Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN

MATA KULIAH
STUDIO 2 PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI PERTANAHAN DAN
“KERANGKA JURNAL ILMIAH”

DOSEN PENGAMPU :
ROHMAT JUNARTO, S.S.T.
NIP. 19840613 200312 1 008

DISUSUN OLEH :
Muhammad Dhahlan (NIT. 21303797)
Jeremy Ardyan Soeprapto (NIT. 21303789)
Ramadhani Naufal Na’afi (NIT. 21303806)
Yosia Putra Nababan (NIT. 21303815)
Efraim Wiranata Rerung (NIT. 21303933)

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/


BADAN PERTANAHAN NASIONAL
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2023
Implementasi Analisis Spasial dalam Rangka Mitigasi dan Prediksi Bencana Gelombang
Ekstrim Terhadap Permukiman Pelantar di Sepanjang Garis Pantai
(Studi Kasus di Kecamatan Tanjung Pinang Barat)

a. Identifikasi Masalah
Indonesia menjadi negara kepulauan yang identik dengan bencana alam karena letak
geografisnya yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik dunia. Bencana alam, layaknya
gelombang tinggi bahkan dikatakan ekstrim merupakan momok yang menakutkan dan perlu
perhatikan secara serius terutama oleh masyarakat yang bermukim di sepanjang garis pantai.
Bencana alam ini dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian fatal terhadap berbagai aspek baik
dari segi infrastruktur, ekonomi, bahkan kerugian jiwa (Marjuki et al., 2021). Oleh karena itu,
sudah semestinya dikembangkan adanya strategi mitigasi ataupun prediksi bencana yang akan
datang secara konsisten. Hal tersebut menjadi upaya untuk meminimalisir sekaligus melindungi
permukiman di sekitar pesisir pantai.
Kota Tanjung Pinang, terkhusus kecamatan Tanjung Pinang Barat, menjadi salah satu daerah
yang memiliki kerentanan terhadap bencana gelombang ekstrim cukup tinggi. Angka kerentanan
yang tinggi ini tak terlepas dari panjang garis pantai kota Tanjung Pinang yang dapat dikatakan
cukup panjang untuk ukuran sebuah kota. Masyarakat kecamatan Tanjung Pinang Barat yang
tinggal di rumah apung atau yang sering mereka sebut dengan permukiman pelantar juga tidak
luput akan rasa khawatir akan bencana gelombang ekstrim menerjang. Permukiman pelantar ini,
banyak berdiri bebas di sepanjang garis pantai meskipun rawan dan tidak stabil. Fenomena ini
menjadi isu yang perlu ditanggapi dan diselesaikan secara efektif dan berkelanjutan. Relokasi
masyarakat terdampak yang tinggal pada kawasan sempadan pantai atau pada wilayah dengan
tingkat kerawanan sangat tinggi merupakan alternatif yang tepat (Utami et al., 2019).
Analisis spasial adalah alat yang penting dalam upaya mitigasi dan prediksi bencana gelombang
ekstrim. Ini melibatkan penggunaan teknologi geospasial dan data spasial untuk memahami
karakteristik, dan lingkungan sekitar wilayah garis pantai. Dengan informasi ini, kita dapat
mengidentifikasi area yang paling rentan terhadap gelombang ekstrim dan merancang strategi
mitigasi yang lebih efektif. Salah satu aspek penting dalam implementasi analisis spasial adalah
penggunaan sistem informasi geografis (SIG) dan teknologi pemodelan. SIG memungkinkan kita
untuk mengintegrasikan berbagai data spasial pada software yang komprehensif. Dengan
menggunakan teknik pemodelan, kita dapat meramalkan perilaku gelombang ekstrim berdasarkan
parameter tertentu, seperti kecepatan angin, kedalaman laut, dan bentuk pantai. Selain itu, analisis
spasial juga membantu dalam identifikasi titik-titik lokasi yang aman dan merancang rute evakuasi
sekaligus relokasi yang optimal bagi penduduk yang tinggal di permukiman pelantar di sepanjang
garis pantai. Hal ini akan memastikan bahwa penduduk memiliki akses yang cepat dan aman ke
daerah yang lebih tinggi atau jauh dari potensi bahaya gelombang ekstrim.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, penting dilakukan pengkajian
yang mendalam, komprehensif dan kritis terhadap mitigasi sekaligus prediksi bencana gelombang
ekstrim yang berkelanjutan yaitu dengan mengaplikasikan analisis spasial guna memperoleh
jawaban dari permasalahan yang ada. Adapun permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana tingkat kerentanan bencana gelombang ekstrim di daerah kecamatan Tanjung
Pinang Barat beberapa tahun yang akan datang?
2. Apa strategi yang dapat dilakukan guna mengatasi permasalahan kerentanan bencana
gelombang ekstrim di daerah kecamatan Tanjung Pinang Barat?

c. Lokasi Kasus
Pada penelitian ini, penulis mengambil lokasi kasus di Kecamatan Tanjung Pinang Barat,
Kota Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau.

d. Data-Data yang Diperlukan


Pada penelitian ini, peneliti menyiapkan beberapa data berupa citra satelit Landsat sebagai
bahan untuk melakukan interpretasi penggunaan tanah sekaligus pemetaan tanah kosong yang
berpotensi guna dijadikan lokasi relokasi. Arsip peta penggunaan tanah dan citra satelit Google
Earth juga peneliti siapkan sebagai upaya antisipasi ketersediaan data. Peta tingkat kerentanan
bencana gelombang ekstrim digunakan untuk mengenali lokasi rawan maupun aman di sekitar
lokasi penelitian. Berikutnya, dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan Peta Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) di wilayah Kota Tanjung Pinang guna mengetahui kesesuaian arahan pola
ruang di lokasi penelitian. Peta Rupa Bumi sebagai peta dasar dan foto udara dimanfaatkan untuk
mengetahui kondisi fasilitas umum dan fasilitas sosial serta mengetahui jaringan jalan pada lokasi
penelitian. Secara lebih singkat, berikut merupakan daftar data-data yang akan peneliti gunakan
dalam penelitian ini:
1. Citra Satelit (Landsat/Google Earth);
2. Peta Penggunaan Tanah;
3. Peta Rencana detail Tata Ruang (RDTR);
4. Peta Kerentanan Bencana Gelombang Ekstrim;
5. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI);
6. Peta Pendaftaran dan Data Persil GeoKKP.
e. Aplikasi dan Jenis Analisis yang Digunakan
Nantinya, pada tahap pelaksanaan penelitian, peniliti akan menggunakan dua buah software
yakni ArcGIS dan QuantumGIS untuk melakukan pengolahan sekaligus analisis data. Penelitian
ini mengkolaborasikan analisis superimposed di ArcGIS sebagai alat pengolah beberapa peta
informasi dan analisis MOLUSCE (CA-Simulation) pada QuantumGIS sebagai penyempurna data
prediksi beberapa tahun yang akan datang. Secara lebih singkat, berikut merupakan daftar jenis
analisis spasial yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini:
1. ArcGIS 10.8
- Buffer;
- Clip;
- Intersect;
- Euclidean distance;
- Project;
- Dissolve;
- Selection;
2. QuantumGIS atau QGIS 2.18
- MOLUSCE
- CA-Simulation

f. Diagram Alir
Diagram alir penelitian mitigasi dan pemetaan potensi lokasi relokasi bagi masyarakat
permukiman pelantar terdampak gelombang ekstrim disajikan pada gambar berikut:
g. Daftar Pustaka
Marjuki, B., Ihsan, M., & Santiz Ruqi Antabuana. Irghan. (2021). Analisis Spasial Penentuan
Rekomendasi Area Relokasi Permukiman Pasca Bencana Alam Banjir Bandang Studi Kasus
di Desa Nelelamadike, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
Utami, W., Wibowo, Y. A., & Afiq, M. (2019). Analisis Spasial untuk Lokasi Relokasi
Masyarakat Terdampak Tsunami Selat Banten Tahun 2018. BHUMI: Jurnal Agraria Dan
Pertanahan, 5(1), 112. https://doi.org/10.31292/jb.v5i1.323

Anda mungkin juga menyukai