Anda di halaman 1dari 7

Geo Image 6 (1) (2017)

Geo Image
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage

ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA LONGSOR LAHAN


BERDASARKAN TINGKAT KERAWANAN
DI KECAMATAN BANYUMANIK KOTA SEMARANG

Otty Damayanti Utami, Heri Tjahjono & Sriyono

Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Diterima Oktober 2016 Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persebaran daerah rawan longsor
Disetujui Oktober 2016 lahan dan mengkaji adaptasi masyarakat terhadap longsor lahan di Kecamatan
Dipublikasikan Juni 2017 Banyumanik Kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh satuan
medan dan masyarakat di Kecamatan Banyumanik. Pengambilan sampel pada pe-
Keywords:
nelitian ini menggunakan sampling area pada 19 satuan medan dan 80 responden
Landslide Vulner-
ability, Society Adpatation yang ditentukan menggunakan rumus Dixon B. Leach. Penelitian ini mengguna-
kan metode skoring untuk pemetaan daerah rawan longsor lahan dan deskriptif
persentase untuk mengetahui bentuk adaptasi masyarakat terhadap bencana longsor
lahan. Hasil penelitian menjelaskan mengenai tingkat kerawanan longsor lahan di
Kecamatan Banyumanik terdapat empat kelas. Daerah rawan longsor tinggi sebesar
842,13 ha atau 27,23%, tingkat kerawanan sedang sebesar 308,66 ha atau 9,98%,
tingkat kerawanan rendah sebesar 1.058 ha atau 34,21 % dan tingkat kerawanan
sangat rendah sebesar 883,80 ha atau 28,58 %. Masyarakat sudah melakukan adap-
tasi longsor lahan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki.
Bentuk adaptasi masyarakat terhadap longsor lahan meliputi tiga aspek yaitu aspek
fisik, aspek ekonomi, dan aspek sosial.

Abstract
This study aims to identify the distribution of vulnerable areas of landslide and assess the
society adaptation towards landslides in Banyumanik Distric, Semarang. The population in
this study whole units of the terrain and the people in the Banyumanik Distric. Sampling in
this study use sampling area on 19 terrain units and 80 respondents who are determined using
Dixon B. Leach. This study uses a scoring method for mapping vulnerable areas of landslide
and descriptive percentage to determine the level of society’s adaptation to landslides. The re-
sults of the study explains that level of vulnerability index in Banyumanik District. The high
level of landslide is 842,13 Hectares (27,23 %), intermediatte level is 308,66 hectares (9,98%),
the low level is 1,058 hectares (34,21%), and the most low level is 883,80 Hectares (28,58%).
The society conduct landslides adaptation according to their knowledge and experience. The
classifier of society adaptation to landslides including three aspects: physical, economic, and
social aspects.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6285
Gedung C1 Lantai 2 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
Email: geografiunnes@gmail.com
Otty Damayanti Utami / Geo Image 6 (1) (2017

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN


Bencana yang sering terjadi ketika musim Penelitian ini merupakan penelitian sur-
penghujan tiba salah satunya yaitu longsor la- vai. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh
han, menurut (Paimin, dkk, 2009) secara umum satuan medan dan masyarakat di Kecamatan
longsor lahan atau tanah longsor adalah salah Banyumanik. Penentuan lokasi ini berdasarkan
satu bentuk dari gerak masa tanah, batuan dan pertimbangan bahwa daerah tersebut sering ter-
runtuhan batu/tanah yang terjadi seketika berge- jadi longsor lahan dan berdasarkan RTRW Kota
rak menuju lereng bawah yang dikendalikan oleh Semarang tahun 2011-2031 Kecamatan tersebut
gaya gravitasi dan meluncur di atas suatu lapisan difungsikan sebagai kawasan militer dan perkan-
kedap yang jenuh air/bidang luncur. Berdasarkan toran sehingga perlu diadakan identifikasi per-
RTRW Kota Semarang 2011-2031 menjadikan 5 sebaran longsor lahan sebagai bentuk mitigasi
wilayah dari 16 Kecamatan di Kota Semarang be- bencana paling awal. Pengambilan sampel meng-
rada di Kawasan Rawan Bencana Longsor Lahan gunakan sampling area untuk mengetahui satuan
atau Tanah Longsor yaitu Kecamatan Gunung- medan yang mewakili dan rumus Dixon B Lech
pati, Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Tem- untuk mengetahui jumlah responden mengenai
balang, Kecamatan Semarang Barat, dan Keca- adaptasi masyarakat terhadap bencana longsor
matan Gajah Mungkur. lahan. Teknik pengumpulan data yang digunakan
Bencana longsor lahan di Kecamatan Ba- dalam penelitian ini yaitu observasi, dokumenta-
nyumanik terjadi hampir tiap tahun ketika mu- si, kuesioner, wawancara, dan uji laboratorium.
sim penguhjan tiba. Hal tersebut berdasarkan Metode analisis data yang digunakan ialah sko-
data rekapitulasi bencana dari BPBD Kota Se- ring parameter longsor lahan menggunakan pen-
marang dari tahun 2013-2016 yang sering terjadi dekatan satuan medan dan deskriptif persentase.
di Kecamatan Banyumanik, pada Kelurahan Pu- Analisis menggunakan pendekatan satu-
dakpayung dengan jumlah 17 kejadian bencana an medan yaitu satuan pemetaan terkecil yang
longsor lahan dan kerugian mencapai Rp ± 180 dapat dibatasi berdasarkan atas kesamaan sifat-
juta, kerusakan pada talud, jembatan maupun sifat variabel penyusunnya. Dalam penelitian ini
jalan, di Kelurahan Srondol Kulon terdapat 12 satuan medan disusun berdasarkan atas genesis
kejadian dengan total kerugian Rp ± 300 juta, tipe batuan atau geologi, kemiringan lereng, jenis
di Kelurahan Tinjomoyo terdapat 7 kejadian tanah, dan curah hujan. Parameter fisik dalam
dengan korban 3 meninggal dunia, di Kelurahan identifikasi persebaran daerah rawan tanah long-
Gedawang terdapat 3 kejadian dengan kerugian sor yang diskoring meliputi: kemiringan lereng,
mencapai Rp ± 5 juta dan Kelurahan Jabungan bentuk lereng, curah hujan, permeabilitas tanah,
dengan jumlah 2 kejadian dengan kerugian men- indeks plastisitas, kedalaman tanah, perlapisan
capai Rp ± 18 juta. Longsor lahan yang terjadi batuan, pelapukan batuan, sesar atau patahan,
dalam waktu yang lama tanpa adanya upaya pen- penggunaan lahan, dan kerapatan vegetasi. Se-
cegahan akan menghambat aktivitas masyarakat. dangkan analisis deskriptif persentase digunakan
Upaya pencegahan masyarakat terhadap longsor untuk mengetahui bentuk adaptasi masyarakat
lahan dapat dilakukan seperti penanaman pohon terhadap bencana longsor lahan yang meliputi
berakar kuat, membuat talud, sosialisasi, dll. tiga aspek yaitu aspek fisik, aspek ekonomi, dan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk men- aspek sosial.
gidentifikasi satuan medan, mengidentifika-
si persebaran daerah rawan longsor lahan dan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
mengetahui adaptasi masyarakat terhadap ben- Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan
cana longsor lahan di Kecamatan Banyumanik. Banyumanik Kota Seamarang. Secara geografis
Manfaat penelitian ini ialah memberikan penge- Kecamatan Banyumanik terletak 110° 16’20”-
tahuan dan wawasan masyarakat dalam memilih 110° 30’29” BT dan 6° 55’34”- 7° 07’04” LS, den-
tempat bermukim, menambah ilmu pada mata gan luas 3.092,59 Ha. Batas wilayah Kecamatan
kuliah yang berkaitan dengan permukiman mau- Banyumanik adalah: Sebelah utara: Kecamatan
pun mitigasi bencana, digunakan sebagai sumber Candisari, Sebelah barat: Kecamatan Gunung-
informasi penelitian lainnya, dan menjadi bahan pati, Sebelah Timur: Kecamatan Tembalang, dan
rekomendasi bagi Badan Penanggulangan Benca- Sebelah Selatan: Kabupaten Semarang.
na Daerah (BPBD) Kota Semarang.

2
Otty Damayanti Utami / Geo Image 6 (1) (2017)

1. Identifkasi Satuan Medan di Kecamatan 26 Sd_II_2_1 30,27 0,97


Bayumanik
Satuan medan merupakan satuan peme- 27 Sd_III_1_1 25,25 0,81
taan terkecil yang dapat dibatasi berdasarkan 28 Sd_III_2_1 15,75 0,50
atas kesamaan sifat-sifat variabel penyusunnya. 29 Sd_IV_1_1 25,04 0,80
Dalam penelitian ini satuan medan disusun ber- 30 Sd_IV_2_1 10,43 0,33
dasarkan atas genesis tipe batuan atau geologi,
kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan. Jumlah 3.092,59 100
Dari keempat peta tersebut kemudian di overlay Sumber: Analisis Peta Satuan Medan Kecama-
berdasarkan batas administrasi Kecamatan Ba- tan Banyumanik
nyumanik sehingga menghasilkan peta satuan
medan. 2. Identifikasi Persebaran Daerah Rawan
Setiap variabel penyusun satuan medan Longsor Lahan di Kecamatan Banyumanik
diatas, akan memberikan pengaruh yang berbe- Berdasarkan hasil overlay 12 parameter
da-beda pada tingkat kerawanan medan terhadap longsor lahan yang meliputi kemiringan lereng,
longsor lahan. Oleh karena itu, setiap perubahan bentuk lereng, curah hujan, tekstur tanah, per-
pada variabel medan akan memberikan nilai pen- meabilitas, indeks plastisitas, kedalaman tanah,
garuh yang berbeda pada tingkat kerawanan me- struktur perlapisan batuan, pelapukan batuan,
dan terhadap longsor lahan. sesar/patahan, penggunaan lahan dan kerapatan
vegetasi menggunakan pendekatan satuan medan
Tabel 1. Satuan Medan, Luas dan Persentase menunjukan bahwa terdapat empat tingkat kera-
Luas Masing-masing Satuan Medan di Daerah wanan tanah longsor di Kecamatan Banyumanik
Penelitian yaitu tingkat kerawanan sangat rendah, rendah,
sedang, dan tinggi.
No Satuan Medan Luas (Ha) Luas (%)
1 Ea_I_1_1 1,05 0,03 Tabel 2. Luas dan Persentase Tingkat Kerawa-
2 Ea_III_1_1 0,00 0,00 nan Medan terhadap Longsor Lahan di Keca-
3 Ev_I_2_1 6,73 0,21 matan Banyumanik

4 Ev_II_2_1 27,71 0,89 No Tingkatan Ker- Luas Luas


awanan Longsor (Ha) (%)
5 Ev_III_2_1 23,71 0,76 Lahan
6 M_I_1_1 23,36 0,76 1 Sangat Rendah 883,80 28,58
7 M_I_2_1 13,82 0,44 2 Rendah 1.058 34,21
8 M_II_1_1 18,69 0,64 3 Sedang 308,66 9,98
9 M_II_2_1 50,13 1,62 4 Tinggi 842,13 27,23
10 M_III_1_1 55.93 1,58 Jumlah 3092.59 100
11 M_III_2_1 15,73 0,50 Sumber: Analisis Data Primer
12 M_IV_1_1 22,13 0,71
13 M_IV_2_1 10,80 0,34 Berdasarkan Tabel 2, luas daerah rawan
longsor lahan sangat rendah sebesar 883,80 Ha
14 M_V_1_1 4,59 0,14 atau 28,58% dari Kecamatan Banyumanik, yang
15 M_V_2_1 13,48 0,43 meliputi Kelurahan Srondol Wetan, Pedalangan,
16 Sb_I_2_1 883,80 28,56 Sumurboto, dan sebagian Srondol Kulon. Luas
daerah rawan longsor lahan rendah sebesar 1.058
17 Sb_II_1_1 10,70 0,34
Ha atau 34,21%yang meliputi Kelurahan Geda-
18 Sb_II_2_1 577,46 18,66 wang, Padangsari, dan sebagian Jabungan. Kelu-
19 Sb_III_1_1 3,31 0,10 rahan dengan tingkat kerawananan longsor lahan
20 Sb_III_2_1 726,02 23,46 sedang sebesar 308,66 Ha atau 9,98% meliputi
Kelurahan Ngesrep, Tinjomoyo, dan sebagian
21 Sb_IV_1_1 11,01 0,35
Srondol Kulon. Sedangkan luas daerah dengan
22 Sb_IV_2_1 188,51 6,09 tingkat kerawanan tanah longsor tinggi sebesar
23 Sb_V_2_1 147,08 4,75 842,13 Ha atau 27.23% dari luas total Kecama-
24 Sd_I_1_1 42,93 1,38 tan Banyumanik yang meliputi Kelurahan Pu-
dakpayung, sebagian Jabungan, dan Tinjomoyo.
25 Sd_II_1_1 108,85 3,51

3
Otty Damayanti Utami / Geo Image 6 (1) (2017

Berdasarkan hasil wawancara kepada gunan yang bersifat fisik sehingga dapat memini-
masyarakat di tiga Kelurahan yaitu Kelurahan malisir dampak akibat longsor lahan. Pada hasil
Pudakpayung, Kelurahan Gedawang, dan Kelu- temuan di lapangan masyarakat yang bermukim
rahan Tinjomoyo, dengan jumlah 80 KK yang di daerah rawan longsor lahan rendah hingga
dipilih secara acak sesuai dengan jumlah kejadi- tinggi sudah melakukan adaptasi fisik, meliputi
an longsor lahan dari kerawanan rendah hingga penanaman beberapa jenis tanaman pohon yang
tinggi, telah melakukan berbagai tindakan yang cocok di daerah rawan longsor seperti sukun,
dapat mengurangi risiko bencana tanah longsor. nangka (Artocarpus integra), dan lamtoro (Leu-
Hal tersebut dilatarbelakangi oleh daerah yang caena leucocephala). Bentuk adaptasi fisik lain
mereka tinggali rawan tanah longsor sehingga yaitu pembuatan bronjong atau dinding penahan
masyarakat telah melakukan penyesuaian den- sebagai penguat lereng, terassering, bronjong ka-
gan tempat tinggalnya untuk melangsungkan hi- wat, saluran drainase, dan hampir 100% telah
dupnya atau yang dinamakan adaptasi terhadap melakukan bentuk tindakan adaptasi fisik.
bencana. Adaptasi masyarakat terhadap bencana
Adaptasi masyarakat terhadap bencana ta- longsor lahan aspek ekonomi yaitu memanfaat-
nah longsor di Kecamatan Banyumanik beragam kan sumberdaya ekonomi yang dimiliki tiap in-
sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman me- dividu atau kelompok agar masyarakat dapat
reka. Bentuk adaptasi di daerah penelitian ham- mencukupi kebutuhannya saat terjadi bencana,
pir sama yang meliputi tiga aspek yaitu aspek fi- hal tersebut juga diterangkan oleh Benson dan
sik, aspek sosial, dan aspek ekonomi. Clay (2004) dalam Setiawan (2014) menyatakan
Ketinggian dan topografi di suatu tempat bahwa, kunci keberhasilan untuk meminimalisir
dapat memicu terjadiya suatu bencana, wilayah dampak bencana adalah kecepatan dalam me-
perbukitan dengan topografi yang terjal seper- respon dampak bencana yang sangat tergantung
ti Kecamatan Banyumanik berpotensi terjadi pada kondisi ketahanan ekonomi.
bencana longsor lahan jika terganggu stabilitas Bentuk adaptasi ekonomi tersebut meli-
lereng dan hidrologisnya. Hal tersebut sesuai puti partisipasi masyarakat mengikuti kelom-
dengan salah satu penetapan kawasan rawan pok arisan, bank desa/koperasi, namun pada
bencana longsor lahan oleh PerMen PU Nomor kenyataannya bentuk adaptasi ekonomi kurang
22/PRT/M/2007 yaitu kawasan rawan longsor diminati oleh warga di daerah rawan longsor
lahan memiliki kondisi kemiringan lereng dari rendah hingga sedang, sedangkan bentuk ekono-
15% hingga 70%. mi lainnya seperti memiliki alat peringatan dini
Semakin tinggi tingkat kerawanan medan (kethongan, speaker masjid, handphone), kebu-
terhadap longsoran, maka semakin besar potensi tuhan dasar keluarga yang dipersiapkan sebelum
medan untuk terjadi longsoran. Berdasarkan ha- terjadi bencana, mengungsi ke tempat yang lebih
sil pemetaan yang telah dilakukan menggunakan aman, dan melakukan rekonstruksi rumah agar
metode skoring atau pengharkatan terhadap ka- aman untuk hunian di daerah rawan longsor su-
rakteristik fisik pada masing-masing satuan me- dah 100% dilakukan oleh masyarakat di seluruh
dan, bahwa Kecamatan Banyumanik memiliki tingkat kerawanan.
tingkat kerawanan longsor lahan yang beragam, Adaptasi masyarakat terhadap bencana
mulai dari kerawanan sangat rendah hingga tinggi. longsor lahan aspek sosial yaitu serangkaian ke-
Pesatnya pertumbuhan penduduk kota giatan yang difouskan pada kegiatan sosial untuk
menyebabkan meningkatnya kebutuhan lahan mengantisipasi terjadinya bencana longsor lahan.
untuk hunian hingga tanpa memperhatikan ling- Bentuk adaptasi aspek sosial di daerah rawan ta-
kungan sekitar yang rawan terhadap bencana, hal nah longsor rendah hingga tinggi salah satunya
ini sesuai dengan data Banyumanik dalam angka yaitu gotong-royong, kegiatan tersebut masih
2015, bahwa dari tahun 2010 dengan luas peng- dijumpai di masyarakat kota, gotong-royong di-
gunaan tanah untuk permukiman/pekarangan maknai sebagai proses pencapaian tujuan bersa-
sebesar 927,63 Ha menjadi 1.935,56 Ha pada ma untuk mengurangi risiko bencana longsor la-
tahun 2014. Masyarakat yang memilih untuk han. Adapun tujuan gotong-royong tersebut ialah
tinggal di daerah rawan longsor lahan harus bera- mengajak masyarakat besama-sama mampu me-
daptasi dengan lingkungan sekitarnya agar dapat nyelamatkan korban lain ketika terjadi longsor
belangsung hidupnya. Berdasarkan hasil peneliti- lahan. Gotong-royong meliputi membersihkan
an masyarakat sudah melakukan adaptasi, meli- material longsor lahan, menutup retakan pada
puti adaptasi fisik, ekonomi, dan sosial. tanah agar air hujan tidak masuk kedalam tanah
Adaptasi fisik terhadap longsor lahan yai- sehingga kandungan air didalam tanah tidak je-
tu penyesuaian yang difokuskan pada pemban- nuh, membantu korban bencana.

4
Otty Damayanti Utami / Geo Image 6 (1) (2017)

Badan Penanggulangan Bencana Daerah secara fisik meliputi pembangunan yang bersifat
(BPBD) maupun pihak yang terkait untuk terus fisik untuk mengurangi risiko terjadinya bencana
memberikan tindakan baik dalam bentuk sosia- longsor lahan. Adaptasi ekonomi yaitu pengera-
lisai maupun pelatihan mitigasi longsor lahan. han sumber daya ekonomi individu maupun ke-
Norma yang berlaku di daerah penelitian salah lompok agar ketika terjadi bencana masyarakat
satunya yaitu dilarang menebang pohon di sekitar masih bisa mencukupi kebutuhannya. Adaptasi
lereng. Makna dari norma tersebut berkaitan den- sosial yaitu penyesuaian yang difokuskan pada
gan adaptasi bencana longsor lahan adalah untuk kegiatan sosial masyarakat.
menjaga kestabilan lereng yang terjal, temuan di
Perumahan PA 4 Kelurahan Pudakpayung jika SARAN
pohon tumbang maka akan dilakuakan penana- Penulis berharap hasil penelitian yang di-
man kembali dengan sumber dana dari gotong- lakukan akan bermanfaat bagi siapa saja yang
royong warga, jenis pohon yang ditanam meli- membutuhkan informasi mengenai persebaran
puti nangka (Artocarpus heterophyllus), sukun daerah rawan longsor lahan. Untuk itu penulis
(Artocarpus communis), dan rambutan (Naphe- memberi saran kepada 1). Para pengembang atau
lium Lappaceum L). developer dalam melakukan suatu pembangu-
Penduduk yang mendiami di daerah rawan nan harus memperhatikan daerah rawan longsor
longsor lahan khususnya di daerah rawan longsor lahan. 2). Bagi pemerintah harusnya rutin men-
lahan tinggi harus lebih memiliki kapasitas agar gadakan sosialisasi atau penyuluhan mengenai
dapat beradaptasi dengan lingkungannya, men- mitigasi bencana yang baik. 3). Bagi masyarakat
gikuti arahan mitigasi bencana yang diselengga- harus meningkatkan antisipasi untuk menguran-
rakan oleh instansi pemerintah maupun relawan, gi kerugian materi maupun korban jiwa.
antisipasi bencana tidak hanya dilakukan oleh
penduduk yang tinggal di daerah rawan longsor UCAPAN TERIMAKASIH
lahan tinggi, namun pada penduduk yang men- Orang tuaku terimakasih Bapak Lasitam
diami daerah rawan longsor lahan rendah dan se- dan Ibu Turniasih, Adikku Yuniarti Poswantina.
dang. Mengurangi aktivitas yang dapat memicu Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si, Ke-
terjadinya longsor lahan, bagi pengembang atau tua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Uni-
developer harus lebih memperhatikan peta kera- versitas Negeri Semarang.
wanan longsor lahan yang akan dibangun sebuah Drs. Heri Tjahjono, M.Si sebagai Pem-
perumahan. bimbing Skripsi I dan Drs. Sriyono, M.Si sebagai
Pembimbing Skripsi II.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pem- DAFTAR PUSTAKA
bahasan pada bab sebelumnya, maka mengacu BPBD Kota Semarang. Data Kejadian Tanah Longsor
pada tujuan peneliti diperoleh kesimpulan 1). tahun 2013-2016.
Terdapat 30 satuan medan di Kecamatan Ba- Paimin, Sukresno, dan Irfan Budi Pramono 2009.
Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor.
nyumanik. 2). Terdapat empat kelas kerawanan
Balikpapan. Tropenbos International Indone-
longsor lahan yaitu tingkat kerawanan tinggi sia Programme.
memiliki luas 842,13 Ha atau 27,23 %, tingkat RTRW Kota Semarang 2011-2031.
kerawanan sedang 308,66 Ha atau 9,98%, ting- Setiawan, Heru. 2014. Analisis Tingkat Kapasitas
kat kerawanan rendah 1.058,00 Ha atau 34,21%, Dan Strategi Coping Masyarakat Lokal Dalam
dan tingkat kerawanan sangat rendah 883,80 Ha Menghadapi Bencana Longsor-Study Kasus Di
atau 28,58%. 3). Adaptasi masyarakat terhadap Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah.
bencana longsor lahan di Kecamatan Banyuma- Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehuta-
nik terdapat tiga bentuk yaitu adaptasi fisik, nan Vol. 11 No. 1 Maret 2014, Hal 70-81
adaptasi ekonomi, dan adaptasi sosial. Adaptasi

5
Otty Damayanti Utami / Geo Image 6 (1) (2017

lampiran

6
Otty Damayanti Utami / Geo Image 6 (1) (2017)

Anda mungkin juga menyukai