HAKEKAT ILMU
Manusia adalah makhluk yang berpikir; setiap waktu sepanjang hidupnya, manusia tak pernah berhenti berpikir. Hampir tak ada masalah kehidupan yang terlepas dari jangkauan pikirannya, dari hal paling remeh sampai paling rumit. Pada dasarnya berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Untuk mengungkapkan pikirannya, manusia menggunakan lambang dalam bentuk bahasa; verbal, tertulis dan kemudian menggunakan lambang matematika. Dengan kemampuan berpikirnya, manusia menghasilkan pengetahuan yang didasarkan pada tiga masalah pokok : Apa yang ingin diketahui ? Bagaimana cara memperoleh pengetahuan ? Apa nilai pengetahuan tersebut bagi kita ?
Tidak ada suatu pernyataan yang bagaimanapun sederhananya yang kita terima begitu saja tanpa ada pengkajian yang seksama. Dengan menggunakan filsafat, manusia berpikir menyeluruh untuk mengupas sesuatu sedalamdalamnya.
(SURIASUMANTRI)
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan pengetahuan yang lain, berkaitan dengan tiga pertanyaan pokok yang disebutkan di depan. Tiga pertanyaan pokok itu mencakup : - Ontologi; yang membahas apa yang ingin kita ketahui dan seberapa jauh kita ingin tahu. - Epistemologi; yang membahas tentang bagaimana cara kita mendapatkan pengetahuan tentang obyek tersebut. - Axiologi; yang membahas tentang apa kegunaan pengetahuan tersebut bagi kita.
Pada dasarnya setiap buah pemikiran manusia selalu dapat dikembalikan pada dasar-dasar ontologi, epistemologi dan axiologi dari pemikiran yang bersangkutan.
TEORI PERENCANAAN
(Mc. CONNEL)
Howard dan Geddes mengawali evolusi perencanaan sejak abad 19 sampai era 1920-1950. Pada rentang waktu tersebut peran arsitek, ahli teknik sipil dan ahli teknik lainnya sangat dominan.
Tetapi setelah 1950 teori perencanaan berkembang dengan memertimbangkan aspek-aspek yang lebih luas dengan memasukkan pertimbangan sistem, sosial-budaya-ekonomi, dan lainnya. Ahli ekonomi, geografi, sosial, manajemen, mulai terlibat. Hal ini menunjukkan adanya wawasan baru dalam perencanaan dan sekaligus menunjukkan kebutuhan menyeluruh disiplin yang terlibat.
Mc. Connel mengusulkan kategori teori perencanaan menjadi tiga, yaitu : - Theories in planing; secara substantial teori perencanaan dikelompokkan sebagai bercorak ekonomi, arsitektur, geografi, transportasi, sosial, dll. - Theories of planning; tiap teori mempunyai proses tertentu, sistematika dan metoda tertentu. - Theories for planning; setiap teori perencanaan mengandung strategi implementasi, membutuhkan pertimbangan aspek politik dan moral.
TEORI PERENCANAAN
Secara umum setiap teori perencanaan mengandung sifat explanatory dan prescriptive. - Sifat explanatory merupakan sifat yang terkandung dalam ilmu-ilmu sosial, yang pengaruhnya terhadap teori perencanaan dapat ditelusuri melalui pendekatan kritik sosial. - Sifat preskriptive merupakan pengaruh dari cara berpikir positivisme dalam dunia perencanaan. Membicarakan teori perencanaan perlu menggunakan pendekatan scientific dan critical (sosial). - Pengetahuan bersifat sistematis, dapat diteliti, hipotetis dan pendugaan. Teori yang obyektif adalah beralasan (arguable), dapat dipilih (preferable) dan dapat dijui (testable). - Teori perencanaan harus eksplisit; kebijakan yang samar-samar (tanpa referensi waktu, dimensi tidak jelas, implementasi kabur) mengakibatkan teori perencanaan tidak teruji. Sesuai dengan pandangan bahwa teori perencanaan mengandung unsur perkiraan, maka beberapa teori perlu dipertanyakan dan dievaluasi. Sifat perkiraan mempunyai konsekuensi bahwa suatu saat akan muncul kesalahan dan teori baru disusun berdasarkan kelemahan teori lama yang sudah ada. Hal ini menyebabkan perencanaan kurang bersemangat menyusun teori. Perencana cenderung menyukai preskripsi dari pada deskripsi.
TEORI PERENCANAAN
Teori pada dasarnya adalah asas-asas dan hukum-hukum umum yang menjadi dasar suatu ilmu pengetahuan atau seni. Teori sangat dibutuhkan pada saat kita melakukan kajian ilmiah dalam penelitian atau membuat karya ilmiah.
Teori perencanaan membahas tentang definisi dan pemahaman konteks, praktek-praktek dan proses-proses dalam perencanaan, pertumbuhan dari asal-usul sejarah dan kebudayaannya.
Menurut Oppenheimer, teori adalah cara untuk memahami dunia, suatu kerangka untuk menginterpretasikan fakta dan pengalaman. Ilmu pengetahuan dibentuk dari fakta-fakta, seperti halnya sebuah rumah yang dibentuk dari batu bata; tetapi suatu akumulasi fakta saja bukanlah ilmu pengetahuan, seperti sekumpulan batu bata saja bukanlah rumah. Teori yang tidak dipraktekkan tidak akan ada gunanya; sebaliknya praktek harus dijelaskan dengan teori, agar mudah menjelaskannya ----- praksis. Bagi perencana, hubungan antara teori dan praktek sangat penting; sebab perencanaan, tidak seperti ilmu murni, pada dasarnya adalah kegiatan preskriptif, bukan deskripitf. Tujuan perencanaan bukan menjelaskan apa yang ada di dunia, tetapi mengusulkan cara bagaimana keadaan tersebut dapat diubah.
Teori perencanaan juga menyangkut alasan mengapa perencanaan itu diperlukan, yang kemudian menimbulkan permasalahan etika dan nilai yang dianut perencana, atau lazim disebut kode etik profesi perencana. Kode etik yang resmi memang ada, tetapi apakah kode etik tersebut benar-benar mempengaruhi perilaku perencana ?
Teori perencanaan juga mencakup masalah pengakuan. Siapa yang memberi hak kepada perencana untuk menyusun rencana bagi orang lain ? Hal ini menyangkut partisipasi masyarakat, pemakai jasa perencana dan pertanggungjawaban. Kepada siapa perencana mempertanggungjawabkan keputusan-keputusan perencanaan mereka ? Quis qustodiet ipsos custodes? Siapa yang akan menjaga para penjaga ?
URGENSI PERENCANAAN
Sebagai bagian dari tindakan sosial, perencanaan digunakan untuk melakukan perubahan sosial melalui pengambilan keputusan yang dibuat secara sadar oleh individu, rumah tangga, perusahaan, pemerintah, untuk mendapatkan keuntungan bersama. Pada era pasar bebas, perencanaan diperlukan oleh pemerintah untuk melakukan intervensi guna melindungi kepentingan masyarakat terhadap kebutuhan dasar seperti pendidikan, transportasi, kesehatan dan lainnya agar tidak membebani masyarakat. Untuk itu dibutuhkan perencana profesional yang memiliki komitmen terhadap nilai dasar bersama; kemanusiaan, demokrasi dan rasionalitas ---- kepentingan umum (apa kepentingan umum ?). Menurut Faludi, perencanaan diperlukan untuk merangsang pertumbuhan manusiawi; seperti hirarki kebutuhan manusia yang dibuat oleh Maslow, yang berkisar dari kebutuhan dasar makanan, perumahan, kasih sayang dan keamanan sampai keinginan dan kepuasan pribadi.
TEORI PERENCANAAN
PERKEMBANGAN
REVOLUSI INDUSTRI
INDUSTRIALISASI URBANISM
REFORMASI POLITIK
REFORMASI SOSIAL
REFORMASI LINGKUNGAN
SUMBER: SUJARTO
TEORI PERENCANAAN
DESKRIPITIF
PRESKRIPTIF
REFORMIS
UTOPIA
EVOLUSIONER
RADIKAL
INCREMENTAL
WHOLISTIK
PRODUKNYA PERENCANAAN
SUMBER: SUJARTO