Anda di halaman 1dari 7

TSUNAMI ACEH 2004 SEBAGAI DASAR PENATAAN

RUANG KOTA MEULABOH


Wisyanto
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Jl.M.H.Thamrin 8 Jakarta 10340
Email: wisyanto2000@yahoo.com

Abstract
Tsunami which was generated by the 2004 Aceh eartquake has been
haunting our life. The building damage due to the tsunami could be seen
throughout Meulaboh Coastal Area. Appearing of the physical loss was
close to our fault. It was caused by the use dan plan of the land without
considering a tsunami disaster threat. Learning from that event, we have
conducted a research on the pattern of damage that caused by the 2004
tsunami. Based on the analysis of tsunami hazard intensity and the
pattern of building damage, it has been made a landuse planning which
based on tsunami mitigation for Meulaboh. Tsunami mitigation-based of
Meulaboh landuse planning was made by intergrating some aspects, such
as tsunami protection using pandanus greenbelt, embankment along with
high plants and also arranging the direction of roads and setting of building
forming a rhombus-shaped. The rhombus-shaped of setting of the road
and building would reduce the impact of tsunamic wave. It is expected that
these all comprehensive landuse planning will minimize potential losses in
the future .

Kata kunci : tsunami, penggunaan lahan, perencanaan, pola belah ketupat,


Meulaboh

1. PENDAHULUAN kecil, seperti Lempeng Caroline dan Lempeng Laut


Filipina (Hall, 1995).
Proses-proses geologis yang terjadi di alam, selain Tatanan tektonik Indonesia di wilayah barat,
dipengaruhi oleh proses “dalam“ meskipun relatif sederhana dengan hanya
(endogen/hipogene), juga dipengaruhi oleh melibatkan 2 lempeng besar (Lempeng Eurasia
proses-proses pada permukaan bumi dan Lempeng Hindia-Australia) tetapi
(eksogen/epigene). Interaksi dari kedua proses menghasilkan satuan-satuan tektonik yang penting
tersebut telah menghasilkan bentang alam yang dan sangat berpengaruh terhadap
kita nikmati sekarang ini. Proses “dalam“ berupa keberlangsungan hidup manusia. Akibat dari
proses tektonik yang terjadi di Indonesia, telah pertemuan dua lempeng besar diatas telah
membawa Indonesia menjadi wilayah yang sangat menghasilkan wilayah yang sangat dinamis. Di
dinamis. Kedinamisannya ini terkait erat dengan satu sisi, akibat dari adanya proses penunjaman
interaksi dari 3 lempeng utama, yaitu Lempeng muncul aktifitas magma dan menghasilkan
Eurasia, Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng rangkaian gunungapi dan di sisi lain dengan
Pasifik. Berdasarkan pada keterlibatan lempeng adanya gaya yang berlawanan arah (pertemuan
yang ada, wilayah Indonesia dapat dipisahkan lempeng) telah menghasil sesar-sesar besar yang
menjadi dua bagian, yaitu wilayah barat dan timur, aktif. Akibat dari gaya berlawanan arah ini telah
dimana wilayah barat relatif sederhana dengan menghasilkan sistem tegasan yang makin lama
hanya melibatkan 2 lempeng, sedangkan wilayah makin besar. Pembentukan energi potensial dari
timur mempunyai tatanan tektonik yang lebih sistem tegasan ini sangat tergantung dari dimensi
kompleks dengan melibatkan 3 lempeng, serta dan sifat batuan (kuat geser). Sifat dan dimensi
ditambah dengan kehadiran lempeng yang lebih batuan yang mudah kandas tidak akan
menghasilkan energi potensial yang besar.Hal ini

_______________________________________________________________________________________________________________
Tsunami Aceh 2004 Sebagai...............(Wisyanto) 137
Diterima 16 Juni 2011; terima dalam revisi terakhir 15 Juli 2011; layak cetak 5 Agustus 2011
sering diekspresikan dengan daerah-daerah yang
sering terjadi gempa dengan frekuensi tinggi dan
magnitudo rendah. Lain halnya dengan dimensi
dan sifat yang menyebabkan batuannya tidak
mudah kandas, maka akan jarang muncul gempa
atau dapat dikatakan dengan seismic gap dan Meulaboh
berpotensi menghasilkan gempa dengan skala
besar. Gempa-gempa besar yang bersumber di
bawah laut, selain gelombang gempanya merusak,
juga tidak jarang menimbulkan tsunami dengan
skala besar, seperti halnya tsunami Aceh 2004.
Mengingat banyaknya bagian-bagian wilayah di
Indonesia yang berpotensi dilanda tsunami, maka
diperlukan suatu penanganan khusus
terhadapnya, khususnya dalam hal penataan Gambar 1. Peta Lokasi Kota Meulaboh (Sumber:
ruang berbasis mitigasi bencana tsunami. Salah Wikipedia)
satu kota yang hancur akibat dari terjangan
gelombang tsunami Aceh 2004 adalah Kota Maksud dari penelitian ini adalah untuk
Meulaboh (Gambar 1). mengetahui pola kerusakan dari peristiwa Tsunami
Gempa bumi tektonik yang terjadi di Aceh pada Aceh 2004 di Kota Meulaboh dan mempelajari
hari Minggu tanggal 26 Desember 2004 jam 07.59 pengalaman tersebut untuk mendapatkan
WIB berpusat di titik 3.316°N, 95.854°E dengan perencanaan tata ruang kota yang berbasis
kekuatan 9,1 Mw (USGS, 2004). Berdasarkan mitigasi bencana tsunami. Diharapkan semuanya
studi rupture model dengan metoda inversion long dapat dipakai untuk menurunkan risiko Kota
period surface waves menunjukkan bahwa rupture Meulaboh dan prinsip-prinsip dasarnya dapat
terjadi sepanjang 1000 km dengan durasi selama diterapkan di kota lainnya.
10 menit (Thio, 2006). Gempa tersebut telah
memicu terjadinya gelombang tsunami dan telah 2. BAHAN DAN METODE
mengakibatkan sedemikian besar korban, baik
harta maupun jiwa. Gempa dan tsunami yang 2.1. Kondisi Geologi
terjadi telah menyebabkan korban sekitar 230.000
orang tewas di 8 negara (Indonesia, Sri Lanka, Kerusakan bangunan akibat goncangan gempa
India, Bangladesh, Thailand, Maladewa, Malaysia sangat bergantung pada besar kecilnya
dan Somalia (http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_ gelombang gempa yang dialami oleh bangunan.
bumi_Samudra_Hindia_2004, diakses 29 Juni Besar kecilnya goncangan/gelombang gempa ini
2011) dengan tinggi rata-rata gelombang tsunami dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti besarnya
setinggi 9 meter. Tidak sedikit rumah yang skala gempa yang terjadi (magnitude gempa),
seharusnya kuat menahan laju gelombang jarak antara pusat gempa dengan bangunan dan
tsunami, tetapi karena telah digoncang oleh jenis tanah tempat bangunan berdiri. Jenis tanah
getaran gempa menjadikan bangunan lebih rentan atau lebih lengkapnya stratifikasi batuan dan tanah
terhadap terjangan gelombang tsunami. yang ada di bawah bangunan berkaitan erat
Belajar dari peristiwa tersebut diatas, sudah dengan kondisi daerah tersebut. Dengan demikian
seharusnya perencanaan tata ruang Kota kondisi geologi suatu daerah sangat berkaitan
Meulaboh dilakukan dengan baik dan upaya dengan proses pengrusakan bangunan dari
penurunan risiko kota terlaksana dengan baik. gelombang gempa.
Dengan demikian, meskipun ancaman bahaya Kota Meulaboh sebagian besar menempati
tsunami dan gempa masih tetap ada, namun daerah yang relatif landai dan memanjang dari
kerusakan dan korban jiwa akan dapat dikurangi arah baratlaut sampai ke tenggara. Sisi
secara nyata. baratdaya/barat dari Kota Meulaboh dibatasi oleh
laut, sedangkan di bagian timurlaut/timur kota
mulai menunjukkan adanya peningkatan elevasi
dengan morfologi bergelombang.
Susunan batuan di Kota Meulaboh terdiri dari 3
satuan batuan, yaitu Endapan Aluvial (endapan
lempung, pasir, kerikil) ; Formasi Meulaboh
(kerakal yang telah tertransport, pasir, lempung
yang berumur Pleistosen) dan Formasi Tutut
(konglomerat yang belum terlitifikasi sempurna,

________________________________________________________________________________________________________________
138 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 13, No. 2, Agustus 2011 Hlm.137-143
Diterima 16 Juni 2011; terima dalam revisi terakhir 15 Juli 2011; layak cetak 5 Agustus 2011
batupasir, batulumpur yang mengandung lignit, zona 2 dan 3, tetapi masih mampu merusak
lignit tipis dan batubara). Sebaran batuan Formasi bangunan kayu yang berkualitas buruk dan terjadi
Meulaboh adalah memanjang mengikuti arah secara sporadis dan zona 3 ini menjorok ke darat
panjang laut. Aluvial tersebar dan memotong sampai 2 km. Pada bagian tengah, zona intensitas
panjang sebaran satuan Formasi Meulaboh, bahaya tsunami lebih jauh masuk ke darat sampai
khususnya pada bagian-bagian disepanjang ±3 km (Gambar 2).
sungai yang membelah Kota Meulaboh. Satuan
batuan dari Formasi Tutut tersebar dan terletak
dibagian timur dari satuan Formasi Meulaboh,
membentuk morfologi bergelombang (Cameron,
1982). Struktur geologi yang berkembang didaerah
Kota Meulaboh tidak terlihat pada peta geologi.
Hal ini tidak menutup kemungkinan adanya
struktur geologi didaerah ini, tetapi mengingat
satuan batuan diatasnya terdiri dari material yang
lepas, sehingga fenomena struktur yang
berkembang sulit teramati atau tidak
terekspresikan pada satuan batuan ini.

2.2. Metoda Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan,


dimulai dari Pengumpulan data sekunder terkait
gempa dan tsunami Aceh, pengamatan lapangan
tentang jenis bangunan yang ada, penentuan zona
tingkat kerusakan bangunan, pola perusakan,
pembuatan zona intensitas tsunami, analisis
terhadap semua informasi yang sudah diperoleh Gambar 2. Peta yang menunjukkan pembagian
dan ditetapkan. Selanjutnya membuat pola zona intensitas tsunami di wilayah
rencana tata ruang berbasis mitigasi bencana Meulaboh, arah panah menunjukkan arah
tsunami. datangnya tsunami.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.2. Kondisi Kerusakan Bangunan
3.1. Zona Intensitas Bahaya Tsunami
Pengamatan terhadap obyek kerusakan bangunan
Umumnya rumah/bangunan yang terbuat dari di Meulaboh dilakukan selama 5 hari. Melihat dari
kayu sangat rentan terhadap gelombang tsunami. tipologi pesebaran permukiman di Kota Meulaboh
Mengingat hal tersebut, maka besar kerusakan dan untuk mempermudah pembagian survey
bangunan kayu ini menjadi parameter pembuatan kerusakannya, Kota Meulaboh dibagi menjadi 3
zona intensitas bahaya tsunami dan diperkuat bagian, yaitu wilayah baratlaut kota, wilayah pusat
dengan pengamatan tinggi gelombang tsunami di kota Meulaboh dan wilayah tenggara kota.
lapangan. Berdasarkan kedua parameter tersebut, Pengamatan kerusakan bangunan ini diperlukan
telah dibuat peta zona intensitas bahaya untuk mengetahui pola sebaran kerusakan
tsunaminya. Zona 1 adalah zona intensitas bangunan. Dengan memperban dingkan antara
tsunami sangat tinggi, dimana kerusakan pola kerusakan bangunan dengan sebaran/zona
bangunan (dominan) kayu sangat tinggi yaitu lebih intensitas bahaya tsunami yang terjadi diharapkan
besar dari 90% dari bangunan yang ada dan tinggi akan ditetapkan upaya mitigasi bencana tsunami
gelombang tsunami lebih tinggi dari 3 m. Zona 2 di masa mendatang.
adalah zona intensitas bahaya tsunami tinggi Langkah awal sebelum melakukan survei
dengan kerusakan bangunan kayu (kayu atau kerusakan, dilakukan pengamatan sepintas
setengah kayu) 90% - 70% dengan ketinggian (recognition) disebagian besar wilayah kota dan
gelombang tsunami 1 m – 3m. Zona 3 adalah zona kemudian ditetapkan pengelompokkan jenis
intensitas tsunami rendah dengan kerusakan bangunan yang ada. Hasil pengamatan sepintas
bangunan kayu dalam jumlah kecil dan tinggi ini, telah ditetapkan menjadi 4 klas bangunan,
gelombang tsunami kurang dari 1 m sampai 0 m yaitu:
(≤ 1 m). Pada zona 3 energi arus gelombang A: bangunan kayu,
tsunami diperkirakan sudah tidak sebesar pada B: bangunan separoh kayu/tembok

_______________________________________________________________________________________________________________
Tsunami Aceh 2004 Sebagai...............(Wisyanto) 139
Diterima 16 Juni 2011; terima dalam revisi terakhir 15 Juli 2011; layak cetak 5 Agustus 2011
C :bangunan tembok dengan kolom < 20 cm Berdasarkan fenomena tersebut, dapat
(URM atau unreinforced masonry, missal: disimpulkun bahwa kerusakan sebagian besar
rumah penduduk/perumahan tidak tingkat) disebabkan oleh kekuatan gelombang tsunami.
D: bangunan tembok dengan kolom > 20 cm Dari ketiga wilayah pembagian dalam
(URM atau unreinforced masonry, misal: pengamatan cepat atas kerusakan bangunan,
pertokoan tingkat, rumah mewah tidak wilayah Kota Meulaboh adalah wilayah yang paling
tingkat, rumah mewah bertingkat) padat bangunan. Dilihat dari faktor penghalang laju
gelombang tsunami, kondisi wilayah yang padat
Berikut tabel kondisi kerusakan dari tiga wilayah dengan bangunan seharusnya pada posisi yang
pengamatan : semakin jauh (belakang) dari jajaran terdepan
bangunan (yang berhadapan langsung dengan
Tabel 1. Daftar % jenis bangunan hasil survei laut) terjadi pengurangan tingkat pengrusakan
untuk sub wilayah baratlaut Kota Meulaboh secara nyata, akan tetapi di lapangan terlihat
bahwa fenomena tersebut kurang nyata kelihatan.
ZONA A% B% C% D% Hal ini kemungkinan disebabkan oleh material
tanah yang menjadi tumpuan bangunan sebagian
Bangunan sebe
lum bencana
50 30 15 5 besar adalah material lepas berukuran pasir
Bangunan 98 90 70 60 sampai silt. Meskipun dengan kecepatan
I
rusak gelombang yang sudah berkurang akibat
Bangunan sebe penghalang lajur bangunan didepannya masih
70 15 13 2 mampu menggerus material lepas (sand-silt) dan
lum bencana
II Bangunan 85 70 50 40 memperlemah kekuatan bangunan diatasnya.
rusak Kerusakan bangunan kayu dan bangunan
separoh tembok yang terjadi pada zona 1 dari
Tabel 2. Daftar % jenis bangunan hasil survei ketiga sub wilayah ( barat laut kota, kota dan
untuk sub wilayah Kota Meulaboh subwilayah tenggara kota) hampir terjadi secara
keseluruhan (>90%). Dari ketiga subwilayah yang
ZONA A% B% C% D% ada, ternyata subwilayah kota mengalami
Bangunan sebe kerusakan yang paling kecil yaitu 90 – 95%. Hal
I 12 18 35 35
lum bencana tersebut mungkin karena banyaknya bangunan
Bangunan rusak 95 90 80 75 tembok yang mungkin telah mengurangi laju
Bangunan sebe kecepatan arus tsunami. Tetapi pada subwilayah
II 15 20 45 20 ini, kerusakan bangunan tembok terjadi lebih besar
lum bencana
Bangunan rusak 85 80 70 65 dibandingkan dengan kedua subwilayah lainnya.
Kemungkinan hal ini disebabkan oleh konsentrasi
Tabel 3. Daftar % jenis bangunan hasil survei bangunan, soil tempat berdirinya bangunan
untuk sub wilayah tenggara Kota Meulaboh (medium sand-silt) dan pengrusakan oleh gempa
sebelum diterjang tsunami.
ZONA A% B% C% D% Ada beberapa keterbatasan dalam melakukan
pengamatan di lapangan, seperti kondisi dan
Bangunan sebe
I 60 30 7 3 situasi lapangan yang masih kacau dan masih
lum bencana
Bangunan 98 93 75 60 diselimuti oleh situasi keprihatinan dan duka yang
rusak mendalam. Tidak menutup kemungkinan, metoda
Bangunan sebe pengamatan yang dilakukan kurang konsisten atau
II 75 13 10 2 dengan kata lain, tingkat subyektifitas pengamatan
lum bencana
Bangunan 88 75 60 40 sangat domininan. Salah satu kemungkinan akan
rusak ketidakkonsistenan pengamatan misalnya, dengan
padatnya bangunan, emosi pengamat ikut
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah memperbesar taksiran yang dilakukan. Dengan
dilakukan terhadap tingkat kerusakan bangunan, demikian, perlu dilakukan perbaikan metode
terlihat bahwa kerusakan terbesar dialami oleh pengamatan, misalnya dengan menambah
bangunan jenis kayu. Hal ini berbeda dengan pengamat dan jalur sampling dilapangan.
fenomena kerusakan yang terjadi di daerah lain
(pada peristiwa lain) yang diakibatkan oleh 3.3. Pelindung Sabuk Hijau
gempabumi. Dimana kerusakan akibat gempa,
bangunan kayu dengan kondisi cukup baik Upaya penurunan risiko bencana tsunami dapat
(kualitas bahan, desain dan kualitas konstruksinya dilakukan dalam dua pendekatan, yaitu upaya
baik) paling sedikit mengalami kerusakan. struktural dan upaya non struktural. Upaya

________________________________________________________________________________________________________________
140 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 13, No. 2, Agustus 2011 Hlm.137-143
Diterima 16 Juni 2011; terima dalam revisi terakhir 15 Juli 2011; layak cetak 5 Agustus 2011
struktural dapat berupa pembangunan struktur Gambar 3 a menunjukkan awal simulasi penjalaran
pelindung pantai (seawall, embankment dan tsunami dengan ketinggian gelombang 4 m,
breakwater) atau penanaman vegetasi (green sedangkan pada gambar b menunjukkan akhir dari
belt), sedangkan upaya non structural dapat penjalaran gelombang tsunami.
berupa kajian bahaya, system peringatan dini,
perbaikan building code, pendidikan kepada 3.4. Perencanaan Tata Ruang Akrab Bencana
masyarakat dan dengan perencanaan tata ruang Tsunami
akrab bencana tsunami.
Penelitian efektifitas perlindungan tsunami Salah satu upaya penurunan risiko bencana
dengan vegetasi (green belt) menunjukkan bahwa tsunami yang non struktural adalah melalui
pada daerah yang relatif landai, upaya perencanaan tata ruang akrab bencana tsunami.
perlindungan dengan jajaran vegetasi cukup efektif Morfologi Kota meulaboh yang landai perlu
dan sebaliknya. Pada simulasi perlindungan dilakukan perencanaan pemanfaatan ruang
vegetasi dengan lebar lajur vegetasi (Pandanus berbasis mitigasi bencana tsunami. Berdasarkan
oddorrasimus) 200 m, tinggi gelombang tsunami di pengamatan “cepat“ atas kerusakan bangunan di
garis pantai 4 m dan kemiringan pantai 1:1000, Meulaboh, menunjukkan bahwa pada subwilayah
menunjukkan bahwa kalau tanpa vegetasi tsunami kota, kerusakan bangunan kayu lebih kecil karena
akan menginvasi ke darat sejauh 2,5 km, adanya perlindungan oleh padatnya bangunan
sedangkan kalau dilindungi dengan jajaran/sabuk tembok. Akan tetapi padatnya bangunan tembok
vegetasi, invasi gelombang tsunami berkurang ini berakibat terbalik, dimana kerusakan bangunan
800m menjadi 1,7 km (Gambar 3). tembok di subwilayah kota menjadi paling tinggi.
Manfaat perlindungan dengan sabuk vegetasi Belajar dari peristiwa tersebut maka dibutuhkan
ini juga akan sangat bermanfaat bagi Kota suatu penaatan bangunan dan pemanfaatan lahan
Meulaboh yang bermorfologi landai. Jenis vegetasi lainnya (seperti tempat usaha, jalur jalan dan lain
yang digunakan dapat berupa tanaman pandan sebagainya) secara cermat dan tepat.
atau bahkan sawit. Terjangan tsunami di Meulaboh Hal lain yang perlu dijadikan pertimbangan
(dalam peristiwa Tsunami Aceh 2004) yang rata- adalah potensi arah tsunami yang mungkin timbul.
rata masuk kedarat sampai 2 km akan dapat Pada peristiwa tsunami Aceh 2004, arah umum
dikurangi. Seperti pada hasil simulasi di atas, jika gelombang tsunami berasal dari arah baratdaya-
Pantai Meulaboh dilindungi sabuk tanaman selatan. Meskipun demikian, tidak menutup
pandan selebar 200 m, maka dengan intensitas kemungkinan bahwa pada peristiwa lain,
yang sama, invasi gelombang tsunaminya hanya gelombang tsunami akan datang dari arah yang
mencapai ±1,3 km saja. berbeda. Sebab potensi titik gempa pemicu
tsunami di sekitar Meulaboh ada di sepanjang jalur
(a) subduksi yang memanjang sejajar dengan panjang
Pulau Sumatera. Mengingat hal tersebut,
perencanaan lajur jalan yang tepat adalah
membentuk sudut lancip terhadap panjang pantai
dan secara keseluruhan mirip seperti belah
ketupat. Bentuk ini akan berguna, selain masih
relatif mudah untuk proses evakuasi menjauhi
pantai dan bentuk bangunan secara keseluruhan
tidak berhadapan muka dengan arah gelombang
datang.
(b)

_______________________________________________________________________________________________________________
Tsunami Aceh 2004 Sebagai...............(Wisyanto) 141
Diterima 16 Juni 2011; terima dalam revisi 15 Juli 2011; layak cetak 5 Agustus 2011
a. Permukiman

b. Bangunan tinggi / pemerintah

c. Jalan dan tempat parkir wisatawan


………………………………………………
………………………………………………
………………………………………………
….…………………………………………... d. Embankment / tanggul dan vegetasi

e.Pasar terbuka

f. Lajur Vegetasi

g. Tempat rekreasi

Gambar 4. Skema penataan ruang akrab bencana tsunami untuk Kota Meulaboh

Upaya perlindungan dari gelombang tsunami dibandingkan dengan kedua subwilayah lainnya.
dapat ditambah dengan suatu lajur timbunan/ Hal ini disebabkan oleh tingginya konsentrasi
embankment yang ditanami dengan tanaman bangunan tembok di dekat pantai serta tanah
tinggi. Pada Gambar 4 menunjukkan adanya pendukung beban bangunan berupa medium sand
perubahan fungsi lahan dari arah laut ke darat, – silt.
dimana lahan terdekat pantai dipakai untuk Perencanaan tata ruang akrab bencana
rekreasi tanpa asset fisik didalamnya. Selanjutnya tsunami Kota Meulaboh, secara melintang dari
pada lajur berikut adalah pasar terbuka, dimana arah laut adalah tempat rekreasi, lajur vegetasi
aktivitasnya tidak menetap, aset tidak banyak dan (green belt), pasar terbuka, embankment dengan
masih mungkin diangkut saat menghadapi tanaman tinggi, jalan dan tempat parkir wisatawan,
keaadaan darurat. Lajur lebih dalam setelah lajur bangunan tinggi/pemerintah dan terakhir adalah
embankment adalah lajur jalan dan parkir permukiman.
wisatawan yang langsung terhubung dengan jalan- Desain atau tataletak jalan dan bangunan
jalan lurus menuju kedalam (evacuation road). berbentuk belah ketupat akan mengurangi energi
Bentuk jalan dan formasi bangunannya yang gempuran gelombang tsunami, sehingga
membentuk pola belah ketupat akan mengurangi kerusakan yang diakibatkan oleh gelombang
energi gempuran gelombang tsunami, sehingga tsunami dapat diminimalisir
kerusakan yang diakibatkan oleh gelombang
tsunami dapat diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
4. KESIMPULAN
Cameron, N.R., J.D.Bennett, D.McC.Bridge,
Berdasarkan kedalaman gelombang tsunami dan A.Djunuddin, S.A. Ghozali, H.Harahap, D.H.
pola kerusakan bangunan, telah dapat dibuat peta Jeffrey, W.Kartawa, W.Keats, N.M.S.Rocks dan
intensitas bahaya tsunami Kota Meulaboh dengan R.Whandoyo, 1982, Peta Geologi Lembar
3 pembagian tingkat, yaitu zona intensitas sangat Meulaboh, Pusat Penelitian dan
tinggi, tinggi dan rendah. Pengembangan Geologi, Bandung.
Jenis bangunan kayu dikedua subwilayah,
yaitu subwilayah baratlaut dan subwilayah Carreño ML., Cardona OD., Barbat A., 2006,
tenggara mengalami kerusakan lebih parah Measurement of Risk Management
dibandingkan dengan yang terjadi pad subwilayah Performance in Metro Manila, general
kota. Hal ini dimungkinkan karena terlindung dari description and forms
derasnya laju tsunami oleh bangunan tembok di
kota. Keaadaan sebaliknya adalah bahwa
bangunan tembok di subwilayah kota lebih parah

________________________________________________________________________________________________________________
142 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 13, No. 2, Agustus 2011 Hlm.137-143
Diterima 16 Juni 2011; terima dalam revisi terakhir 15 Juli 2011; layak cetak 5 Agustus 2011
Djamaluddin, R., 2005, Operasi Bakti Teknologi Thio, H.K., 2006, Retrieval of High-resolution
Aceh 2005, Balai Teknologi Survei Kelautan, Kinematic Source Parameters for Large
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Earthquakes, URS Group Inc., 566 El Dorado
Street, 2nd floor, Pasadena, CA 91101.
Hall, R., 1995, Plate Tectonic Reconstructions of
the Indonesian Region, Proceedings ---------------, 2004, Magnitude 9.1 OFF THE
Indonesian Petroleum Association vol. 1, 1995, WEST COAST OF NORTHERN SUMATRA,
IPA, p. 70-84. USGS

http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Samudra ---------------, 2004, Preliminary Earthquake Report,


_Hindia_2004, , diakses 29 Juni 2011 USGS.

_______________________________________________________________________________________________________________
Tsunami Aceh 2004 Sebagai...............(Wisyanto) 143
Diterima 16 Juni 2011; terima dalam revisi terakhir 15 Juli 2011; layak cetak 5 Agustus 2011

Anda mungkin juga menyukai