Anda di halaman 1dari 24

PERENCANAAN EKONOMI PERENCANAAN FISIK PERENCANAAN SOSIAL

TAUTAN PERENCANAAN EKONOMI, FISIK DAN SOSIAL

Pada awalnya : Pada lingkup negara, perencanaan dimulai dengan perencanaan ekonomi, dengan tujuan mengelola secara sistematis aset nasional untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Kebijakan ekonomi kemudian ditimdaklanjuti dengan perencanaan fisik yang dijabarkan mulai dari tingkat nasional sampai lokal, yang diwujudkan dalam bentuk program dan proyek pembangunan.

Kegiatan pembangunan menimbulkan berbagai dampak positif maupun negatif terhadap kehidupan masyarakat. Kondisi inilah yang mendorong perlunya perencanaan sosial bagi masyarakat yang belum mendapatkan keuntungan dari pembangunan ekonomi dan sosial.

Perkembangan selanjutnya : Seiring dengan era demokrasi, muncul tuntutan untuk mengedepankan peran serta masyarakat; dan tuntutan untuk mewujudkan kebijakan ekonomi ke dalam program dan proyek fisik. Pada akhirnya perencanaan ekonomi, fisik dan sosial, dapat dilakukan pada tahap manapun, bisa dilakukan sesudah, sebelum atau secara bersamaan.

PERENCANAAN EKONOMI

Definisi : Perencanaan ekonomi adalah pengelolaan sistematis terhadap aset-aset nasional untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Tujuan dari kebijakan perencanaan ekonomi : Equity keadilan distribusi pendapatan. Stabilitas dan fluktuasi pendapatan nasional dan lapangan kerja. Alokasi sumberdaya yang efisien antara aliran kebutuhan publik dan swasta. Alokasi optimal antara konsumsi (sisi permintaan) dan investasi (sisi penawaran) sesuai dengan tingkat pertumbuhan yang diinginkan. Ukuran-ukuran yang digunakan dalam perencanaan ekonomi : Gross National Product (GNP) Pendapatan negara = (ekspor impor) + (tax gov. expenditure) + (saving investasi). Income per capita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) : jumlah seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu daerah (region) tertentu tanpa memperhatikan kepemilikan faktor PDRB per kapita : PDRB dibagi jumlah penduduk per tengah tahun

Ada pemahaman bahwa pembangunan ekonomi menciptakan social cost terhadap masyrakat secara luas. Misalnya :
Penambahan jumlah kendaraan bermotor akan menambah kemacetan yang menghasilkan cost yang dikeluarkan setiap pengguna, menambah polusi dan kebisingan. Perluasan jalan yang menyesuaikan dengan peningkatan lalu lintas akan membebani pengeluaran publik dan biaya konstruksi; yang lebih baik dimanfaatkan untuk keperluan publik yang lain. Jalan-jalan baru juga menciptakan social cost dan dislokasi penggunaan lahan.

Contoh di atas menunjukkan bagaimana pertumbuhan ekonomi memberikan kontribusi terhadap memburuknya kualitas hidup.

Respons perencanaan ekonomi : Kebijakan pertama : Pada dasarnya jika ingin menikmati kenymanan hidup yang lebih baik, mendapatkan manfaat lebih besar dari dari barang yang kita miliki, terutama yang menghabiskan atau merusak sumber daya alam, maka harus mengeluarkan biaya untuk keperluan tersebut. Kebijakan kedua : Pencemar diwajibkan membayar biaya akibat pencemaran yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukannya. Misalnya purifikasi air dan skema pembersihan udara yang dilakukan industri. Kebijakan ketiga : Pemerintah melakukan tindakan langsung untuk mencegah munculnya masalah tertentu, misalnya pemupukan dan pembiayaan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan konservasi.

Masalah lain yang bertautan dengan perencanaan ekonomi : KEMISKINAN Definisi : Kemiskinan adalah situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang manusiawi. (Bappenas; 2002) . Ukuran : BKKBN : keluarga miskin pra sejahtera yang tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya; tidak mampu makan 2 kali sehari; tidak memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja dan bepergian; bagian terluas rumah berlantai tanah; dan tidak mampu membawa anggota keluarganya ke sarana kesehatan. Bank Dunia : kehidupan yang layak dengan penghasilan $ 1 per hari. BPS : memenuhi kebutuhan makannya kurang dari 2.100 kalori per kapita per hari.

Ciri-ciri kemiskinan (Cresent; 2003) adalah : Secara politik tidak memiliki akses ke proses pengambilan keputusan yang menyangkut hidup mereka. Secara sosial tersingkir dari institusi utama masyarakat yang ada. Secara ekonomi menunjukkan rendahnya kualitas SDM termasuk kesehatan, pendidikan, ketrampilan yang berdampak pada penghasilan. Secara budaya menunjukkan rendahnya etos kerja, berpikir pendek dan fatalism. Secara lingkungan hidupu menunjukkan rendahnya pemilikan aset fisik lingkungan seperti air bersih dan penerangan. Penyebab kemiskinan : Kurangnya demokrasi Kurang memperoleh alat-alat produksi dan sumberdaya . Disintegrasi ekonomi nasional yang berorientasi memenuhi pasar asing dari pada pasar domestik. Pengikisan peran pemerintah dalam meminimalkan ketimpangan sosial Eksploitasi berlebihan terhadap sumberdaya alam.

PENGANGGURAN Definisi : Pengangguran adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan (Mantra) Bentuk Pengangguran (Edward; 1974) : Pengangguran terbuka : yaitu mereka yang tidak bekerja baik karena sukarela maupun karena terpaksa. Setengah menganggur yaitu mereka yang lama bekerjanya kurang dari yang biasa mereka kerjakan. Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh : yaitu mereka yang tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka dan setengah pengangguran. - Pengangguran tak kentara. - Pengangguran tersembuyi . - Pensiun lebih awal Tenaga kerja yang lemah Tenaga kerja yang tidak produktif

Faktor penyebab pengangguran : Jumlah penduduk terutama jumlah angkatan kerja yang tidak seimbang (lebih besar) dengan ketersediaan lapangan kerja. Pendidikan dan ketrampilan masyarakat yang rendah. Dalam beberapa hal pendidikan dan ketrampilan masyarakat tidak sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh pengguna. Teknologi yang semakin berkembang pesat yang dapat menggantikan tenaga manusia yang tidak punya keahlian. Lapangan kerja yang bersifat musiman. Tidak stabilnya kondisi suatu negara yang berpengaruh pada perekonomian.

Ukuran pengangguran : BPS tahun 2007 : dikatakan tidak menganggur jika sudah bekerja dua jam secara tidak terputus selama satu minggu. BPS tahun 2008 : dikatakan tidak menganggur jika sudah bekerja satu jam secara tidak terputus selama satu minggu. Ukuran BPS ini menimbulkan tanda tanya di kalangan akademisi.

PERENCANAAN FISIK
Definisi : Perencanaan fisik pada dasarnya adalah suatu usaha penataan dan pengaturan kebutuhan fisik untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dengan berbagai kegiatannya (Sujarto; 1985). Penjelasan : Dalam lingkup luas, kebutuhan fisik berupa penyediaan kebutuhan ruang seperti lahan atau bangunan dengan berbagai kelengkapannya. Fungsi lahan akan disesuaikan dengan berbagai kegiatan fungsional masyarakat yang akan ditempatkan di atasnya; berupa keragaman pola tata guna lahan. Wujud nyata dari suatu kawasan fungsional tertentu antara lain adalah: bangunan untuk kegiatan ekonomi, bangunan pendidikan, pelayanan kesehatan, pemerintahan, pabrik, perumahan, dan lainnya.

Dalam lingkup yang lebih terperinci, setiap lahan dan bangunan yang digunakan untuk berbagai macam kegiatan fungsional membutuhkan berbagai prasarana pelayanan; antara lain berupa: jaringan jalan dan berbagai utilitas umum seperti air minum, sistem pembuangan air kotor, drainase, jaringan listrik, telepon, persampahan dan lainnya.

Kesimpulan : Pertumbuhan penduduk , ruang, lahan dan bangunan untuk mewadahinya , disediakan sarana sesuai dengan tuntutan kebutuhannya masing-masing. Untuk memanfaatkan sumber daya yang suatu kota atau wilayah, serta perkembangan kegiatan usaha dan budayanya, membutuhkan ada seefisien dan seefektif mungkin, maka diperlukan perencanaan fisik.

Terlihat bahwa : Perencanaan fisik mempunyai kaitan dengan perkembangan penduduk, perkembangan kegiatan usaha dan budaya. Perencanaan fisik mempunyai implikasi terhadap penyediaan prasarana dan sarana fisik yang dibutuhkan warga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa perencanaan fisik mempunyai kaitan dengan perencanaan sosial budaya, ekonomi bahkan politik. Dalam lingkup lebih khusus, perwujudan perencanaan fisik dapat diartikan sebagai perencanaan tata ruang (spatial planning).

Cakupan Perencanaan Fisik : Ruang dalam arti luas yang menghasilkan susunan pola tata guna lahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang akan dikembangkan. Kebutuhan ruang secara khusus yang diwujudkan dalam bentuk bangunan, seperti bangunan umum, bangunan perumahan, pabrik budaya, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Kebutuhan jaringan jalan dan utilitas umum seperti air minum, listrik, telepon, drainase, pembuangan air kotor, persampahan, dan lainnya. Contoh proyek pembangunan fisik (Sujarto; 1985): Proyek fisik pembangunan sosial: perumahan, kesehatan, rekreasi, pemerintahan, gedung pertemuan, olah-raga, pertamanan, jaringan utilitas. Proyek pembangunan sosial-budaya: sekolah, tempat peribadatan, bangunan kegiatan seni-budaya, museum dan sejarah. Proyek fisik pembangunan sosial-ekonomi: pasar dan perbelanjaan, industri dan pergudangan, pusat perdagangan dan jasa, pelabuhan laut, udara, terminal stasiun kereta api, jalan raya dan jalan kereta api.

Lingkup Wilayah : Secara umum (di Indonesia) dikenal tiga skala perencanaan berdasarkan wilayah, yaitu: Perencanaan nasional - Adalah perencanaan berlingkup Negara seperti diwujudkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Nasional (Repelita). Sekarang diwujudkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). - Secara fisik diwujudkan dalam bentuk distribusi ruang nasional seperti misalnya yang dipaparkan dalam kerangka Regionalisasi Nasional Repelita II oleh Bappenas. Perencanaan regional Merupakan perincian rencana pembangunan nasional ke dalam perencanaan bagian dari negara, seperti Rencana Pembangunan Provinsi, Gerbangkertosusila, Bandung Raya, Ratubangnegoro, Daerah Aliran Sungai (DAS). Perencanaan lokal Merupakan penjabaran perencanaan regional ke dalam bagiannya seperti perencanaan kota, p[erencanaan desa atau perencanaan kawasan khusus.

Rencana Tata Ruang : Adalah hasil perencanaan tata ruang. Menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 : Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan : - Rencana umum tata ruang - Rencana rinci tata ruang Rencana umum secara hirarki terdiri atas : - RTRW Nasional - RTRW Provinsi - RTRW Kabupaten/Kota Rencana rinci tata ruang terdiri atas : - RTR Pulau/Kepulauan dan RTR Kawasan Strategis Nasional - RTR Kawasan Strategis Provinsi - RDTR Kabupaten/Kota dan RTR Kawasan Strategis Kabupaten/Kota - RDTR dijadikan dasar penyusunan peraturan zonasi.

PERENCANAAN SOSIAL

Pengantar Perencanaan sosial memiliki sejarah panjang dan sudah lama dikenal di Negara Dunia Ketiga yang menghadapi triple crisis : standar hidup, tingkat pertumbuhan penduduk tinggi, pesatnya urbanisasi; tetapi kurang umum dijumpai di Negara Maju di Dunia Barat. Mengapa ? Pertama; di dalam masyarakat urban yang mapan tidaklah mudah melupakan dampak perencanaan yang dilakukan Uni Soviet, Nazi Jerman, dan Fasis Itali. Kedua; pemerintah di negara maju melalukan intervensi luas untuk meningkatkan standar hidup melalui kebijakan yang didasarkan pada kepentingan sebagian besar masyarakatnya; jauh melebihi negara totalitarian.

Perencanaan sosial muncul sebagai akibat dari berbagai kebutuhan, yaitu :


Pertama; Kebutuhan untuk memanfaatkan sumberdaya yang sangat terbatas berdasarkan prioritas, yang diperkirakan akan menimbulkan dampak sosial yang besar. Kedua; Untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada meningkatnya penggunaan tenaga manusia. Ketiga; Uuntuk mengontrol proses urbanisasi dan pembangunan fisik, untuk menghindari dampak buruk proses ini dan untuk mengendalikan migrasi dari perdesaan ke perkotaan. Keempat; Kebutuhan untuk mengembangkan kebijakan kependudukan.

PENGERTIAN
Perencanaan sosial dalam skala makro disebut juga sebagai perencanaan yang memasyarakat; perencanaan yang dilakukan secara sadar, dalam skala besar, melalui intervensi pemerintah.

Perencanaan sosial merupakan preparasi ilmiah bagi kebijakan, dan kebijakan sosial adalah instrumen dimana perencanaan sosial dipraktekkan. Dalam konteks ini kebijakan diinterpretasikan sebagai instrumen perencanaan (Lomas).
Perencanaan sosial mencoba untuk meningkatkan standar hidup masyarakat, melalui langkah-langkah disengaja yang diprakarsai pemerintah, yang bisa mempengaruhi kegiatan ekonomi dan lingkungan fisik jika diperlukan (Lafittes).

FAKTOR-FAKTOR PENTING YANG BERKAITAN DENGAN PERENCANAAN SOSIAL Ada 4 sektor primer yang berkaitan dengan perencanaan sosial, yaitu : - Economic base - Human resourses - Social structure (menunjukkan posisi dan hubungan antar manusia) - Social protection (upaya untuk mempertahankan kesejahteraan sosial) Di antara keempat sektor tersebut terjadi interelasi satu sama lain; baik sektor-sektor yang posisinya berlawanan maupun berdekatan : - Social structure merefleksikan tingkat perkembangan ekonomi negara; - Social service (social protection) berkaitan erat dengan kondisi human resourses. - Pasar kerja (economic base) mempengaruhi dan dipengaruhi oleh suplai tenaga kerja (human resourses).

Selain itu ada 2 faktor lain yang berkaitan dengan perencanaan sosial, yaitu : - Production of income : diperoleh dengan mengkombinasikan energi yang ada di dalam economic base dan human resourses. - Distribution of income : difokuskan pada dua sektor, yaitu : social protection dan social structure. Keempat sektor tersebut melebur ke pusat diagram; membentuk city size distribution dan spatial form of the city; yang tercermin pada transportation, place of work, dwelling dan public building. Sektor-sektor primer maupun bagian-bagian di dalam diagram tersebut bukan merupakan sistem tertutup, tetapi dipengaruhi oleh external influence. Sebagai contoh; human resources dan social structure bisa dipengaruhi oleh migrasi, kehidupan sosial dan tradisi kultural masyarakat. Demikian pula; social protection dan economic base; misalnya; dipengaruhi oleh perdagangan dunia, perjanjian internasional, regulasi dan institusi supranasional.

Perlu disadari bahwa diagram tersebut adalah merupakan penyederhanaan dari substansi dalam ranah perencanaan sosial. Karena tidak ada satu diagrampun yang bisa menggambarkan kompleksitas hubungan di antara 4 sektor primer.

DIAGRAM LOMAS

Di Indonesia, fungsi perencanaan sosial diemban oleh berbagai lembaga, baik yang berada di lembaga pemerintah (antara lain Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Departemen Sosial, BKKBN), Lembaga Swadaya Masyarakat, perguruan tinggi, kelompok profesi, dan lainnya. Selama ini pemerintah telah menjalankan berbagai program yang dituangkan dari berbagai kebijakan nasional seperti REPELITA, PROPENAS; yang kemudian dijabarkan pada tingkat propinsi dan kabupaten/kota. Program-program yang telah dijalankan antara lain adalah : Sistem Ketahanan Sosial, Sistem Ketahanan Pangan Nasional, Sistem Kewaspadaan Gizi (SKG), Sistem Ketahanan Pangan dan Gizi (SKPG), Jaring Pengaman Sosial (JPS). Selain itu dikembangkan pula programprogram yang dilaksanakan oleh organisasi non pemerintah, seperti Exit Strategy Pasca Jaring Pengaman Sosial dan Sistem Keterjaminan Sosial.

KONSEP INSTITUSIONAL
Menurut Koncaraningrat, ada empat prinsip hubungan kekerabatan yang dapat dikembangkan sebagai institusi sosial, yaitu : Prinsip hubungan kekerabatan yang mengikat warganya ke dalam persekutuan hukum secara genealogis. Contohnya : perkumpulan Trah di Jawa; Wewah di Flores; Kanaf di Pulau Timor; Kabisu di Sumba. Prinsip hubungan kedekatan tempat tinggal yang mengikat warganya dalam persekutuan hukum secara teritorial. Misalnya : kumpulan rumah, kampung, dusun. Prinsip hubungan yang tidak timbul dari dalam masyarakat sendiri, tetapi datang dari atas (top down) yang mengikat warga berdasarkan persekutuan hukum yang ditentukan karena ikatan dari atas desa. Misalnya satuan-satuan komunitas RT, RW, Desa di Jawa. Di luar Jawa satuan-satuan semacam ini kurang mengakar pada budaya dan adat masyarakat, atau bahkan melemahkan akar budaya adat yang telah terlebih dahulu melembaga dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai