Anda di halaman 1dari 101

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DIREKTORAT KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM


BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM NUSA TENGGARA BARAT
Jl. Majapahit No. 54B MATARAM 83115
Telp. 0370-627851, 0370-633953, Fax. 0370-627851, E-mail : bksdantb@gmail.com

LAPORAN TAHUNAN 2016


Capaian Rencana Kerja Program KSDAE
Balai KSDA NTB

Mataram, Januari 2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Tahunan Balai Konservasi Sumber
Daya Alam Nusa Tenggara Barat Tahun 2016 ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Laporan Tahunan ini disusun mengacu pada Perencanaan strategis yang ditetapkan oleh
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat mengacu pada visi misi yang
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal KSDAE yang merupakan Visi Pembangunan Nasional
Tahun 2015-2019.

Laporan Tahunan ini merupakan laporan pertanggungjawaban Kepala Balai


Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat atas pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi baik yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas umum pemerintahan maupun
tugas pembangunan selama tahun 2016. Selain itu, Laporan Tahunan ini juga merupakan
sarana penyampaian informasi tentang kegiatan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa
Tenggara Barat tahun 2016 dan sekaligus dapat menjadi bahan telaah bagi pelaksanaan
kegiatan yang akan datang.

Secara umum pelaksanaan dari kegiatan tugas umum pemerintahan maupun tugas
pembangunan selama tahun 2016 ini dapat dilaksanakan dengan baik walaupun masih ada
yang perlu disempurnakan dan ditingkatkan, oleh karenanya diharapkan sumbangan
pikiran, saran ataupun masukan dari semua pihak untuk memperbaiki, menyempurnakan
dan meningkatkan pelaksanan kegiatan dan laporan pada masa mendatang.

Atas tersusunnya laporan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu mulai dari persiapan sampai dengan selesainya laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam upaya pengembangan
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Mataram, Januari 2017


Kepala Balai,

Dr. Ir. Widada, MM.


NIP.19610313 199003 1 002

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] ii


RINGKASAN EKSEKUTIF

Kegiatan pembangunan sektor kehutanan bidang PHKA berlandaskan pada


Undang-Undang No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan Undang-Undang No 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan turunannya.
Rencana Kerja Balai KSDA NTB tahun 2016 Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Balai
KSDA NTB Tahun 2015-2019 yang telah disusun, Sasaran Strategis Kegiatan tersebut akan dicapai
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Seperti yang diamanatkan oleh visi Ditjen KSDAE yakni
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong Royong”, maka Rencana Kerja BKSDA NTB mengacu pada visi tersebut. Visi Balai
Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat adalah : “Terwujudnya konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di dalam dan di luar kawasan konservasi untuk
mendukung mutu kehidupan dan kesejahteraan masyarakat”.
Pada tahun 2016, masing-masing Esselon I Kementerian Kehutanan melaksanakan
masing-masing 1 (satu) program. Balai KSDA NTB mengacu pada Program Pengelolaan
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Indikator Kinerja Utama (IKU) Program
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati adalah sebagai berikut :
1. Jumlah kawasan konservasi yang ditingkatkan nilai METT minimal 70 % minimal 260
unit KSA, KPA, dan TB di seluruh Indonesia,
2. Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang berperasi sebanyak
100 unit KPHK,
3. Jumlah dokumen perencanaan pengelolaan kawasan konservasi yang tersusun dan
pengesahan sebanyak 150 dokumen Rencana Pengelolaan,
4. Luas kawasan konservasi terdegradasi yang dipulihkan kondisi ekosistemnya seluas
100.000 Ha,
5. Jumlah desa di daerah penyangga kawasan konservasi yang dibina sebanyak 77 desa
selama 5 tahun,
6. Jumlah pelaksanaan kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan konservasi 34
provinsi,

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] iii


7. Presentase peningkatan populasi 25 jenis satwa terancam punah prioritas sesuai The
IUCN Red list of Threathened Species sebesar 10 % dari baseline data tahun 2013,
8. Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dan tumbuhan sebesar 50 M,
9. Jumlah ketersediaan data dan infrmasi sebaran keanekaragaman spesies dan genetic
yang reliable pada 7 wilayah biogeografi,
10. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal 1,5 juta orang wisatawan
mancanegara,
11. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal 20 juta orang wisatawan
nusantara
12. Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi bertambah 100
unit dari baseline 2013,
13. Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan konservasi
bertambah sebanyak 25 Unit,
14. Jumlah Kader Konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok Swadaya
Masyarakat/ Kelompok Profesi (KSM/KP) yang berstatus aktif sebanyak 6.000,

Mengacu pada target indikator tersebut, kegiatan tahunan di BKSDA NTB disusun.
Laporan Tahunan memuat rangkuman hasil pelaksanaan kegiatan untuk melaksanakan
IKU program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan, permasalahan
dan upaya tindak lanjutnya. Laporan Tahunan Balai KSDA NTB tahun 2016 mengacu pada
Rencana Kerja Balai KSDA NTB Tahun 2016.
Penggunaan anggaran DIPA BKSDA Tahun 2016 berjumlah Rp. 18.775.629.000,-
(Delapan belas milyar tujuh ratus tujuh puluh lima juta enam ratus duapuluh sembilan
ribu rupiah) digunakan untuk membiayai kegiatan pokok yang berhubungan dengan
pencaian tujuan dan tugas pelayanan administrasi/tata usaha Balai KSDA NTB. Realiasasi
keuangan anggaran tahun 2016 sebesar Rp. 16.312.542.035,- (Enam belas milyar tiga
ratus dua belas juta lima ratus empat puluh dua ribu tiga puluh lima rupiah,-. Realisasi
anggaran sebesar 86,88%.

Dalam pelaksanaan kegiatan dan program mengalami beberapa kendala dan


permasalahan sehingga beberapa kegiatan tidak tercapai dan ada yang tidak dapat

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] iv


dilaksanakan. Beberapa hambatan, kendala, dan permasalahan beserta antisipasi tersebut
adalah :

a. Struktur penganggaran dan aplikasi penyusunan RKA yang bersifat sangat dinamis
mengakibatkan adanya komponen kegiatan yang tidak efektif dalam mendukung
pencapaian output, dan tidak sesuai dengan target maupun output yang diharapkan.

b. Adanya kegiatan yang membutuhkan beberapa tahapan kegiatan yang saling terkait,
sehingga apabila satu tahap kegiatan belum terlaksana, kegiatan lainnya belum bisa
dilaksanakan.

c. Pelaksanaan kegiatan tidak mengacu kepada tata waktu yang telah direncanakan dalam
POK, sehingga adanya penumpukan kegiatan pada waktu tertentu.

d. Self Blocking anggaran

Langkah-Langkah Antisipatif

Berbagai langkah antisipatif atas kendala dan permasalahan untuk tahun-tahun mendatang
di antaranya adalah:

1. Meningkatkan dan memantapkan koordinasi dan komunikasi yang baik pada tingkat
UPT dan Pusat (Balai KSDA NTB dan Dirjen PPI) maupun dengan mitra kerja.

2. Penyusunan RKT tepat waktu singga digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RPK
(Rencana Pelaksanaan Kegiatan) dari setiap pelaksana kegiatan.

3. Pemantapan dan peningkatan profesionalisme pelaksana maupun penanggung jawab


kegiatan.

4. Peningkatan pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP), termasuk


pengelolaan resiko pelaksanaan program dan kegiatan.

5. Diterapkannya alur monitoring – evaluasi – perencanaan yang tidak terputus atau data
dari hasil monitoring dan evaluasi merupakan dasar penyusunan perencanaan.

6. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan dan akuntabel.

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] v


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... x
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi .......................................................... 2
C. Struktur Organisasi. .......................................................................................... 3
D. Perencanaan Stratejik ....................................................................................... 4
E. Sumber Daya Manusia ........................................................................................................ 6
F. Sarana Prasana.................................................................................................. 6
II. RENCANA KERJA TAHUN 2016 ....................................................................... 9
III. CAPAIAN RENCANA KERJA TAHUN 2016 ................................................... 17
A. Capaian Pelaksanaan Rencana Kegiatan ....................................................... 17
IV. PENUTUP ................................................................................................................. 64
LAMPIRAN........................................................................................................................ 65

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] vi


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Daftar BMN yang berada dalam penguasaan Balai KSDA NTB ................7
Tabel 2. Rencana Kerja...............................................................................................................8
Tabel 3. Komponen Kegiatan...................................................................................................11
Tabel 4. Rencana Anggran ........................................................................................................14
Tabel 5. Capaian Pelaksanaan Rencana Kegiatan ............................................................16
Tabel 6. Realisasi anggaran ......................................................................................................59

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] vii


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Organisasi BKSDA NTB ......................................................................3


Gambar 2. Kawasan Konservasi BKSDA NTB ....................................................................4
Gambar 3. Komposisi Pegawai ................................................................................................6
Gambar 4. Kepala SKW III sedang memberikan materi kepada
peserta festival TN Tambora..............................................................................21
Gambar 5. Kepala Balai KSDA NTB memotifasi generasi
muda yang hadir dalam kampanye TN Tambora ......................................21
Gambar 6. RPJP TWA Gunung Tunak 2016-2025............................................................23
Gambar 7. Ibu dan Bapak yang membantu melakukan penyulaman
pada tanaman restorasi .......................................................................................23
Gambar 8. Menyulam tanaman yang mati ..........................................................................24
Gambar 9. Kepala Balai KSDA NTB menyerahkan bantuan ke Desa Sangiang ...26
Gambar 10. Kapal bantuan desa penyangga sekitar kawasan CA P. Sangiang .....26
Gambar 11. Kegiatan monitoring bantuan ekonomi kreatif untuk desa
penyangga ................................................................................................................27

Gambar 12. Sepeda gunung bantuan ke Desa Labuan Aji ............................................28

Gambar 13. Tim melakukan wawancara monev bantuan sampan ke


Desa Meraran .......................................................................................................30

Gambar 14. Patroli pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan


bersama MMP.......................................................................................................31

Gambar 15. Kakatua jambul kuning di Kokarturu ..........................................................32


Gambar 16. Pengamatan Kakatua di pagi dan sore hari ...............................................32
Gambar 17. Grafik peningkatan populasi kakatua jambul kuning
di site kawasan BKSDA NTB ...........................................................................33

Gambar 18. Tata letak calon sanctuary rusa .....................................................................34


Gambar 19. Desain Sanctuary Rusa ......................................................................................34
Gambar 20. Rusa di penangkaran ..........................................................................................35
Gambar 21. Lembaga Konservasi di Gili Meno Bird Park .............................................36
Gambar 22. Pemeriksaan kesiapan LK Lombok Elephant Sanctuary ......................36
Gambar 23. Pencatatan jenis tanaman yang belum ter identifikasi .........................37

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] viii


Gambar 24. Tim melakukan identifikasi jenis ..................................................................38
Gambar 25. Masyarakat setempat yang membantu pengenalan
jenis dan fungsinya ............................................................................................38

Gambar 26. Perairan Pulau Satonda ....................................................................................39


Gambar 27. Ilustrasi pengambilan data ..............................................................................40
Gambar 28. Persebaran titik lokasi pengamatan di perairan Pulau Satonda ...... 41
Gambar 29. Kondisi terumbu karang dan ikan di salah satu site pengamatan.... 41
Gambar 30. Pengamatan lokasi sebaran habitat Burung gosong .............................. 42
Gambar 31. Savana habitat rusa di TB. P. Moyo ............................................................... 43
Gambar 32. Kotoran rusa yang ditemui sebagai indicator keberadaan rusa ....... 45
Gambar 33. Pengambilan data kedalaman dan kecepatan .......................................... 47
Gambar 34. Grafik debit air di tiga titik pengamatan Sungai Jereweh .................... 48
Gambar 35. Profil penampang melintang Sungai Brang Setongo ............................. 48
Gambar 36. Grafik debitair di empat titik pengamatan Sungai Brang Setongo ... 49
Gambar 37. Pengambilan data kedalaman dan debit di Brang Setongo ................. 49
Gambar 38. Kemah bakti kader konservasi di TWA Gunung Tunak ........................ 50
Gambar 39. Pertemuan FK3I ................................................................................................... 51
Gambar 40. Konsultasi Publik Draft Kajian Status Moyo Satonda ............................ 56

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] ix


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan


Taman Buru serta Taman Nasional yang dikelola BKSDA NTB....... 66

Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam


NTB........................................................................................................................... 69

Lampiran 3. Realisasi Keuangan DIPA BKSDA NTB Tahun 2016............................. 70

Lampiran 4. Daftar Kuota dan Realisasi Pengambilan/Tangkap


Tumbuhan dan Satwa Liar yang Tidak Dilindungi Tahun 2016 .....78

Lampiran 5. Daftar Realisasi Kuota Ekspor Tumbuhan dan Satwa Liar


Tahun 2016 .............................................................................................................. 82

Lampiran 6.Perambahan Hutan Di Kawasan Konservasi Lingkup Balai Konservasi


Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat ................................................. 83

Lampiran 7. Rencana Kerja BKSDA NTB 2016 ............................................................... 85

Lampiran 8. Foto-Foto Dokumentasi Kegiatan BKSDA NTB Tahun 2015 ............92

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] x


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat merupakan UPT dibawah
Kementerian Lingungan Hidup dan Kehutanan yang mengelola kawasan konservasi dan
mewujudkan konservasi sumber daya alam di dalam maupun di luar kawasan dengan
memperhatikan kesejahteraan masyarakat.
Upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya telah ditempuh antara
lain melalui penetapan wilayah-wilayah tertentu baik di daratan maupun di perairan
sebagai kawasan konservasi berupa kawasan suaka alam (cagar alam dan suaka
margasatwa), kawasan pelestarian alam (taman nasional, taman hutan raya dan taman
wisata alam), serta taman buru, yang merupakan perwakilan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa, keutuhan sumber plasma nutfah, keseimbangan ekosistem, keunikan
dan keindahan alam sehingga lebih dapat mendukung pembangunan dan menunjang
peningkatan kesejahteraan rakyat serta pelestarian lingkungan hidup, melalui upaya
pemanfaatan di antaranya penelitian, pendidikan, pengembangan budidaya, rekreasi alam,
dan lain-lain.
Sampai saat ini di Nusa Tenggara Barat terdapat 17 kawasan konservasi yang
dikelola Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat, dengan luas 54.962,7
hektar, terdiri dari Cagar Alam ; 11.456,75 Ha (3 lokasi), Kawasan Suaka Alam ; 5.360,05 Ha
(2 lokasi), Taman Wisata Alam ; 9.608 Ha (10 lokasi), Taman Wisata Alam Laut ; 6.000 Ha (1
lokasi), dan Taman Buru ; 22.537,9 Ha (1 lokasi).
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi di bidang konservasi sumber daya
alam, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat telah melakukan berbagai
kegiatan dengan mengacu pada strategi, kebijaksanaan dan program dibidang konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
Sebagai bentuk laporan tahunan yang menggambarkan pelaksanaan tugas dan
fungsi Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat selama tahun 2016 dalam
rangka pencapaian visi dan misi serta berbagai kegiatan beserta realisasi pelaksanaan,
permasalahan dan upaya tindak lanjutnya, khususnya dalam pelaksanaan pengelolaan
kawasan suaka alam (suaka margasatwa dan cagar alam), kawasan pelestarian alam (taman
wisata alam) dan taman buru serta pelaksanaan konservasi tumbuhan dan satwa liar baik di
dalam maupun di luar kawasan di Provinsi Nusa Tenggara Barat, maka disusunlah Laporan
Tahun 2016 .

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] 1


B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
1. Kedudukan
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat selaku Unit Pelaksana
Teknis dibidang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam
dan Ekosistem, berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.18/MenLHK-II/2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam,
tugas pokok dan fungsi Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat adalah
sebagai berikut :
2. Tugas pokok
Penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan
pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman
buru, koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung serta
konservasi tumbuhan dan satwa liar di luar kawasan konservasi berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa
Tenggara Barat menyelenggarakan fungsi :
a. Penataan blok, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan
kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam dan taman buru, serta
konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan konservasi;
b. Pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman
buru, serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan
konservasi;
c. Koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung;
d. Penyidikan, perlindungan dan pengamanan hutan, hasil hutan dan tumbuhan dan
satwa liar di dalam dan di luar kawasan konservasi;
e. Pengendalian kebakaran hutan;
f. Promosi, informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya;
g. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya;
h. Kerja sama pengembangan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
serta pengembangan kemitraan;
i. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi;
j. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam;
k. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] 2


C. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor. P.18/MenLHK-II/2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam, tipologi
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat termasuk ke dalam Tipe A, secara
administrasi dan teknis operasional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan.
Susunan organisasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat terdiri 1
(satu) eselon III, 4 (empat) eselon IV meliputi:
1. Sub Bagian Tata Usaha yang berkedudukan di Kota Mataram;
2. Seksi Konservasi Wilayah I yang berkedudukan di Kota Praya dengan wilayah kerja
Kabupaten Lombok Barat terdiri dari TWA Kerandangan, TWA Suranadi, TWA
Bangko-bangko, dan TWA Pelangan. Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari TWA
Gunung Tunak, TWA Tanjung Tampa.
3. Seksi Konservasi Wilayah II di Kota Sumbawa dengan wilayah kerja Kabupaten
Sumbawa terdiri dari TWA Semongkat, KSA Pulau Panjang, TWAL P Moyo, TB P.
Moyo. Wilayah kerja Sumbawa Barat terdiri dari TWA Danau Rawa Taliwang, KSA
Jereweh.
4. Seksi Konservasi Wilayah III di kabupaten Raba Bima dengan wilayah kerja
Kabupaten Bima CA Toffo Kota Lambu, TWA Madapangga, CA Pulau Sangiang dan
Taman Nasional Gunung Tambora. Wilayah kerja kabupaten Dompu terdiri dari TWA
P. Satonda,
5. Kelompok Jabatan Fungsional (PEH, Penyuluh Kehutanan, Analisis Kepegawaian,
Pranata Komputer).

KEPALA BALAI KSDA NTB


Dr.Ir.Widada, MM.
NIP. 19630313 199003 1 002

KEPALA SUB BAGIAN


TATA USAHA
Lugi Hartanto, SP. M.Sc.
NIP. 19740510 199903 1 001

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI


KONSERVASI KONSERVASI KONSERVASI
WILAYAH I DI LOMBOK WILAYAH II DI SUMBAWA WILAYAH III DI BIMA
Lalu Muhammad Fadli, SH Arap, SP Bambang Dwidarto, SH.
NIP. 19740714 199903 1 003 NIP. 19741231 200003 1 003 NIP. 197403202000031001

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

Gambar 1. Struktur Organisasi BKSDA NTB

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] 3


Sampai saat ini di Nusa Tenggara Barat terdapat 17 kawasan konservasi yang dikelola Balai
Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat, dengan luas 54.962,7 hektar, terdiri
dari Cagar Alam ; 11.456,75 Ha (3 lokasi), Kawasan Suaka Alam ; 5.360,05 Ha (2 lokasi),
Taman Wisata Alam ; 9.608 Ha (10 lokasi), Taman Wisata Alam Laut ; 6.000 Ha (1 lokasi),
dan Taman Buru ; 22.537,9 Ha (1 lokasi).

Gambar 2. Kawasan Konservasi BKSDA NTB

D. Perencanaan Stratejik
Perencanaan strategis yang ditetapkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Nusa Tenggara Barat mengacu pada visi misi yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
KSDAE yang merupakan Visi Pembangunan Nasional Tahun 2015-2019, sebagaimana
diuraikan sebagai berikut :
a. Visi
“Terwujudnya Indoesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong”.
b. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, misi Balai KSDA NTB yang merupakan Misi
Pembangunan Nasional Tahun 2015-2019 adalah :
a. Mewujudkan kemananan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang
kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan;
b. Menwujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan
negara hukum;

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] 4


c. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara
maritim;
d. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera;
e. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;
f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritime yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional; serta
g. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan
dicapai atau dihasilkan dalam jangka 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun dimana Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan merumuskan tujuan pembangunan tahun 2015-2019
yaitu: Memastikan kondisi lingkungan berada pada toleransi yang dibutuhkan untuk
kehidupan manusia dan sumberdaya berada rentang populasi yang aman, serta parallel
meningkatkan kemampuan sumberdaya alam untuk memberikan sumbangan bagi
perekonomian nasional.
Dengan tujuan ini maka Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat
telah mengetahui apa yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu satu sampai lima tahun
kedepan dengan mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki, faktor
lingkungan yang mempengaruhi. Untuk memastikan dari peran dirumuskan sasaran
strategis yang menjadi panduan dan pendorong arsitektur kinerja tahun 2015-2019.
Sasaran strategis dimaksud, yaitu: (1) Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk
meningkatkan daya dukung lingkungan, ketahan air dan kesehatan masyarakat, dengan
indikator kinerja Indeks Kualitas Lingkungan Hidup berada pada kisaran 66,5-68,6, angka
pada tahun 2013 sebesar 63,12. Anasir utama pembangunan dari besarnya indeks ini yang
akan ditangani, yaitu air, udara, dan tutupan hutan; (2) Memanfaatkan potensi sumberdaya
hutan dan lingkungan hutan secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat yang berkeadilan, dengan indikator kinerja peningkatan kontribusi SDH dan LH
terhadap devisa dan PNBP. Komponen pengungkit yang akan ditangani yaitu produksi hasil
hutan, baik kayu maupun non kayu (termasuk tumbuhan dan satwa liar) dan ekspor; (3)
Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaaan SDA
sebagaai sistem penyaangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan,
dengan indicator kinerja derajaat keberfungsian ekosistem meningkat setiap tahun. Kinerja
ini merupakan agregasi berbagai penanda (penurunan jumlah hotspot kebakaran hutan dan
lahan, peningkatan populasi spesies terancam punah, peningkatan kawasan ekosistem
esensial yang dikelola oleh para pihak, penurunan konsumsi bahan perusak ozon, dan lain-
lain).
Dari sasaran strategis tersebut, Balai KSDA NTB mengacu tiga program pada tiga
Ditjen, antara lain: (1) Program Ditjen KSDAE, yaitu: “Konservasi Sumberdaya Alam dan
Ekosistem” , Program Ditjen Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PHLHK)
yaitu : “Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan” , Program Ditjen
Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) yaitu: “Pengendalian Perubahan Iklim”. Sasaran

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] 5


program Ditjen KSDAE adalah untuk (1) Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan
konservasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati; serta (2) Peningkatan
penerimaan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi dan
keanekaragaman hayati. Sasaran program Ditjen PHLHK adalah untuk (1) Meningkatnya
penanganan pengaduan, penyelesaian sengketa dan pegekan hukum lingkungan hidup dan
kehutanan, (2) Meningkatnya pencegahan dan pengamanan hutan. Sasaran program Ditjen
PPI adalah untuk Penurunan jumlah hotspot pada kawasan hutan non konservasi dan lahan.
Sasaran program merupakan penjabaran dari masing-masing misi dan tujuan yang
telah ditetapkan, menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan oleh Balai Konservasi
Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan
dialokasikan dalam 5 (lima) periode secara tahunan melalui serangkaian kegiatan dengan
Indikator Kinerja Kegiatannya beserta target tahunan maupun target jangka menegah.
Penentuan sasaran diperlukan untuk memberikan fokus didalam penyusunan
program dan kegiatan sehingga bersifat spesifik, terinci, dapat diukur serta memungkinkan
untuk dicapai.
Sasaran Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat merupakan
bagian integral dalam proses perencanaan stratejik, menjadi dasar yang kuat untuk
mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Nusa Tenggara Barat.

E. Sumber Daya Manusia


Sampai dengan akhir tahun 2016 Balai KSDA
didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM)
sebanyak 121 orang dengan rincian 85 orang PNS, Kantor
dan 36 orang tenaga kontrak. Sesuai dengan tugas SKW III Balai
23% 32%
dan fungsinya, maka penempatan personil PNS,
CPNS, honorer dan tenaga Kontrak dibagi menjadi
empat bagian yakni di Kantor Balai KSDA, dengan SKW II
perincian 42 orang di kantor Balai. Seksi 19%
Konservasi Wilayah (Seksi Konservasi Wilayah I SKW I
Praya 34 Orang, Seksi Konservasi Wilayah II 26%

Sumbawa 24 Orang dan Seksi Konservasi Wilayah


III Bima Dompu 21 Orang).
Gambar 3. Komposisi Pegawai
F. Sarana Prasarana
Selain itu dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Balai BKSDA NTB didukung
dengan sarana dan prasarana yang berupa Barang Milik Negara (BMN) yang status
penggunaannya berada di Balai KSDA NTB, Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI),
Kementerian LHK, sebagaimana daftar BMN yang tersaji pada Tabel 1 di bawah ini.

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] 6


Tabel 1. Daftar BMN yang berada dalam penguasaan Balai KSDA NTB

No. Masa
Aset Tetap Satuan Nilai Perolehan
Kode Manfaat
(1) (2) (3) (4) (6)
131111 Tanah 0 0
132111 Peralatan dan Mesin 9 49.975.000
3.01.01 Alat Besar Darat 5 Unit 41.175.000
3.03.01 Alat Bengkel Bermesin 4 Unit 8.800.000
133111 Gedung dan Bangunan 0 0
134111 Jalan dan Jembatan 0 0
134112 Irigasi 0 0
134113 Jaringan 0 0
135121 Aset Tetap Lainnya 0 0

Jumlah 49.975.000

Nilai BMN per 1 Januari 2017 Satker Balai KSDA NTB adalah sebesar Rp49.975.000,00 (Empat
puluh sembilan juta sembilan ratus tujuh puluh lima ribu rupiah), yang terdiri dari nilai BMN
intrakomptabel (nilai BMN yang disajikan dalam Neraca) sebesar Rp49.975.000,00 (Empat puluh
sembilan juta sembilan ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) dan nilai BMN ekstrakomptabel sebesar
Rp0,00 (nol rupiah).

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] 7


II. RENCANA KERJA TAHUN 2016

Program yang telah ditetapkan, kemudian dijabarkan ke dalam penetapan Program


dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2016. Dari sasaran strategis tersebut, Balai KSDA
NTB mengacu tiga program pada tiga Ditjen, antara lain: (1) Program Ditjen KSDAE, yaitu:
“Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem”, Program Ditjen Penegakan Hukum
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PHLHK) yaitu : “Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan
Kehutanan”, Program Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) yaitu: “Pengendalian
Perubahan Iklim”.
Balai KSDA NTB Tahun 2016 ditetapkan untuk 3 (tiga) program dan melaksanakan 5
(lima) kegiatan yaitu: (1) Program Konservasi Sumber Daya Alam daan Ekosistem dengan
kegiatan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dengan alokasi anggaran Rp. 18.775.629.000,-
(Delapan belas milyar tujuh ratus tujuh puluh lima juta enam ratus dua puluh sembilan ribu
rupiah), (2) Program Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan kegiatan:
(a) Pencegahan Pelanggaran Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan, (b) Fasilitasi
Dukungan Penegakan Hukum dan Lingkungan Hidup, (c) Penanganan Tindak Pidana
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan alokasi anggaran Rp. 941.317.000,- (Sembilan
ratus empat puluh satu juta tiga ratus tujuh belas ribu rupiah), (3) Program Pengendalian
Perubahan Iklim deangn kegiatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan dengan alokasi
anggaran Rp. 64.850.000,- (Enam puluh empat juta delapan ratus lima puluh ribu rupiah).
Penetapan Kinerja Balai Konservasi Sumber Daya Alam adalah sebagai berikut :
Dengan demikian, untuk menuju pencapaian sasaran strategis/kegiatan dengan
output/indikator kinerja kegiatan dan target yang meliputi :

Tabel 2. Rencana Kerja dan Indikator kegiatan


Target
Target UPT
Program/Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan KemenLHK
2015-2019
2015-2019
(1) (2) (3) (4)
Program: Konservasi Jumlah kawasan konservasi
Keanekaragaman Hayati dan yang ditingkatkan efektivitas
Perlindungan pengelolaannya hingga
Kegiatan: Pengelolaan 1 memperoleh nilai indeks METT 260 Unit 1 Unit
Konservasi Sumber Daya minimal 70% pada minimal 260
Alam unit KSA, KPA dan TB di seluruh
Indonesia
Jumlah KPHK pada kawasan
non Taman Nasional yang
2 100 Unit 1 Unit
terbentuk dan beroperasi
sebanyak 100 Unit KPHK

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] 8


Jumlah dokumen perencanaan
pengelolaan kawasan
konservasi yang tersusun dan
3 150 Dokumen 1 Dokumen
mendapat pengesahan
sebanyak 150 Dokumen
Rencana Pengelolaan
Luas kawasan konservasi
terdegradasi yang dipulihkan
4 100.000 Ha 45 Ha
kondisi ekosistemnya seluas
100.000 Ha
Jumlah desa di daerah
5 penyangga kawasan konservasi
77 Desa 6 Desa
yang dibina sebanyak 77 Desa
selama 5 Tahun
Jumlah pelaksanaan kegiatan
perlindungan dan pengamanan
6 34 Provisnsi 1 Provinsi
kawasan konservasi di 34
Provinsi
Persentase peningkatan
populasi 25 jenis species
terancam punah menurut The
7 10 Persen 10 Persen
IUCN Red List of Threatened
species sebesar 10 % sesuai
baseline data tahun 2013
8
Meningkatnya kontribusi PNBP
dari pemanfaatan tumbuhan 50 Milyar 250 Juta
dan satwa liar sebesar 50 M

Jumlah ketersediaan data dan


9 informasi sebaran
1 Paket
keanekaragaman spesies dan 7 Paket Data
Data/Tahun
genetik yang valid dan reliable
pada 7 wilayah biogeografi
Jumlah kunjungan wisata ke
kawasan konservasi minimal
10 1,5 Juta Orang 5.000 Orang
sebanyak 1,5 juta orang
wisatawan mancanegara
Jumlah kunjungan wisata ke
11 kawasan konservasi minimal
20 Juta Orang 100.000 Orang
sebanyak 20 juta orang
wisatawan nusantara
Jumlah unit usaha pemanfaatan
pariwisata alam di kawasan
12 konservasi bertambah 100 Unit 3 Unit
sebanyak 100 Unit dari baseline
tahun 2013

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] 9


Jumlah unit usaha pemanfaatan
jasa lingkungan air yang
13 25 Unit 1 Unit
beroperasi di kawasan
konservasi sebanyak 25 Unit
Tersedianya kader konservasi
14 (KK), Kelompok Pecinta Alam
(KPA), Kelompok Swadaya
60 Kader/tahun 60 Kader/tahun
MAsyarakat/Kelompok Profesi
(KSM/KP) yang berstatus aktif

Jumlah dokumen perencanaan


15 penataan kawasan konservasi
yang tersusun dan mendapat
pengesahan sebanyak 150 150 Dokumen 5 Dokumen
Dokumen Zonasi dan/atau Tata
Blok
Terbentuknya Kawasan
Ekosistem Esensial17. Jumlah
KEE yang memiliki lembaga
yang difasilitasi
16 pembentukannya sebanyak 48 48 KEE 1 KEE
KEE (6 kawasan karst, 6
kawasan mangrove, 6 koridor
kawasn konservasi, 30 taman
kehati)
SAKIP Direktorat Jenderal
17 PHKA dengan nilai minimal 78,00 point 78,00 point
78,00
18 Layanan perkantoran 12 Bulan
12 Bulan layanan
layanan
19 Kendaraan bermotor

20 Peralatan dan fasilitas


perkantoran
21 Gedung/bangunan

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] 10


Komponen kegiatan untuk mendukung capaian target kinerja Balai Konservasi Sumber Daya
Alam NTB Tahun 2016 disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3. Komponen Kegiatan


No. OUTPUT KOMPONEN KEGIATAN
1. Jumlah kawasan konservasi yang Pemeliharaan Batas Kawasan
ditingkatkan efektivitas pengelolaannya Koordinasi/konsultasi ke BPKH
hingga memperoleh nilai indeks METT
minimal 70% pada minimal 260 unit
KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia (
1 unit)
2. Jumlah KPHK pada kawasan non Taman Operasional Masyarakat Mitra Polhut
Nasional yang terbentuk dan beroperasi Tenaga Kontrak Operasional KPHK Tambora
sebanyak 100 Unit KPHK Festival Tambora
(1 unit) Kemah bakti generasi muda
Publikasi dan kampanye TNGT
Penyusuna RP TNGT
Operasional TNGT
3. Jumlah dokumen perencanaan Review RP TWA Gunung Tunak
pengelolaan kawasan konservasi yang
tersusun dan mendapat pengesahan
sebanyak 150 Dokumen Rencana
Pengelolaan ( 1 dokumen)
4. Luas kawasan konservasi terdegradasi Kajian Rencana Pemulihan Ekosistem
yang dipulihkan kondisi ekosistemnya
seluas 100.000 Ha (45 Ha)
5. Jumlah desa di daerah penyangga Monitoring Hasil Kegiatan Pembinaan Daerah Penyangga
kawasan konservasi yang dibina 'Pembinaan Masyarakat Sekitar Daerah Penyangga
sebanyak 77 Desa selama 5 Tahun (6
Desa)
6. Jumlah pelaksanaan kegiatan Patroli Pengamanan Hutan
perlindungan dan pengamanan kawasan Patroli Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan
konservasi di 34 Provinsi (1 Propinsi) Pengendalian/pemadaman Kebakaran Hutan
Pos Pengamanan Bandara/Pelabuhan/Terminal

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] 11


7. Persentase peningkatan populasi 25 Monitoring Populasi dan Sebaran Kakatua Jambul Kuning
jenis species terancam punah menurut Pembinaan kepada masyarakat dalam menjaga
The IUCN Red List of Threatened species habitat/populasi dalam rangka peningkatan species
sebesar 10 % sesuai baseline data tahun prioritas
2013 (10 %) Pemeliharaan Satwa
Model Pengembangan Rusa Timor Berbasis Masyarakat
Koordinasi/konsultasi/supervisi/monitoring evaluasi
pencapaian IKK Species terancam punah
Pembinaan Teknis Konservasi Jenis dan Ekosistem Balai ke
Wilayah Kerja
Pembinaan Teknis Pengelolaan KPA/KSA/TB ke Wilayah
Kerja
Pembinaan Teknis Konservasi Jenis dan Ekosistem 3 Ka
SKW ke Wilayah Kerja

8. Meningkatnya kontribusi PNBP dari Survey Potensi TSL Untuk Pengusulan Kuota
pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar Penyusunan Peta Lokasi Tangkap TSL NTB
sebesar 50 M (250 juta) Pembinaan Lembaga Konservasi/Penangkar

9. Jumlah ketersediaan data dan informasi Inventarisasi rusa timor TWA. P. Satonda
sebaran keanekaragaman spesies dan Inventarisasi jenis burung di TWA Pelangan
genetik yang valid dan reliable pada 7 Identifikasi Potensi Terumbu Karang di TWAL Pulau Moyo
wilayah biogeografi (1 paket) Inventarisasi Burung Gosong di TWA Kerandangan
Monitoring populasi Rusa TB Moyo
Monitoring populasi dan habitat kera di TWA Kerandangan
Pemeliharaan Demplot Tanaman Obat di TWA Suranadi
Pemeliharaan Demplot Penangkaran Kupu-kupu di TWA
Kerandangan

10. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan Monitoring dan Evaluasi Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam
konservasi minimal sebanyak 1,5 juta (PPA)
orang wisatawan mancanegara (5.000
orang)
11. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan Bahan Promosi Wisata Alam
konservasi minimal sebanyak 20 juta Pameran Tingkat Nasional dalam rangka promosi wisata
orang wisatawan nusantara (100.000 alam
orang) Pameran KSDAHE tingkat propinsi
Pameran tingkat kabupaten
Buku informasi/publikasi kawasan kosnervasi
Buletin KSDA NTB
Pengelolaan website
Penyusuna Leaflet
12. Jumlah unit usaha pemanfaatan Penyusunan Desain Tapak TWA Pulau Satonda
pariwisata alam di kawasan konservasi Rakor Pembinaan dan Sosialisasi Peraturan Bidang
bertambah sebanyak 100 Unit dari Pariwisata Alam
baseline tahun 2013 (3 unit) Monitoring dan Evaluasi Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam
(IPPA)

13. Jumlah unit usaha pemanfaatan jasa Inventarisasi Sumber Daya Air
lingkungan air yang beroperasi di

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] 12


kawasan konservasi sebanyak 25 Unit (1
unit)
14. Tersedianya kader konservasi (KK), Pendidikan Konservasi Alam Bagi Generasi Muda
Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kemah Bakti Kader Konservasi
Kelompok Swadaya Penilaian dan pembinaan kade konservasi dan kelompok
MAsyarakat/Kelompok Profesi pecinta alam
(KSM/KP) yang berstatus aktif (60 Pertemuan Forum Komunikasi Kader Konservasi (FK3I)
kader) Prov NTB
Hari Konservasi Alam Nasional
Pertemuan Kader/FK3I Tingkat SKW
15. Jumlah dokumen perencanaan penataan Penataan Blok TWAL Pulau Moyo
kawasan konservasi yang tersusun dan Penataan Blok Pulau Moyo
mendapat pengesahan sebanyak 150 Konsultasi Publik Tata Blok TB Pulau Moyo
Dokumen Zonasi dan/atau Tata Blok (2 Konsultasi Publik Tata Blok TWAL Pulau Moyo
dokumen) Sosialisasi Hasil Penataan Blok TB Pulau Moyo dan TWAL
Pulau Moyo
16. Terbentuknya Kawasan Ekosistem Koordinasi Pembentukan Forum Komunikasi Konservasi
Esensial17. Jumlah KEE yang memiliki Penyu
lembaga yang difasilitasi
pembentukannya sebanyak 48 KEE (6
kawasan karst, 6 kawasan mangrove, 6
koridor kawasn konservasi, 30 taman
kehati) ( 1 KEE)
17. SAKIP Direktorat Jenderal PHKA dengan Penyusunan rencana kerja Balai KSDA NTB Tahun 2017
nilai minimal 78,00 Koordinasi, konsultasi perencanaan dan evaluasi laporan
(78,00 point) Penyusunan RKT/TOR Kegiatan Tahun 2016
Penyusunan RKT/TOR Kegiatan Tahun 2016
SPIP
Monev kegiatan pembangunan kehutanan bidang KSDAE
Konsultasi Kepala SKW ke Balai
Persiapan kegiatan dan evaluasi pencapaian kegiatan Balai
KSDA NTB Tahun 2016
Penysunan laporan statistik, LAKIP, LAPTAH dan LAPEG
Honor Tenaga Kontrak Lapangan
Penilaian DUPAk dan PAK Pejabat fungsional
Penguatan kelembagaan Balai KSDA NTB
Pengurusan Administrasi Senjata Api
Pengurusan Adminsitrasi Pemegang Senjata Api
Pengelolaan SAI, SAKBMN, SIMPEG, SPIP, PNBP dan PPBJ
Pembinaan administrasi keuangan
Pembinaan penatausahaan umum

18. Layanan perkantoran (12 bulan Pembayaran Gaji dan Tunjangan


layanan) Kebutuhan sehari-hari perkantoran
Langganan daya dan jasa
Pemeliharaan kantor
Pembayaran terkait dengan pelaksanaan operasional
kantor
19. Kendaraan bermotor

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] 13


20. Peralatan dan fasilitas perkantoran Komputer/laptop/printer

21. Gedung/bangunan Pengembangan Wisata Alam TN Gunung Tambora


Jaringan
Pengembangan Wisata Alam TWA Gunung Tunak

Rencana Anggaran Tahun 2016


Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi melalui implementasi program Pengelolaan BKSDA NTB didukung
oleh pendanaana yang bersumber dari DIPA BA 29 tahun 2016 Program KSDAE Rp 18.775.629.000,-
(Delapan belas milyar tujuh ratus tujuh puluh lima juta enam ratus dua puluh Sembilan ribu rupiah).

Tabel 4. Rencana Anggran

No Output Kegiatan Rencana (Rp)


1 2 3
1. Jumlah kawasan konservasi yang ditingkatkan
efektivitas pengelolaannya hingga memperoleh nilai
113.650.000
indeks METT minimal 70% pada minimal 260 unit KSA,
KPA dan TB di seluruh Indonesia [Base Line]
2. Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman
953.409.000
nasional yang beroperasi sebanyak 100 Unit KPHK
3. Jumlah dokumen perencanaan pengelolaan
kawasan konservasi yang tersusun dan mendapat
75.210.000
pengesahan sebanyak 150 Dokumen Rencana
Pengelolaan [Base Line]
4. Luas kawasan konservasi terdegradasi yang dipulihkan
127.800.000
kondisi ekosistemnya seluas 100.000 Ha [Base Line]
5. Jumlah desa di daerah penyangga kawasan konservasi
yang dibina sebanyak 77 Desa selama 5 tahun [Base 378.260.000
Line]
6. Jumlah pelaksanaan kegiatan perlindungan dan
pengamanan kawasan konservasi di 34 Provinsi [Base 762.747.000
Line]
7. Persentase peningkatan populasi 25 jenis satwa
terancam punah prioritas sesuai The IUCN Red List of
604.525.000
Threatened Species sebesar 10% dari baseline data
tahun 2013 [Base Line]
8. Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dan
36.106.000
tumbuhan alam sebesar Rp 50 M [Base Line]

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] 14


9. Jumlah ketersediaan data dan informasi sebaran
keanekaragaman spesies dan genetik yang valid dan 140.090.000
reliable pada 7 wilayah biogeografi [Base Line]
10. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi
minimal sebanyak 1,5 juta orang wisatawan 66.000.000
mancanegara [Base Line]
11. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi
minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan 571.214.000
nusantara [Base Line]
12. Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di
kawasan konservasi bertambah sebanyak 100 Unit dari 48.055.000
baseline tahun 2013 [Base Line]
13. Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang
beroperasi di kawasan konservasi bertambah sebanyak 58.020.000
25 Unit [Base Line]
14. Jumlah Kader Konservasi (KK), Kelompok Pecinta
Alam (KPA), Kelompok Swadaya Masyarakat/ 311.254.000
Kelompok Profesi (KSM/KP) yang berstatus aktif
sebanyak 6.000 Orang [Base Line]
15. Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDA dan 1.419.909.000
Ekosistem minimal 78,00 [Base Line]
16. Jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan
konservasi yang tersusun dan mendapat 166.420.000
pengesahan sebanyak 150 Dokumen Zonasi
dan/atau Blok [Base Line]
17. Jumlah KEE yang memiliki lembaga yang di
fasilitasi pembentukannya sebanyak 48 KEE (6 59.700.000
Kawasan Karst, 6 kawasan Mangrove, 6 koridor
kawasan konservasi, 30 Taman Kehati) [Base Line]
18. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran [Base Line] 176.260.000

19. Gedung/Bangunan [Base Line] 1.180.000.000

Total 18.775.629.000

Laporan Tahunan 2016 [BKSDA NTB] 15


III. CAPAIAN RENCANA KERJA TAHUN 2016

A. Capaian Pelaksanaan Rencana Kegiatan


Capaian rencana kerja tahun 2016 diukur dari pencapaian output kegiatan. Hasil pencapaian
rencana kerja dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Capaian Pelaksanaan Rencana Kegiatan


Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target Target Capaian
Kegiatan KemenLHK UPT 2015- IKK
2015-2019 2019 (%)
(1) (2) (3) (4)
Program: Konservasi 1 Jumlah kawasan 260 Unit 1 Unit 100
Keanekaragaman konservasi yang
Hayati dan ditingkatkan
Perlindungan efektivitas
Kegiatan: pengelolaannya
Pengelolaan hingga memperoleh
Konservasi Sumber nilai indeks METT
Daya Alam minimal 70% pada
minimal 260 unit
KSA, KPA dan TB di
seluruh Indonesia
2 Jumlah KPHK pada 100 Unit 1 Unit 100
kawasan non Taman
Nasional yang
terbentuk dan
beroperasi sebanyak
100 Unit KPHK
3 Jumlah dokumen 150 1 Dokumen 100
perencanaan Dokumen
pengelolaan
kawasan konservasi
yang tersusun dan
mendapat
pengesahan
sebanyak 150
Dokumen Rencana
Pengelolaan

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 16


4 Luas kawasan 100.000 Ha 15 Ha 100
konservasi
terdegradasi yang
dipulihkan kondisi
ekosistemnya seluas
100.000 Ha
5 Jumlah desa di 77 Desa 6 Desa 100
daerah penyangga
kawasan konservasi
yang dibina
sebanyak 77 Desa
selama 5 Tahun
6 Jumlah pelaksanaan 34 Provisnsi 1 Provinsi 100
kegiatan
perlindungan dan
pengamanan
kawasan konservasi
di 34 Provinsi
7 Persentase 10 Persen 0,68 34
peningkatan Persen
populasi 25 jenis
species terancam
punah menurut The
IUCN Red List of
Threatened species
sebesar 10 % sesuai
baseline data tahun
2013
8 Meningkatnya 50 Milyar 50 Juta 93,70
kontribusi PNBP
dari pemanfaatan
tumbuhan dan
satwa liar sebesar
50 M
9 Jumlah ketersediaan 7 Paket Data 1 Paket 100
data dan informasi Data/Tahu
sebaran n
keanekaragaman
spesies dan genetik
yang valid dan

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 17


reliable pada 7
wilayah biogeografi
10 Jumlah kunjungan 1,5 Juta 100 Orang 1470
wisata ke kawasan Orang
konservasi minimal
sebanyak 1,5 juta
orang wisatawan
mancanegara
11 Jumlah kunjungan 20 Juta 15000 100
wisata ke kawasan Orang Orang
konservasi minimal
sebanyak 20 juta
orang wisatawan
nusantara
12 Jumlah unit usaha 100 Unit 3 Unit 100
pemanfaatan
pariwisata alam di
kawasan konservasi
bertambah sebanyak
100 Unit dari
baseline tahun 2013
13 Jumlah unit usaha 25 Unit 1 Unit 100
pemanfaatan jasa
lingkungan air yang
beroperasi di
kawasan konservasi
sebanyak 25 Unit
14 Tersedianya kader 30 90 300
konservasi (KK), Kader/tahun Kader/tahu
Kelompok Pecinta n
Alam (KPA),
Kelompok Swadaya
MAsyarakat/Kelomp
ok Profesi (KSM/KP)
yang berstatus aktif

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 18


15 Jumlah dokumen 150 2 Dokumen 100
perencanaan Dokumen
penataan kawasan
konservasi yang
tersusun dan
mendapat
pengesahan
sebanyak 150
Dokumen Zonasi
dan/atau Tata Blok
16 Terbentuknya 48 KEE 1 KEE 100
Kawasan Ekosistem
Esensial17. Jumlah
KEE yang memiliki
lembaga yang
difasilitasi
pembentukannya
sebanyak 48 KEE (6
kawasan karst, 6
kawasan mangrove,
6 koridor kawasn
konservasi, 30
taman kehati)
17 SAKIP Direktorat 78,00 point 83,11 point 108
Jenderal PHKA
dengan nilai
minimal 78,00

Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem


Output Jumlah kawasan konservasi yang ditingkatkan efektivitas Capaian
pengelolaannya hingga memperoleh nilai indeks METT min 100 %
70 %

1. Pemeliharaan Batas Kawasan


Pemeliharaan batas dilakukan di 15 kawasan konservasi. Tujuan dari kegiatan
pemeliharaan batas kawasan konservasi antara lain: Mencegah dan menanggulangi segala
bentuk dan jenis pelanggaran yang terjadi dalam kawasan konservasi dan sekitarnya, yang
dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab seperti penebangan liar, perburuan liar,
perladangan liar, pencurian kayu, penyerobotan kawasan dan lain-lain. Sebagai bahan acuan
perencanaan dalam berbagai kegiatan yang akan dilakukan oleh Balai KSDA NTB. Agar hutan

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 19


tetap lestari terjaga keutuhan kawasan sehingga dapat memenuhi fungsinya.
Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara atas hutan dan hasil hutan.
Kegiatan pemeliharaan batas kawasan konservasi Cagar Alam Pulau Sangiang dengan
berbagai tujuan daerah pemeriksaan lokasi yang salah satunya pada lokasi So Buntu yang
meminta salah satu masyarakat yang tinggal di Pulau Sangiang untuk menunjukkan batas
kawasan konservasi yang bisa dijangkau, beliau mengatakan batas tersebut waktu itu yang
datang adalah petugas PPA yang dulu nama dari KSDA dan dapat menunjukkan lokasi
tersebut.
Lokasi pemeliharaan batas kawasan konservasi CA pulau Sangiang kami melewati
Rade Suri yang masih berada di luar kawasan konservasi, setelah kami melakukan perjalanan
yang kurang lebih 3 km beliau mengatakan sekitar daerah tersebut merupakan tempat
penandaan batas, dan kami melakukan penandaan dan kemudian memasang papan larangan.
Sedangkan kondisi sebagian pal batas di TWA Madapangga ada yang hilang hal ini
dikhawatirkan dapat menyebabkan tidak terkendalinya masyarakat yang memiliki kebun
dekat kawasan, untuk itu harus dilakukan pemancangan batas kembali. Demikian gambaran
dua kegiatan pemeliharaan batas kawasan dari 15 kawasan target kegiatan. Realisasi kegiatan
ini sebesar 92,48 %, dari anggaran Rp 61.650.000,- terealisasi sebesar Rp. 57.015.000.
2. Koordinasi dan Konsultasi
a. Koordinasi/Konsultasi Penataan Kawasan Ke BPKH Denpasar
Koordinasi dan konsultasi ke BPKH Denpasar dilakukan untuk membahas solusi
permasalahan batas kawasan. Rencana anggaran Rp 52.000.000,- terealisasi Rp 10.287.000,-
atau sebesar 19,78 %.

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 20


Output A. Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman Capaian
nasional yang beroperasi sebanyak 100 unit KPHK 100 %

1. Pengembangan Kelembagaan TN Gunung


Tambora
a. Kampanye/Festival TN. Gunung
Tambora
Program kampanye secara regional
ditujukan untuk menggambarkan
bagaimana keberadaan Taman Nasional
Gunung Tambora dapat berkontribusi
untuk membantu masyarakat yang hidup
tergantung pada keberadaan hutan dapat
keluar dari kemiskinan, melestarikan Gambar 4. Kepala SKW III sedang memberikan materi kepada
hutan tropis dan menyelamatkan peserta festival TN Tambora

keanekaragaman hayati.
Kampanye ini juga untuk mengurangi aktivitas kebakaran
lahan dan hutan akibat perladangan yang menjadi ancaman
terbesar dari kelestarian Taman Nasional Gunung Tambora dan
dapat berdampak pada perubahan suhu udara. Masyarakat berhak
mendapatkan atau menerima informasi yang akan diberikan
sebelum program dilaksanakan dan secara bebas tanpa tekanan
menyatakan setuju atau menolak program tersebut. Tujuan dari
kegiatan tersebut adalah untuk mendorong peran serta masyarakat
dalam pengelolaan kawasan KSDA NTB agar dapat terwujud
interaksi yang harmonis antara masyarakat dengan pengelola.
Gambar 5. Kepala Balai KSDA
Program ini secara regional ditujukan untuk
NTB memotifasi generasi menggambarkan bagaimana keberadaan Taman Nasional Gunung
muda yang hadir dalam
kampanye TN Tambora
Tambora dapat berkontribusi untuk membantu masyarakat yang
hidup tergantung pada keberadaan hutan dapat keluar dari
kemiskinan, melestarikan hutan tropis dan menyelamatkan keanekaragaman hayati.
Kampanye ini juga untuk mengurangi aktivitas kebakaran lahan dan hutan akibat
perladangan yang menjadi ancaman terbesar dari kelestarian Taman Nasional Gunung
Tambora dan dapat berdampak pada perubahan suhu udara. Masyarakat berhak
mendapatkan atau menerima informasi yang akan diberikan sebelum program dilaksanakan
di wilayahnya dan secara bebas tanpa tekanan menyatakan setuju atau menolak program
tersebut. Beberapa hal penting yang perlu ditindak lanjuti untuk menjamin bahwa perubahan
yang sedang terjadi dapat terus terjaga dan berlanjut.

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 21


Hasil yang akan dicapai kali ini adalah melihat hasil kontribusi informasi kampanye yang
dipahami masyarakat. Dari hasil penjangkauan informasi dengan kegiatan penyebaran
berbagai media kampanye bertajuk pemanasan global, perubahan iklim, serta
menyosialisasikan informasi melalui kegiatan yang diharapkan dapat memperoleh gambaran
hasil sebuah peningkatan pengetahuan.
Dalam upaya terus meningkatkan pengetahuan dan dukungan masyarakat, kami sebarkan
media sebagai saluran pemasaran pesan kampanye dan aksi nyata kepada masyarakat untuk
mendukung tujuan program. Anggaran sebesar Rp 113.354.000,- terealisasi 100 %.

b. Layanan Internal Organisasi


a. Jambore Konservasi Pesona Tambora 2016/ Jelajah Alam Pesona Tambora
Jambore Konservasi Pesona Tambora 2016 pelaksanaannya digabung dengan
Kampanye Tambora untuk menyemarakkan Peringatan Meletusnya Gunung Tambora. Acara
puncak dilaksanakan tanggal 15 April 2016, dengan berbagai rangkaian acara kolaborasi
Pemda Dompu dan Pemda Bima. Acara berbasis DIPA BKSDA NTB berupa Jambore
Konservasi Pesona Tambora dan Kampanye Festival Tambora. Jambore Konservasi diikuti
oleh anggota pramuka dan kader konservasi. Peserta berkemah di lapangan Doro Ncanga
kemudian dilanjutkan dengan tracking jelajah hutan Gunung Tambora. Layanan internal
organisasi selain kegiatan jamboree juga kegiatan konsultasi, koordinasi serta publikasi dan
kampanye TNGT. Anggaran yang disediakan sebesar Rp 385.500.000,- terealisasi sebesar
90,63 % atau sebesar Rp.349.389.594,-

c. Pengelolaan TN. Gunung Tambora


Sumber Daya Manusia di Taman Nasional Tambora tergolong masih minim sebagian besar
mutasi dari BKSDA NTB. Oleh karenanya kebutuhan tenaga kontrak untuk membantu sangat
diperlukan. Pengelolaan Tenaga Kontrak dan Operasional TNGT sebesar Rp 410.555.000
terealisasi sebesar Rp. 362.078.652,- atau 88,19%.

Output Jumlah dokumen perencanaan pengelolaan kawasan Capaian


konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan 100 %
sebanyak 150 dokumen Rencana Pengelolaan

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 22


1. Penyusunan Rancangan Dokumen Perencanaan Pengelolaan
Kawasan
a. Review dan Konsultasi Publik RP TWA Gunung Tunak
Rencana Pengelolaan merupakan salah satu dokumen yang
harus disusun sebagai acuan dalam pengelolaan kawasan
setelah dokumen penataan blok. RP TWA Gunung Tunak
sebelumnya telah disusun dengan periode 2012-2016. TWA
Gunung Tunak merupakan salah satu site project kerjasama
pengembangan ekowisata pemerintah Indonesia dengan
Korea Selatan. Ruang lingkup kerjasama meliputi
pembangunan sarana prasarana pengelolaan ekowisata dan
peningkatan kapasitas SDM. Untuk mengakomodir rencana
sarpras yang akan dibangun oleh Korea namun belum
termaktup dalam dokumen RP sebelumnya maka dilakukan
Review Rencana Pengelolaan. Dokumen tersebut telah 100
% dilaksanakan, telah dilakukan konsultasi public di daerah Gambar 6. RPJP TWA Gunung
dengan instansi terkait di lingkup Pemerintah Daerah Tunak 2016-2025
Kabupaten Lombok Tengah dan telah mendapatkan rekomendasi dari BAPPEDA
Kabupaten Lombok Tengah. Dokumen tersebut telah disesuaikan dengan aturan Pedoman
Penyusunan Rencana Pengelolaan P. 35/Men-LHK/2016. Saat ini tengah menunggu
penilaian dari Direktorat Kawasan Konservasi dan disyahkan oleh Dirjen KSDAE.
Anggaran kegiatan sebesar Rp 12.200.000,- terealisasi 100%. Konsultasi Publik dengan
anggaran Rp 63.010.000,- terealisasi 93,24 % atau Rp 58.748.260,-

Output Luas kawasan konservasi terdegradasi yang dipulihkan CAPAIAN


kondisi ekosistemnya seluas 100.000 ha 100 %

1. Pemeliharaan Restorasi Dalam Rangka


Pembinaan Habitat
TWA Kerandangan selain sebagai
habitat penting bagi kera hitam, juga
merupakan habitat penting bagi berbagai
jenis burung. Dari survey terakhir tahun
2015 tercatat sebanyak 47 jenis burung di
kawasan ini, dari burung-burung berukuran
kecil seperti burung kacamata laut sampai
burung predator seperti Elang Flores, yang
menurut IUCN termasuk dalam status Gambar 7. Ibu dan Bapak yang membantu melakukan
Critically Endangered atau kritis. Selain itu penyulaman pada tanaman restorasi

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 23


terdapat juga jenis burung endemic pulau Lombok di TWA Kerandangan yaitu Celepuk
Rinjani (Otus jolandae).
Kegiatan Restorasi Kawasan Konservasi dalam rangka pembinaan habitat ini telah
dilakukan dengan penanaman jenis-jenis pohon yang merupakan sumber pakan dan
pohon untuk bermain dan beristirahat. Untuk mempertahankan tanaman anakan pohon
tetap hidup setelah kegiatan penanaman perlu dilakukan pemeliharaan dengan
melakukan pembersihan, penyiangan, pengecekan keadaan anakan pohon, menandai
anakan pohon yang mati guna memudahkan dalam penyulaman, penyediaan bibit untuk
menyulam dan bila perlu dilakukan penyiraman khususnya pada musim kemarau.
Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan di dua kawasan yang dilakukan penanaman yaitu di
TWA Kerandanga dan TWA Gunung Tunak. Di TWA Gunung tanaman restorasi
dimaksudkan sebagai upaya pembinaan habitat burung gosong dan kupu-kupu.
Kegiatan pemeliharaan tanaman/anakan pohon dalam rangka pembinaan habitat di
Taman Wisata Alam Kerandangan dilakukan dengan :
- Melakukan penyiapan peralatan, yaitu antara lain : Parang untuk membersihkan jalur
tanam dan sekitar anakan pohon, Cangkul untuk membuat lubang tanam penyulaman,
Ember bak untuk wadah membawa bibit dari rumah bibit ke lokasi tempat
penyulaman, Kamera untuk
dokumentasi kegiatan.
- Mendampingi kegiatan
Pemeliharaan/pembersihan tanaman
anakan pohon dan sekaligus melakukan
penyulaman anakan pohon yang mati
dan penyisipan serta pemasangan ajir
pada anakan pohon
sisipan/penyulaman. Kegiatan
pemeliharaan dan penyulaman ini
Gambar 8. Menyulam tanaman yang mati dilakukan bersama 5 (lima) orang
masyarakat yang dilakukan selama 7
(tujuh) hari dari tanggal 11 s/d 17 Nopember 2016.

A. JENIS BIBIT UNTUK MENYULAM :


No. Nama lokal Nama Ilmiah Jumah bibit

1 Kelokos Syzygium sp 100


2 Bajur Pterospermum javanicum 450
3 Angsana Pterocarpus indicus 40
4 Beringin Ficus benjamina 20

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 24


JUMLAH 610

B. KEADAAN TANAMAN SAMPAI DENGAN BULAN NOPEMBER 2016 :


Keterangan
No. Nama Nama Ilmiah Jmh yg ditanam
local Hidup Mati
1 Beringin Ficus benjamina 1.000 850 90
2 Kelokos Syzygium sp 1.500 1.350 150
3 Bajur Pterospermum javanicum 1.000 900 100
4 Ipil Instia bijuga 1.000 875 125
5 Dadap Erythrina orientalis 600 75 525
6 Angsana Pterocarpus indicus 800 765 35
7 Kelicung Dyospiros malabarica 600 560 40
JUMLAH 6.500 5.375 1.065
Tantangan yang berbeda antara dua kawasan yang dilakukan penanaman, di TWA
Kerandangan pemeliharan dengan membersihkan areal sekitar tanaman pokok dari
gulma sedangkan di TWA Gunung Tunak dilakukan dengan penyiraman setiap hari
karena kondisi cuacadi selatan Lombok yang panas dan kurang curah hujan.
Pemeliharaan tanaman restorasi dianggarkan sebesar Rp 94.050.000 terealisasi sebesar
Rp 67.746.000 atau sebesar 72,03 %.

OUTPUT Jumlah desa di daerah penyangga kawasan konservasi yang CAPAIAN


dibina sebanyak 77 desa selama 5 tahun 100 %

1. Pembinaan dan Pengembangan Usaha


Ekonomi Produktif
a. Pembinaan/Pengembangan Usaha Ekonomi
Masyarakat Sekitar Daerah Kegiatan
pembinaan/pengembangan usaha ekonomi
masyarakat sekitar daerah peyangga yang
dilakukan oleh KSDA NTB merupakan upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan bagi
masyarakat sekitar kawasan. Pengembangan
usaha ekonomi dilaksanakan di empat desa.
Pengembangan ekonomi untuk Desa Klungkung

TWA Semongkat berupa Bibit Kemiri sebanyak Gambar 9. Kepala Balai KSDA NTB menyerahkan
1500 bibit, jahe putih sebanyak 1200 kg. Desa bantuan ke Desa Sangiang

Suranadi TWA Suranadi berupa kendaraan roda

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 25


3 untuk mengangkut sampah, mesin bor 2 unit, tempat sampah 10 unit. Desa Labuan Mapin,
TWA Pulau Panjang bantuan berupa Perahu panjang 14 m lebar 2 m, dan Desa Sangiang
perahu beserta mesinnya. Mekanisme pemberian bantuan berdasarkan usulan dari
masyarakat berdasarkan hasil kajian. Berikut hasil pelaksanaan kegiatan di Desa Sangiang.
Usulan kegiatan peningkatan ekonomi kelompok Masyarakat Desa Penyangga berdasarkan
kajian ekologi, sosial dan ekonomi. Hasil pengkajian dengan menggunakan pendekatan
partisipatif yang didapat dari kelompok Masyarakat Desa Penyangga perlu didiskusikan
untuk memilih diantara pilihan yang ada berdasarkan prioritas kebutuhan. Masyarakat
daerah penyangga di Desa Sangiang mengusulkan 1 (satu) unit perahu beserta mesinnya
untuk kegiatan pengembangan usaha
ekonomi masyarakat daerah penyangga
khususnya nelayan. Pendampingan
dilakukan dalam rangka mempermudah
pelaksanaan kegiatan pengembangan usaha
ekonomi masyarakat daerah penyangga.
Pendampingan dilakukan selama 3 (tiga) hari
yaitu pra pelaksanaan, pelaksanaan dan
pasca pelaksanaan. Monitoring dan Evaluasi;
Monitoring dan evaluasi dilakukan bertujuan
untuk menilai dan mengevaluasi pelaksanaan

Gambar 10. Kapal bantuan desa penyangga


kegiatan pengembangan usaha ekonomi
sekitar kawasan CA P. Sangiang
masyarakat daerah penyangga agar lebih
optimal. Hasil monitoring dan evaluasi menjadi bahan dalam perbaikan pelaksanaan
kegiatan selanjutnya sehingga pelaksanaannya lebih baik. Monitoring dan evaluasi dilakukan
tahun berikutnya untuk melihat perkembangan kegiatan.
a. Pembinaan/Pengembangan Usaha Ekonomi di Lingkar TN. Gunung Tambora
Kegiatan pengembangan usaha ekonomi di TN Tambora dilaksanakan di Desa
Kawinda To’I dan Desa Tambora. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konservasi dan mengurangi
tekanan terhadap kawasan. Bantuang pengembangan usaha ekonomi yang
diberikan untuk Desa Kawinda To’i berupa stup lebah madu trigona sebanyak 50
buah disertai koloni nya berumur 1 bulan, alat pemeras madu 1 unit. Untuk Desa
Tambora berupa mesin penggiling biji kopi sebanyak 2 unit, mesin pengemas kopi
(handsealer) sebanyak 4 unit, dan foodsealer 2 unit. Jumlah anggaran sebesar Rp
265.680.000,- dengan realisasi sebesar Rp 241.731.000,- atau sebesar 90,99 %.

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 26


a. Monitoring dan Evaluasi
Dengan dilaksanakannya
program pemberdayaan
masyarakat di sekitar kawasan
konservasi melalui
pengembangan usaha ekonomi
produktif, diharapkan mampu
meningkatkan kesejahteraan dan
perekonomian masyarakat,
Gambar 11. Kegiatan monitoring bantuan ekonomi kreatif untuk
sehingga diharapkan timbul desa penyangga
sikap rasa memiliki dan
keinginan dari masyarakat sekitar kawasan konservasi untuk turut serta menjaga dan
melestarikan kawasan dengan segala fungsi dan manfaatnya, beserta keanekaragaman
hayati yang terdapat di dalamnya.
Pada Tahun 2011, 2013 , 2014 dan 2015 kegiatan pengembangan usaha ekonomi
produktif wilayah kerja SKW II Sumbawa di lakukan di Desa Labuhan Aji, Desa Kukin ,
Meraran, Desa Seloto dan Desa Sampir. Sedangkan di Lombok di Desa Suranadi. Untuk
wilayah SKW III Bima di Desa Sangiang, Desa Kawinda To’i, dan Desa Tambora. Untuk
mengetahui perkembangan kegiatan ini maka dilakukan kegiatan monitoring dan
evaluasi kegiatan tersebut.
Tahapan dan pelaksanaan kegiatan perjalanan dalam rangka Monitoring Hasil Kegiatan
Pembinaan Daerah Penyangga ke Wilayah Kerja SKW II Sumbawa antara lain :
 Tahapan Persiapan
o Sebelum melaksanakan kegiatan lapangan terlebih dahulu melakukan
persiapan-persiapan sebagai berikut :
o Menyiapkan daftar anggota kelompok
o Menyiapkan daftar pertanyaan untuk wawancara
o Menyiapkan alat dan bahan lainnya seperti kamera dan alat tulis
 Pelaksanaan Kegiatan Kunjungan dan wawancara langsung Kunjungan/pertemuan
dan wawancara langsung dilakukan dengan masyarakat.
Berikut salah satu hasil dari kegiatan peningkatan ekonomi produktif di SKW II Sumbawa :

1. Desa Kukin, Dusun Ai Bari, Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa.


Kelompok wisata yang menerima bantuan , dari BKSDA NTB melalui program
pemberdayaan masyarakat daerah penyangga yaitu kelompok wisata “Blue Coral”.
Pada tahun 2014 bantuannya berupa 20 (dua puluh) set snorkel, fin dan masker, 4
(empat) buah alat pancing, 10 (sepuluh) buah pelampung dan 2 (dua) buah sepeda
gunung.

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 27


Dari hasil bantuan ini, kelompok menyewakan dengan biaya satu paket per hari Rp.
35.000,- . Dalam satu minggu dapat disewakan 6 s/d 10 paket . Untuk alat pancing, 1
buah / Rp. 10.000.
Dari usaha penyewaan ini , kelompok bisa melakukan usaha lain dari hasil penyewaan
ini berupa simpan pinjam untuk anggota kelompok. Namun sampai saat ini belum ada
penyisikhan dari usaha penyewaan ini untuk pemeliharaan ataupun untuk menambah
jumlah bantuan.
Untuk itu maka tim monev memberikan saran kepada kelompok agar:
 Agar bantuan yang sudah diterima bisa dirawat , dan dapat ditingkatkan jumlahnya
dari hasil jasa penyewaan.
 Agar ada penyisihan berapa persen untuk biaya pemeliharaan.
Pada tahun 2015, kembali Balai KSDA NTB menyerahkan bantuan berupa 2 buah
kamar mandi, bantuan ini ditujuakan untuk fasilitas pengunjung yang semakin banyak
datang ke kawasan TWAL P.Moyo, dengan harapan bantuan ini dapat disewakan,
sehingga menambah pendapatan dari kelompok.

2. Desa Labuhan Aji, Kecamatan Labuhan


Badas, Kabupaten Sumbawa
Untuk di Desa Labuhan Aji pada tahun 2014 ,
kelompok yang menerima bantuan adalah
kelompok wisata Oi Dara , dengan jenis bantuan
seperti sepeda gunung 10 buah dan 1 (satu)
paket kamar ganti. Dari bantuan ini, pada saat
monev sepeda jumlahnya masih sama dengan
kondisi ada beberapa yang sedikit mengalami Gambar 12. Sepeda gunung bantuan ke Desa
kerusakan. Setelah wawancara dengan beberapa Labuan Aji
anggota kelompok ini , maka hasil yang dapat disimpulkan antara lain:
 Terjadi kefakuman pada kelompok, karena ketuanya mempunyai kesibukan diluar
kegiatan kelompok
 Tidak pernah ada kegiatan pertemuan antara anggota kelompok dengan ketua
kelompok, terkait kemajuan anggota.
 Barang bantuan sampai dengan saat ini belum dimanfaatkan sesuai dengan
tujuannya
Untuk itu maka tim monev memberikan pembinaan, saran/masukan ke kelompok
agar:
a. Melakukan pertemuan untuk membahas kemajuan kelompok
b. Melakukan pergantian ketua kelompok karena ketua kelompok kurang tanggung
jawab , jika tidak ada jalan keluar maka disarankan mohon difasilitasi oleh kepala
desa .
c. Menyarankan melakukan promosi ada penyewaan sepeda kepada pengunjung

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 28


3 Desa Meraran, Kecamatan Seteluk, Kabupaten Sumbawa

Pada tahun 2011 melalui program pembentukan Model Desa Konservasi (MDK),
Balai KSDA NTB menetapkan Desa Meraran, Kecamatan Seteluk, Kabupaten Sumbawa
Barat. Dalam pelaksanaan pengembangan MDK di Desa Meraran, Balai KSDA NTB
menyerahkan bantuan pada tahun 2011 berupa tiga buah sampan dan tahun 2013
berupa sarana prasarana penguatan pemandu wisata seperti : baju pelampung, pos
informasi, papan informasi, lemari filling cabinet, meja dan kursi kerja. Setelah
kegiatan penyerahan bantuan maka monitoring dan evaluasi sangat diperlukan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dari kegiatan ini. Selain itu kegiatan ini bertujuan
untuk mengoptimalkan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk tahun-tahun
berikutnya sehingga pelaksanaan kegiatan bisa sesuai dengan tujuan pelaksanaan
kegiatan dapat tercapai secara optimal.
Pada Tahun 2015 , dari segi pendapatan ekonomi para anggota kelompok ini
mengalami peningkatan pendapatan , seperti diketahui sebelum ada program MDK ,
penghasilan rata – rata yang diperoleh anggota kelompok per orang antara Rp.
50.000.00 sampai dengan 60.000.00 per hari. Untuk meningkatkan ekonomi anggota
maka kelompok nelayan yang menjadi model pengembangan Desa Konservasi
mengembangkan usaha budidaya ikan nila di keramba apung yang dikelola kelompok ,
rata –rata dapat terjual 10 kg s/d 15 kg per hari dengan harga jual Rp 35.000.00/kg.
Pengelolaan sampan bantuan Balai KSDA NTB yang awalnya sebanyak 3 unit , pada
tahun 2013 sudah mencapai 23 unit. Sampan yang berasal dari bantuan Balai KSDA
NTB di kelola dengan disewakan kepada pengunjung kawasan TWA Danau Rawa
Taliwang sebesar Rp. 25.000/ sekali pakai .
Pada tahun 2016 ini, kembali dilakukan kegiatan monitoring, dengan hasil antara lain:
 Kondisi sampan saat ini
masih ada, namun ada
beberapa sampan yang
rusak, kurang lebih 13
sampan yang perlu
perbaikan.
 Penggunaan sampan
untuk menangkap ikan
saat ini berkurang Gambar 13. Tim melakukan wawancara monev bantuan sampan ke Desa Meraran
dikarenakan air Danau Rawa Taliwang yg kering dan banyaknya belukar air yg
tumbuh menyulitkan untuk mencari ikan, yang biasanya dalam sehari dapat
menghasilkan 1 kg/hari.
 Untuk jasa penyewaan sampan saat ini masih berhenti, jadi belum ada pemasukan
lain selain dari mencari ikan dan bertani.

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 29


4 Desa Seloto
Pada tahun 2011 melalui kegiatan pembentukan MDK di Desa Seloto, Kecamatan
Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat mendapatkan bantuan berupa yaitu pengadaan
sampan beserta dayungnya. Kelompok Nelayan “Saling Pariri” yang mendapatkan
bantuan tersebut. Pada tahun 2014 Balai KSDA kembali menyerahkan bantuan
berupa 3 (tiga) buah sampan beserta dayungnya kepada kelompok ini. Dari hasil
monev pada tahun 2016 ini, sampan dimanfaatkan untuk menangkap ikan, namun saat ini
kondisi danau penuh dengan tanaman air sehingga menyulitkan nelayan menangkap ikan.
Untuk kondisi sampan sampai saat ini masih tetap yaitu berjumlah 6 buah. Besaran anggaran
yang disiapkan untuk pengembangan usaha ekonomi produktif sebesar Rp 378.260.000
terealisasi sebesar Rp335.436.290,- atau sebesar 88,68 %.

Koordinasi dan Konsultasi Pengelolaan Kawasan Konservasi


(Koordinasi/Konsultasi ke Propinsi Lain)
Untuk mendukung peningkatan jumlah desa penyangga di sekitar kawasan
konservasi, perlu dilakukan koordinasi dan konsultasi dengan provinsi lain dengan
anggaran sebesar Rp 84.000.000,- dengan realisasi sebesar Rp 71.414.290,- atau
sebesar 85,02%.
OUTPUT Jumlah Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan dan CAPAIAN
Pengamanan Kawasan Konservasi di 34 Provinsi 100 %

1. Patroli Pengamanan Hutan


Sebagai upaya meningkatkan keamanan dalam kawasan konservasi, dilakukan
patrol pengamanan di 17 kawasan konservasi BKSDA NTB. Dengan anggaran Rp.
300.000.000 hanya terealisasi 25, 13 % atau sebesar Rp 75.402.000,-
2. Patroli Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan
a. Patroli Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan Bersama
MPA/MMP/PTT
Dilaksanakan di 17 kawasan BKSDA
NTB dan TN Tambora. Berikut laporan
kegiatan patroli di salah satu kawasan.
Penyelenggaraan pengamanan
kawasan konservasi berbasis
masyarakat didasarkan pada
pemahaman bahwa untuk menciptakan
kondisi aman dan tertib tidak hanya
dilakukan oleh Polhut melainkan juga
Gambar 14. Patroli pencegahan dan pengendalian melibatkan masyarakat yang selama
kebakaran hutan bersama MMP ini menjadi obyek. Posisi kawasan

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 30


TWA Bangko Bangko yang berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk
(disebelah Timur) dan Selatan adalah kawasan Hutan Lindung, Akibatnya
kawasan TWA Bangko Bangko sangat rentan terhadap kegiatan yang berakibat
terganggunya kelestarian kawasan. Untuk itu patroli dan pembinaan,
pendekatan terhadap masyarakat harus sering dilakukan terutama masyarakat
yang berdomisili disekitar kawasan. Patroli kali ini dilakukan dengan melibatkan
anggota Masyarakat Mitra Polhut. Personil terbagi menjadi 2 Tim, Tim I terdiri
dari 5 orang anggota MMP didampingi 2 orang Polhut, dan Tim II terdiri dari 3
orang MMP didampingi 1 orang Polisi Kehutanan. Hasil Pelaksanaan Patroli
MMP:
 Tanggal 21 Pebruari 2016 patroli dilakukan di Teluk Waru, melakukan
sosialisasi/penyuluhan kepada masyarakat terutama masyarakat yang sering
berkepentingan dengan hutan, antara lain masyarakat pencari pakan ternak,
masyarakat pengunjung, masyarakat pengguna air yang bersumber dari hutan
juga masyarakat yang dijumpai saat melakukan kegiatan patroli Bersama
Masyarakat Mitra Polhut (MMP), agar semua elemen masyarakat ikut serta
berperan aktif menjaga kelestarian hutan terutama kawasan TWA Bangko
Bangko, agar manfaat hutan ini dapat secara terus menerus dirasakan oleh
masyarakat.
 Tanggal 22 Pebruari 2016, bersama masyarakat Mitra Polhut melakukan
patroli ke lokasi Mangrove. Dijumpai sejumlah batang pohon mangruv yang
ditebang namun batang kayu masih tergeletak ditempat, diperkirakan akan
digunakan sebagai kayu bakar.
 Tanggal 23 Pebruari 2016 melakukan patroli Bersama Masyarakat Mitra
Polhut (MMP) di sekitar Tanaman jati yang berada dilokasi Semye dan
Gelundung, namun tidak dijumpai adanya permasalahan.

3. Pengelolaan Sarana Prasarana Pengaman


Sarana prasarana pengaman berupa senjata api dilakukan setiap tahun. Kegiatan ini
bertujuan sarana pengaman ini dapat digunakan dengan baik. Anggaran yang
disediakan sebesar Rp 162.747.000,- terealisasi sebesar Rp 142.672.240,- atau
sebesar 87,67%.

OUTPUT Presentase Peningkatan Populasi 25 jenis satwa terancam CAPAIAN


punah prioritas sesuai The IUCN Red List of Threatened 34 %
Species sebesar 10 % dari baseline data tahun 2013

1. Monitoring Populasi Tumbuhan Alam dan Satwa Liar

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 31


a. Monitoring Populasi dan Sebaran
Kakatua Kecil Jambul Kuning (TB. P.
Moyo dan KSA Jereweh)
Kakatua jambul kuning (Cacatua
sulphurea) merupakan spesies prioritas
nasional yang masuk kategori
endangered spesies dalam IUCN red list,
oleh karenanya pengelolaannya harus
berdasarkan prinsip kehati-hatian. Dalam
rangka mendukung upaya pengelolaan Gambar 15. Kakatua jambul kuning di Kokarturu
diperlukan informasi mengenai kakatua diantaranya populasi, sebaran dan
kondisi habitat serta ketersediaan pakan.
Terdapat 3 lokasi habitat kakatua jambul
kuning di wilayah kerja BKSDA NTB, Site Brang
Sedo TB P. Moyo, Ai Manis TB. P. Moyo, dan
Brang Singa KSA Jereweh.
Hasil pengamatan populasi kakatua di
site Brang Sedo diperkirakan sama dengan
tahun sebelumnya yaitu 78 ekor, sedangkan di
site Ai Manis sebanyak 36 ekor naik 2,86 %
Gambar 16. Pengamatan Kakatua di pagi dari tahun sebelumnya, untuk site Brang Singa
dan sore hari
sebanyak 34 ekor sama dengan tahun
sebelumnya. Sehingga dugaan populasi seluruhnya sebanyak 148 ekor dari jumlah
sebelumnya 147 ekor, naik sebesar 0,68 %. Berikut grafik populasi kakatua dalam
tiga tahun terakhir.

148
150 147

145

140 137

135

130
2014 2015 2016

Gambar 17. Grafik peningkatan populasi kakatua jambul kuning di site


kawasan BKSDA NTB

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 32


Pada tahun 2016, awalnya direncanakan dua kali pengamatan yakni masa
berbiak dan setelah berbiak. Namun karena adanya self blocking untuk anggaran
setelah berbiak di bloking, sehingga Nampak seperti sangat kecil penambahan
populasinya dikarenakan waktu pengamatan pertama adalah musim berbiak
sehingga belum ada terjadi penambahan populasi. Besar anggaran Rp 96.600.000,-
terealisasi 48,34 % atau sebesar Rp 46.694.000,- karena self blocking untuk
monitoring kedua (setelah musim berbiak).

2. Pembinaan Habitat/Populasi Satwa Liar


a. Pembinaan Kepada Masyarakat (self blocking)
3. Operasional dan Pemeliharaan Satwa Liar
a. Pemeliharaan Satwa
Anggaran pemeliharaan satwa digunakan untuk satwa rusa di sanctuary rusa di
suranadi. Jumlah anggaran sebesar Rp 275.715.000,- terealisasi sebesar Rp.
43.991.000,- atau sebesar 15,96%.
b. Model Pengembangan Konservasi Rusa Timor
Tahun anggaran 2017 dan seterusnya secara bertahap BKSDA NTB merencanakan
membangun Fasilitas Pusat Konservasi (Sanctuary) Rusa Timor di TWA Gunung
Tunak Seluas 1 Ha, dengan tujuan:
1. Meningkatkan populasi rusa timor secara semi alami dalam lingkunga
terkontrol atau rekayasa habitat guna pemenuhan restocking dialam
(perlindungan in-situ)
2. Pengembangan ilmu pengetahuan tentang rusa
3. Pengembangan ekowisata
Kondisi penangkaran rusa ek-situ yang sudah memiliki izin dari BKSDA NTB :
• 61 penangkar dengan jumlah individu rusa 610 ekor,
• Tersebar di beberapa kabupaten dan kota,
• Namun pemanfaatan rusa dari hasil penangkaran tersebut belum dapat
dilakukan, karena silsilah & penandaan belum jelas.
Pemanfaatan rusa dan bagian-bagiannya hanya dapat dilakukan pada keturunan
kedua (F2) dan seterusnya

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 33


Gambar 18. Tata letak calon sanctuary rusa

Gambar 19. Desain Sanctuary Rusa

Kandang rusa dibangun 1000m2, dengan jumlah rusa sebanyak 30 ekor akan
direalisasikan 2017. Pada tahun 2016 baru pembukaan areal seluas 1000 m2.
4. Koordinasi dan Konsultasi
a. Koordinasi/konsultasi/supervise/monitoring evaluasi IKK spesies terancam
punah
Kegiatan dimaksud berupa konsultasi, menghadiri undangan ke pusat, pembinaan
ke kawasan terkait spesies terancam punah. Dengan anggaran sebesar Rp
221.500.000,- terealisasi sebesar Rp 134.904.198,- atau sebesar 60.90 %.

OUTPUT Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dan CAPAIAN
tumbuhan alam sebesar Rp 50 M 93,70 %

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 34


1. Monitoring dan Evaluasi dengan anggaran sebesar Rp. 36.106.000,- terealisasi
33,25 % atau sebesar Rp 12.005.000,-
a. Penyusunan Peta Lokasi Tangkap TSL NTB (Up-dating)
Kegiatan ini self blocked
b. Monev Penangkaran TSL
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, bahwa Rusa Timor (Cervus
timorensis) adalah salah satu satwa yang dilindungi Undang-Undang
sedangkan, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1999 tentang
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar dijelaskan bahwa pemanfaatan
tumbuhan dan satwa liar dapat dilaksanakan dalam bentuk pengkajian,
penelitian dan pengembangan, penangkaran, perburuan, perdagangan,
peragaan, pertukaran, budidaya tanaman obat-obatan serta pemeliharaan
untuk kesenangan. Untuk mengatur lebih lanjut ketentuan penangkaran,
Menteri Kehutanan telah mengeluarkan Peraturan Nomor P.19/Menhut-
II/2005 tanggal 19 Juli 2005 tentang Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar.

Balai KSDA
NTB terus berupaya
meningkatkan minat
masyarakat serta
memfasilitasi
pengembangan
penangkaran Rusa
timor (Cervus
timoriensis) dan
Kijang (Muntiacus
muntjak) di NTB.
Dalam rangka
Gambar 20. Rusa di penangkaran
pengembangan
penangkaran tersebut maka upaya pembinaan, monitoring dan evaluasi
kegiatan penangkaran terus dilakukan oleh Balai KSDA NTB sebagai salah satu
wujud pelaksanaan tugas dan fungsi pokok dibidang konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemya.
Kegiatan monitoring kali ini lebih difokuskan pada pendataan satwa Rusa
timor yang ditangkarkan guna memperoleh data pasti mengenai jumlah secara
keseluruhan sesuai kondisi terkini.

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 35


Hasil monitoring penangkaran rusa tahun 2016, menunjukkan jumlah
rusa mengalami kenaikan sebelumnya sebanyak 495 ekor. Sampai dengan
bulan Desember 2016 sebanyak 610 ekor dari 57 penangkar.

c. Pembinaan Lembaga Konservasi/Penangkar


Pembinaan lembaga konservasi dilaksanakan dengan melakukan
pengecekan langsung ke lokasi dan wawancara serta pembinaan terhadap
manajer lapangan dan perawat satwanya. Pembinaan dilakukan di dua
pemegang izin LK Taman Burung Gili Meno dan Lombok Elephant Sanctuary.

Taman Burung Gili Meno


Dalam pembinaan tersebut, hal-hal penting yang dibahas, dan kesimpulannya
sebagai berikut : Kondisi Taman Burung Gili Meno semakin menurun seiring
waktu. Pembinaan yang dilakukan oleh
BKSDA NT B selama ini tidak ditindaklanjuti.
Tidak ada perhatian dari pemilik yang tinggal
di Selandia Baru dan manajer lapangan yang
tinggal di Bali. Dengan kondisi yang
demikian, kami rekomendasikan pencabutan
terhadap izin lembaga konservasi atas nama
PT Bali Bintang Property selaku pemilik
Taman Burung Gili Meno.

Gambar 21. Lembaga Konservasi di Gili


Meno Bird Park

Lombok Elephant Sanctuary


Lombok Elephant Sanctuary
memperoleh izin lembaga
konservasi melalui Keputusan
Kepala badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor
3/1/ILK/PMDN/2015 Tanggal 23
Oktober 2015 tentang Pemberian
Izin Lembaga Konservasi Dalam
Gambar 22. Pemeriksaan kesiapan LK Lombok Elephant
Bentuk Taman Satwa seluas 2,51 Sanctuary
Hektar Kepada PT Bintang Fauna dan Flora Indonesia di Kabupaten Lombok
Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lombok Elephant Sanctuary memperoleh
Izin Perolehan Satwa Liar Untuk Lembaga Konservasi PT Bintang Fauna dan
Flora Indonesia di Kabupaten Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 36


Lombok Elephant Sanctuary saat ini masih dalam proses penyempurnaan
pembangunan sarana pemeliharaan satwa. Sarana pemeliharaan satwa yang
telah siap terdiri dari :
 Sarana pemeliharaan gajah, dengan kapasitas sebanyak 12 ekor gajah
 Sarana pemeliharaan bekantan berupa kandang kubah dari kawat kuat
 Sarana pemeliharaan orang utan
 Sarana pemeliharaan primata lainnya (siamang, owa jawa dan owa
kalimantan)
 Sarana pemeliharaan untuk beruang madu
 Sarana pemeiharaan burung pelikan
 Sarana pemeiharaan komodo
 Sarana pemeiharaan mini kuda nil
 Sarana pemeiharaan kambing gunung
 Sarana pemeiharaan kasuari, merak, kakatua raja, maccao dan maleo
 Sarana pemeliharaan rangkong, elang, cendrawasih, kakatua putih, kastuari
raja
 Sarana pemeliharaan tarsius
Adapun sarana pemeliharaan satwa yang masih dalam proses penyelesaian berupa
kandang sitatungga. Saat ini taman satwa “Lombok Elephant Sanctuary” telah siap
untuk menerima satwa-satwa tersebut di atas.

OUTPUT Jumlah ketersediaan data dan informasi sebaran CAPAIAN


keanekaragaman spesies dan genetic yang valid dan 100 %
reliable pada 7 wilayah biogeografi

1. Inventarisasi dan Pemetaan Sebaran


Tumbuhan Alam dan Satwa Liar dengan
jumlah anggaran sebesar Rp 77.260.000,-
dengan realisasi sebesar 94,34 % atau
sebesar Rp 72.884.000,-
a. Inventarisasi Spesies Penting di CA Pulau
Sangiang
b. Identifikasi Sumber Daya Genetik
Berpotensi Tanaman Obat di TWA
Gambar 23. Pencatatan jenis tanaman
Gunung Tunak yang belum ter identifikasi

Taman Wisata Alam Gunung Tunak merupakan perwakilan tipe


ekosistem hutan musim dataran rendah atau hutan musim bawah.
Keadaan tegakan hutan yang cukup rapat dengan permudaan yang cukup
banyak serta kondisi topografi mulai dari sedang sampai berat membuat

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 37


bentang alam TWA Gunung Tunak sangat menarik. TWA Gunung Tunak
selain untuk rekreasi, juga sebagai wisata pendidikan dan penelitian.
Namun data mengenai tanaman obat belum memadai, sebagai upaya
mengumpulkan data dan informasi mengenai sumber daya genetic
berpotensi obat perlu dilakukan untuk pengelolaan selanjutnya. Dengan
adanya datadan informasi tersebut, dapat digunakan sebagai bahan
interpretasi, penelitian, dan mengembangkan budidaya tanaman obat
diluar kawasan.
Kegiatan Identifikasi
Sumber Daya Genetik berpotensi
tanaman obat di TWA Gunung Tunak
meliputi :
1. Persiapan pelaksanaan kegiatan
Tahapannya meliputi persiapan
alat dan bahan
2. Pengumpulan data
- Wawancara
- Observasi di lapangan :
Gambar 24. Tim melakukan identifikasi jenis
pengamatan, pencatatan,
dokumentasi berupa foto dan herbarium
- Study literatur
3. Pengolahan data

Dari hasil pengamatan di lapangan ditemukan 30 jenis yang telah


teridentifikasi nama ilmiah dan manfaat medisnya. Hasil identifikasi
tanaman obat ini nantinya akan
menjadi bahan interpretasi
hutan di TWA Gunung Tunak.
c. Survey Potensi Terumbu
Karang TWA Pulau Satonda
Keanekaragaman jenis
terumbu karang yang terdapat di
dalam kawasan TWA Pulau
Satonda merupakan daya tarik
tersendiri sebagai obyek wisata Gambar 25. Masyarakat setempat yang membantu
pengenalan jenis dan fungsinya
alam. Kondisi terumbu karang
tersebut sebagian besar masih baik dan rapat, kemungkinan besar belum
pernah dikunjungi wisatawan bahari.

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 38


Survey potensi TWA Pulau Satonda dilaksanakan untuk mengetahui
potensi terumbu karang di
perairan TWA P.Satonda
sehingga dapat digunakan
sebagai kajian penentuan arah
kebijakan dalam rangka
pengelolaannya ke depan.
Maksud dari pelaksanaan
kegiatan ini adalah melakukan
identifikasi potensi terumbu
Gambar 26. Perairan Pulau Satonda
karang di TWA Pulau Satonda.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah :
 Diperolehnya data jenis terumbu karang di TWA Pulau Satonda.
 Untuk mengetahui persentase tutupan karang di TWA Pulau Satonda.
 Sebagai data dasar dalam penentuan pengelolaan kawasan TWA Pulau
Satonda ke depan.
Panorama alam bawah laut yang dimiliki TWA Pulau Satonda sangat
mempesona. Karakteristik biofisik perairan yang salah satunya berbentuk
wall/dinding di bagian barat daya kawasan menyimpan keragaman jenis
terumbu karang dengan bentuk dan warna yang begitu menyolok dan
memanjakan mata para diver yang melakukan aktifitas wisata diving.
Sementara di beberapa lokasi lain yaitu di bagian Selatan dan Timur
Kawasan, kondisi dasar perairan mulai dari tepi pantai sampai kedalaman
kurang lebih 10-15 meter adalah landai kemudian wall memiliki terumbu
karang dan ikan hias yang begitu beragam dan kondisinya masih baik.
Metode pengamatan menggunakan metode Line Intersect Transect (LIT).
Berikut desain jalur pengamatan yang dilakukan di Pulau Satonda :

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 39


Transek Transek

G
a
r
dst... i
s
20m areal 100m 100m
pengamatan P
deep deep 5m
a
5m
10m n
interval t
a
i
20m areal
pengamatan

Pipa
paralon,
2m

Gambar 27. Ilustrasi pengambilan data

Terdapat 7 titik pengamatan di sekeliling Pulau Satonda. Beberapa titik lokasi


pengamatan digambarkan dalam peta kawasan sebagai berikut :

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 40


Gambar 28. Persebaran titik lokasi pengamatan di perairan Pulau Satonda

Dari ketujuh titik lokasi penyelaman di perairan Pulau Satonda, semuanya dapat
ditemui jenis ikan family Chaetodontidae. Jadi perairan dan kondisi terumbu karang di
P. Satonda dikatakan baik/sehat. Kondisi Terumbu Karang dengan Indikator Ikan
Chaetodontidae di Pulau Sambangan Kepulauan Karimun Jawa, Jepara, Jawa Tengah.
Keunikan yang lain dari ikan Chaetodontidae adalah keberadaan, kelimpahan jenis dan
individu ikan ini pada suatu perairan dapat
memberikan gambaran kondisi terumbu
karang setempat. Para ahli sepakat dalam
menempatkan ikan kepe-kepe sebagai
“spesies indicator” kondisi terumbu karang,
karena ikan ini merupakan penghuni
terumbu karang sejati (Hutomo 1986).
Keeratan hubungan antara keduanya telah
diteliti oleh Adrim & Hutomo (1989), dimana
terlihat keberadaan dan kelimpahan ikan
Gambar 29. Kondisi terumbu karang dan ikan di Chaetodontidae di suatu perairan bergantung
salah satu site pengamatan
pada kondisi ekosistem terumbu karang
setempat. Persentase Tutupan Karang Hidup TWA Pulau Satonda.

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 41


Luas
No. Lokasi Pengamatan Tutupan Karang
Hidup (cm2)
1. Turtle Point 1.484.392
2. Manta Point 1.535.735
3. Kima Point 614.000
4. Nirwana Point 800.000
5. Titik 5 769.331
Jumlah 5.203.458

Dari tabel di atas, dapat diperoleh data bahwa luas tutupan karang hidup di TWA
Pulau Satonda adalah 5.203.458 cm2 pada kelima lokasi pengamatan. Terdapat dua
titik yang kami amati dengan manta tow, tidak mengambil data transek, yang kondisi
terumbu karangnya bagus, dengan
tutupan karang ±75%. Berdasarkan
luasan tutupan karang hidup tersebut,
TWA Pulau Satonda masuk ke dalam
kategori 4 dengan persentase tutupan
karang hidup sebesar 72,86 %. Hal ini
menggambarkan bahwa tutupan
karang hidup di TWA Pulau Satonda
tergolong tinggi.

d. Inventarisasi Jenis Spesies Penting Gambar 30. Pengamatan lokasi sebaran habitat burung
gosong
di TWA Kerandangan
Sebagai upaya mengetahui spesies penting yang terdapat di TWA Kerandangan
dan sebarannya maka dilakukan kajian inventarisasi jenis spesies penting di TWA
Kerandangan. Inventarisasi dilakukan dengan metode poin sensus (point count).
Sensus dilakukan pada setiap titik secara sistematis, misalnya dibuat jalur sepanjang 2
km dengan 50 titik pegamatan, jarak setiap titik 40 m. Pada setiap titik selama 5-10
menit. Beberapa jenis spesies penting yang ada di TWA Kerandangan antara lain:
Burung Gosong, Burung Koakiau, Elang Flores, Celepuk rinjani, cekakak kalung coklat.
Dari hasil pengamatan langsung di lapangan di jumpai 4 titik lokasi sarang burung
gosong yang masih aktif dan 2 titik lokasi yang sudah tidak aktif. Di perkirakan jumlah
burung gosong yang terdapat di TWA Kerandangan yakni 4 pasang.
Berdasarkan informasi yang di peroleh dari petugas TWA Kerandangan sering di
jumpai jerat yang dipasang oleh pemburu burung gosong di sekitar sarang, hal
tersebut mempengaruhi perkembangbiakan dan kelestarian burung gosong. Burung

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 42


koakiau di jumpai di lokasi perkemahan, Nangkok dan sekitar pondok kerja TWA
Kerandangan yakni pada tajuk pohon yang tinggi dari jenis antara lain Sonokeling,
Bunut, Klokos dan Bajur, dan diperkirakan jumlah burung koa kiau di TWA
Kerandangan sebanyak 30 ekor hal tersebut di pengaruhi oleh kegiatan pelepas liaran
burung koa kiau yang dilakukan oleh BKSDA NTB bekerja sama dengan Karantina dan
KP3 Pelabuhan Laut Lembar dari hasil penyitaan barang bukti.
Elang flores (Nisaetus floris) merupakan jenis elang berukuran besar, sekitar 71-
82 cm, yang turut memperkaya keragaman burung di tanah air. Meskipun namanya
elang flores, burung ini dapat dijumpai juga di Pulau Lombok, Sumbawa, serta pulau
kecil Satonda dan Rinca, selain tentu saja di Pulau Flores, Nusa Tenggara. Dari
pengamatan ditemukan di lokasi Nangkok pada jam 10.30 s/d 13.00 wita dijumpai 2
ekor elang flores yang sedang mencari makan.
Celepuk rinjani (Otus jolanodea) adalah sejenis celepuk yang hanya terdapat di
Pulau Lombok, Nusa Tenggara. Satu-satunya jenis burung endemik di pulau itu,
pertama kali ditemukan pada bulan September 2003 dan secara resmi teridentifikasi
pada tahun 2013. Dijumpai di aeral camping ground sampai areal sekitar pondok kerja
TWA Kerandangan yakni dari jam 19.00 s/d 21.00 Wita di jumpai pada pohon
Sonokeling, Mangga dan Jambu Mete sekitar 10 ekor burung.
Cekakak kalung coklat Daftar merah IUCN : Hampir Terancam (NT)
Perdagangan internasional : Perlindungan : UU No. 5/1990, PP No. 7/1999. Pada
pengamatan langsung di jumpai 2 ekor di lokasi air terjun Putri Kembar dan air terjum
Goa Walet.

2. Monitoring Populasi Tumbuhan Alam dan Satwa Liar besar anggaran Rp


18.030.000,- terealisasi Rp 18.021.000,- atau sebesar 99,95 %.
a. Inventarisasi Populasi Rusa TB Moyo
Rusa Timor (Cervus Timorensis) merupakan salah satu satwa yang memiliki
kemampuan adaptasi yang tinggi. Satwa ini
hidup liar didaerah pulau Moyo sebagaimna
diketahui bahwa kawasan Pulau Moyo
adalah Hutan konservasi kawasan hutan
dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
Untuk mengetahui jumlah populasi rusa
Timor, maka dilakukan kajian inventarisasi
dalam hal ini pengamatan terhadap satwa Gambar 31. Savana habitat rusa di TB. P. Moyo
tersebut. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh data dan informasi yang terbaru. Selanjutnya data dan informasi
dinamika populasi tersebut di analisis guna mendapat berapa jumlah populasinya

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 43


yang tersebar. Data dan inventarisasi minimal yang harus dihasilkan mencakup:
jumlah jenis dan individu, stuktur populasi, serta penyebaran dan pergerakan.
Selain itu, analisis populasi ini juga membutuhkan parameter populasi lain yang
mencakup kepadatan, Kondisi populasi satwa ini juga mempengaruhi keberhasilan
pertumbuhan atau peningkatan populasi.
Penentuan lokasi pengamatan Rusa Timor (Cervus timorensis) dapat
mengunakan metode purposive sampling, dengan mempertimbangkan sebaran
habitat, keberadaan populasi pada suatu habitat. Adapun tahap kegiatan
pengumpulan/pengambilan data sebagai berikut :
1. Melakukan survey pendahuluan di beberapa lokasi yang berdasarkan informasi
awal merupakan tempat melintas, mencari makan dan jejaknya Rusa Timor
(Cervus timorensis). Dalam survey pendahuluan ini juga dikumpulkan informasi
dari masyarakat dan petugas pos KSDA di lokasi tersebut tentang perjumpaan
dengan Rusa Timor (Cervus timorensis)
2. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode ekplorasi titik (point
count) dimana penghitungan jumlah anggota populas Rusa Timor (Cervus
timorensis) dilakukan pada pada jalur (sepanjang jalur) dan titik sampling
tertentu dengan radius 50-100 meter.
3. Dicatat jumlah Fases (Pellet Group) yang ditemui dan titik koordinatnya.
4. Perhitungan dugaan populasi mengunakan metode Pendugaan Perbandingan
Dalam Contoh Sederhana (Ratio Estimate Individu-Individu Simple Sampling).
Mengingat sulitnya pelaksanaan penghitungan Fases (Pellet Group) dilakukan
melalui penghitungan populasi dalam jalur contoh yang dikorelasikan dengan luas
areal pengamatan.
Metode perhitungan dalam survey monitoring Rusa Timor (Cervus timorensis)
menggunakan metode berdasarkan Fases (Pellet Group Counts) dilakukan di Pulau
Moyo dengan pengambilan tempat di tiga wilayah yaitu Wilayah Kokar Turu, Brang
Sedo dan Ai Manis dengan perhitungan menggunakan rumus Perhitungan
Berdasarkan Fases (Pellet Group Counts) dengan syarat fases tidak berumur lebih
dari sehari dengan rincian rumus sebagai berikut sebagai berikut :
Rumus :
PG/Ha = Jumlah PG bbbbbbbb
Luas petak contoh (ha)

PG/km² = Jumlah PG X 100 (Ha)


Luas petak contoh (Ha)

Jumlah satwa / km² = PG / km²


Jumlah hari X n

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 44


n = rata-rata kelompok feses yang dikeluarkan selama 24 jam
PG = Pellet Group
Untuk rusa n = 13 PG
Secara keseluruhan dugaan populasi
Rusa Timor (Cervuse Timorensis) di
Pulau Moyo sebanyak 158 ekor,
masing-masing lokasi memiliki jumlah
sebagai berikut : Kokar Turu sebanyak
25 ekor, berang Sedo sejumlah 14 ekor
dan di lokasi Ai Manis sebanyak 116
ekor.

Gambar 32. Kotoran rusa yang ditemui sebagai


indicator keberadaan rusa

b. Inventarisasi Jenis Spesies Penting di TWA Suranadi


Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui jenis spesies penting dan
persebarannya di TWA Suranadi. Berdasarkan hasil data sekunder diperoleh
informasi bahwa spesies penting di Suranadi adalah celepuk rinjani dan ganitri.
Kegiatan inventarisasi jenis spesies penting di Taman Wisata Alam Suranadi
meliputi : observasi/ survey lapangan, persiapan bahan dan alat, pelaksanaan
kegiatan inventarisasi jenis spesies penting, penyusunan laporan. Metode survey
dengan metode point count yang dilakukan pada setiap titik yang ditentukan
secara sistematis, missal jalur dibuat sepanjang 2 km dengan 50 titik
pengamatan, sehingga jarak setiap titik pengamatan 40m. Pengamatan dilakukan
pada setiap titik selama 5-10 menit. Selain dengan metode diatas metode
concentration juga digunakan. Dilakukan dengan mencari tempat yang sering
dikunjungi misalnya tepi danau, sungai, savanna) diam dan menunggu satwa
yang terlihat, mencatat jenis satwa, waktu perjumpaan, jumlah satwa dan jarak
pandang. Dengan metode tersebut dijumpai secara langsung yaitu lutung,
kutilang, dan rangkok serta celepuk rinjani sebanyak 3 ekor.

3. Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar dengan jumlah anggaran Rp


44.800.000,- dengan realisasi sebesar Rp 19.990.000,- atau sebesar 44,62 %.
a. Pemeliharaan Demplot Tanaman Obat di TWA Suranadi
b. Pemeliharaan Demplot Penangkaran Kupu-kupu di TWA Kerandangan
c. Konsultasi/Koordinasi/Menghadiri Undangan

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 45


OUTPUT Jumlah Kunjungan Wisata ke Kawasan Konservasi CAPAIAN
Minimal Sebanyak 1,5 Juta orang Wisatawan 1470 %
Mancanegara

Monitoring dan Evaluasi Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) dengan anggaran
sebesar Rp 66.000.000,- terealisasi sebesar Rp 45.011.400,- atau sebesar 68,20 %
a. Monitoring dan evaluasi Pengusahaan Pariwisata Alam
Bentuk pelaksanaan kegiatan dengan pembentukan tim monitoring IPPA
kemudian memanggil perwakilan dari IPPA dimaksud, kemudian disampaikan
hasil monitoring, IPPA tersebut memberikan jawaban dan kesanggupan
memperbaiki. Selain dengan metode diatas, tim juga melakukan survey
langsung di lapangan. Menyocokkan RPPA dengan progress yang telah
dilaksanakan oleh IPPA tersebut, apabila tidak sesuai maka akan diberikan
surat teguran dan peringatan agar menyelesaikan kewajiban-kewajibannya.
b. Koordinasi dan Konsultasi

OUTPUT Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi CAPAIAN


minimal sebanyak 15.000 orang 20 juta orang 100 %
wisatawan nusantara

Untuk menyebarluaskan informasi potensi wisata diperlukan berbagai materi


yang menarik untuk dapat dilihat/dibaca masyarakat luas. Dalam rangka penyedian
materi promosi, pada tahun 2016 dicetak kalender (500 eksemplar), leaflet (10.000
eksemplar), stiker wisata alam (4.000 lembar), buletin triwulan (2.000 eksemplar), Buku
promosi dan publikasi (2000 eksemplar). Informasi, Promosi, dan Pemasaran dengan
anggaran sebesar Rp 571.214.000 terealisasi sebesar Rp 257.832.453.000,- atau sebesar
45,14 % dengan item kegiatan promosi sebagai
berikut :
a. Bahan Promosi Wisata Alam
b. Pameran Tingkat Nasional Dalam Rangka
Promosi Wisata Alam
c. Pameran KSDAHE TingkatProvinsi
d. Pameran Tingkat Kabupaten
e. Buku Informasi/ Publikasi Kawasan
Konservasi
f. Buletin KSDA NTB
Buletin Koakiau disusun setiap 4 bulan sekali.
g. Pengelolaan Website BKSDA NTB
h. Penyusunan Leaflet Kawasan
i. Publikasi Informasi Media Cetak/Elektronik

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 46


OUTPUT Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di CAPAIAN
kawasan konservasi bertambah sebanyak 100 unit dari 100%
baseline tahun 2013

1. Bimbingan Teknis dan Supervisi IUPSWA dan IUPJWA dengan anggaran sebesar
Rp 48.055.000 dan terealisasi sebesar Rp 38.856.100,- atau sebesar 80,86 %.
Bentuk kegiatan berupa Rakor Pembinaan dan Sosialisasi Peraturan Bidang
Pariwisata Alam. Dengan mengundang para pelaku usaha IPPA, instansi terkait.
2. Pembinaan dan Koordinasi
a. Koordinasi dan Konsultasi Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan

OUTPUT Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang beroperasi CAPAIAN


di kawasan konservasi bertambaha sebanyak 25 unit 100 %

1. Inventarisasi Potensi Sumber Daya Air


a. Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan Air di Kawasan Konservasi NTB
Inventarisasi Potensi Jasa Lingkungan Air dilaksanakan untuk mengetahui
potensi air yang bisa dimanfaatkan untuk jasa lingkungan air baik massa maupun
energinya. Salah satu upaya untuk mengetahui potensi air adalah dengan menghitung
debit airnya.
Menghitung debit air (Q) merupakan salah satu upaya inventarisasi potensi air. Debit
air merupakan volume air yang mengalir setiap satuan waktu (detik). Hidrograf aliran
merupakan perubahan karakterisitik yang berlangsung dalam suatu DAS oleh adanya
kegiatan pengelolaan DAS dan adanya perubahan iklim lokal (Asdak, 1995).
Maksud kegiatan ini untuk
menghitung potensi jasa lingkungan
air.
Tujuan Inventaisasi Potensi Jasa
Lingkungan Air adalah
- Menghitung potensi debit air
- Mengidentifikasi titik-titik potensi
jasa lingkungan air
Gambar 33. Pengambilan data kedalaman dan kecepatan
Kegiatan Survey Potensi Jasa
Lingkungan Air merupakan kegiatan prakondisi pemanfatan jasa lingkungan air
untuk mendukung program pemerintah mendukungan ketahanan pangan dan
ketahanan energy. Penghitungan potensi debit air dilakukan di 6 kawasan, yakni
TWA Suranadi, TWA Kerandangan, TWA Semongkat. KSA Jereweh, TWA

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 47


Madapangga, dan kawasan Gunung Tambora. Di KSA Jereweh terdapat dua sungai
besar yaitu Brang Jereweh dan Ai Gering. Di masing-masing sungai diukur masing-
masing 3 kali pengulangan. Berikut data debit air di Sungai Jereweh.
Debit Air Sungai Jereweh di tiga titik

1.5
1.4
1.3 Q
1.2
1.1
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Gambar 34. Grafik debit air di tiga titik pengamatan Sungai Jereweh

Di Kawasan Suaka Alam Jereweh terdapat dua sungai besar yang biasa disebut
orang Brang Jereweh dan Ai Gering. Debit air sungai Brang Jereweh aktual pada saat
pengukuran 1.33756 m3/s, debit air sungai rata-rata aktual Ai Gering 1.342198
m3/s. Debit air di musim penghujan tinggi, namun sangat kecil di musim kering.
Fluktuasi perbedaan debit air di musim penghujan dan kering sangat tinggi.
Di Sungai Ai Gering terdapat pemanfaatan air non komersil untuk irigasi untuk
masyarakat sekitar kawasan. Beberapa desa tersebut adalah Desa Belo dan Desa
Beru. Sarana prasarana tersebut dibangun oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Sumbawa Barat. Kami sarankan kepada Dinas PU untuk menyampaikan proposal izin
pemanfaatan air non komersil kepada Kepala Balai KSDA NTB. Satu bulan setelah
kegiatan inventarisasi potensi jasa lingkungan air, Dinas PU KSB mengajukan izin
pemanfaatan air, dan saat ini dalam proses penerbitan Izin Pemanfaatan Air Non
Komersil sesuai dengan P.64 tahun 2014.
Pelaksanaan inventarisasi air di TWA Semongkat. Berikut contoh gambar
penampang melintang Sungai Brang Setongo TWA Semongkat.
0 -8
-15 -23
-22.5
0 5 -48
-42
-25 -30 10 15 20 -24
-42 25
-62
-100 -90
-125
-160-160
-180 -180
-200 -210
-240
-260
-280
-300
Gambar 35. Profil penampang melintang Sungai Brang Setongo

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 48


3 2.59324
2.5
2 1.4556
1.5
0.8148
1 0.5079
0.5
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4

Gambar 36. Grafik debitair di empat titik pengamatan Sungai Brang Setongo

Debit air rata-rata Sungai Brang Setongo actual sebesar 1.34292 m3/s sedangkan
debit air Brang Seloke rata-rata actual
sebesar 1.04478338 m3/s. Debit air
sungai dapat dimanfaatkan masa dan
energinya. Masa air dimanfaatkan oleh
masyarakat melalui PDAM meskipun
pengambilan sumber air di luar
kawasan namun dari hulu sungai yang
sama. Mekanisme pemanfaatan IPA dan
IUPA atau IPEA dan IUPEA di P. 64
tahun 2014 tidak mengatur
pemanfaatan diluar kawasan
Gambar 37. Pengambilan data kedalaman dan debit di
Brang Setongo
konservasi sehingga menurut kami
perlu dikelola dengan konsep Payment
for environment services (PES). Melalui konsep kemitraan/kerjasama pemanfaatan air
atau energy air yang sumber air/hulu sungainya di dalam kawasan.

Debit air di musim penghujan dan musim kering tidak terlalu fluktuatif. Terdapat
lokasi titik pengamatan yang diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai calon PLTMH
08° 34' 26,28"LS dan 117° 18' 48,27"BT.

Demikian contoh pelaksanaan kegiatan di beberapa lokasi, selain lokasi yang telah
dijelaskan diatas terdapat 2 lokasi di SKW I Lombok, TWA Suranadi dan TWA
Kerandangan, kemudian 1 lokasi di SKW 3 yaitu TWA Madapangga dan di TN Tambora.
Jumlah anggaran Rp 58.020.000,- dan terealisasi Rp 23.816.000,- atau sebesar 41,05 %
karena sedianya dilakukan sebanyak 2 x, di musim penghujan dan musim kemarau

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 49


namun baru dilakukan sebanyak 1 x di musim kemarau, di musim penghujan belum
dilakukan namun self blocked sehingga tidak dapat terealisasi.
OUTPUT Jumlah Kader Konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam CAPAIAN
(KPA), Kelompok Swadaya Masyarakat/Kelompok 300 %
Profesi (KSM/KP) yang berstatus aktif sebanyak 6000
orang

1. Kemah Bakti Kader Konservasi


a. Kemah Bakti Kader Konservasi
b. Hari Konservasi Alam Nasional
Sebagai bentuk realisasi dari program
bina cinta alam, maka dalam tahun anggaran
2016 Balai KSDA Nusa Tenggara Barat telah
melaksanakan kegiatan Kemah Bakti
Konservasi Alam yang sekaligus
pelaksanaannya dirangkaikan dengan
peringatan Hari Konservasi Alam Nasional
2016 lingkup Balai KSDA Nusa Tenggara
Barat. Tujuan diselenggarakannya kegiatan
ini antara lain :
Gambar 38. Kemah bakti kader konservasi di TWA
 Untuk membangun, memupuk dan Gunung Tunak
memperkuat hubungan (network)
diantara sesama kader konservasi, antara institusi Pemerintah pemangku
kepentingan bidang KSDAE dengan para kader konservasi serta pemerhati
lingkungan (stakeholder).
 Memberikan gambaran kepada peserta akan pentingnya melestarikan sumber
daya alam, dengan melestarikan penyu.
 Memberikan motivasi dan menanamkan rasa cinta terhadap lingkungan.
 Mengajak peserta yang merupakan kader konservasi alam untuk menyebarkan
pesan – pesan lingkungan dan pelestarian sumber daya alam kepada
masyarakat luas.
Besarnya anggaran sebesar Rp 50.680.000,- terealisasi sebesar Rp 50.630.000,- atau
sebesar 99,90 %.
c. Pembinaan Kader/FK3ITingkat SKW
Kader konservasi merupakan bagian dari masyarakat sekitar kawasan konservasi
yang mempunyai peranan penting untuk mengajak masyarakat lainnya sadar
konservasi. Sampai dengan Tahun 2015 tercatat sekitar 90 kader konservasi yang
telah dibentuk dan dibina oleh Balai KSDA Nusa Tenggara Barat. Walaupun jumlahnya
sudah cukup banyak, namun peran dari kader konservasi dalam meningkatkan

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 50


kesadaran masyarakat untuk lebih peduli dan terlibat dalam upaya pelestarian alam
belum begitu terlihat nyata.
Maksud dan Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyatukan persepsi serta
program-program kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Balai KSDA NTB dengan
program-program kegiatan kader konservasi.
Peserta dalam Pertemuan Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I )
Tingkat Provinsi diikuti peserta sebanyak 20 ( dua puluh ) orang, yang terdiri dari
4 ( empat ) orang dari TWA Bangko-Bangko, 5 ( lima ) orang dari TWA Suranadi,
5 (lima ) orang dari TWA Gunung Tunak , 2 (dua) orang dari TWA Kerandangan
dan 4(empat) orang dari TWA Tanjung Tampa.
 Pertemuan ini dilaksanakan selama 2 (dua) hari yaitu dari tanggal 26 Desember sampai
dengan 27 Desember 2015. Kegiatan pertemuan ini diharapkan membawa perubahan
terhadap tingkah laku, sikap, dan cara berfikir ke arah yang lebih positif mengenai
kegiatan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya sehingga mau berperan
aktif di dalamnya.

 Pada pertemuan ini, acara kegiatannya :


1. Diskusi
Diskusi diadakan dengan tujuan :
- Sebagai sarana bagi Balai KSDA
NTB selaku pengelola kawasan
dengan para kader konservasi
untuk bertukar pikiran,
pandangan, pengetahuan, dan
prakarsa.
- Meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan para kader dalam
mengemukan pendapat secara
obyektif dan sistematis dalam Gambar 39. Pertemuan FK3I
suatu kelompok.
- Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan para kader dalam menyerap dan
memahami pikiran atau pendapat orang lain.

Dalam diskusi, masing-masing perwakilan kader menyampaikan pengalaman,


pendapat ataupun masukan dan saran :
a. TWA Gunung Tunak
- Mendukung adanya kegiatan penanaman
- Para kader siap melakukan aktifitas yang sifatnya konservasi
- Para kader konservasi berharap untuk tahun-tahun berikutnya, di TWA Gunung
Tunak ada kegiatan wisata seperti playing fox

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 51


- Ada tradisi naik gunung tunak setelah menangkap nyale
- Agar keamanan TWA Gunung Tunak dilakukan secara bersama-sama antara
kader konservasi dengan masyarakat sekitar kawasan dan pengelola TWA
Gunung Tunak, dalam hal ini Balai KSDA NTB tentunya.
b. TWA Tanjung Tampa
- Mengajak masyarakat untuk ikut menjaga keamanan dan kelestarian hutan
- Berharap tahun – tahun depan mendapatkan bantuan berupa sarana prasarana
wisata
c. TWA Suranadi
- Mengharapkan para kader konservasi menunjukkan dulu keseriusannya dalam
melaksanakan kegiatan konservasi
- Pandai membaca peluang akan usaha yang bisa dikembangkan di tempat para
kader beraktifitas
Besarnya anggaran sebesar Rp 155.834.000,- terealisasi Rp 45.427.000,- atau sebesar
29,15 %. Dikarenakan self blocking sehingga pembinaan di beberapa lokasi tidak dapat
dilaksanakan.
2. Penilaian KK/KPA/KSM/KP Dalam Rangka Wana Lestari dengan aggaran sebesar
Rp 104.740.000,- terealisasi sebesar Rp 29.148.300,- atau sebesar 27,83%.
a. Penilaian Kader Konservasi dan Kelompok Pecinta Alam
b. Konsultasi/Koordinasi, menghadiri undangan, workshop, seminar, sosialisasi

OUTPUT Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDA dan Ekosistem CAPAIAN


minimal 78 108%

1. Program dan Anggaran dengan anggaran sebesar Rp 260.359.000,- terealisasi


sebesar Rp 198.044.579,- atau sebesar 76,07 %.
a. Penyusunan Rencana Kerja Balai KSDA NTB Tahun 2017
b. Koordinasi, Konsultasi Perencanaan dan Evaluasi Laporan
c. Penyusunan RKT/TOR Kegiatan th 2016
Pada awal tahun anggaran 2016, seluruh penanggung jawab kegiatan dan
pegawai berkumpul dan berdiskusi membahas Rencana Pelaksanaan Kegiatan.
Pembahasan dimulai dari kegiatan teknis Monitoring Kakatua, kemudian
Inventarisasi Air, Pemberdayaan, dan Model Pengembangan Rusa Timor, dsb.

2. Evaluasi dan Laporan dengan anggaran sebesar Rp 267.756.000,- terealisasi


sebesar Rp 226.019.195,- atau sebesar 84,41%.
a. Penyusuanan Desain SPIP
b. Monev Kegiatan Pembangunan Kehutanan Bidang KSDAE
c. Konsultasi 3 Ka. SKW ke Balai

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 52


d. Persiapan Kegiatan dan Evaluasi Pencapaian Kegiatan BKSDA NTB Tahun
2016
Persiapan kegiatan dilakukan di awal tahun, dengan membahas rencana
pelaksanaan kegiatan atau TOR masing-masing kegiatan. Evaluasi kegiatan di
setiap semester dan akhir tahun.
e. Penyusunan Laporan Statistik, Laporan Tahunan, LAKIP
Laporan tahunan merupakan laporan yang berisi kegiatan selama satu tahun,
Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan merupakan pencapaian kinerja
instansi selama satu tahun, kemudian Laporan Tahunan berisi kegiatan yang
dilakukan instansi pemerintah dalam satu tahun.
3. Administrasi Kepegawaian dengan anggaran sebesar Rp 621.673.000,- terealisasi
Rp 596.088.887,- atau sebesar 95,88 %.
a. Honor Tenaga Kontrak Lapangan
b. Penilaian Dupak dan PAK Pejabat Fungsional di Tingkat UPT
c. Pelaksanaan Urusan Pusat di UPT (Korwil)
d. Penguatan Kelembagaan BKSDA NTB
e. Pengurusan Administrasi Senjata Api
4. Administrasi Keuangan dengan anggaran sebesar Rp 115.921.000,- terealisasi
sebesar Rp 104.350.067,- atau sebesar 95,88 %.
a. Pengelolaan SAI (SAKPA dan SIMAKBMN) dan PPBJ
b. Pembinaan Administrasi Keuangan
c. Pembinaan Naskah dan Tata Usaha
5. Peningkatan Kapasitas SDM dengan anggaran sebesar Rp 154.200.000,-
terealisasi sebesar Rp 120.152.150,- atau sebesar 77,92 %.
a. Workshop Fungsional PEH
Pengendali Ekosistem Hutan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melakukan pengendalian ekosistem hutan. Pengendali Ekosistem Hutan
mempunyai tugas pokok dan fungsi yang cukup luas cakupannya, dari bidang
konservasi sumber daya alam dan ekosistem, pengelolaan daerah aliran sungai,
pengukuran dan perpetaan, rehabilitasi hutan dan lahan, kebakaran hutan sampai
dengan pengembangan ulat sutra.
Tuntutan profesionalisme yang tinggi menyebabkan pejabat fungsional PEH
harus mempunyai kompetensi teknis bidang-bidang tersebut.
Maksud diselenggarakannya Workshop PEH adalah menyediakan forum
pertemuan antar pejabat PEH lingkup Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa
Tenggara Barat serta forum pertemuan antara pejabat PEH dengan perwakilan tim
penilai DUPAK Direktorat KSDAE di Jakarta.
Tujuan diselenggarakannya Workshop PEH ini adalah :
1. Untuk meningkatkan wawasan dan semangat kerja pejabat fungsional PEH.

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 53


2. Untuk meningkatkan dan menyegarkan kembali kompetensi PEH dalam
pengelolaan keanekaragamanhayati
3. Sebagai wahana penyamaan persepsi butir-butir kegiatan dalam petunjuk teknis
PEH antara pejabat PEH lingkup BKSDA NTB dan perwakilan tim penilai dari
pusat.
Peserta Workshop PEH Tahun 2016 sebanyak 30 orang yang terdiri dari:
 Kantor BKSDA NTB (6 orang),
 Seksi Konservasi Wilayah I Lombok (6 orang)
 Seksi Konservasi Wilayah II Sumbawa (5 orang)
 Seksi Konservasi Wilayah III Bima (1 orang)
 Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (2 orang)
 Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dodokan Moyosari (1 orang)
 Balai Taman Nasional Gunung Tambora (2 orang)
 Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat (1 orang)
 BKSDA Bali (1 orang)
 BTN Bali Barat (1 orang)
 BBKSDA NTT (1 orang)
 BTN Kelimutu (1 orang)
 BTN Manupeu Tanadaru dan Laiwangi Wanggameti (1 orang)
 BBTN Komodo (1 orang)
Materi yang disampaikan :
No Materi / Mata Pelajaran Pengajar/Narasumber
1. Peningkatan Profesionalisme PEH Sekretaris Direktorat
dalam Pembangunan Konservasi Jenderal KSDAE
2. Kebijakan Pengelolaan Direktur Konservasi
Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman Hayati
3. Motivasi diri Pejabat Fungsional Dr. Muazar Habibi
Pengendali Ekosistem Hutan
4. Membangun Teamwork Nina Hernidiah
5. Lesson Learn Peran PEH dalam Swiss Winasis, S.Hut. (PEH
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di TN Baluran)
TN Baluran
6. Lesson Learn Peran Peran PEH Dalam Fathurrahman (PEH dari
Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di BKSDA Bali)
BKSDA Bali

b. Peningkatan Kapasitas SDM Multimedia


Maksud dilaksanakannya kegiatan peningkatan kapasitas SDM multimedia adalah
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan SDM (peserta) dalam bidang
multimedia. Tujuan kegiatan ini adalah :

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 54


a. Mempelajari program aplikasi multimedia untuk pembuatan media informasi
interaktif dengan menggabungkan unsur teks, gambar, suara dan video.
b. Peserta menguasai program multimedia interaktif dengan baik dan dapat
mengimplementasikan dalam pembuatan media informasi.
Peserta yang akan diundang antara lain adalah pegawai Balai KSDA NTB dan Seksi
Konservasi Wilayah I, II dan III yang memiliki potensi atau minat dalam bidang
multimedia.
Peserta yang diundang sebanyak 20 (dua puluh) orang, terdiri dari 5 (lima) orang
pegawai Balai KSDA NTB, 5 (lima) orang pegawai SKW I Lombok, 5 (lima) orang
pegawai SKW II Sumbawa dan 5 (lima) orang pegawai SKW III Bima.
Materi yang akan disampaikan dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas SDM
Multimedia yaitu :
1. Teori dasar mengenai multimedia selama 1 jam;
2. Pengenalan dan penggunaan alat pendukung selama 1 jam;
3. Pengolahan data dan informasi (design lay out) selama 2 jam;
4. Praktek selama 4 jam.
Narasumber kegiatan Peningkatan Kapasitas SDM Multimedia berasal dari stasiun
TVRI Mataram yaitu Sdr. Muhammad Hariadi Mahsyar dan Rahmat Adi Priyatna.
OUTPUT Jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan CAPAIAN
konservasi yang tersusun dan pengesahan sebanyak 150 100 %
dokumen zonasi/blok

1. Penyusunan Rancangan Dokumen Perencanaan Penataan Kawasan dengan


anggaran sebesar Rp 73.500.000,- terealisasi sebesar Rp 67.622.109,- atau
sebesar 92 %
a. Penataan Blok TWAL Pulau Moyo dan TB Moyo
b. Kajian Fungsi TB/TWAL Moyo dan TWA Pulau Satonda sebagai TN
2. Kajian Fungsi TB/TWAL Pulau Moyo dan TWA Satonda sebagai Calon TN
a. Kajian Fungsi TB/TWAL Pulau Moyo dan TWA Satonda sebagai Calon TN
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan kajian evaluasi kesesuaian fungsi taman
wisata alam Pulau Moyo, taman buru Pulau Moyo dan taman wisata alam Pulau
Satonda sebagai calon Taman Nasional ini adalah memperoleh gambaran yang
jelas terkait peluang pengembangan kawasan taman wisata alam Pulau Moyo,
taman buru Pulau Moyo dan taman wisata alam Pulau Satonda menjadi taman
nasional sesuai potensi yang dimiliki. Terkait hal tersebut maka kegiatan kajian
evaluasi kesesuaian fungsi harus dilaksanakan secara menyeluruh baik potensi
yang berinteraksi langsung dengan kawasan konservasi maupun potensi pendukung
tetapi menjadi satu kesatuan pengembangan.

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 55


Berdasarkan hasil kajian evaluasi kesesuaian fungsi taman wisata alam, taman
buru Pulau Moyo dan taman wisata alam Satonda menjadi calon taman nasional , Tim
Teknis menyimpulkan sebagai berikut:
 Berdasarkan hasil kajian
bioekologi ditemukan spesies
tumbuhan endemik Nusa Tenggara
dan beberapa spesies dominan
dengan keragaman spesies yang tinggi
tersebar dikawasan hutan Pulau Moyo
dan Satonda, selain itu kawasan
kajian juga merupakan habitat
Gambar 40. Konsultasi Publik Draft Kajian Status Moyo Satonda
beberapa spesies satwa endemik
Nusa Tenggara dan menarik.
 Kawasan mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelangsungan
proses ekologis secara alami dan dapat dikelola dalam sistem zonasi serta
terdapat bentang alam yang unik berupa kaldera tua gunung api yang saat ini
menjadi danau air asin di Pulau Satonda.
 Masyarakat sekitar kawasan hutan mendukung perubahan fungsi menjadi
taman nasional dan berharap dapat dilibatkan secara aktif dalam
pengelolaan taman nasional tanpa mengabaikan kearifan lokal yang sekaligus
diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar kawasan.
Memperhatikan aspek yuridis, biofisik, sosial, budaya dan ekonomi, Tim Teknis
taman wisata alam, taman buru Pulau Moyo dan taman wisata alam Satonda
menjadi calon taman nasional merekomendasikan kawasan seluas 31.200,15 (Tiga
Puluh Satu Ribu Dua Ratus dan Lima Belas Perseratus) Hektar layak diusulkan
perubahan fungsinya menjadi kawasan Taman Nasional. Dengan anggaran sebesar Rp
73.500.000,- terealisasi Rp 67.622.109,- atau sebesar 92,00 %.
2. Konsultasi Publik Rancangan Tata Blok TWAL/TB Moyo dan Kajian TWAL/TB
Moyo, TWA Satonda sebagai Calon TN dengan anggaran sebesar Rp 92.920.000,-
dengan realisasi Rp 67.622.109,- atau sebesar 79,13 %.
a. Konsultasi Publik Rancangan Tata Blok TWAL/TB Moyo dan Kajian TWAL/TB
Moyo, TWA Satondasebagai Calon TN

OUTPUT Jumlah KEE yang memiliki lembaga yang difasilitasi CAPAIAN


pembentukannya sebanyak 48 KEE (6 kawasan karst, 6 100 %
kawasan mangrove, 6 koridor kawasan,30 teman kehati)

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 56


1. Koordinasi Pembentukan/Pembinaan Forum Komunikasi Kawasan Penyu (KEE)
dengan anggaran sebesar Rp 59.700.00,- dengan realisasi Rp 37.075.194,- atau
sebesar 62,10 %
a. Pembinaan/pembentukan Forum Komunikasi
Perlindungan kawasan ekosistem esensial (KEE) ditujukan bagi perlindungan
system penyangga kehidupan untuk memelihara proses ekologis penting yang
menunjang kelangsungan kehidupan, mengawetkan keanekaragaman gentik,serta
pemanfaatan secara berkelanjutan sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya.
Penetapan KEE yang berada di dalam kawasan HP dan kawasan HL dilakukan tanpa
mengubah fungsi kawasan dan pengelolaannya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Penetapan ekosistem esensial dilaksanakan untuk
mengisi kesenjangan keterwakilan ekologis di dalam kawasan konservasi. Sehingga
pengelolaan menjamin terpeliharanya kelangsungan daya dukung dan daya tamping
serta pemanfaatan kawasan ekosistem esensial secara berkelanjutan. Di Lombok
Barat terdapat beberapa kelompok pelestari penyu diantaranya Kerabat Penyu
Lombok di Desa Kuranji, Holiday resort Lombok, Sheraton, dll. Dalam pertemuan
pembentukan forum komunikasi penyu BKSDA bersama BLH Lombok Barat
melakukan pertemuan mengundang para pelestari penyu dan desa-desa yang
memiliki potensi peneluran penyu. Dalam pertemuan tersebut bersama para peserta
menyusun rencana aksi. Rencana aksi disusun untuk menyediakan dokumen arahan,
program pengelolaaan KEE yang berisikan rangkuman kegiatan pengelolaan KEE yang
dilasanakan masing-masing anggota forum.
Metode penyusunan secara adaptif dan partisipatif dengan melakukan mapping
stakeholder. Stakeholder dalam pengelolaan KEE Koridor Penyu yaitu Bupati Lombok
Barat, BLH Lombok Barat, BKSDA NTB, DKP Lombok Barat, dan BAPPEDA Lombok
Barat. Dinas Pendidikan Lobar, Dinas Pariwisata Lobar, dan Desa-desa yang memiliki
potensi peneluran penyu.

OUTPUT Layanan Perkantoran CAPAIAN


100 %

1. Gaji dan Tunjangan Rp 10.052.310.000,- terealisasi Rp 9.976.803.006,- atau


sebesar 97,75 %
a. Pembayaran Gaji dan Tunjangan
2. Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran anggaran sebesar
Rp 1.474.690.000,- dengan realisasi Rp 1.290.711.301,- atau sebesar 87, 52%.
a. Kebutuhan Sehari-hari Perkantoran
b. Langganan Daya dan Jasa
c. Pemeliharaan Kantor

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 57


d. Pembayaran Terkait dengan Pelaksanaan Operasional Kantor

OUTPUT Peralatan dan Fasilitas Perkantoran CAPAIAN


100 %

1. Peralatan dan Mesin anggaran sebesar Rp 176.260.000, terealisasi sebesar Rp


175.175.000,- atau sebesar 99,38 %
a. Peralatan untuk BKSDA NTB
b. Peralatan Wisata Alam

OUTPUT Gedung/Bangunan CAPAIAN


100 %

1. Sarana Prasarana Wisata Alam anggaran sebesar Rp 18.775.629.000,- dengan


realisasi Rp 16.312.542.035 atau sebesar 86,88 %.
a. Pengembangan Wisata TN Gunung Tambora
Sarana yang dibangun dalam rangka pengembangan wisata TN Tambora
berupa pembangunan shelter di jalur Piong kemudian pos di Doro Ncanga.
b. Jaringan
c. Pengembangan penunjang Wisata Alam TWA Gunung Tunak
Wisata alam di TWA Gunung Tunak sedang dalam proses pengembangan, oleh
karenanya pembangunan penunjang wisata alam di TWA Gunung Tunak juga
perlu dilakukan untuk mendukung pembangunan sarana wisata yang
dibangun oleh Korea. Beberapa sarana prasarana yang dibangun berupa
sumur artesis, pembukaan jalan akses masuk menuju gate yang baru
sepanjang 370 m. Saat ini Korea Forest Service melalui PT. KIFC sedang
membangun Pusat Informasi, Gedung Serbaguna dan Guest House serta Pusat
Ekologi Kupu-kupu.

Pengembangan Penunjang Wisata Alam TWA Madapangga dan Sarana


Prasarana Balai.

C. Capaian Pelaksanaan Anggaran


i. Pagu Anggaran Tahun 2016
Untuk mendukung kegiatan Balai Konservasi Sumber Daya Alam NTB tahun 2016,
telah dialokasikan anggaran dari APBN BA 029 sebesar Rp 18.775.629.000,- untuk
Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE). Pagu anggaran relative
naik dari anggaran tahun-tahun sebelumnya.
ii. Realisasi Anggaran

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 58


Realisasi anggaran yang digunakan untuk mencapai target kinerja tahun 2016 adalah sebesar
Rp 16.312.542.035,- dengan persentase realisasi anggaran sebesar 86,88 %.

Tabel 6. Realisasi anggaran disampaikan dalam tabel berikut.


KEGIATAN/SUB KEGIATAN/JENIS Pagu (Rp) REALISASI
BELANJA/RINCIAN BELANJA

(Rp.) (%) KEUANGAN (%)


Jumlah kawasan konservasi yang
ditingkatkan efektivitas pengelolaannya 113.650.000 100 67.302.600 59,22
hingga memperoleh nilai indeks METT
minimal 70% pada minimal 260 unit KSA,
KPA dan TB di seluruh Indonesia
[Base Line]
Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non
taman nasional yang beroperasi sebanyak 953.409.000 100,00 867.818.046 91,02
100 Unit KPHK
[Base Line]
Jumlah dokumen perencanaan pengelolaan
kawasan konservasi yang tersusun dan 75.210.000 100 70.948.260 94,33
mendapat pengesahan sebanyak 150
Dokumen Rencana Pengelolaan
[Base Line]
Luas kawasan konservasi terdegradasi yang
dipulihkan kondisi ekosistemnya seluas 127.800.000 100,00 67.746.000 53,01
100.000 Ha
[Base Line]
Jumlah desa di daerah penyangga kawasan
konservasi yang dibina sebanyak 77 Desa 378.260.000 100 335.436.290 88,68
selama 5 tahun
[Base Line]
Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Ekonomi Produktif 265.680.000 100 241.731.000 90,99
Monitoring dan Evaluasi
28.580.000 100 22.291.000 78,00
Koordinasi dan Konsultasi Pengelolaan
Kawasan Konservasi 84.000.000 100 71.414.290 85,02
Jumlah pelaksanaan kegiatan perlindungan
dan pengamanan kawasan konservasi di 34 762.747.000 100,00 222.074.740 29,12
Provinsi
[Base Line]
Patroli Pengamanan Hutan
300.000.000 100,00 75.402.500 25,13
Patroli Pencegahan dan Pengendalian
Kebakaran Hutan 300.000.000 100,00 4.000.000,00 1,33
Pengelolaan Sarana Prasarana Pengamanan

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 59


162.747.000 100,00 142.672.240,00 87,67
Persentase peningkatan populasi 25 jenis
satwa terancam punah prioritas sesuai The 604.525.000 100,00 225.589.198 37,32
IUCN Red List of Threatened Species sebesar
10% dari baseline data tahun 2013
[Base Line]
Monitoring Populasi Tumbuhan Alam dan
Satwa Liar 96.600.000 100,00 46.694.000 48,34
Pembinaan Habitat/Populasi Satwa Liar -
10.710.000 100 -
Operasional dan Pemeliharaan Satwa Liar
275.715.000 100,00 43.991.000 15,96
Koordinasi dan Konsultasi
221.500.000 100,00 134.904.198 60,90
Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa
liar dan tumbuhan alam sebesar Rp 50 M 36.106.000 100,00 12.005.000 33,25
[Base Line]
Monitoring dan Evaluasi
36.106.000 100,00 12.005.000 33,25
Jumlah ketersediaan data dan informasi
sebaran keanekaragaman spesies dan genetik 140.090.000 100,00 110.895.000 79,16
yang valid dan reliable pada 7 wilayah
biogeografi
[Base Line]
Inventarisasi dan Pemetaan Sebaran
Tumbuhan Alam dan Satwa Liar 77.260.000 100,00 72.884.000 94,34
Monitoring Populasi Tumbuhan Alam dan
Satwa Liar 18.030.000 100,00 18.021.000 99,95
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar
44.800.000 100,00 19.990.000 44,62
Jumlah kunjungan wisata ke kawasan
konservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang 66.000.000 100,00 45.011.400 68,20
wisatawan mancanegara[Base Line]
Jumlah kunjungan wisata ke kawasan
konservasi minimal sebanyak 20 juta orang 571.214.000 100,00 257.832.453 45,14
wisatawan nusantara
[Base Line]
Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata 38856100
alam di kawasan konservasi bertambah 48.055.000 100,00 80,86
sebanyak 100 Unit dari baseline tahun 2013
[Base Line]
Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang
beroperasi di kawasan konservasi bertambah 58.020.000 100,00 23.816.000 41,05
sebanyak 25 Unit
[Base Line]

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 60


Jumlah Kader Konservasi (KK), Kelompok
Pecinta Alam (KPA), Kelompok Swadaya 311.254.000 100,00 125.205.300 40,23
Masyarakat/ Kelompok Profesi (KSM/KP)
yang berstatus aktif sebanyak 6.000 Orang
[Base Line]
Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDA dan
Ekosistem minimal 78,00 1.419.909.000 100,00 1.244.654.878 87,66
[Base Line]
Jumlah dokumen perencanaan penataan
kawasan konservasi yang tersusun dan 166.420.000 100 141.151.320 84,82
mendapat pengesahan sebanyak 150
Dokumen Zonasi dan/atau Blok
[Base Line]
Jumlah KEE yang memiliki lembaga yang di
fasilitasi pembentukannya sebanyak 48 KEE 59.700.000 100 37.075.194 62,10
(6 Kawasan Karst, 6 kawasan Mangrove, 6
koridor kawasan konservasi, 30 Taman
Kehati)
[Base Line]
Layanan Perkantoran
[Base Line] 11.527.000.000 100,00 11.267.515.006 97,75
Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
[Base Line] 176.260.000 100,00 175.175.000,00 99,38
Gedung/Bangunan
[Base Line] 1.180.000.000 100,00 976.434.250,00 82,75
Total
18.775.629.000 100,00 16.312.542.035 86,88

Secara umum, capaian realisasi anggaran Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa
Tenggara Barat tahun 2016 cukup tinggi, yaitu sebesar 86,88 % untuk program KSDAE.
Beberapa hal yang menjadi kendala dalam penyerapan anggaran tahun 2016 khususnya
program KSDAE sebagai berikut: a. Adanya self blocking anggaran; b. Tidak terealisasinya
rencana kenaikan tunjangan kinerja (Tukin) bagi PNS Kementerian LHK menyebabkan
belanja pegawai yang sudah dialokasikan untuk kenaikan tersebut tidak dapat terserap.
Upaya tindak lanjut yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut antara lain: a.
Pelaksanaan kegiatan dapat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan sehingga ketika
ada penghematan, tidak terlalu banyak item terblocking. c. melakukan pembinaan
pegawai agar dapar lebih tertib dan kenaikan pangkat dan jabatan sehingga kenaikan
tukin yang diusulkan dapat terserap optimal.

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 61


IV. PENUTUP

Capaian kinerja Balai Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Barat (Balai BKSDA
NTB) secara umum telah menunjukkan kinerja yang baik khususnya Capaian kinerja Program
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati (KSDAE) dibuktikan dengan realisasi anggaran yang lebih
dari 80% dan menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan capaian tahun 2015. Pada
tahun 2016, Balai BKSDA NTB mendapat amanat untuk mendukung 3 (tiga) program yaitu Program
KSDAE, PHLHK, dan PPI. Capaian kinerja program KSDAE sebesar 86,88 %, yang masuk dalam
kategori Baik atau Berhasil.

Dari hasil analisis pencapaian kinerja yang telah dilakukan, beberapa kesimpulan yang
dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Dari 17 (tujuh belas) IKK yang ditetapkan untuk mencapai sasaran strategis kegiatan pada
Program KSDAE, hampir semua dinyatakan “sangat berhasil”.
2. Realisasi anggaran yang digunakan dalam mencapai target kinerja pada Program KSDAE adalah
sebesar Rp 16.312.542.035,- atau mencapai 86,88 % dari jumlah anggaran yang direncanakan.

Laporan Tahunan ini diharapkan dapat berperan sebagai bentuk informasi hasil
pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada Balai KSDA NTB atas penggunaan
anggaran. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melaksanakan program secara optimal melalui
pendekatan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya dan perencanaan yang baik.

Demikian Laporan Tahunan Balai KSDA NTB tahun 2016 ini disusun sebagai pertanggung jawaban
kegiatan selama tahun berjalan. Semoga Bermanfaat.

Laporan Tahunan 2016 [ BKSDA NTB] 63


LAMPIRAN

Lampiran 65
Lampiran 1. Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Taman Buru serta Taman Nasional yang dikelola BKSDA
NTB

KAWASAN KONSERVASI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT


BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM NUSA TENGGARA BARAT
Kelompok RT Luas
N Nama Kawasan Hutan K (Ha) Status Fungsi Kawasan Keterangan
o. TWA
Konservasi TWA L CA SM TB KSA SK Penunjukan SK Penetapan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
PULAU
I LOMBOK
A. LOMBOK
BARAT
TWA 396.1 Menhut No. 494/Kpts-II/92, tgl 1 SK.3065/Menhut-VII/KUH/2014,
1. Kerandangan G. Rinjani 1 396.10 0 Juni 1992 tgl 23 April 2014
Mentan No. 646/Kpts/Um/10/76,
2. TWA Suranadi Suranadi 2 52.00 52.00 tgl 15 Okt 1976
jo No. 274/Kpts/Um/5/77, tgl 30
Mei 1977
TWA Bangko- 2,610. 2,610 Menhut No. 664/Kpts-II/92, tgl 1 SK.2841/Menhut-VII/KUH/2014,
3. Bangko Pelangan 7 17 .17 Juli 1992 tgl 16 April 2014
Menhut No. 401/Kpts-II/90, tgl 6 SK.2841/Menhut-VII/KUH/2014,
4. TWA Pelangan Pelangan 7 344 344 Agustus 1990 tgl 16 April 2014
3402.2 3402.
Jumlah I 7 27
B. LOMBOK
TENGAH
TWA Gunung 312.0 Menhut No. 425/Kpts-II/96, tgl 9 Menhut No.439/Kpts-II/97, tgl 4
5 Tunak Gunung Tunak 24 312.02 2 Agts 1996 Agst 1997
TWA G. Tunak 905.8 Menhut No. 52/Kpts-II/1998, tgl SK.2844/Menhut-VII/KUH/2014,
Perluasan Gunung Tunak 24 905.89 9 28 Jan 1998 tgl 16 April 2014
TWA Tanjung Gunung Menhut No. 598/Menhut-II/2009, SK.3099/Menhut-VII/KUH/2014,
6 Tampa Meresek 18 62.70 62.70 tgl 2 Okt 2009 tgl 25 April 2014
Pantai Terawas 19 35.90 35.90
Gn Glepak 149.2
Balinkeculit 20 149.20 0

Lampiran 66
Gunung
Mergejek 21 87.00 87.00
Gn Prabu 464.0
Dundang 23 464.00 0
Gunung 132.6
Pengolon 22 132.60 0
2149.3 2149.
Jumlah II 1 31
PULAU
SUMBAWA
A. SUMBAWA
Mentan
No.502/Kpts/Um/10/1972,tgl 23- Mentan No. 348/Kpts/Um/8/75,tgl
7. CA Pedauh Pedauh 71 524.00 524.00 10-1972 20 Agst 1975
SK.2557/Menhut-VII/KUH/2014,
tgl 7 April 2014
100.5 Menhutbun No.418/Kpts- SK.2560/Menhut-VII/KUH/2014,
8. TWA Semongkat Batulanteh 61 100.50 0 II/1999,tgl 15Juni1999 tgl 7 April 2014
Pck.Ngengas 3718. Menhutbun No.418/Kpts- SK.3071/Menhut-VII/KUH/2014,
9. KSA Jereweh SL Legini 72 3718.8 8 II/1999,tgl 15Juni1999 tgl 23 April 2014
10 22,537 22,537 Menhut No. 308/Kpts-II/1986,tgl SK.2837/Menhut-VII/KUH/2014,
. TB Pulau Moyo Pulau Moyo 58 .9 .9 24 Sept 1986 tgl 16 April 2014
11 TWAL Pulau 6000.0 6000. Menhut No. 308/Kpts-II/1986,tgl SK.2837/Menhut-VII/KUH/2014,
. Moyo Pulau Moyo 58 0 00 24 Sept 1986 tgl 16 April 2014
12 KSA Pulau 1641.2 1641. Menhutbun No.418/Kpts-
. Panjang Pulau Panjang 73 5 25 II/1999,tgl 15Juni1999
13 TWA D. Rawa 819.2 Menhutbun No.418/Kpts- SK.2845/Menhut-VII/KUH/2014,
. Taliwang Danau Taliwang 76 819.20 0 II/1999,tgl 15Juni1999 tgl 16 April 2014
35341. 919.7 6000. 22537. 5360.
Jumlah III 65 0 00 524.00 0.00 9 05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
B. DOMPU dan
BIMA
14 26,130 26,130 Menhutbun No.418/Kpts- SK.2842/Menhut-VII/KUH/2014,
. TB Gn. Tambora Tambora 53 .25 .25 II/1999,tgl 15Juni1999 tgl 16 April 2014
15 21,674 21,674 Menhutbun No.418/Kpts- SK.2842/Menhut-VII/KUH/2014,
. SM Gn. Tambora Tambora 53 .68 .68 II/1999,tgl 15Juni1999 tgl 16 April 2014
16 23,840 23,840 Menhutbun No.418/Kpts- SK.2842/Menhut-VII/KUH/2014,
. CA Gn. Tambora Tambora 53 .81 .81 II/1999,tgl 15Juni1999 tgl 16 April 2014

Lampiran 67
Perubahan fungsi
CA,SM
TB G Tambora
menjadi
TN Gunung MenLHK No.SK.111/Menlhk-
Tambora Tambora 53 II/2015,7 April 2015
17 TWA Pulau 2,600. 2,600 SK. Menhut No. 22/Kpts- SK.2558/Menhut-VII/KUH/2014,
. Satonda Pulau Satonda 83 00 .00 II/1998,tgl 22 Juni 1998 tgl 7 April 2014
18 TWA 232.0 Menhutbun No.418/Kpts- SK.3069/Menhut-VII/KUH/2014,
. Madapangga Toffo Rompu 65 232.00 0 II/1999,tgl 15Juni1999 tgl 23April 2014
19 CA Toffo Kota Kota Menhutbun No.418/Kpts- SK.3002/Menhut-VII/KUH/2014,
. Lambu Donggomas 67 3,340 3,340 II/1999,tgl 15Juni1999 tgl 17 April 2014
20 CA Pulau 7,492. 7,492. Menhutbun No.418/Kpts- SK.2559/Menhut-VII/KUH/2014,
. Sangiang Pulau Sangiang 89 75 75 II/1999,tgl 15Juni1999 tgl 7 April 2014
85,310 2832. 34673. 21674. 26,130
Jumlah IV .49 00 0.00 56 68 .25
12620 9303. 6000. 35197. 21674. 48668. 5360.
Jumlah NTB ( I + II + III + IV ) 3.72 28 00 56 68 15 05

Lampiran 68
Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam NTB

KEPALA BALAI KSDA NTB


Dr.Ir.Widada, MM.
NIP. 19630313 199003 1 002

KEPALA SUB BAGIAN


TATA USAHA
Lugi Hartanto, SP. M.Sc.
NIP. 19740510 199903 1 001

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI


KONSERVASI KONSERVASI KONSERVASI
WILAYAH I DI LOMBOK WILAYAH II DI SUMBAWA WILAYAH III DI BIMA
Lalu Muhammad Fadli, SH Arap, SP Bambang Dwidarto, SH.
NIP. 19740714 199903 1 003 NIP. 19741231 200003 1 003 NIP. 197403202000031001

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam NTB

Lampiran 69
Lampiran 3. Realisasi Keuangan DIPA BKSDA NTB Tahun 2016

Program KSDAE

FORM PENYERAPAN PER OUTPUT TAHUN 2016

REALISASI
RENCANA REALISASI KEUANGAN s/d REALISASI KEUANGAN
KEGIATAN/SUB KEGIATAN/JENIS BELANJA/RINCIAN FISIK s/d
KODE BULAN INI s/d BULAN INI
BELANJA BULAN INI
(Rp.) (%) KEUANGAN (%) (%)
Program Pengelolaan Konservasi Sumber Daya Alam dan
029.05.08
Ekosistem

5425 18.775.629.000
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati 100,00 16.312.542.035 86,88
Jumlah kawasan konservasi yang ditingkatkan
efektivitas pengelolaannya hingga memperoleh nilai
5425.001 indeks METT minimal 70% pada minimal 260 unit KSA,
KPA dan TB di seluruh Indonesia
[Base Line] 113.650.000 100 67.302.600 59,22 59,32
051
Pemeliharaan Batas Kawasan 61.650.000 100 57.015.000 92,48 -
052
Koordinasi dan Konsutasi 52.000.000 100 10.287.600 19,78 -
Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman
5425.002 nasional yang beroperasi sebanyak 100 Unit KPHK
[Base Line] 953.409.000 100,00 867.818.046 91,02 86,57

009 100,0
Pengembangan Kelembagaan TN. Gunung Tambora 113.354.000 100,00 113.354.000 0 -
011
Layanan Internal Organisasi 385.500.000 100,00 349.389.594 90,63 -
051
Pengelolaan TN Gunung Tambora 410.555.000 100,00 362.078.652 88,19 -

Lampiran 70
Jumlah dokumen perencanaan pengelolaan kawasan
konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan
5425.003
sebanyak 150 Dokumen Rencana Pengelolaan
[Base Line] 75.210.000 100 70.948.260 94,33 95,20

051 Penyusunan Rancangan Dokumen Perencanaan 100,0


Pengelolaan Kawasan 12.200.000 100 12.200.000 0 -
052
Konsultasi Publik Rencana Pengelolaan Kawasan 63.010.000 100 58.748.260 93,24 -
Luas kawasan konservasi terdegradasi yang
5425.004 dipulihkan kondisi ekosistemnya seluas 100.000 Ha
[Base Line] 127.800.000 100,00 67.746.000 53,01 50,20
Pemeliharaan Restorasi Kawasan Dalam Rangka
051
Pembinaan Habitat 94.050.000 100,00 67.746.000 72,03 -
Jumlah desa di daerah penyangga kawasan konservasi
5425.005 yang dibina sebanyak 77 Desa selama 5 tahun
[Base Line] 378.260.000 100 335.436.290 88,68 88,94
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Ekonomi
051
Produktif 265.680.000 100 241.731.000 90,99 -
052
Monitoring dan Evaluasi 28.580.000 100 22.291.000 78,00 -
Koordinasi dan Konsultasi Pengelolaan Kawasan
053
Konservasi 84.000.000 100 71.414.290 85,02 -
Jumlah pelaksanaan kegiatan perlindungan dan
5425.010 pengamanan kawasan konservasi di 34 Provinsi
[Base Line] 762.747.000 100,00 222.074.740 29,12 29,96
051
Patroli Pengamanan Hutan 300.000.000 100,00 75.402.500 25,13 -
Patroli Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
052
Hutan 300.000.000 100,00 4.000.000,00 1,33 -
053
Pengelolaan Sarana Prasarana Pengamanan 162.747.000 100,00 142.672.240,00 87,67 -

Lampiran 71
Persentase peningkatan populasi 25 jenis satwa
terancam punah prioritas sesuai The IUCN Red List of
5425.014 Threatened Species sebesar 10% dari baseline data
tahun 2013
[Base Line] 604.525.000 100,00 225.589.198 37,32 37,31
051
Monitoring Populasi Tumbuhan Alam dan Satwa Liar 96.600.000 100,00 46.694.000 48,34 -
052
Pembinaan Habitat/Populasi Satwa Liar 10.710.000 100 - - -
053
Operasional dan Pemeliharaan Satwa Liar 275.715.000 100,00 43.991.000 15,96 -
054
Koordinasi dan Konsultasi 221.500.000 100,00 134.904.198 60,90 -
Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dan
5425.017 tumbuhan alam sebesar Rp 50 M
[Base Line] 36.106.000 100,00 12.005.000 33,25 33,75
051
Monitoring dan Evaluasi 36.106.000 100,00 12.005.000 33,25 -
Jumlah ketersediaan data dan informasi sebaran
keanekaragaman spesies dan genetik yang valid dan
5425.018
reliable pada 7 wilayah biogeografi
[Base Line] 140.090.000 100,00 110.895.000 79,16 -
Inventarisasi dan Pemetaan Sebaran Tumbuhan Alam
051
dan Satwa Liar 77.260.000 100,00 72.884.000 94,34 -
052
Monitoring Populasi Tumbuhan Alam dan Satwa Liar 18.030.000 100,00 18.021.000 99,95 -
053
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar 44.800.000 100,00 19.990.000 44,62 -
Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi
5425.020 minimal sebanyak 1,5 juta orang wisatawan
mancanegara[Base Line] 66.000.000 100,00 45.011.400 68,20 68,58
Monitoring dan Evaluasi Ijin Pengusahaan Pariwisata
5425.020.011
Alam (IPPA) 66.000.000 100,00 45.011.400 68,20 -
011 Layanan Internal Organisasi 66.000.000 100,00 -
Lampiran 72
45.011.400 68,20
Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi
5425.021 minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan
nusantara[Base Line] 571.214.000 100,00 257.832.453 45,14 44,48
051
Informasi, Promosi dan Pemasaran 571.214.000 100,00 257.832.453 45,14 -
Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di
kawasan konservasi bertambah sebanyak 100 Unit
5425.022
dari baseline tahun 2013
[Base Line] 48.055.000 100,00 38856100 80,86 81,16
052
Bimbingan Teknis dan Supervisi IUPSWA dan IUPJWA 55.000 100 38.856.100 80,86 -
053
Pembinaan dan Koordinasi 48.000.000 100,00 38.856.100 80,95 -
Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang
beroperasi di kawasan konservasi bertambah
5425.023
sebanyak 25 Unit
[Base Line] 58.020.000 100,00 23.816.000 41,05 41,00
051
INVENTARISASI POTENSI SUMBER DAYA AIR 58.020.000 100,00 23.816.000 41,05 -
Jumlah Kader Konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam
(KPA), Kelompok Swadaya Masyarakat/ Kelompok
5425.026 Profesi (KSM/KP) yang berstatus aktif sebanyak 6.000
Orang
[Base Line] 311.254.000 100,00 125.205.300 40,23 40,34
051
Kemah Bakti Kader Konservasi 50.680.000 100 50.630.000 99,90 -
052
Pembinaan KK/KPA/KSM/KP 155.834.000 100 45.427.000 29,15 -
053
Penilaiai KK/KPA/KSM/KP Dalam Rangka Wana Lestari 104.740.000 100,00 29.148.300 27,83 -
Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDA dan Ekosistem
5425.027 minimal 78,00
[Base Line] 1.419.909.000 100,00 1.244.654.878 87,66 87,62
Lampiran 73
051
PROGRAM DAN ANGGARAN 260.359.000 100,00 198.044.579 76,07 -
052
EVALUASI DAN LAPORAN 267.756.000 100,00 226.019.195 84,41 -
053
ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN 621.673.000 100,00 596.088.887 95,88 -
054
ADMINISTRASI KEUANGAN 115.921.000 100,00 104.350.067 90,02 -
056
Peningkatan Kapasitas SDM 154.200.000 100 120.152.150 77,92 -
Jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan
konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan
5425.029
sebanyak 150 Dokumen Zonasi dan/atau Blok
[Base Line] 166.420.000 100 141.151.320 84,82 84,99
Penyusunan Rancangan Dokumen Perencanaan
051
Penataan Kawasan 73.500.000 100 67.622.109 92,00 -
052
Konsultasi Publik Rancangan Penataan Blok 92.920.000 100 67.622.109 79,13 -
Jumlah KEE yang memiliki lembaga yang di fasilitasi
pembentukannya sebanyak 48 KEE (6 Kawasan Karst,
5425.032 6 kawasan Mangrove, 6 koridor kawasan konservasi,
30 Taman Kehati)
[Base Line] 59.700.000 100 37.075.194 62,10 60,68
Koordinasi Pembentukan/Pembinaan Forum
051
Komunikasi Konservasi Penyu (KEE) 59.700.000 100 37.075.194 62,10
Layanan Perkantoran
5425.994
[Base Line] 11.527.000.000 100,00 11.267.515.006 97,75 98,39
001
Gaji dan Tunjangan 10.052.310.000 100,00 9.976.803.705 99,25

002 Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan 1.290.711.301,


Perkantoran 1.474.690.000 100,00 00 87,52
Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
5425.997
[Base Line] 176.260.000 100,00 175.175.000,00 99,38 100,00

Lampiran 74
5425.997.001
Peralatan kantor 176.260.000 100,00 175.175.000,00 99,38 100,00
007
Peralatan dan Mesin 176.260.000 100,00 175.175.000,00 99,38
Gedung/Bangunan
5425.998
[Base Line] 1.180.000.000 100,00 976.434.250,00 82,75 82,97
051
Sarana Prasarana Wsata Alam 1.180.000.000 100,00 976.434.250,00 82,75

18.775.629.000 100,00 16.312.542.035 86,88

Program Pengendalian Perubahan Iklim

RENCANA REALISASI RENCANA


REALISASI KEUANGAN REALISASI FISIK
KEUANGAN s/d BULAN REALISASI FISIK
s/d BULAN INI s/d BULAN INI
KEGIATAN/SUB KEGIATAN/JENIS INI s/d BULAN INI
KODE PAGU
BELANJA/RINCIAN BELANJA
VOLUME
KEUANGAN (%) (%) KEUANGAN (%) VOLUM (%)
FISIK
E FISIK
Program Pengendalian Perubahan
029.11.13 Iklim 64.850.000 63.675.000 98,19 92,51
Pengendalian Kebakaran Hutan dan
5450 Lahan 64.850.000 63.675.000 98,19 59.995.000 92,51
Persentasi penurunan jumlah
hotspot pada kawasan hutan
non•]konservasi, dan lahan di
Pulau Sumatera, Kalimantan dan
Sulawesi
5450.001 [Base Line] 43.100.000 42.175.000 97,85 98,49 38.250.000 92,51 98,49

5450.001.013 Deteksi dan Peringatan Dini 43.100.000 42.175.000 97,85 38.250.000 92,51
052 Peningkatan Sistem Kemitraan dan
Lampiran 75
MPA 18.350.000 18.350.000 - 13.500.000 73,57

053 Peringatan Dini 6.000.000 6.000.000 - 6.000.000 100,00


Perencanaan Strategi dan
055 Ketatausahaan Dalkarhutla 18.750.000 17.825.000 95,07 - 18.750.000 100,00
Persentasi penurunan luas
kebakaran hutan non konservasi
dan lahan di Pulau Sumatera,
Kalimantan dan Sulawesi
5450.002 [Base Line] 21.750.000 21.500.000 98,85 81,84 21.745.000 99,98 81,84
Pemadaman dan Penanganan pasca
5450.002.001 kebakaran hutan 21.750.000 21.500.000 98,85 - 21.745.000 99,98

052 Deteksi Dini 5.500.000 5.250.000 95,45 - 5.495.000 99,91


Pemadaman LAnjutan dan
053 Penangan Pasca Karhutla 16.250.000 16.250.000 100,00

63.675.000,
64.850.000 00 98,19

Program Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan

RENCANA REALISASI RENCANA


REALISASI KEUANGAN s/d REALISASI FISIK
KEUANGAN s/d BULAN REALISASI
BULAN INI s/d BULAN INI
KEGIATAN/SUB KEGIATAN/JENIS JUMLAH INI FISIK s/d
KODE
BELANJA/RINCIAN BELANJA BIAYA BULAN INI

KEUANGAN (%) (%) KEUANGAN (%) VOLUME (%)


FISIK
Program Penegakan Hukum
029.10.12
Lingkungan Hidup dan Kehutanan 941.317.000 941.317.000 100,00 - 867.966.183 92,21 - -
5428 Pencegahan dan Pengamanan Hutan
938.767.000 938.767.000 100,00 - 865.486.183,0 - -
Lampiran 76
,0
Lokasi dilaksanakannya Pencegahan
serta pengendalian ancaman dan
gangguan melalui kegiatan
5428.006
sosialisasi, patroli dan operasi di 77
lokasi
[Base Line] 409.109.000 409.109.000 100,00 100,00 349.443.083 85,42 - 85,50
Pengendalian Pengamanan Hutan
054
dan Peredaran Hasil Hutan 355.360.000 355.360.000 100,00 302.576.183 85,15 - -
Penyelenggaraan Operasional
056
Perkantoran 53.749.000 53.749.000 100,00 46.866.900,00 87,20 - -
Polhut yang dibina dan ditingkatkan
Kapasitasnya sebanyak 2.500
5428.007
orang/tahun
[Base Line] 194.108.000 194.108.000 100 100 188.416.100,00 97,07 - 97,08
052 Peningkatan Kapasitas Polhut
194.108.000 194.108.000 100 188.416.100,00 97,07 - -
Masyarakat Mitra Polhut (MMP),
Tenaga Pengamanan Hutan Lainnya
5428.008 (TPHL) dan Penggiat Lingkungan
Lainnya yang dibina
[Base Line] 335.550.000 335.550.000 100,00 100,00 327.627.000 97,64 - 97,68
052 Pembinaan MMP
335.550.000 335.550.000 100,00 327.627.000 97,64 - -
Penegakan Hukum Pidana
5431 100,0
Lingkungan Hidup dan Kehutanan
2.550.000 2.550.000 100,00 2.480.000,00 97,25 - 0
Penyelesaian Tindak Pidana sampai
5431.006 dengan P21 dari jumlah Kasus 100,0
[Base Line] 2.550.000 2.550.000 100,00 100,00 2.480.000,00 97,25 - 0
Penyidikan Tindak Pidana
052
Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2.550.000 2.550.000 100,00 2.480.000,00 97,25 - -

941.317.000 941.317.000 100,00


Lampiran 77
Lampiran 4. Daftar Kuota dan Realisasi Pengambilan/Tangkap Tumbuhan dan Satwa Liar yang Tidak Dilindungi Tahun 2016

Nama Jenis
No. Satuan Kuota Realisasi Keterangan
Daerah Latin

I. TUMBUHAN
Gyrinops
1. Gaharu versteghii kg 5.000 5.000 Appendix CITES II
Jumlah I 5.000 5.000
II. SATWA LIAR
Ular sanca
1. sawah Python reticulatus kulit 500 - Appendix CITES II
Biawak air
2. tawar Varanus salvator kulit 7.000 - Appendix CITES II
3. Karang - Acropora spp. pieces 500 500 Appendix CITES II
- Fungia spp. pieces 1.500 1.500
- Fungia (Diaseris) sp. pieces 500 500
- Heliofungia actiniformis pieces 5.000 5.000
- Polyphillia talpina pieces 1.000 1.000
- Galaxea fascicularis pieces 1.000 1.000
- Blastomussa wellsi pieces 500 500
- Lobophyllia corymbosa pieces 1.000 1.000
- Lobophyllia sp. pieces 1.000 1.000
- Cynarina lacrymalis pieces 500 500
Acanthophyllia
- deshayesiana pieces 1.000 1.000
- Merulina ampliata pieces 500 500

Lampiran 78
- Oxypora sp. pieces 500 500
- Euphyllia glabrescens pieces 1.000 1.000
- Euphyllia cristata pieces 2.000 2.000
- Euphyllia ancora pieces 1.000 1.000
- Plerogyra turbida pieces 1.000 1.000
- Plerogyra sinuosa pieces 2.000 2.000
- Catalophyllia jardinei pieces 1.500 1.500
- Turbinarina peltata pieces 1.000 1.000
- Turbinarina spp. pieces 2.000 2.000
- Equichipsammia fistula pieces 2.000 2.000 28.000
- Tubastrea sp. pieces 1.000 1.000 36.500
- Porrites spp. pieces 3.500 3.500
- Goniopora lobata pieces 3.000 3.000
- Goniopora sp. pieces 3.000 3.000
- Goniopora stokesi pieces 3.000 3.000
- Caulastrea sp. pieces 1.000 1.000
- Favites spp. pieces 500 500
- Hydnopora exesa pieces 1.500 1.500
- Hydnopora microconus pieces 1.000 1.000
- Trachyphyllia geoffroyi pieces 2.000 2.000
- Wellsophyllia radiata pieces 500 500
- Tubipora musica pieces 500 500 20.500
- Substrat pieces 50.000 50.000
Musang Non Appendix
4. Luwak Paradoxurus hermaphroditus ekor 50 - CITES
Non Appendix
5. Babi celeng Sus scrofa vittatus pet 500 - CITES
Non Appendix
6. Tokek biasa Gekko gecko pet 2.000 - CITES

Lampiran 79
Cicak rumah Non Appendix
7. asia Hemidactylus frenatus pet 1.000 - CITES
Katak
8. sawah Fejervarya cancrivora ekor 1.400.000 -
Non Appendix
9. Serangga - Aegus acuminatus ekor 100 - CITES
- Prosopocoilus giraffa ekor 100 -
- Agestrata orichalcea ekor 50 -
- Dicheros bicornis ekor 50 -
- Batocera rubus ekor 100 -
- Chrysochroa bimanensis ekor 100 -
Chrysochroa
- purpureiventris ekor 20 -
- Chrysodema smaragdula ekor 50 -
- Catacanthus incarnatus ekor 500 -
- Penthicodes atomaris ekor 200 -
- Polydictya illuminata ekor 50 -
- Scamandra tamborana ekor 200 -
- Graphium agamemnon ekor 100 -
- Graphium antiphates ekor 100 -
- Graphium aristeus ekor 20 -
- Graphium sarpedon ekor 100 -
- Pachliopta aristolochiae ekor 100 -
- Papilio demoleus ekor 100 -
- Papilio demolion ekor 100 -
- Papilio helenus ekor 100 -
- Papilio memnon ekor 100 -
- Papilio peranthus ekor 100 -
- Papilio polytes ekor 100 -

Lampiran 80
- Delias oraia ekor 400 -
- Delias periboea ekor 20 -
- Delias sumbawana ekor 10 -
- Hebomoia glaucippe ekor 100 -
- Ixias reinwardti ekor 50 -
- Cethosia hypsea ekor 50 -
- Cethosia penthesilea ekor 150 -
- Cethosia tambora ekor 50 -
- Charaxes elwesi ekor 40 -
- Charaxes ocellatus ekor 50 -
- Euthalia atalanta ekor 20 -
- Hypolimnas bolina ekor 100 -
- Hypolimnas sumbawana ekor 50 -
- Lexias aegle ekor 50 -
- Polyura alphius ekor 50 -
- Polyura galaxia ekor 50 -
- Sumalia hollandi ekor 50 -
- Actias groenendaeli ekor 50 -
- Actias maenas ekor 50 -
- Attacus atlas ekor 50 -
- Attacus inopinatus ekor 50 -
- Pharmacia biceps ekor 10 -
Jumlah II 1.513.590 98.500
Jumlah I + II 1.518.590 103.500

Lampiran 81
Lampiran 5. Daftar Realisasi Kuota Ekspor Tumbuhan dan Satwa Liar Tahun 2016

REALISASI KUOTA EKSPOR TUMBUHAN DAN SATWA LIAR


TAHUN : 2016
Kuota Kuota
No. Status Nama Jenis *) Realisasi Satuan Keperluan Keterangan
Tangkap Ekspor

1. Gaharu (Gyrinops Gubal/Kemedang


I APPENDIX CITES versteghii) 5.000 5.000 5.000 kg komersil an

Karang &
2. Karang (34 jenis) 98.540 98.500 98.500 pcs komersil Substrat

NON APPENDIX
II. CITES -NIHIL-

Catatan :
*) Komersil dan Non Komersil

Lampiran 82
Lampiran 6. PERAMBAHAN HUTAN DI KAWASAN KONSERVASI LINGKUP BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM NUSA
TENGGARA BARAT

Luas Perkiraa
Kelom SK
N Nama RT Kawa n Luas Tindak
pok Penunjukan/Penet Pelaku Barang bukti Keterangan
o. Kawasan K san Peramb Lanjut
Hutan apan
(Ha) ahan

TWA Bangko- Pelanga 2,610. Masyarakat 1. Tanaman berupa - Belum ada


1 bangko n 7 17 SK Penunjukan: ± 715 Ha perambah pohon kelapa - sosialisasi dukungan
Kab. Lombok Menhut No. 664/Kpts- (27,39 diperkirakan - operasi nyata dari Polda
Barat II/92 %) dari pisang, jagung, fungsional NTB
Kab. Lombok 2. Ternak Sapi, - operasi - Ada perlawanan
tgl 1 Juli 1992 Tengah Kerbau, Ayam gabungan dari
sebanyak ± 3. Bangunan rumah, - rapat
320 KK masjid, koordinasi masyarakat
Pesantren, Sekolah
madrasah
Gubug

Pelanga Masyarakat 1. Tanaman berupa Belum ada


2 TWA Pelangan n 7 344 SK Penunjukan: ± 77 Ha perambah pohon kelapa - sosialisasi dukungan
Kab. Lombok Menhut No. 401/Kpts- (22,38 sebanyak ± 57 - operasi nyata dari Polda
Barat II/90 %) Jiwa pisang, jagung, fungsional NTB
2. Ternak Sapi,
tgl 6 Agustus 1990 Kerbau, Ayam
3. Bangunan rumah,
masjid,

TB Pulau Pulau 22,537 Masyarakat 1. Tanaman berupa - Belum ada


3 Moyo Moyo 58 .90 SK Penunjukan: ± 210 Ha Desa pohon kelapa - sosialisasi dukungan
Kab. Menhut No. 308/Kpts- pisang, jagung, padi - operasi nyata dari Polres
Sumbawa II/1986 (0,93 %) Sebotok dll fungsional Sumbawa

Lampiran 83
tgl 29 September sebanyak ± 42 2. Ternak Sapi, - operasi - Ada perlawanan
1986 jiwa Kerbau, Ayam gabungan dari
- operasi
yustisi masyarakat

CA Gunung Tambor 23,840 Masyarakat 1. Tanaman berupa - operasi Belum ada


4 Tambora a 53 .81 SK Penunjukan: ± 105 Ha Desa pohon kelapa intelijen dukungan
Menhutbun nyata dari Polda
Kab. Bima No.418/Kpts-II/1999 (0,44 %) Karya Sari pisang, jagung, - sosialisasi NTB
sebanyak ± 2. Ternak Sapi, - operasi
tgl 15 Juni 1999 103 KK Kerbau, Ayam fungsional
3. Bangunan rumah, - operasi
masjid, gabungan
- koordinasi
Sekolah Dasar dengan
pihak terkait

Lampiran 84
Lampiran 7. Rencana Kerja BKSDA NTB 2016

Review RP TWA Gunung


Tunak

Lampiran 85
Review RP TWA Gunung
Tunak

Lampiran 86
Lampiran 87
Lampiran 88
Lampiran 89
Lampiran 90
Lampiran 91
Lampiran 8. Foto-Foto Dokumentasi Kegiatan BKSDA NTB Tahun 2015

Gambar 1. Kegiatan Inventarisasi Potensi Air di KSA Jereweh Gambar 2. Kepala Balai menyampaikan informasi Tupoksi BKSDA NTB kepada
mahasiswa Universitas Mataram

Lampiran 92
Gambar 3. Pengamatan burung kakatua jambul kuning di TB. Moyo Gambar 4. Persiapan pembangunan Sarana Prasarana di TWA G. Tunak

Lampiran 93

Gambar 5, 6, dan 7 . Dokumentasi Pelatihan Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia ke- 1,2, dan ke 3 Kerjasama Indonesia dengan Korea

Anda mungkin juga menyukai