Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL SKRIPSI

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN JALUR MITIGASI


BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DENGAN
ALGORITMA GENETIKA

( Studi Kasus : Kota Bengkulu )

Jenjang Strata 1

Oleh :
RICHO HARDIANSYAH
G1A012062

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2017

0
1. JUDUL PENELITIAN
Sistem Informasi Geografis Pemetaan Jalur Mitigasi Bencana
Gempa Bumi Dan Tsunami Dengan Algoritma Genetika ( Studi Kasus :
Kota Bengkulu )
2. BIDANG ILMU
Bidang ilmu yang diangkat pada penelitian ini adalah bidang ilmu
Sistem Informasi Geografis .
3. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia
yang mana terletak diantara tiga lempeng aktif dunia yaitu, lempeng
Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Dari sepanjang pertemuan lempengan
tetonik Eurasia dengan India-Australia yang membentuk busur dari
Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara sampai Maluku, tumbukan
lempeng Osean Pasifik dengan Lempeng kontinen Australia di bagian
utara Irian dan beberapa sesar lokal seperti sesar Sumatera, sesar Palu-
Koro di Sulawesi dan beberapa sesar lokal lainya. Keberadaan interaksi
antar lempeng-lempeng ini menempatkan wilayah Indonesia pada wilayah
rawan bencana geologi diantaranya Gempa Bumi, Letusan Gunung Api,
Tsunami, Gerakan Tanah dan lain-lain. (BNPB, 2017) menunjukan bahwa
jumlah kejadian bencana dan korban meninggal per jenis kejadian bencana
dalam periode antara tahun 1851 – 2011 terus meningkat, dalam dua abad
terakhir ini Indonesia telah mengalami ribuan bencana geologis maupun
hidrometeorologis yang menimbulkan ratusan ribu korban jiwa manusia.
(BNPB, 2017)
Daerah aktif bencana geologis di Indonesia salah satunya adalah
Provinsi Bengkulu, yang memiliki resiko tinggi terjadinya gempa bumi
dan tsunami. Seperti Indo-Australia dan Eurasia itu yang menandakan
bahwa Bengkulu merupakan daerah aktif gempa. Berdasarkan catatan
sejarah setidaknya lima kali gempa bumi megathrust besar atau raksasa
terjadi di Bengkulu. Tercatat data BMKG gempa besar pernah melanda
Bengkulu pada tahun 1833, 1861, 2000, 2007 dan 2009. Sebagian gempa
yang terjadi itu memicu gelombang tsunami. (BNPB, 2017)

1
Kota Bengkulu merupakan salah satu wilayah di Kepulauan
Indonesia yang memiliki tatanan geologi sangat kompleks. Kondisi ini
disbabkan letaknya yang berada pada daerah tumbukan 2 lempeng tetonik
besar yanitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan dan bagian
Lempeng Eurasia dibagian utara yang ditandai dengan terdapatnya pusat-
pusat gempa tetonik. Kota Bengkulu yang terletak disisi timur Lautan
Hindia kurang lebih 150 km dari zona subduksi pertemuan antara
Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia, sehingga wilayah Kota
Bengkulu tergolong rawan gempa bumi tetonik dengan jumlah kejadian
yang cukup banyak. (BNPB, 2017)
.

Gambar 1. Peta Risiko Bencana Gempa Bumi Di Provinsi Bengkulu

2
Gambar 2. Peta Risiko Bencana Tsunami Di Provinsi Bengkulu

Penelitian ini menekankan pada mitigasi bencana gempa bumi dan


tsunami, karena peta mitigasi memberikan informasi yang tepat pada
masyarakat untuk mengantisipasi jika terjadi bencana geologis khususnya
Masyarakat Kota Bengkulu mengingat karena letak 2 lempeng Euarsia
dan Indo-Australia di wilayah Kota Bengkulu sangat rentan
mengakibatkan bencana geologis seperti gempa bumi dan tsunami.
Dalam penelitian dan Analisis, Sistem Informasi Geografis dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui daerah rawan bencana karena dapat
membantu menentukan wilahnya. Peta bencana Sistem Informasi
Geografis adalah suatu sistem yang diaplikasikan untuk memperoleh,
menyimpan, menganalisa dan mengolah data yang memudahkan pengguna
untuk membuat query yang interaktif, menganalisa informasi spasial dan
mengedit data.

3
Sistem Informasi Geografis dapat diterapkan untuk melindungi
kehidupan, kepemilikan, dan infrastruktur yang kritis terhadap bencana
yang ditimbulkan oleh alam, melakukan analisis kerentanan, kajian multi
bencana alam, rencana evakuasi dan perencanaan tempat pengungsian,
mengerjakan skenario penanganan bencana yang tepat sasaran, pemodelan
dan simulasi. Karena Sistem Informasi Geografis adalah teknologi yang
tepat guna yang secara kuat merubah cara pandang seseorang secara nyata
dalam melakukan analisis keruangan.
Penelitian Sistem Informasi Geografis ini didasari dengan
Algoritma Genetika yang mana algoritma ini merupakan suatu metode
pencarian yang didasarkan pada mekanisme dari seleksi dan genetika
natural. Pada penelitian ini Algoritma Genetika dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah optimasi yang kompleks seperti mencari rute
paling optimum dengan memperhatikan kondisi jalan misalnya kepadatan
lalulintas, jalan satu arah dan lain-lain. Sistem Algoritma Genetika yang
telah didesain menggunakan representasi kromosom dalam benttuk bit
string. Karena itu jenis mutasi yan digunakan adalah mutasi bit sehingga
dalam penelitian ini Algoritma Genetika penerapannya untuk mencari rute
yang paling optimum dari titik asal ketitik tujuan, sehingga Berdasarkan
permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Sistem Informasi Geografis
Pemetaan Jalur Mitigasi Bencana Gempa Bumi Dan Tsunami Dengan
Algoritma Genetika”.

4. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana merancang peta wilayah mitigasi berdasarkan per
kecamatan yang disertai dengan titik kumpul evakuasi?
2. Bagaimana menyajikan informasi jalur mitigasi evakuasi untuk
mengantisipasi pada saat terjadinya bencana geologi gempa dan
tsunami dengan menerapkan Algoritma Genetika.

4
5. BATASAN MASALAH
Dari rumusan masalah yang di temukan, terdapat batasan masalah
pada penelitian ini, Adapun batasan masalah dari penelitian ini dalah
sebagai berikut:
1. Digitasi titik okasi evakuasi Gempa Bumi dan Tsunami, berupa
pemetaan jalur mitigasi evakuasi bencana di Kota Bengkulu
2. Rute yang ditampilkan pada peta adalah rute terdekat dengan
menggunakan Algoritma Genetika
3. Titik awal rute erdasarkan posisi awal user saat mengaktifkan GPS.
4. Peta yang digunakan merupakan peta Google Maps API
5. Data penelitian diperoleh dari BPBD Provinsi Bengkulu :
a. Data peta mitigasi Evakuasi per kecamatan di Kota Bengkulu
b. Data peta bencana Gempa Bumi dan Tsunami
c. Data tabel bencana Gempa Bumi dan Tsunami

6. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Membangun seistem Informasi Geografis jalur pemetaan dengan
keakuratan dalam melakukan pengendalian dan evakuasi masyarakat
Kota Bengkulu ketika terjadi bencana Gempa Bumi dan Tsunami.
2. Menerapkan Algoritma Genetika dalam optimasi pemilihan jalur
evakuasi terdekat.

7. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi pengguna, diharapkan dapat mengetahui informasi mengenai
pemetaan jalur mitigasi evakuasi di Kota Bengkulu.
2. Bagi peneliti, dapat mengimplementasikan ilmu yang telah di peroleh
selama perkuliahan untuk diaplikasikan dalam kegiatan penyelamatan
masyarakat dalam mengantisipasi bencana alam.
3. Sebagai sumber referensi bagi peneliti, dosen, mahasiswa yang ingin
melakukan dan mengembangkan penelitian ini lebih lanjut.

5
8. TINJAUAN PUSTAKA
8.1 Gempa Bumi
Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat
pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan
patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab
terjadinya gempa bumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng
tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa
gelombang gempa bumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke
permukaan bumi. (ilyas, 2006)
Parameter - parameter gempa bumi itu terdiri dari waktu
terjadinya gempa bumi (Origin Time - OT), lokasi pusat gempa bumi
(Episenter), kedalaman pusat gempa bumi (Depth), kekuatan Gempa
bum (Magnitudo).
Empat golongan kerusakan utama akibat gempa
1. Ground shaking
Ground Shaking adalah gerakan tanah akibat gempa yang
merupakan unsur utama penyebab keruntuhan struktur.
2. Liquefaction
Liquefaction merupakan kehilangan strength pada pasir yang
jenuh air akibat pembebanan siklik. Kondisi ini menyebabkan
penurunan dan pergerakan lateral dari pondasi. Yang perlu
dilakukan adalah mengidentifikasi lokasi yang berpotensi
liquefaction dengan menghindari pembangunan diatasnya,
atau cara lain membuat fondasi dalam sehingga terhindar
dari liquefaction
3. Bidang patahan (fault ruptur)
Fault Ruptur yaitu pergerakan patahan akibat gempa.
Pergerakan dapat vertikal maupun horizontal.
4. Landslide
Sering kali terjadi sebagai akibat dari terjadinya gempa.
Perlu dihindari pembangunan diatas lereng atau dikaki lereng.
(ilyas, 2006)

6
Istilah gempa bumi sesungguhnya bermacam-macam tergantung
dari penyebabnya, misalnya gempa Vulanik, gempa rutuhan, gempa
imbasan, dan gempa buatan. Gempa vulkanik disebabkan desakan
magma ke permukaan, gempa runtuhan banyak terjadi di pegunungan
yang runtuh, gempa imbasan biasanya terjadi di sekitar dam karena
fluktuasi air dam, dan gempa buatan adaah gempa yang dibuat oleh
manusia seperti ledakan nuklir atau ledakan untuk mencari bahan
mineral. (yuelawati & syihab, 2008)
Lapisan kulit bumi dengan ketebalan 100km mempunyai
temperatur relatif jauh lebih rendah dibanding dengan lapisan dalamnya
(mantel dan inti bumi) sehingga terjadi aliran konveksi dimana massa
dengan temperatur tinggi mengalir kedaerah temperatur rendah atau
sebaliknya. Teori aliran konveksi ini sudah lama berkembang untuk
menerangkan pergeseran lempeng tektonik yang menjadi penyebab utaa
terjadinya gempa bumi tektonik atau lebih dikenal gempa bumi.
(yuelawati & syihab, 2008)

8.2 Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa jepang yang berarti “gelombang
pelabuhan”. Istilah ini pada mulanya digunakan oleh nelayan jepang
yang kembali dari melaut dan menemukan pelaubuhan rusak akibat
dihantam gelombang. Istilah tsunami kemudian menjadi populer untuk
menyebutkan gelombang raksasa yang bergerak cepat dan tiba-tiba,
yang mengakibatkan oleh pergeseran bumi didasar laut. Tsunami
biasanya disebabkan oleh gempa bumi dahsyat yang terjadi didasar
laut. (yuelawati & syihab, 2008)
Selain itu, tsunami juga dapat terjad karena letusan gunung berapi
dibawah permukaan laut, letusan bagian gunug berapi yang terletak
dekat pantai, karena tanah longsor yang besar yang terjadi di bawah
laut atau berasal dari atas laut yang jatuh kedalam laut, atau adanya
meteor dari luar angkasa yang jatuh kelaut. (yuelawati & syihab, 2008)

7
Tsunami merupakan gelombang pasang yang dibangkitkan oleh
terjadinya gempa tektonik, letusan gunung api di lautan, ataupun tanah
longsor. Gelombang pasang (tidalwaves) juga bisa dibangkitkan oleh
adanya badai, terutama pada negara yang memiliki pantai dangkal
yang cukup panjang dan lautan cukup luas (misal: Bangladesh).
Sekitar 85 persen tsunami yang ada adalah dibangkitkan oleh gempa
tektonik. Beberapa kejadiangempa bumi yang diikuti oleh tsunami di
Indonesia antara lain yang terjadi di Pantai Barat Sulawesi (23
Februari 1969), Sumba (19 Agustus 1977), Pulau Flores dengan
kekuatan 7,5 skala Richter (12 Desember 1992), Banyuwangi, Jawa
Timur dengan kekuatan 7,2skala Richter (2 Juni 1994), Pulau Biak,
Irian Jaya dengan kekuatan 8,2 skala Richter (17 Februari 1996), serta
yang terbaru adalah di Nangroe Aceh Darussalam dengan kekuatan
sekitar 8,9 skala Richter (26 desember 2004, Pukul 07.59). Yang juga
tak kalah dahsyatnya adalah tsunami yang diakibatkan oleh letusan
Gunung Krakatau pada hari Senin tanggal 27 Agustus 1883 pada Pukul
10.02. (BNPB, 2017)
Sebelum tsunami menerjang memang air laut biasanya surut
drastis, seperti yang dituturkan oleh Riesnayanti, warga Kaju, Banda
Aceh yang selamat. Air surut secara drastis ini pula yang terjadi
sewaktu tsunami akibat letusan Krakatau. Ribuan orang berlarian ke
pantai Anyer untuk menangkap ikan, yang selanjutnya mendadak
sontak gelombang tsunami dengan magnitudo ketinggian lebih dari 10
meter menggulung mereka. Surutnya air laut tidak reliable juga
sebagai tanda akan datangnya tsunami karena memang setiap hari air
laut mengalami pasang surut dengan amplitudo yang bervariasi sesuai
dengan posisi bumi terhadap benda benda di ruang angkasa terutama
bulan dan matahari. Namun demikian, tanda-tanda alam dan perilaku
binatang dalam me respon akan datangnya bencana tersebut dapat
digunakan untuk melengkapi kesempurnaan teknologi sistem
peringatan dini yang hendak dibangun. Artinya dalam sistem
peringatan dini, semua indikator dijadikan sebagai komponen yang

8
saling sinergi untuk membangun kehandalan sistem. Sedangkan
perlunya pembangunan bangunan pelindung juga sangat mendesak
disosialisasikan. Seperti halnya dalam menangkal terjadinya erosi dan
abrasi pantai, sebenarnya minimal terdapat empat cara yang bisa
dilakukan, antara lain pembuatan tanggul ataupun pemecah gelombang
yang terkadang dilengkapi dengan armouring, cara vegetasi dengan
mangrove, mundur dari garis pantai. (yuelawati & syihab, 2008)

8.3 Algoritma Genetika


Algoritma genetika merupakan suatu metode pencarian yang
didasarkan pada mekanisme dari seleksi dan genetika natural.
Algoritma genetika dimulai dengan pembentukan sejumlah alternatif
pemecahan yang disebut populasi. Pembentukan populasi awal dalam
algoritma genetika dilakukan secara acak. Dalam populasi tersebut
terdapat anggota populasi yang disebut dengan kromosom, yang
berisikan informasi solusi dari sekian banyak alternatif solusi masalah
yang dihadapi. Kromosom-kromosom akan mengalami evolusi melalui
sejumlah iterasi yang disebut generasi. Dalam setiap perjalanan proses
generasi, kromosom-kromosom tersebut akan dievaluasi menggunakan
suatu fungsi yang disebut dengan fungsi obyektif. Setiap generasi akan
menghasilkan kromosom-kromosom yang baru yang dibentuk dari
generasi sebelumnya dengan menggunakan operator reproduksi, kawin
silang dan mutasi (hannawati, thiang, & eleazar, 2002).
akan kehilangan kemampuan untuk belajar dari pencarian-
pencarian sebelumnya. Proses seleksi adalah proses evolusi yang
menghasilkan generasi baru dari generasigenerasi sebelumnya.
Generasi-generasi yang baru dapat terdiri dari kromosom-kromosom
induk dan turunan. Metode seleksi pada algoritma genetika ada
bermacam-macam, antara lain Roulette-Wheel, Elitism, Sigma
Scaling, Boltzmann, Rank Selection, Tournament Selection, Steady
State Selection, dan gabungan dari metode metode tersebut.
(hannawati, thiang, & eleazar, 2002)

9
Kromosom-kromosom yang mempunyai nilai obyektif yang baik
akan memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk terseleksi. Setelah
beberapa kali proses generasi tersebut dilakukan, algoritma genetika
akan menunjukkan kromosom yang terbaik, yang diharapkan
merupakan solusi yang optimal ataupun mendekati optimal dari
problem yang dihadapi. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
representasi kromosom yaitu bagaimana mengkodekan suatu alternatif
solusi itu menjadi kromosom yang akan diproses menggunakan
algoritma genetika. (hannawati, thiang, & eleazar, 2002)
Representasi kromosom merupakan cara bagaimana mengkodekan
suatu alternatif solusi itu menjadi kromosom yang akan diproses
menggunakan algoritma genetika. Dalam penelitian ini, representasi
kromosom yang digunakan dalam bentuk bit string. Panjang bit
kromosom yang akan digunakan dapatditentukan dari persamaan
berikut:
P = (S - 1)C
dimana P adalah panjang bit kromosom; S adalahvjumlah spot/titik
dan C adalah jumlah bit dari banyaknya percabangan maksimal yang
dikodekan dalam biner. Panjang bit tersebut bukan merupakan nilai
yang mutlak, melainkan nilai yang dianggap “aman” agar tidak terjadi
unsolved condition, yaitu kromosom tidak memberikan solusi
pemecahan masalah. Panjang kromosom itu sebenarnya
merepresentasikan jumlah hop maksimal yang mampu dilakukan. Hop
merupakan proses perpindahan dari satu titik ke titik lain yang
merupakan tetangganya. Jumlah hop maksimal dapat diperoleh dari
rumus:

Dalam penelitian ini, permasalahan optimasiyang ingin dicapai adalah


rute yang paling optimum dengan parameter waktu tempuh dan jarak
yang paling minimal. Karena itu, fungsi obyektif yang digunakan
dalam sistem ini adalah sebagai berikut:

10
dimana f (x,t) adalah fungsi obyektif, j adalah jumlah hop yang
diperlukan hingga mencapai titik tujuan ataupun jumlah hop maksimal
apabila titik tujuan tidak dicapai, x adalah jarak antar titik, t adalah
waktu antar titik, v adalah kecepatan konstan, %D adalah bobot
persentase untuk jarak dan %W adalah bobot persentase untuk waktu.
Berikut ini, Tabel 1 menunjukkan spesifikasi dari sistem algoritma
genetika yang telah didisain dan parameter-parameter yang digunakan
dalam pembuatan perangkat lunak untuk algoritma genetika.
Tabel 1. Spesifikasi Sistem Algoritma Genetika
Jumlah spot 32 spot
Maksimum percabangan 8 percabangan
Jumlah populasi Dapat diubah-ubah (1-400)
Panjang kromosom maksimum 96bit
Jumlah hop maksimum 32 hop

Metoded seleksi yang digunakan 1. Seleksi roulette-wheel


2. Seleksi elitism
3. Seleksi gabungan
Jenis proses reproduksi Sistim duplikasi

Tabel 2. Spesifikasi Sistem Algoritma Genetika


Jenis proses mutasi Sistem bit
Nilai mutasi 0-1
Jenis proses kawin siang 1.sistem satu titik potong
2. sistem dua titik potong
Nilai crossover rate 0-1
Kriteria penghentian regenerasi 10000 generasi berikut tidak ada
yang lebih optimum
Syarat 1.rute harus dilewati
2. rute tidak boleh dilewati

11
Perangkat lunak algoritma genetika didisain dengan menggunakan bahasa
program pascal. Prosedur-prosedur yang dibutuhkan oleh algoritma genetika ini,
antara lain:
 Prosedur Angka Acak
Angka acak/random yang digunakan dalam algoritma genetika ini
memakai fungsi yang telah disediakan oleh bahasa program pascal.
 Prosedur Reproduksi
Prosedur ini akan menduplikasi ulang kromosom induk secara lengkap
sehingga menghasilkan turunan baru yang sama dengan induknya.
 Prosedur Kawin Silang
Prosedur ini akan memilih dua kromosom induk yang akan mengalami
proses kawin silang secara acak, kemudian menetukan satu atau dua titik
potong secara acak pula. Setelah titik potong ini terpilih maka dilakukan
proses penukaran informasi dari kedua kromosom itu berdasarkan titik
potong yang telah ditentukan. Probabilitas sebuah kromosom akan
mengalami kawin silang atau tidak, bergantung pada nilai crossover rate
yang diinputkan melalui PC.
 Prosedur Mutasi
Prosedur mutasi yang akan digunakan adalah mutasi bit. Setiap bit dari
kromosom tersebut akan mempunyai peluang sendiri untuk mengalami
mutasi. Probabilitas terjadinya mutasi pada setiap bit ditentukan oleh nilai
mutation rate yang diinputkan melalui PC.
 Prosedur Seleksi
Seleksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode roulette-wheel,
metode elitism dan gabungan kedua metode tersebut. Dalam metode
roulette-wheel, peluang setiap kromosom untuk terseleksi sebanding
dengan nilai obyektifnya. Semakin besar nilai obyektif, maka semakin
besar peluang untuk terseleksi. Karena permasalahan optimasi yang ingin
dicapai adalah mencari waktu tempuh dan jarak yang paling minimal,
maka untuk metode seleksi roulette-wheel, fungsi obyektif masing-masing
kromosom akan diubah dengan menggunakan persamaan berikut:

12
dimana f(x) if ' x adalah nilai obyektif baru, f (x)max f x adalah
nilai obyektif maksimum, f(x)min f x adalah nilai obyektif minimum dan
f(x) if x adalah nilai obyektif sebelumnya. Metode elitism melakukan
proses seleksi dengan mengambil kromosom terbaik sebanyak jumlah
populasinya. Metode gabungan yang dipakai dalam penelitian ini
menggunakan komposisi 30% populasi diperoleh dari metode elitsm dan
sisanya dengan memakai metode roulette-wheel.
Prosedur Populasi Awal Prosedur ini akan membangkitkan
sejumlah kromosom secara acak untuk membentuk populasi awal. Jumlah
kromosom dalam satu polulasi dapat bervariasi sesuai dengan setting awal
yang telah ditentukan.
 Prosedur Penghitungan Generasi
Prosedur ini dibuat untuk memeriksa apakah kriteria berhenti dari
algoritma genetika sudah dipenuhi atau tidak. Hal ini dilakukan dengan
menghitung jumlah generasi sampai batas maksimum yang diberikan. Bila
dalam jumlah generasi yang ditentukan tidak ada kromosom yang lebih
baik maka algoritma genetika akan berhenti melakukan proses iterasi.
Semakin besar nilai batas maksimum generasi tersebut maka hasilnya
dapat menjadi lebih baik, namun akan memerlukan proses yang lebih
lama.
 Prosedur Pengukuran Jarak
Prosedur ini untuk mengukur jarak dengan menggunakan persamaan
Pythagoras.
 Prosedur Pengukuran
Waktu Prosedur pengukuran waktu ini dibagi menjadi dua bagian yaitu
waktu untuk jam-jam sibuk dan waktu untuk jam-jam normal.
 Prosedur Syarat
Prosedur syarat merupakan prosedur untuk memeriksa apakah syarat yang
diberikan sudah tercapai atau belum, yaitu syarat rute yang harus dilewati
dan tidak boleh dilewati. Jika syarat yang diberikan sudah tercapai, maka

13
kromosom tersebut akan menjadi kromosom yang valid, sedangkan jika
syarat yang diberikan tidak tercapai, maka
kromosom tersebut dianggap invalid. (hannawati, thiang, & eleazar, 2002)
Pengujian proses algoritma genetika dilakukan dengan melakukan
perubahan nilai parameter yang digunakan, yaitu nilai crossover rate, nilai
mutation rate maupun nilai jumlah kromosom per populasi. Selain itu,
pengujian juga dilakukan dengan memberikan beberapa syarat-syarat
untuk melihat tingkat keberhasilannya. Percobaan dilakukan dengan
mencari rute terpendek dan waktu tersingkat berdasarkan kondisi rute,
yang akan dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan ada atau tidaknya
syarat untuk pengujian jarak saja dan pengujian jarak dan waktu.
Tabel 3. Spesifikasi Sistem Algoritma Genetika
Populasi awal N populasi ( N dapat diubah)
Rute/peta Gambar 1
Spot awal Spot No.1
Spot akhir Spot No.32
Metoded seleksi yang digunakan 1. Seleksi roulette-whell
2. Seleksi elitsim
3. Seleksi gabungan
Nilai mutasi 0-1
Jenis prose kawin silang 1. Sistim satu titik potong
2. Sistem dua titik potong

Nilai crossover 0-1


10000 generasi berikut tidak ada
Kriteria penhentian yang lebih optimum
syarat Ada/tidak ada

14
Gambar 3. rute pengujian

Melalui perhitungan secara manual didapatkan nilai obyektif yan


terbaik adalah 569.52 km dan rute yang terpendek adalah rute dari
spot 1 – 2 – 18 21 – 27 – 28 – 32. Hasil pengujian sistem yang paling
sederhana, menggunakan syarat, juga menghasilkan nilai yang sama
dengan perhitungan manual. Beberapa hal yang didapat dari hasil
pengujian, meliputi perbandingan antar metode–metode seleksi yang
dipakai dan perbandingan nilai parameter-parameter yang diuji, adalah
sebagai berikut:
 Berdasarkan metode seleksi yang digunakan (seleksi roulette-
wheel, seleksi elitism, seleksi gabungan) dalam tiap pengujian,
maka terlihat bahwa metode seleksi yang terbaik didalam pengujian
ini adalah metode roulettewheel.
 Berdasarkan perbandingan jumlah titik potong (satu titik potong
dan dua titik potong) dalam proses kawin silang maka terlihat
bahwa satu titik potong lebih baik daripada dua titik potong.
 Nilai mutation rate yang besar (0.3 – 1) memberikan hasil optimal
yang lebih cepat daripada nilai yang kecil, sedangkan perbedaan
nilai crossover rate tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap
proses perhitungan algoritma genetika pada penelitian ini.
 Waktu proses yang dibutuhkan rata-rata untuk masing-masing
metode seleksi berdasarkan pengujian di atas sangat tergantung

15
terhadap jumlah kromosom yang dipakai dan juga banyaknya
syarat yang dimasukkan. (hannawati, thiang, & eleazar, 2002)

8.4. MITIGASI BENCANA ALAM


Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, mengatakan bahwa
pengertian mitigasi dapat didefinisikan. Pengertian mitigasi adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Berdasarkan siklus waktunya,
penanganan bencana terdiri atas 4 tahapan sebagai berikut
Tahap-Tahap Penanganan Bencana. (ilyas, 2006)
Mitigasi merupakan tahap awal penanggulangan bencana alam
untuk mengurangi dan memperkecil dampak bencana. Mitigasi adalah
kegiatan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain
membuat peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan
gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan hutan, serta
memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran masyarakat
yang tinggal di wilayah rawan gempa. (ilyas, 2006)
Kesiap siagaan merupakan perencanaan terhadap cara merespons
kejadian bencana. Perencanaan dibuat berdasarkan bencana yang
pernah terjadi dan bencana lain yang mungkin akan terjadi. Tujuannya
adalah untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana
pelayanan umum yang meliputi upaya mengurangi tingkat risiko,
pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, serta pelatihan warga di
wilayah rawan bencana. (ilyas, 2006)
Respons merupakan upaya meminimalkan bahaya yang diakibatkan
bencana. Tahap ini berlangsung sesaat setelah terjadi bencana.
Rencana penanggulangan bencana dilaksanakan dengan fokus pada
upaya pertolongan korban bencana dan antisipasi kerusakan yang
terjadi akibat bencana. (ilyas, 2006)
Pemulihan merupakan upaya mengembalikan kondisi masyarakat
seperti semula. Pada tahap ini, fokus diarahkan pada penyediaan

16
tempat tinggal sementara bagi korban serta membangun kembali saran
dan prasarana yang rusak. Selain itu, dilakukan evaluasi terhadap
langkah penanggulangan bencana yang dilakukan. (ilyas, 2006)
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat6
PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana). (ilyas, 2006)
Bencana sendiri adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Bencana dapat berupa kebakaran, tsunami,gempa
bumi, letusan gunung api, banjir, longsor, badai tropis, dan lainnya.
Kegiatan mitigasi bencana di antaranya pengenalan dan pemantauan
risiko bencana; perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;
pengembangan budaya sadar bencana;penerapan upaya fisik, nonfisik,
dan pengaturan penanggulangan bencana identifikasi dan pengenalan
terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana pemantauan terhadap
pengelolaan sumber daya alam pemantauan terhadap penggunaan
teknologi tinggi pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan
pengelolaan lingkungan hidup. (ilyas, 2006)
kegiatan mitigasi bencana lainnya. Robot sebagai perangkat bantu
manusia, dapat dikembangkan untuk turut melakukan mitigasi
bencana. Robot mitigasi bencana bekerja untuk mengurangi resiko
terjadinya bencana.
Contoh robot mitigasi bencana diantaranya :
1. robot pencegah kebakaran
2. robot pendeteksi tsunami
3. robot patroli/pemantau rumah atau gedung
4. robot pemantau gunung api

17
5. robot penghijauan
6. robot pembersih sungai
7. robot assistant untuk penyuluhan bencana
8. robot mitigasi bencana lainnya
Berdasarkan siklus waktunya, kegiatan penanganan bencana dapat
dibagi 4 kategori :
1. kegiatan sebelum bencana terjadi (mitigasi)
2. kegiatan saat bencana terjadi (perlindungan dan evakuasi)
3. kegiatan tepat setelah bencana terjadi (pencarian dan
penyelamatan)
4. kegiatan pasca bencana (pemulihan/penyembuhan dan
perbaikan/rehabilitasi). (ilyas, 2006)
8.4 Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Georafis atau Georaphic Information Sistem
(GIS) merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer,
dirancang untuk bekerja dengan menggunakan data yang memiliki
informasi spasial (bereferensi keruangan). Sistem ini mengcapture,
mengecek, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan
menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada kondisi
bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi-operasi umum
database, seperti query dan analisa statistik, dengan kemampuan
visualisasi dan analisa yang unik yang dimiliki oleh pemetaan.
Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan Sistem Informasi
lainya yang membuatnya menjadi berguna berbagai kalangan untuk
menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa
yang terjadi. (masyur, 2014)
Menurut John E. Harmon, Steven J. Anderson, 2003, secara rinci
SIG dapat beroperasi dengan komponen- komponen sebagai berikut :
a. Orang yang menjalankan sistem meliputi orang yang
mengoperasikan, mengembangkan bahkan memperoleh manfaat dari
sistem. Kategori orang yang menjadi bagian dari SIG beragam,

18
misalnya operator, analis, programmer, database administrator bahkan
stakeholder.
b. Aplikasi merupakan prosedur yang digunakan untuk mengolah
data menjadi informasi. Misalnya penjumlahan, klasifikasi, rotasi,
koreksi geometri, query, overlay, buffer, jointable, dsb.
c. Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data
atribut.
Data posisi/koordinat/grafis/ruang/spasial, merupakan data yang
merupakan representasi fenomena permukaan bumi/keruangan yang
memiliki referensi (koordinat) lazim berupa peta, foto udara, citra
satelit dan sebagainya atau hasil dari interpretasi data-data tersebut.
Data atribut/non-spasial, data yang merepresentasikan aspek-aspek
deskriptif dari fenomena yang dimodelkannya. Misalnya data sensus
penduduk, catatan survei, data statistik lainnya.
d. Software adalah perangkat lunak SIG berupa program aplikasi
yang memiliki kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan,
analisis dan penayangan data spasial (contoh : ArcView, Idrisi,
ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dll)
e. Hardware, perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan
sistem berupa perangkat komputer, printer, scanner, digitizer, plotter
dan perangkat pendukung lainnya. (nurfaida, 2016)

Gambar 4. Ilustrasi Uraian Sub Sistem SIG

19
SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem sebagai berikut :
a. Data Input
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan
menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber. Sub-
sistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengonversikan atau
mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam format yang
dapat digunakan oleh perangkat SIG yang bersangkutan.
b. Data Output
Sub-sistem ini bertugas untuk menampilkan atau menghasilkan
keluaran (termasuk mengekspornya ke format yang dikehendaki)
seluruh atau sebagian basis data (spasial) baik dalam bentuk softcopy
maupu hardcopy seperti halnya tabel, grafik, report, peta, dan lain
sebagainya.
c. Data Management
Sub-sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun tabel-
tabel atribut terkaitke dalam sebuah sistem basis data sedemikian rup
hingga mudah dipanggil kembali atau di-retrieve, diupdate, dan diedit.
d. Data Manipulation & Analysis
Sub-sistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat
dihasilkan oleh SIG. Selain itu sub-sistem ini juga melakukan
manipulas (evaluasi dan penggunaan fungsifungsi dan operator
matematis & logika) dan pemodelan data untuk menghasilkan
informasi yang diharapkan. (nurfaida, 2016)
9. METODE PENELITIAN
9.1 Metode Pengumpulan Data
Hal pertama yang dilakukan dalam analisis sistem adalah
melakukan pengumpulan data. Ada beberapa teknik pengumpulan data
yang digunakan yaitu:
1. Teknik Wawancara
Pada tahap ini, proses wawancara dilakukan kepada pihak BPBD
Kota Bengkulu.

20
2. Teknik Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung
bagaimana pihak BPBD memproses data yang ada menjadi
informasi dengan menggunakan alat – alat yang tersedia di BPBD.
3. Studi Pustaka
4. Studi Pustaka dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori
literatur dan buku-buku yang berhubungan dengan aplikasi yang
akan dibangun dalam penelitian ini.
a. Metode Pengembangan Sistem
Metode pengembangan sistem pada penelitian ini adalah
menggunakan model Waterfall, Model waterfall atau mode air terjun
mengusulkan sebuah pendekatan kepada pengembangan perangkat
lunak yang sistematis dan sekuensial dimulai dari tingkat dan
kemajuan sistem pada seluruh analisis data, desain
sistem,implementasi kode, pengujian, dan pemeliharaan. Adapun
tahapan dalam model Waterfall ini adalah :
1. Analisis Data
Aplikasi yang akan dibangun dan dirancang ini membutuhkan data
masukkan, data keluaran, dan kebutuhan antarmuka atau interface.
Tujuan dari analisis kebutuhan ini adalah sebagai batasan sistem
yan akan dibuat, fungsi sistem yang sesuai dengan kebutuhan user,
dan fasilitas – fasilitas yang menjadi nilai tambah pada sistem yang
akan dibuat ini.
a. Kebutuhan Data Masukkan
Data masukkan yang dibutuhkan adalah berupa data indikator dan
perhitungan indikator terkait dengan masalah potensi bahaya
gempa bumi di Provinsi Bengkulu, data berdasarkan BMKG
bengkulu.
b. Kebutuhan Data Keluaran
Data keluaran yang dihasilkan berupa pemetaan daerah yang
memiliki potensi bahaya gempa bumi dengan perhitungan empiris
dan informasi daerah yang memiliki percepatan tanah yang besar

21
serta laporan berupa tabel perbandingan percepatan tanah setiap
daerah.
c. Kebutuhan Interface
Kebutuhan interface pada aplikasi adalah memberikan kemudahan
dan kenyaman bagi pengguna pada saat mengakses aplikasi sesuai
dengan permasalahan yang ada.
2. Desain Sistem
Tahapan perancangan sistem merupakan tahapan dimana
dilakukan perancangan sistem dengan menerjemahkan analisa
kebutuhan ke dalam bentuk rancangan sebelum dilakukan
penulisan program. Model perancangan sistem yang akan
digunakan adalah konsep pemodelan DFD (Data Flow Diagram).
Dalam pembuatan aplikasi pada penelitian ini diperlukan beberapa
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang
dapat membantu hingga tahap penyelesaian.
a. Perangkat Keras
Adapun perangkat keras yang akan digunakan dalam penelitian ini
berupa satu perangkat laptop ASUS dengan spesifikasi sebagai
berikut :
1. Prosessor Inter(R) Core(TM) i3-3230M CPU @2.60GHz
2. Memori terinstall 4 GB RAM
3. Tipe sistem operasi 64-bit, prosessor basis x64
4. Keyboard dan mouse.
b. Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang akan digunakan dalam pembuatan sistem
antara lain:
1. Notepad++
2. Web Browser : Mozilla Firefox dan Google Chrome
4. Bahasa pemrograman : Java dan PHP
5. MySQL
6. Sistem Operasi Windows 8.
7. Google maps API

22
3. Implementasi Kode
Tahapan selanjutnya dalam pembuatan aplikasi ini secara
nyata adalah tahap implementasi. Tahap ini merupakan tahap
mempersiapkan Aplikasi berbasis sistem informasi geografis untuk
jalur mitigasi becana gempa bumi dan tsunami di Kota Bengkulu.
4. Pengujian Sistem
Setelah coding selesai, maka dilakukan pengujian terhadap
sistem yang telah dibuat. Tujuan dilakukannya pengujian adalah
mengeksekusi program untuk menemukan error ataupun kesalahan
yang terdapat pada sistem. Selain itu, akan dilakukan pengujian
apakah sistem yang dibuat telah sesuai dengan rancangan awal.
Pengujian yang akan dilakukan dengan pengujian Black Box :
 Black Box Testing
Pengujian black box atau pengujian fungsional adalah pengujian
kondisi yang dibangun berdasarkan fungsional dari program atau
sistem, maksudnya pada pengujian black box dibutuhkan informasi
mengenai data masukan dan sasaran keluaran tanpa harus
mengetahui bagaimana program atau sistem tersebut bekerja
(Lewis, 2005). Adapun jenis-jenis dari pengujian black box ini
antara lain :
1. Equivalence Partioning
2. Boundary Value Testing
3. Comparision Testing
4. Sample Testing
5. Robustness Testing
6. Behavior Testing
7. Requirement Testing
8. Performance Testing
9. Endurance Testing
10. Cause Effect Relationship Testing
Adapun jenis pengujian black box yang akan digunakan
yaitu :

23
 boundry value testing itu adalah salah satu teknik pengujian
black box yang berfokus pada pengelompokan batasan
masukan dan keluaran yang sesuai oleh masukan. Oleh karena
itu setiap input data yang dilakukan akan mempengaruhi hasil
outputnya, baik berupa data riwayat gempa dan letak
geogerafis suatu daerah.
 Performance Testing adalah kecepatan suatu aplikasi dalam
mengeksekusi suatu data yang telah di inputkan, dalam hal ini
Performance Testings perlu dilakukan untuk melihat kecepatan
program dalam menjalankan data dari hasil pemetaan yang
telah dilakukan.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dimaksud adalah memperbaiki
kesalahan yang tidak ditemukan pada langkah sebelumnya ataupun
penambahan atribut yang diperlukan untuk melangkapi sistem.
Perbaikan implementasi sistem dan peningkatan jasa sistem
sebagai kebutuhan baru. Namun pada sistem ini hanya sebatas
pengujian dan tidak ada pemeliharaan sistem untuk kedepannya.

24
6. DIAGRAM ALIR KERJA SISTEM
Diagram alir kerja sistem adalah sebuah diagram yang akan
menggambarkan bagaimana sistem ini akan dibangun. Berikut
adalah diagram alir kerja sistem :

Mulai

Pengguna
mengaktifkan
GPS pada
perangkat
smartphone

Tidak aktif

Cek status GPS

aktif

Output data titik


lokasi pengguna

Cek lokasi penggua


tidak
didalam kota bengkulu

Ya

Pemberitahuan
Proses mencari jalur
lokasi pengguna
terpendek dengan
diluar jangkauan
Algoritma Genetika
aplikasi

Output jalur
menuju titik
evakuasi
terdekat
berupa peta.

Selesai

Gambar 5. Alir Diagram Sistem

25
7. WAKTU PELAKSANAAN
Jadwal dan Pelaksaan penelitian terkait adalah sebagai berikut :
Tabel 4 Waktu Pelaksanaan
BULAN
NO KEGIATAN Jan Feb Mar April Mei Jun
2017 2017 2017 2017 2017 2017
1. Studi Kepustakaan
2. Seminar Proposal
3. Pengumpulan Data
4. Pembuatan Sistem
5. Pengujian Sistem
6. Penyelesaian Lap Akhir

26
8. PENELITIAN TERKAIT
Tabel 5 Penelitian Terkait
No Peneliti/tahun/Universitas Judul Hasil Pembeda
1 SISTEM NAVIGASI UNTUK Terciptanya sebuah sistem Menentukan jalur evakuasi
TITIK BERKUMPUL DAN dalam bentuk aplikasi pada dengan algortima genetika yang
JALUR EVAKUASI smartphone android aplikasi mengoptimasi jalur evakuasi
BENCANA GEMPA DAN map dan driving route terdekat dari perbandingan
TSUAMI DI KOTA beberapa titik jalur mitigasi
BENGKULU BERBASIS
ANDROID
2 TOMMY ILYAS (2006) MITIGASI GEMPA DAN Hasil dari penelitian: Menyajikan informasi pra
UNIVERSITAS TSUNAMI DIDAERAH Memberikan gambaran kebencanaan kepada masyarakat
INDONESIA PERKOTAAN simulasi dan prediksi kota bengkulu.
kerusakan yang terjadi atau
merancang struktus
bangunan
3 GATUT LITERASI MITIGASI Terciptanya optimalisasi Memberikan informasi pra
PRIYOWIDODO DAN BENCANA TSUNAMI literasi pengetahuan mitigasi mitigasi kesigapan kepada
JANDY E. LUIK (2013) UNTUK MASYARAKAT kepada masyarakat pacitan masyarakat kota bengkulu dalam

27
ILMU KOMUNIKASI PESISIR DI KABUPATEN jawa timur menghadapi bencana geologi.
UK PETRA PACITAN JAWA TIMUR
SURABAYA
4 NURFAIDA (2016) PENGGUNAAN SIG UNTUK Pemetaan jalur evakuasi Memberikan informasi tempat-
UNIVERSITAS PEMETAAN JAUR tsunami dan tempat evakuasi dikota
TADULAKO EVAKUASI BENCANA menganalisis penentuaan bengkulu
TSUNAMI DI DESA shelter titik berkumpul
TONGGOLOBIBI
KECAMATAN SOJOL
KABUPATEN DONGGALA

28
9. Daftar Pustaka

BMKG. (2016). pusat bahaya gempa bumi. Retrieved january 23, 2017, from
gempa bumi dan tsunami:
htto://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Gempabumi_Tsunami/Gempabumi

BNPB. (2017). halaman Bencana. Retrieved januari 28, 2017, from Data dan
informasi bencana Indonesia (BNPB): http://dibi.bnpb.go.id

hannawati, thiang, & eleazar. (2002). jurnal teknik elktro vol2, no.2. pencarian
rute optimum menggunakan agoritma genetika, 78-83.

husein, r. (2003). jurnal SIG geologi. konsep dasar sistem informasi geografis (
Geographics information system), 50-62.

ilyas, t. (2006). seminar bidang karekayasaan Fatek-Unsrat. mitigasi gempa dan


tsunami didaerah perkotaan, 1-23.

masyur, f. (2014). jurnal simetris. implementasi sistem informasi geografis


menggunakan google maps api dalam pemetaan asal mahasiswa, 30-34.

moh ikhyaul, i., & santoso, b. j. (2014). jurnal sains dan seni pomits vol 3, no2.
pemodelan tsunami berdasarkan parameter mekanise suber gempa bumi
dari anaisis waveform tiga komponen gempa bumi mentawai 25 oktober
2010, 86-91.

nurfaida. (2016). jurna Geo-Tadulako. penggunaan sig untuk pemetaaan jalur


evakuasi bencanatsunami di desa tonggolobibi kecaatan sojol kabupaten
donggala, 1-14.

priyowidodo, g., & E. luik, j. (2013). jurnal EKOTRANS vol.13 no.1 . literasi
mitigasi bencana tsunami untuk masyarakat pesisir di kabupaten pacitan
jawa timur, 47-61.

yuelawati, e., & syihab, u. (2008). mencerdasi bencana. jakarta: grasindo.

29
30

Anda mungkin juga menyukai