi cacat.
• Keterangan gambar:
- Ø1 adalah diameter Tr terbesar
- Ø2 adalah diameter Tr terkecil

Jadi % Tr = Ø1 x 100%
d
• Gerowong dan Teras Busuk (Gr/Tb)
• Gerowong; lubang besar pada bontos kearah panjang kayu, baik tembus maupun tidak tembus
tanpa atau dengan tanda-tanda pembusukan
• Teras busuk; teras yang memperlihatkan tanda-tanda pembusukan
• Penilaian terhadap cacat gerowong/teras busuk (Gr/Tb) dinyatakan dalam persen dan kubikasi.
Terdapat 2 (dua) cara penilaian cacat Gr/Tb yaitu:
• Membandingkan diameter terbesar Gr/Tb dengan diameter kayu, khusus Gr kedalamannya
dibandingkan dengan panjang kayu.
• Menghitung persen dan kubikasi cacat bontos sesuai SNI Pengukuran dan tabel isi kayu Bulat
rimba.
# Cara menghitung % Gr/Tb sama dengan menghitung % Tr, sedangkan cara mengukur
kedalaman Gr dapat dilihat seperti gambar di bawah ini.
• Keterangan gambar:
- a adalah kedalaman Gr
- p adalah panjang kayu Bulat

% kedalaman Gr = …… x 100%

• Cacat Gubal
• Gubal (Gu); bagian kayu antara kulit dan teras, pada umumnya berwarna lebih terang dari kayu
teras
• Gubal busuk (Gb); gubal yang sudah mengalami pembusukan, dicirikan oleh rapuhnya bagian
badan
• Gubal tidak sehat (Gts); gubal yang sudah mendapat serangan jamur, dicirikan oleh perubahan
warna akan tetapi masih keras
• Penilaian tarhadap cacat gubal meliputi:
• Keadaan gubal, yaitu gubal sehat (Gs), gubal tidak sehat (Gts) dan gubal busuk (Gb).
• Untuk Gs diukur tebal gubalnya yaitu tebal terbesar dan atau tebal rata-rata dengan merata-
ratakan tebal terkecil dan terbesar pada setiap bontosnya.
• Untuk Gts dinyatakan dalam persen.
• Untuk Gb dinyatakan dalam persen dan kubikasi.
• Untuk menghitung % Gts dan Gb lihat cara menghitung persen dan kubikasi cacat gubal dalam
SNI Pengukuran dan tabel isi kayu Bulat rimba. Sedangkan cara mengukur tebal Gs, lihat
gambar berikut.
• Keterangan gambar:
a = Gs tertebal
b = Gs terkecil
• Tebal Gs adalah : a, dan atau a + b
2

• Cacat Pakah
• Hasil pemotongan kayu bercabang yang hampir sama besarnya, yang ditandai dengan adanya 2
(dua) buah hati pada bontos lainnya
• Cacat pakah ditetapkan dengan cara mengamati ada tidaknya pakah pada bontos.
• Cacat Lubang Lainnya (Li)
• Penilaian terhadap carat lubang lainnya (Li) pada setiap bontos dinyatakan ada atau tidak ada
serta menghitung jumlahnya pada masing-masing bontos.

Nilai Konversi
Penilaian nilai konversi digunakan apabilaberdasarkan persyaratan cacat yang ada tidak
memenuhi persyaratan mutu tertentu
Caranya :
• Buat kotak-kotak pada salah satu bontos, yang menggambarkan
perkiraan jumlah batang KG yang dapat dihasilkan dari KB dengan
ukuran tebal dan lebar minimum untuk :
- KBK 2 cm x 5 cm
- KBS/KBB 5 cm x 10 cm (panjang minimal 50 % p KB serta
menghasilkan KG yang tidak TLU
• Hitung jumlah kotak/batang yang dapat menghasilkan dan ukur
perkiraan panjang yang dapat digunakan, kemudian hitung isinya.
• NK adalah perbandingan antara isi seluruh kotak dengan isi KB dalam
persen

DIKLAT WASGANIS

Mei 24, 2012 · Filed under DIKLAT WASGANIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan pasal 117 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Jo. Nomor 3 Tahun
2008 dinyatakan bahwa “Semua hasil hutan yang berasal dari hutan negara, dilakukan penetapan
jenis, pengukuran volume/berat, dan atau penghitungan jumlah oleh petugas yang berwenang.
Selanjutnya dalam ayat (3) dinyatakan bahwa “Semua hasil hutan yang berasal dari hutan negara,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan pengujian oleh petugas yang berwenang.
Kemudian dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.58/Menhut-II/2008 pasal 8 ayat (1)
dinyatakan bahwa Pegawai Kehutanan yang melaksanakan tugas dan wewenang untuk
melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pekerjaan dan hasil kerja GANISPHPL wajib
memiliki Kartu WAS-GANISPHPL. Dimana setiap WAS-GANISPHPL hanya dapat mengawasi
GANISPHPL sesuai dengan spesifikasinya. Tenaga teknis tersebut memiliki kompetensi
melakukan pengukuran dan pengujian kayu bulat sesuai dengan metode yang dipersyaratkan,
melakukan pengukuran dan pengujian kayu bulat sesuai dengan peralatan pengukuran dan
pengujian yang dipersyaratkan, melakukan penatausahaan hasil hutan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, serta membuat laporan yang menguraikan secara jelas tentang pelaksanaan
pekerjaan terebut.
Kegiatan pengukuran dan pengujian hasil hutan ditegaskan lagi melalui Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006 Jo. P.63/Menhut-II/2006 pasal 3 ayat (1) disebutkan
bahwa, semua hasil hutan yang berasal dari hutan negara wajib dilakukan pengukuran dan
pengujian oleh tenaga yang berkualifikasi penguji hasil hutan sebagai dasar perhitungan PSDH
dan DR.
Dengan demikian kegiatan pengujian hasil hutan sangat penting untuk dilaksanakan secara
optimal dan bertanggung jawab. Disamping itu melalui kegiatan pengujian akan diketahui
kualitas suatu kayu yang mengarah kepada nilai jual, serta berpengaruh terhadap kegiatan supply
/ penyiapan pasokan bahan baku industri, maupun terhadap kualitas serta jenis produk yang akan
dihasilkan.
Di dalam materi ini disajikan pokok-pokok bahasan seperti dasar hukum, petunjuk umum istilah-
istilah pengujian dan syarat-syarat kualita sehingga diharapkan dengan membaca dan
mempelajari materi ini, dapat membantu peserta diklat dalam mengikuti materi pelajaran
pengujian KBRI baik teori maupun praktek.
Dengan demikian apabila peserta selesai mengikuti diklat dan dianggap lulus, diharapkan semua
peserta dapat mengaplikasikannya di lapangan atau di tempat kerja masing-masing dengan tidak
menyalahi atau bertentangan dengan ketentuan yang berlaku serta tidak merugikan perusahaan
dan negara.
B. Pokok Bahasan

1. Teori dasar pengujian Kayu Bulat Rimba Indonesia


2. Peraturan pengujian Kayu Bulat Rimba Indonesia
3. Teknik pengujian Kayu Bulat Rimba Indonesia
4. Persyaratan mutu Kayu Bulat Rimba Indonesia
5. Cacat kayu yang paling memberatkan
6. Menguji dan menetapkan kualita Kayu Bulat Rimba Indonesia

C. Tujuan Instruksional Khusus

Peserta dapat melaksanakan pengujian dan menetapkan kualita Kayu Bulat Rimba Indonesia.
D. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007, tanggal 08 Januari 2007 Jo. Nomor 3 Tahun 2008
tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan;
2. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.58/Menhut-II/2008, tanggal 24 September 2008,
tentang Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari;
3. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006, tanggal 29 Agustus 2006 tentang
Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara;
4. Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan Nomor 2443/Kpts/A-2/DD/1970, tanggal 20 Juli
1970 tentang Peraturan Pengujian Kayu Bulat Rimba Indonesia;
5. Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan Nomor 97/Kpts/DJ/I/1975, tanggal 14 Juni 1975
tentang Penyempurnaan Lampiran Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan Nomor
2443/A-2/DD/70 tanggal 20 Juli 1970;
6. Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan Nomor 99/Kpts/DJ/I/1975, tanggal 14 Juni 1975
tentang Petunjuk Teknis Pengujian Kayu Bulat Rimba Indonesia;
7. Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor 58/Kpts/VI-OLAH/2003,
tanggal 14 Nopember 2003 tentang Peralatan Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan;
8. Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.14/VI-BIKPHH/2009, tanggal
10 Nopember 2009 tentang Metode Pengukuran dan Tabel Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia;
E. Maksud dan Tujuan
1. Maksudnya untuk digunakan sebagai pedoman oleh peserta dalam melaksanakan kegiatan
pengujian kayu bulat rimba.
2. Tujuannya untuk menciptakan keseragaman terhadap cara pelaksanaan dan penerapan metode
pengujian kayu bulat rimba baik di dalam diklat maupun di lapangan.
F. Lawas
1. Peraturan Pengujian Kayu Bulat Rimba Indonesia ini berlaku untuk semua jenis kayu bulat
rimba, kecuali kayu jati.
2. Untuk semua keperluan dalam pengujian, kontrak jual beli dan sebagainya diharuskan
memakai nama standar perdagangan

G. Penjelasan Istilah
1. Kayu Bulat adalah bagian dari batang/cabang dari semua jenis kayu selain kayu jati, terdiri
dari kayu bulat asal hutan alam, kayu bulat asal hutan tanaman.
2. Pengujian Kayu Bulat Rimba adalah kegiatan kegiatan untuk menetapkan jumlah, jenis,
volume/berat dan mutu (kualita) hasil hutan.
3. Sistim Cacat adalah suatu sistim pengujian kayu yang memperhitungkan nilai-nilai dan
pengaruh cacat yang nampak terhadap mutu kayu, sebagai suatu ukuran untuk menentukan
Mutunya yang dinyatakan dengan batas-batas maksimal dari cacat tersebut.
4. Sistim Hasil adalah terdiri dari sistim isi sehat dan sistim isi bersih, yaitu sistim-sistim
pengujian kayu bulat yang memperhitungkan isi bagian – bagian sehat atau bersih dari kayu
bulat tersebut sebagai suatu ukuran untuk menentukan Mutunya, yang dinyatakan secara
prosentis dari isi kayu keseluruhan.
5. Cacat adalah tiap kelainan yang terdapat pada kayu yang dapat mempengaruhi mutu/kualitas.
6. Cacat Sehat adalah setiap cacat yang bebas dari pembusukan dan/atau gejala-gejalanya.
7. Cacat Tidak Sehat adalah setiap cacat yang mengandung pembusukan dan/atau gejala-
gejalanya.
8. Cacat Bontos adalah cacat yang terdapat pada bontos kayu bulat. Cacat bontos yang dapat
mengurangi (mereduksi) isi adalah teras busuk (Tb) dan Growong (Gr).
9. Mutu Kayu adalah suatu nilai dari kayu yang tingkatannya ditentukan oleh faktor cacat.
10. Segar (Se) adalah kayu bulat yang mempunyai gubal sehat, bebas dari lubang-lubang gerek
dan stain, serangan lokan-lokan, cacing-cacing serta jamur yang mempunyai badan buah.
11. Gubal Busuk (Gb) adalah gubal yang telah mengalami pembusukan,dicirikan oleh rapuhnya
bagian badan.
12. Lurus (Lu) adalah bilamana jarak penyimpangan (deviasi) lengkung kayu bulat tersebut tidak
melebihi 1/13 dari diameter kayu.
13. Berserat Lurus (Blu) adalah apabila arah umum penyimpangan serat yang nampak pada
permukaan kayu bulat terhadap sumbu kayu lebih dari 1/10.
14. Silindris (Si) adalah bila perbandingan antara diameter terpendek dan diameter terpanjang
setiap bontos disepanjang kayu bulat tersebut sekurang-kurangnya 90%.
15. Hampir Silindris (Hsi) bila perbandingan antara diameter terpendek dan diameter terpanjang
setiap bontos disepanjang kayu bulat tersebut kurang dari 90% dan tidak kurang dari 80%.
16. Tidak Silindris (Tsi) adalah bila perbandingan antara diameter terpendek dan diameter
terpanjang setiap bontos disepanjang kayu bulat tersebut kurang dari 80%.
17. Bontos (Bo) adalah penampang melintang kayu bulat yang terdiri dari bontos yang berukuran
lebih besar atau bontos pangkal (Bp) dan bontos yang berukuran kecil atau bontos ujung (Bu).
18. Pusat Bontos (B) adalah titik tengah dari lingkaran bontos.
19. Hati (H) adalah pusat dari lingkaran tumbuh. Hati dianggap terletak pada pusat bontos, jika
pusat bontos hati masih terdapat di dalam lingkaran yang berpusat pada pusat bontos dan
diameternya 10% dari diameter kayu.
20. Teras Rapuh (Tr) adalah teras yang memperlihatkan kerapuhan yang abnormal, termasuk hati
rapuh.
21. Teras Busuk (Tb) adalah teras yang memperlihatkan tanda-tanda pembusukan dan mereduksi
isi kayu bulat, termasuk hati busuk.
22. Gerowong (Gr) adalah lubang pada bontos ke arah panjang kayu, baik tembus maupun tidak
tembus ke bontos yang lain tanpa atau dengan tanda-tanda pembusukan, kecuali lubang yang
disebabkan oleh kesalahan teknik penebangan.
23. Retak (Re) adalah celah-celah kecil antara serat pada badan atau bontos kayu bulat yang
dapat berkembang menjadi pecah-pecah. Umumnya disebabkan oleh pengeringan dengan ukuran
lebih maksimal 2 mm.
24. Retak Hati (Rh) adalah retak pada bontos kayu bulat, dimulai dari hati mengarah kesisi
bontos.
25. Pecah (Pe) adalah kelanjutan dari retak dengan ukuran yang lebih besar, tapi tidak
merupakan celah-celah terbuka. Ukuran lebar maksimal 6 mm.
26. Belah (Be) adalah kelanjutan dari pecah dengan ukuran lebar lebih dari 6 mm dan merupakan
celah terbuka.
27. Pecah Hati (Ph) adalah pecah pada bontos, dimulai dari hati dan meruncing kearah sisi.
28. Pecah gelang (Pg) adalah pecah pada bontos, mengikuti arah lingkaran tumbuh sehinga
berbentuk lingkaran penuh atau lebih setengah lingkaran.
29. Pecah Busur (Pb) adalah seperti pecah gelang, hanya bentuknya kurang dari setengah
lingkaran.
30. Lubang gerek (Lg) adalah lubang-lubang pada kayu bulat yang disebabkan oleh serangga-
serangga penggerek atau larvanya atau oleh cacing laut, dibedakan dalam :
 Lubang gerek kecil (lgk) ukuran maksimal 1,5 mm
 Lubang gerek sedang (lgs) ukuran 1,5 mm s/d 3 mm
 Lubang gerek besar (lgb) ukuran lebih dari 3 mm
Lubang gerek kecil/sedang dianggap tersebar merata, apabila jumlahnya tidak lebih dari 30 buah
di dalam suatu bidang dengan ukuran 12,5 cm 12,5 cm (± 150 Cm2) pada seluruh badan kayu
31. Lubang Cacing Laut (Lcl) adalah lobang-lobang yang disebabkan oleh toredo, bankia,
martesia atau crustaceae, dengan diameter > 1 Cm dan dalamnya menembus sisi lain dari kayu
bulat.
32. Mata Kayu (Mk) adalah bagian dari lembaga/cabang atau ranting yang tumbuh dalam kayu
dan penampang lintangnya dapat berbentuk bulat atau lonjong.
33. Mata Kayu Sehat (Mks) adalah mata kayu yang bebas dari pembusukan, berpenampang keras
dan tertanam teguh pada kayu, dan berwarna sama atau hampir sama dengan kayu disekitarnya.
34. Mata Kayu Busuk (Mkb) adalah mata kayu yang menunjukkan tanda-tanda pembusukan dan
bagian-bagian kayunya lebih lunak atau lapuk dibandingkan dengan bagian-bagian kayu
disekitarnya.
35. Lain-lain adalah cacat-cacat yang tidak disebut dalam bab ini.

BAB II
PERSYARATAN PENGUJIAN

A. Syarat Pembuatan dan Pengukuran


1. Syarat Pembuatan
Kayu yang akan diuji harus memenuhi syarat – syarat pembuatan sebagai berikut :
a. Setelah penebangan, banir, cabang, ranting dan benjolan dipapras rata dengan badan,
kemudian dilakukan pembagian batang dan pengupasan kulit, kecuali bagi jenis yang mudah
terserang oleh jamur biru dan kumbang ambrosia.
b. Pembagian batang dilakukan dengan memperhatikan azas peningkatan mutu dan
peruntukannya.
c. Pemotongan batang dilakukan siku dan rata.
d. Terhadap kayu bulat yang mudah diserang jamur atau serangga penggerek, harus segera
diawetkan antara lain dengan cara dilabur atau disemprot dengan pestisida (insektisida/
fungisida). Pada kayu yang tidak dikuliti harus dilabur pada kedua bontosnya.
2. Pengukuran
Cara/metode pengukuran mengacu kepada Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan
Nomor P.14/VI-BIKPHH/2009, tanggal 10 Nopember 2009 tentang Metode Pengukuran dan
Tabel Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia.

B. Tata Cara Pengujian

1. Prinsip Pengujian
Pengujian dilakukan secara kasat mata (visual) terhadap kecermatan penetapan jenis kayu,
ukuran dan penilaian cacat-cacat yang nampak.
2. Peralatan Pengujian
Perlatan pengujian yang digunakan meliputi; pita ukur/meteran, tongkat ukur (scale stick), alat
sogok, mistar, kampak uji, pisau pemotong (cutter), kaca pembesar (loupe) ukuran 10 kali, palu
tok uji dan kapur lilin (crayon).

3. Persiapan Pengujian
a. Penyusunan
Kayu bulat yang akan diuji harus bersih serta disusun sedemikian rupa sehingga memudahkan
dalam pelaksanaan pengujian.
b. Waktu
Pengujian dilaksanakan pada siang hari atau di tempat yang terang (dengan pencahayaan yang
cukup), sehingga dapat mengamati semua kelainan yang terdapat pada kayu.
4. Pelaksanaan Pengujian
a. Penetapan Jenis Kayu
Penetapan jenis kayu dilaksanakan dengan memeriksa ciri umum/ciri kasar kayu seperti warna,
serat, bau, berat, teras dan gubal serta apabila diperlukan dilaksanakan dengan cara memeriksa
ciri struktur anatomi kayu seperti pori, parenkim, jari-jari dan serabut terhadap contoh uji jenis.
Nama jenis kayu yang digunakan harus mengikuti nama kayu perdagangan yang berlaku di
Indonesia.
b. Penetapan Ukuran
Cara/metode pengukuran mengacu kepada Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan
Nomor P.14/VI-BIKPHH/2009, tanggal 10 Nopember 2009 tentang Metode Pengukuran dan
Tabel Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia.
c. Penetapan Mutu
Sistem penetapan mutu kayu bulat rimba terdiri dari perpaduan persyaratan ukuran, persyaratan
cacat dan persyaratan hasil (isi sehat/nilai konversi). Setiap unsur dari ketiga persyaratan tersebut
dinilai dan ditetapkan mutunya, kemudian diambil mutu terendah.
d. Syarat Lulus Uji
Toleransi Penyimpangan :
Pengujian kayu bulat dikatakan lulus uji atau dianggap benar, apabila
kesalahan/penyimpangannya masih dalam batas toleransi sebagai berikut :

No Unsur Toleransi
1.
2.
3.
4.
5. Jumlah batang
Jenis Kayu
Ukuran (panjang dan atau diameter)
Isi / Volume
Mutu 0 %
0%
<5%
<5%
<5%
Perhitungan persentase penyimpangan :
1) Penyimpangan jenis :
Jumlah batang yang salah jenis x 100 %
Jumlah batang yang diuji
2) Penyimpangan mutu :
Jumlah batang yang salah mutu x 100 %
Jumlah batang yang diuji
3) Penyimpangan ukuran :
Mengikuti ketentuan dalam kepada Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor
P.14/VI-BIKPHH/2009, tanggal 10 Nopember 2009 tentang Metode Pengukuran dan Tabel Isi
Kayu Bulat Rimba Indonesia.
5. Penandaan
Terhadap kayu bulat yang telah dilakukan pengujian harus diterakan tanda-tanda sebagai berikut
:
a. Pada Kayu Bulat / Kayu Bulat Sedang (KB/KBS) :
– Nomor kayu (Nomor petak, nomor pohon, nomor batang/potongan).
– Kode jenis kayu.
– Ukuran yang meliputi panjang dan diameter.
– Tanda mutu kayu.
– Tok tanda uji.
b. Pada Kayu Bulat Kecil (KBK):
Minimal nomor kayu dan kode jenis kayu.
c. Alat dan bahan penandaan
Alat dan bahan penandaan yang digunakan adalah pahat/cat/plastik dan spidol yang tahan air.
6. Pencatatan Hasil Pengujian
Pencatatan hasil pengujian mengacu kepada Permenhut No. P.55/Menhut-II/2006 tentang
Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara.
BAB III
PENETAPAN MUTU

A. Klasifikasi Mutu
Mutu Kayu Bulat pada umumnya diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelas mutu, yaitu :
a. Mutu Pertama (First Grade) dengan tanda “ P “
b. Mutu Kedua (Second Grade) dengan tanda “ D “
c. Mutu Ketiga (Third Grade) dengan tanda “ T “
d. Mutu Keempat (Four Grade) dengan tanda “ M “
B. Persyaratan Mutu
1. Persyaratan Mutu Kayu Bulat Rimba Sortimen KBB
a. Persyaratan Umum
– Tidak diperkenankan ada lubang cacing laut.
– Mks berdiameter < 5 cm, retak dan pecah bontos dianggap bukan cacat.
b. Persyaratan Khusus
Mutu Pertama (P) :
1). Ukuran
– Diameter : ≥ 60 Cm
– Panjang : ≥ 2,50 M
2). Bentuk
– Kayu harus Lurus (Lu)
– Kayu harus Hampir Silindris (HSi)
3). Badan
– Kayu harus Berserat Lurus (Blu)
– Lgk/Lgs : terbar merata (Barta)
– Pe/Be : ≤ 20% p’
– Mks : Jumlah 1 buah tiap 2 M, Ǿ 2-6 Cm, Jarak ≥ 1,5 M
– Mkb, Gb, Lgb dan Lcl : tidak diperkenankan
4). Bontos
– PLn Pb/Pg : ≤ 75% dBo
– Kayu diperkenankan mempunyai cacat bontos (Tb/Gr/Tr) dengan ketentuan IS ≥ 85%

Mutu Kedua (D)


1). Ukuran
– Diameter : ≥ 50 Cm
– Panjang : ≥ 2,50 M
2). Bentuk
Tidak dibatasi
3). Badan
– Kayu harus Berserat Lurus (Blu)
– Lgk/Lgs : tidak dibatasi
– Lgb : ≤ 3 buah/1M
– Pe/Be : ≤ 30% p’
– Mks : Jumlah 1 buah tiap 2 M, Ǿ 2-8 Cm,Jarak ≥ 1 M
– Tb diperkenankan asalkan IS ≥ 70%
– Mkb, Lcl : tidak diperkenankan
4). Bontos
– PLn Pb/Pg : ≤ 100% dBo
– Kayu diperkenankan mempunyai cacat lainnya dengan ketentuan IS ≥ 70%.

Mutu Ketiga (T)


1). Ukuran
– Diameter : ≥ 50 Cm
– Panjang : ≥ 2,50 M
2). Bentuk
Tidak dibatasi
3). Badan
– Kayu harus Berserat Lurus (Blu)
– Lgk/Lgs : tidak dibatasi
– Lgb : ≤ 6 buah/1M
– Pe/Be : ≤ 40% p’
– Mks : Jumlah 1 buah tiap 1 M, Ǿ 2-10 Cm, Jarak tdk dibatasi
– Mkb : Jumlah 1 buah tiap 1 M, Ǿ ≤ 10 Cm, Jarak tdk dibatasi
– Tb diperkenakan asalkan IS ≥ 60%
– Lcl : tidak diperkenankan
4). Bontos
– PLn Pb/Pg : ≤ 150% dBo
– Kayu diperkenankan mempunyai cacat lainnya dengan ketentuan IS ≥ 60%.

Mutu Keempat (M)


1). Ukuran
– Diameter : Tidak dibatasi
– Panjang : Tidak dibatasi
2). Bentuk
Tidak dibatasi
3). Badan
– Lgk/Lgs : tidak dibatasi
– Lgb : ≤ 10 buah/1M
– Pe/Be : tidak dibatasi
– Mks : tidak dibatasi
– Mkb : tidak dibatasi
– Tb diperkenakan asalkan IS ≥ 40%
– Lcl : tidak diperkenankan
4). Bontos
– PLn Pb/Pg : tidak dibatasi
– Kayu diperkenankan mempunyai cacat lainnya dengan ketentuan IS ≥ 40%.

2. Persyaratan Mutu Kayu Bulat Rimba Sortimen KBK


Kayu bulat rimba sortimen Kayu Bulat Kecil tidak dipersyaratkan dan tidak ada klasifikasi
kualitanya.
BAB IV
PENUTUP

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga materi Pengujian Kayu Bulat Rimba Indonesia ini dapat disusun untuk
dipergunakan sebagai materi pengajaran pada diklat WASGANISPHPL Pengujian Kayu Bulat
Rimba Tahun 2011 di Makassar.
Dengan adanya materi ini diharapkan dapat menjadi acuan dan pedoman bagi para peserta diklat
dalam melaksanakan kegiatan pengujian kayu bulat rimba di lapangan setelah nantinya diangkat
sebagai Pengawas Tenaga Teknis PHPL Penguji Kayu Bulat Rimba di instansi masing-masing.
Sehingga nantinya seluruh kegiatan pengujian kayu bulat rimba oleh para Pengawas Tenaga
Teknis PHPL-PKB dapat melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan sedapat
mungkin dapat menekan dan menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan yang dapat
merugikan bangsa dan negara.
Penulis sadar kalau dalam penyusunan materi ini masih banyak terdapat kekurangan atau
mungkin di dalam pengaplikasian di lapangan banyak dijumpai hal-hal yang baru, namun di
dalam materi ini belum tercantum, sehingga sangat diharapkan adanya saran dan kritikan dari
para peserta atau pembaca yang budiman, demi perbaikan dan penyempurnaan materi ini ke
depan termasuk kebijakan-kebijakan yang termuat di dalamnya, sehingga diharapkan isi daripada
materi ini dapat mengikuti perkembangan pembangunan di sektor kehutanan guna mewujudkan
masyarakat yang madani.

Contoh Soal 1 :
Tentukan Isi Bersih, Isi Sehat dan Mutu kayu bulat rimba dari hutan alam, dengan ukuran
sebagai berikut :
d1 = 100 Cm d3 = 97 Cm
d2 = 115 Cm d4 = 106 Cm
P’ = 6,72 M Tr = 30 Cm
Pe Bp = 105 Cm
Pe Bu = 75 Cm
Lengkung = 5 Cm
Jawab :
a. Ukuran : P = 6,72 M  6,70 M ………………….. (P)
D = (107 + 101): 2 = 104 …………………. (P)
0,7854 x 1042 x 6.70 M
IK = —————————– = 5,69 M3
10.000
b. Cacat Bentuk :
511
Kelurusan : —– = —– < —– (Lu) ……………… (P)
104 20 13
100
Kesilindrisan : —— x 100% = 87% (Hsi) …………. (P)
115
97
—— x 100% = 91,5 % (Si) ……… (p)
106
c. Cacat badan :
105 + 75
% Pe : ———– x 100% = 26,9 % 85% ………. (P)
f. Isi Bersih : 5,69 M3
g. Kualita : “D” (karena %Pe < 30%)

Contoh Soal 2 :
Tentukan Isi Bersih, Isi Sehat dan Mutu kayu bulat rimba dari hutan alam, dengan ukuran
sebagai berikut :
d1 = 82 Cm d3 = 78 Cm
d2 = 91 Cm d4 = 85 Cm
P1 = 4,05 M
Deviasi le = 6 Cm
Arah Serat = 2/21 Cm
Jumlah Pe/Be = 75 Cm
Mks1 =  5 Cm
Mks2 =  6 Cm, Jarak Mks1 ke Mks2 = 1,20 M
Lgk = 25 Buah/150 Cm
Tebal Gb = 2 Cm
Pln Pb = 70 Cm (pada Bontos Pangkal)
Jawab :
a. Ukuran : P = 4,05 M  4,00 M ………………….. (P)
D = (86 + 81): 2 = 83 …………………… (P)
0,7854 x (83)2 x 4.00 M
IK = —————————– = 2,16 M3
10.000

b. Cacat Bentuk dan Keadaan Umum :


611
Kelurusan : —– = ——- < —– (Lu) …………… (P)
83 13,83 13
82
Kesilindrisan : —— x 100% = 90,1 % (Si) …………. (P)
91
78
—— x 100% = 91,8 % (Si) ……. (P)
85
211
Arah Serat : —- = ——- < —- (Blu) ………. (P) 21 10,5 10
21 10,5 10
c. Cacat badan :

75
% Pe : ———– x 100% = 18,8 % 1 M …………………….. (D)
Lgk : 25 Bh/150 Cm 85% …………… (P)
f. Isi Bersih : 2,16 M3 – 0,20 M3 = 1,96 M3
g. Kualita : “D” (karena %Gb,  Mks, Pln Pb)

Contoh Soal 3 :
Tentukan Isi Bersih, Isi Sehat dan Mutu kayu bulat rimba dari hutan alam, dengan ukuran
sebagai berikut :
d1 = 58 Cm d3 = 52 Cm
d2 = 64 Cm d4 = 61 Cm
P1 = 9,96 M Deviasi Le = 4 Cm
Jumlah Pe/Be = 175 Cm
Mks1 =  5 Cm Mks2 =  6 Cm
Mks3 =  7 Cm Jarak Mks1 ke Mks2 : 2,50 M
Jarak Mks2 ke Mks3 : 1,70 M
Lgb = 4 Buah/1 tmp
Tr = 20 Cm
Gr = 15 Cm (pada Bontos Pangkal)

Jawab :
a. Ukuran : P = 9,96 M  9,90 M ………………….. (P)
D = (61 + 56): 2 = 58 …………………. ….. (D)
0,7854 x (58)2 x 9.90 M
IK = —————————– = 2,62 M3
10.000
b. Cacat Bentuk dan Keadaan Umum :
411
Kelurusan : —– = ——- < —– (Lu) …………… (P)
58 14,5 13
58
Kesilindrisan : —— x 100% = 90,6% (Si) …………. (P)
64
52
—— x 100% = 85,2% (HSi) …… (P)
61
Kesegaran : Tse (Lgb) …………………….. (S)
c. Cacat badan :

175
% Pe : ———– x 100% = 17,68 % 1,5 M …………………….. (P)
Lgb : 4 Bh/1 M …………………………… (T)
d. Cacat Bontos :
1,273 x 202
% Tr : ————– x 100% = 15,1 % ………. (P)
582
1,273 x 152
% Gr : ————– x 100% = 8,5% …….. (P)
582
Isi Gr : 9% x 2,62 M3 = 0,24 M3
e. Isi Sehat : 100% – 15,1 % = 84,9 % > 85% …………. (P)
f. Isi Bersih : 2,62 M3 – 0,24 M3 = 2,38 M3
g. Kualita : “T” (karena Lgb 4 bh/1M)

Anda mungkin juga menyukai