Anda di halaman 1dari 11

Geo-Hazard

KAJIAN PENGARUH GEMPA BUMI MERUSAK


DI WILAYAH PROVINSI BENGKULU TERHADAP PLTA MUSI

A. Soehaimi
Pusat Survei Geologi
Jl. Diponegoro No. 57 Bandung 40122

SARI

PLTA Musi terletak di dalam cekungan tarikan (pull apart basin) antara sesar Sumatera segmen Ketahun dan sesar
Sumatera segmen Musi - Keruh. Geologi bawah permukaan PLTA ini, berdasarkan sifat keteknikan batuannya dapat
dibagi atas empat lapisan batuan yakni: Lapisan batuan dasar 1 dengan N = 1000 dan Vs = 646 m/detik; Lapisan
batuan dasar 2 dengan N = 500, Vs =521 m/detik, dan ketebalan h= 12 - 16 m; lapisan batuan lunak 1 dengan N =
200, Vs = 392 m/detik, dan ketebalan h = 6 - 14 m, lapisan batuan lunak 2 dengan N = 100, Vs = 316 m/detik, dan
ketebalan h = 10 - 26 M. Periode alami (Ts) antara lapisan batuan dasar 1 dengan lapisan batuan dasar 2 adalah 0,092
detik ≤Ts≤ 0,099 detik, untuk lapisan batuan dasar 2 dengan batuan lunak 1 adalah 0,06 detik ≤ Ts ≤ 0,1 detik,
sedangkan untuk lapisan batuan lunak 1 dengan lapisan batuan lunak 2 adalah 0,12 detik ≤ Ts ≤ 0,26 detik. Gempa
bumi merusak Kepahyang tahun 1979 dan 1997 mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap PLTA Musi
dengan nilai percepatan maksimum di permukaan adalah 133,59 gal atau setara dengan intensitas VII MMI atau VII
MSK. Ancaman gempa bumi merusak berkekuatan Ms = 5 dapat terjadi di sekitar PLTA Musi dalam selang waktu 10
tahun, berturut-turut gempa bumi berkekuatan 6 Ms , 7 Ms dan 8 Ms adalah 40 tahun, 160 tahun dan 630 tahun.
J

Kata kunci: PLTA Musi, gempa bumi merusak, bencana dan risiko gempa

ABSTRACT
G

The PLTA Musi is located in a pull apart basin between Ketahun and Musi - Keruh segments of Sumatera fault zone. The
geotechnical subsurface of PLTA Musi is divided into four layers involving basement rock layer 1 with N = 1000, Vs =
646 m/second; basement rock layer 2 with N = 500, Vs =521 m/second, and thickness h= 12 - 16 m; soft rock layer 1
with N = 200 and Vs = 392 m/second, thicknes h = 6 - 14 m, soft rock layer 2 with N = 100, Vs = 316 m/second, and
S

thickness h = 10 - 26 m. The natural period (Ts) between based rock layer 1 and 2 is 0,092 second ≤Ts≤ 0,099
second, for based rock layer 2 and soft rock layer 1is 0,06 second ≤ Ts ≤ 0,1 second, and soft rock layer 1 and 2 is
0,12 second ≤ Ts ≤ 0,26 second. The 1979 and 1997 Kepahyang destructive earthquakes have significant influences
to the PLTA Musi with maximum ground accelaration 133,59 gal and equivalent intensity VII MMI or VII
M

MSK.Destructive earthquakes of magnitude Ms = 5 will occur at PLTA Musi at recurrent time of 10 years and
earthquake of magnitude Ms = 6, Ms = 7 and Ms = 8 at 40 years, 160 years and 630 years.
Keywords: The Musi PLTA,destructive earthquake, earthquake hazard and risk

LATAR BELAKANG dan segmen Musi - Keruh. Kajian pengaruh masing-


masing gempa bumi merusak tersebut terhadap
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi terletak
wilayah sekitarnya, termasuk PLTA Musi, merupakan
pada koordinat 3°34' LS dan 102°30' BT yang
suatu terobosan terhadap upaya mitigasi risiko
berada pada aliran S. Musi, Provinsi Bengkulu.
bahaya gempa bumi untuk keselamatan PLTA Musi.
Sebelum dan setelah dibangun hingga saat ini telah
diguncang gempa bumi paling sedikit lima kali, yakni
gempa bumi Bengkulu (1914, 2000, dan 2007) dan MAKSUD DAN TUJUAN
gempa bumi Kepahyang (1979 dan 1997).
Berdasarkan asal-usul kejadiannya (seismogenetik) Maksud kajian ini adalah untuk menentukan
kelima gempa bumi yang pernah mengguncang dan pengaruh gempa bumi merusak wilayah Bengkulu
mempengaruhi daerah ini, dapat dibedakan gempa terhadap PLTA Musi, sedangkan tujuannya adalah
bumi yang terjadi sebagai akibat aktifitas tunjaman menghitung secara kuantitatif seberapa besar
lempeng tektonik samudra Hindia - Australia yang kekuatan, percepatan maksimum dan intensitas
menyusup di bawah lempeng tektonik benua Asia di gempa bumi yang akan terjadi untuk selang waktu
sebelah barat provinsi Bengkulu, dan gempa bumi tertentu, dan tingkat risiko yang dialami PLTA Musi.
akibat gerak sesar aktif Sumatera segmen Ketahun

JSDG Vol. 18 No. 5 Oktober 2008 337


Geo-Hazard
METODOLOGI mengalami ubahan. Satuan batupasir yang
merupakan bagian dari Formasi Seblat tersusun oleh
Metodologi yang diterapkan dalam kajian ini yakni
batupasir, batulempung, batupasir glokonitan,
mengevaluasi dan menganalisis data sekunder dan
batugamping, serpih, dan batulempung tufaan serta
primer geologi (bentang alam, batuan, struktur
geologi, dan tektonika), data geologi teknik (NSPT), napal. Satuan lava dan satuan batupasir ini berumur
dan data geofisika kegempaan (regional dan lokal). Miosen Awal, dan diterobos oleh batuan intrusi diorit
Miosen Tengah. Kedua satuan batuan tersebut di atas
ditindih secara tidak selaras oleh batuan yang lebih
GEOLOGI DAN KEGEMPAAN REGIONAL PLTA
muda, satuan endapan gunung api Kaba yang
MUSI
tersusun oleh breksi, lava, dan tufa, dan batuan
PLTA Musi terletak di sebelah barat jalan lintas antara termuda terdiri atas endapan sungai Musi muda dan
kota Kepahyang dan Curup, di aliran sungai Musi tua (teras) (Gambar 1).
yang mengalir dari arah utara ke selatan.
Berdasarkan kondisi geologi regional, PLTA Musi ini Struktur Geologi Regional
berada dalam tiga lingkupan geologi bersifat regional
PLTA Musi terletak di antara lajur sesar mendatar
yakni bentang alam, batuan, dan struktur geologi.
menganan Sumatera segmen Ketahun (timurlaut)
Kondisi geologi regional dalam bahasan ini mengacu
dan segmen Musi Keruh (baratdaya) yang berarah
pada peta geologi Lembar Bengkulu, Sumatera
barat laut - tenggara (Gambar 1). Kedua segmen
(Gafoer drr., 1992), sedangkan kegempaannya
sesar tersebut membentuk cekungan tarikan (pull
mencakup kegempaan regional wilayah Bengkulu,
apart basin). PLTA Musi terletak pada sisi lembah
gempa bumi merusak regional dan seismotektonik
barat daya sistem cekungan tarikan tersebut. Ciri
J

regional wilayah Bengkulu yang bersumber data dari


khusus struktur geologi disekitar PLTA ini berupa
NEIC USGS dan Pusat Survei Geologi,
sesar-sesar mendatar yang berarah barat laut -
tenggara, sesar naik dan sesar turun (Gambar 2).
G

Bentang Alam Regional


– Kegempaan Regional Wilayah Bengkulu
Sungai Musi dimana PLTA Musi berada terletak
dalam bentang alam alur sungai yang merupakan Wilayah Bengkulu merupakan salah satu wilayah di
kontak antara dua bentang alam regional, yakni Kaki
S

Indonesia yang memiliki kegempaan sangat aktif.


Kerucut Gunung Api Kaba (timur) dan Punggungan Data gempa bumi berkekuatan > 4 Mb dalam
Bukit Barisan (barat). Ciri khusus yang dimiliki oleh berbagai kedalaman dari NEIC.USGS tahun 1970 -
kedua bentang alam ini secara regional memiliki 2007 yang dihimpun dalam peta kegempaan
M

lereng yang miring ke arah barat dan timur. Lereng Bengkulu (Gambar 3). Berdasarkan kedalamannya
yang miring ke arah timur merupakan bentang alam gempa bumi wilayah Bengkulu dapat dibagi menjadi
yang lebih tua dibandingkan lereng bentang alam tiga kelompok, yakni gempa bumi dengan kedalaman
yang miring ke arah barat. Hal ini sesuai dengan < 30 km, 30-99 km dan >100 km, Sementara
batuan penyusunnya. Batuan yang berada di sebelah berdasarkan kekuatannya dapat dikelompokkan
barat sungai Musi berumur lebih tua daripada batuan mejadi tiga yaitu < 5 Mb, 5 - 6 Mb dan > 6 Mb.
yang terletak di sebelah timurnya. Sebagai Secara umum, gempa-gempa bumi ini tersebar
konsekuensi wilayah yang terletak pada lajur sesar dalam emapt lajur utama, yakni lajur gempa bumi
Sumatera, PLTA Musi ini juga memiliki bentang alam rapat di wilayah utara (tenggara Pulau Siberut), lajur
khusus, yaitu gawir-gawir sesar (sesar naik, sesar gempa bumi jarang di wilayah tengah (Pulau Sipora -
geser, dan sesar normal) dengan pola struktur sesar Kep Pagai), lajur rapat gempa bumi di wilayah
sesuai dengan arah tegasan pembentuk sistem sesar selatan (Pulau Enggano dan sekitarnya), dan gempa
tersebut. bumi yang berasosiasi dengan sesar Sumatera.
Keempat lajur ini merupakan karakteristik
Batuan Regional kegempaan wilayah Bengkulu dan sekitarnya.
Wilayah yang memiliki sebaran gempa bumi jarang
Batuan penyusun PLTA Musi dan sekitarnya ini terdiri
dinyatakan sebagai daerah potensi gempa bumi di
atas empat satuan batuan yakni satuan lava yang
masa yang akan datang, dan dikenal sebagai wilayah
merupakan anggota Formasi Hulusimpang yang
rumpang gempa bumi. PLTA Musi ini terletak dalam
tersusun oleh lava, breksi gunung api, dan tuff.
wilayah potensi rumpang gempa bumi.
Secara keseluruhan, satuan batuan tersebut telah

338 JSDG Vol. 18 No. 5 Oktober 2008


Geo-Hazard

J
G
S
M

B T

Gambar 1. Peta geologi regional PLTA Musi dan sekitarnya skala 1:250.000 (Gafoer drr.,1992)

JSDG Vol. 18 No. 5 Oktober 2008 339


Geo-Hazard

J
G
S
M

Gambar 2. Peta pola struktur geologi regional PLTA Musi dan sekitarnya.

340 JSDG Vol. 18 No. 5 Oktober 2008


Geo-Hazard

J
G

U
S

B T

S
M

Gambar 3. Kegempaan regional Bengkulu dan empat lajur sumber gempa bumi.

– Gempa Bumi Merusak Regional Wilayah mengakibatkan kerusakan di wilayah pantai


Bengkulu Bengkulu dan daerah daratan dengan intensitas
Gempa bumi merusak adalah gempa bumi yang maksimum VIII pada skala MMI (Gambar 4). Tercatat
mempunyai kekuatan cukup besar, dangkal, dan ratusan orang meninggal dan kerugian materi
mengakibatkan kerusakan di daerah sekitarnya. mencapai milyaran rupiah. Peristiwa gempa bumi
Kerusakan tersebut meliputi kerusakan geologi dan merusak ini tidak hanya mengakibatkan korban jiwa
kerusakan fisik lingkungan. Berdasarkan catatan dan kerusakan infrastruktur, tetapi juga
sejarah gempa bumi, di wilayah ini paling sedikit menyebabkan bencana geologi, seperti retakan
telah terjadi sepuluh kali gempa bumi merusak, yakni tanah, longsoran, tsunami, sesar gempa bumi,
gempa bumi Bengkulu (1914, 1938, 1991, 2000, pelulukan, dan lain sebagainya. Bencana geologi ini
2007), gempa bumi Tes (1952), gempa bumi dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan-
Kepahyang (1979, 1997), gempa bumi bangunan sipil penting, seperti sarana pembangkit
Argamakmur (1997) dan gempa bumi Muko-muko listrik, PLTA, dan lainnya terutama di daerah-daerah
(2004). Gempa-gempa bumi merusak tersebut telah yang dilalui oleh lajur sesar aktif.

JSDG Vol. 18 No. 5 Oktober 2008 341


Geo-Hazard
– Seismotektonik Regional Wilayah Bengkulu endapan alur sungai. Berdasarkan endapan ini, pola
sungai menunjukkan sungai bertumpuk (stacking
Seismotektonik wilayah Bengkulu merupakan bagian
river). Bentang alam teras sungai dijumpai di sisi
dari Satuan Seismotektonik Busur Sangat Aktif
bagian barat yang membentuk dataran bertingkat
Indonesia dengan tipe asimetris (Carter, 1979). Pada
yang mencirikan adanya perbedaan ketinggian setiap
satuan ini dapat terjadi gempa bumi berkekuatan 8,5
satuan teras. Keberadaan bentang alam teras ini
SR, namun pada umumnya gempa bumi
menunjukkan bagian barat alur sungai merupakan
berkekuatan 6-7 SR. Dua lajur seismotektonik utama
blok relatif naik (aktif bergerak secara tegak).
(asimetri) wilayah ini terdiri atas Lajur
Seismotektonik Tunjaman Lempeng Samudra Bentang alam gumuk dijumpai di sebelah barat
Hindia-Australia, dan Lajur Seismotektonik Sesar intake dam. Bentang alam ini merupakan gumuk sisa
Aktif Sumatera. Kedua lajur seismotektonik utama endapan gunung api tererosi yang dicirikan oleh
tersebut merupakan lajur sumber gempa bumi lereng agak landai. Semakin ke arah barat, lereng
wilayah Bengkulu (seismogenetic source). PLTA gumuk ini makin melandai, kadang-kadang di
Musi termasuk dalam lajur seismotektonik sesar aktif antara gumuk dijumpai dataran erosi.
Sumatera yang terletak di antara segmen sesar
Ketahun dan segmen sesar Musi Keruh yang – Batuan
membentuk lajur tarikan dan disebut sebagai lajur
tarikan. Batuan yang tersingkap di sekitar PLTA Musi ini
terdiri atas enam satuan batuan, yakni Satuan
Andesit, Satuan Tufa Breksi, Satuan Tufa, Satuan
GEOLOGI DAN KEGEMPAAN LOKAL PLTA MUSI
Lapili Tuf, Satuan Lempung Pasiran (teras), dan
J

Geologi lokal PLTA Musi terdiri atas tiga unsur yaitu Satuan Endapan Sungai.
bentang alam, batuan dan struktur geologi. Untuk
Satuan Andesit yang merupakan batuan dasar di
kegempaan lokal akan ditekankan pada kegempaan
G

PLTA dapat dijumpai pada ketinggian 520-550 m di


atau gempa bumi yang berasosiasi dengan lajur sesar
atas permukaan laut dengan kedalaman 25 hingga
aktif di sekitar PLTA.
55 m di bawah permukaan sungai. Satuan ini terdiri
atas andesit, dan aglomerat, tuf breksi yang
– Bentang Alam
merupakan bagian dari Formasi Hulusimpang bagian
S

Bentang alam lokal di sekitar PLTA terdiri atas empat bawah. Secara keseluruhan, batuan tersebut
satuan bentang alam, yaitu bentang alam lereng kaki mempunyai cepat rambat gelombang seismik P
bukit Kaba (timur), bentang alam lembah alur sungai 2600 m/detik.
M

Musi (tengah), bentang alam teras sungai (barat),


Satuan Tufa Breksi dijumpai pada ketingian 520 -
dan bentang alam gumuk (barat).
590 m di atas permukaan laut atau pada kedalaman
Bentang alam lereng kaki bukit Kaba yang terletak di 13 - 30 m di bawah permukaan sungai. Bagian
sebelah timur PLTA mempunyai kemiringan cukup bawah satuan ini terdiri atas tufa breksi dan
terjal (45%). Bentang alam ini dikontrol oleh sesar mengandung batuapung, sedangkan bagian atasnya
geser normal yang berada di sebelah timur (kiri) disebut sebagai Anggota Bawah Formasi Surau.
intake dam PLTA. Blok lembah sungai merupakan Batuan ini mempunyai cepat rambat gelombang
blok sesar yang relatif turun. seismik P 1600 m/detik.
Bentang alam lembah alur sungai Musi tempat Satuan Tufa dijumpai pada ketinggian 562 - 590 m
intake dam berada merupakan lembah sungai yang di atas permukaan laut, dengan kedalaman 5 - 13 m
berbentuk V. Sungai Musi merupakan sungai yang di bawah permukaan sungai. Satuan ini terdiri atas
terletak dalam lajur sesar aktif dengan ciri dinamika tufa berukuran pasir sampai lanau dan batuapung.
mengerosi tebing (erosi lateral), mengerosi dasar Batuan ini merupakan bagian dari Anggota Atas
lembah sungai (erosi tegak), dan mengendapkan Formasi Surau. Secara keseluruhan, batuan ini
material hasil erosi di sisi-sisi sungai. Sebagian mempunyai kecepatan rambat gelombang seismik P
endapan ini telah terangkat sebagai endapan teras. 900 - 1000 m/detik.
Endapan teras ini menunjukkan bahwa sungai telah Satuan Lempung Pasiran merupakan endapan teras
mengalami pergeseran (shifting river). Endapan sungai yang terdiri atas lempung, lanau, pasir, dan
sungai yang terbentuk di alur sungai membentuk kerikil.

342 JSDG Vol. 18 No. 5 Oktober 2008


Geo-Hazard

U
J

B T

S
G

Gambar 4. Peta intensitas gempa bumi Bengkulu berdasarkan sejarah kejadian gempa bumi merusak.

pada Peta Geologi Lembar Bengkulu (Gafoer, 1992),


S

Satuan Endapan Sungai merupakan endapan sungai


Musi sekarang yang terdiri atas lanau, pasir, kerikil, yang merupakan kelurusan sesar utama sesar
kerakal, dan bongkah. Sumatera segment Musi - Keruh. Keberadaan
struktur sesar ini diperkuat oleh penampang geologi
M

memotong intake bendungan (PLN, 1984) yang


– Struktur Geologi
memperlihatkan adanya perbedaan posisi ketinggian
Struktur geologi yang dapat dijumpai di daerah PLTA (dari permukaan laut) dan kedalaman (dari
Musi dan sekitarnya terdiri atas kekar dan sesar. permukaan sungai) batuan dasar (Satuan Andesit)
Kekar yang dijumpai sebagai kekar tarikan (tension yang mengalasi intake bendungan. Perbedaan posisi
joint), dan kekar gerus (shear joint) merupakan batuan dasar ini menunjukkan adanya pergeseran
produk gaya tektonika. Kedua sistem kekar dapat dua sesar tegak. Kedua sesar tersebut mengikuti
menunjukkan arah gaya yang bekerja pada kelurusan alur sungai Musi segmen selatan yang
batuannya. merupakan kelurusan lajur sesar Sumatera.
Bidang lemah yang dapat dijumpai di sekitar PLTA, Ke arah timur 2,5 km intake bendungan dijumpai
adalah kelurusan alur sungai Musi, pada segmen sesar yang mengikuti kelurusan sungai Musi segmen
sungai yang terletak di sebelah selatan intake utara. Sesar ini diduga merupakan sesar turun (sesar
bendungan dengan arah barat laut - tenggara. Ke tarikan) sebagai sesar sekunder sistem Sesar
arah utara kelurusan bidang lemah ini mengikuti Sumatera. Blok barat sesar ini diduga relatif turun.
kelurusan sungai Lanang yang berarah barat laut
Selain sesar ini, dijumpai sesar mendatar turun
tenggara. Ke arah utara (hulu) sungai dan intake
dengan arah utara - selatan. Sesar ini sejajar dengan
bendungan, aliran sungai Musi ini berubah arah
jalan utama kampung Surau - Curup. Blok turun
menjadi relatif utara - selatan. Lajur lemah ini dapat
adalah blok bagian barat yang sama dengan sesar
disebandingkan dengan pola struktur sesar yang ada
turun sekunder tersebut di atas.

JSDG Vol. 18 No. 5 Oktober 2008 343


Geo-Hazard
Sesar Aktif dan Kekuatan Gempa Bumi Percepatan Gempa Bumi
Maksimum
Tiga hal pogempaan lokal yang dibahas di PLTA Musi
Sesar aktif adalah sesar yang aktif sejak zaman yakni pengaruh gempa bumi regional (tunjaman),
Kuarter atau dua juta tahun yang lalu sampai pengaruh gempa bumi lokal (sesar aktif), dan
Holosen. Sesar aktif biasanya berasosiasi dengan maksimum intensitas gempa bumi terhadap PLTA.
kejadian gempa bumi. PLTA Musi terletak pada lajur Seperti di ketahui bahwa di wilayah provinsi
sesar Sumatera segmen Musi-Keruh tempat gempa Bengkulu sejak sepuluh tahun terakhir sering
bumi Kepahyang 1979 dan 1997 berpusat. diguncang gempa bumi kuat dan merusak. Gempa-
Berdasarkan penampakan peta topografi skala 1: gempa bumi tersebut adalah gempa bumi Bengkulu
50.000 (AMS, 1975) terlihat adanya segmen Sungai yang terjadi pada tahun 1914, 2000, dan 2007, dan
Musi dan Sungai Lanang yang tergeserkan sekisar 10 merupakan aktivitas tunjaman Lempeng Tektonik
sampai 20 m (Gambar 2). Pergeseran juga terlihat
Samudra Hindia-Australia. Pusat gempa-gempa
pada batuan alas Satuan Andesit di bawah PLTA
bumi Bengkulu ini terletak pada koordinat 4,5° LS
dengan pergeseran 10 sampai 20 m (Gambar 4 ).
Bila diasumsikan bahwa pergeseran tersebut telah dan 102,5° BT, berkekuatan 7 Ms, berkedalaman 33
terjadi sejak 1000 tahun yang lalu, berarti terjadi km. Gempa bumi Bengkulu tahun 2000 terletak
pergeseran minimum sepanjang 10 mm/tahun dan pada koordinat 4.734° LS dan 101.047° BT,
maksimum 20 mm/tahun. Dalam teks penjelasan berkekuatan 7,9 Ms, berkedalaman 5 km, dengan
grup penelitian sesar aktif Jepang (1992) ditentukan mekanisme fokal gerak sesar naik. Gempa Bumi
bahwa ada hubungan antara pergeseran rata-rata ” S Bengkulu tahun 2007 terletak pada koordinat 4.520
J

(mm/tahun) ” dan kekuatan maksimum gempa bumi LS dan 101.374 BT, berkekuatan 8,6 Ms,
(Ms) yang terjadi dalam interval waktu ” R (tahun) ” berkedalaman 34 km, serta bermekanisme fokal
yang dalam rumus empirisnya adalah: gerak sesar naik. Gempa bumi aktivitas sesar aktif
G

Sumatera tercatat dua kejadian, yakni gempa bumi


Log R = 0,6 M - (log S + 1)
Kepahyang (1979 dan 1997). Gempa bumi
Bila kecepatan pergeseran rata rata per tahun S = 10 Kepahyang 1979 terletak pada koordinat 3,3° LS dan
mm/tahun dan berasosiasi dengan gempa bumi 102,7° BT, berkekuatan 5,9 Ms, berkedalaman
S

berkekuatan maksimum Ms = 7 , maka selang dangkal, sedangkan gempa bumi Kepahyang 1997
waktu kejadian gempa bumi berkekuatan Ms = 7 ini terletak pada kordinat 3,6° LS dan 102,6 BT,
terjadi dalam selang waktu 160 tahun, sedangkan
berkekuatan 5 Ms. Secara individual, masing masing
untuk gempa bumi dengan kekuatan maksimum Ms
M

gempa bumi ini berpengaruh langsung terhadap


= 8 interval kejadiannya dalam selang waktu 630
tahun. Namun, bila kecepatan pergeseran rata-rata PLTA Musi. Pengaruhnya terhadap PLTA dapat
per tahun atau S = 20 mm/tahun dan berasosiasi ditentukan dengan menghitung besarnya nilai
dengan gempa bumi berkekuatan maksimum M = 7, percepatan maksimum di permukaan berdasarkan
maka selang kejadian gempa bumi Ms = 7 ini dalam rumus empiris Fukushima dan Tanaka (1990)
selang waktu 80 tahun, sedangkan untuk gempa sebagai berikut :
bumi berkekuatan Ms = 8, maka selang waktu
Log A = 0,41 Ms - log ( R + 0,032 X 100,41Ms ) -
kejadiannya adalah 316 tahun. Untuk gempa bumi
0,0034 R + 1,30
berkekuatan lebih kecil Ms = 5 dan Ms = 6 dapat
terjadi dalam selang waktu berturut turut 10 tahun A adalah percepatan maksimum di permukaan
dan 40 tahun. Selain itu Matsuda (1975) dengan dalam cm/detik2, R jarak terpendek antara lokasi
rumus empirisnya dapat memperkirakan panjang terhitung dan pusat gempa bumi (Km), dan Ms
sesar aktif berdasarkan kekuatan gempa bumi yang adalah kekuatan gempa bumi di permukaan. Gempa
terjadi, yaitu : bumi Bengkulu tahun 1914, 2000, dan 2007,
Log L = 0,6 Ms - 2,9 percepatan maksimum horizontal terhitungnya
berturut turut adalah 52,11; 26,37, dan 69,22 gal
Untuk gempa bumi berkekuatan Ms = 7, maka
atau cm/detik2, sedangkan gempa bumi Kepahyang
panjang sesar yang aktif adalah sepanjang 19 km,
(1979 dan 1997) masing masing adalah 84,55
sedangkan untuk gempa bumi berkekuatan Ms =
8, maka panjang sesar yang aktif adalah 79 km. cm/detik2 dan 133,59 cm/detik2 (Tabel 1).

344 JSDG Vol. 18 No. 5 Oktober 2008


Geo-Hazard
Tabel 1. Nilai Percepatan Gempa Bumi Merusak Maksimum di PLTA Musi Vs adalah kecepatan rambat gelombang S dalam
m/detik, N adalah nilai penetrasian (jumlah pukulan)
untuk setiap meter. Kajian geologi bawah permukaan
di bawah tubuh PLTA yang berdasarkan sifat
keteknikan batuan dan tanah (N), batuannya dapat di
bagi atas empat lapisan batuan (Gambar 5), yakni:
Lapisan batuan dasar 1 dengan N = 1000 dan Vs =
646 m/detik; Lapisan batuan dasar 2 dengan N =
Penilaian Risiko Bahaya Gempa Bumi 500 dan Vs =521 m/detik, ketebalan h= 12 - 16 m;
lapisan batuan lunak 1 dengan N = 200 dan Vs =
Penilaian risiko bahaya gempa bumi pada PLTA Musi 392 m/detik, ketebalan h = 6 - 14 M. Lapisan batuan
dan sekitarnya, dilakukan dengan pendekatan lunak 2 dengan N = 100 dan Vs = 316 m/detik,
korelasi nilai percepatan terhitung di lokasi ketebalan h = 10 - 26 M. Periode alami (Ts) dapat
bendungan dengan nilai intensitas gempa bumi ditentukan dengan rumus sebagai berikut 4H1/V1 ≤
(Gambar 4) yang mungkin terjadi berdasarkan Ts ≤ 4H2/V2, sehingga nilai-nilai periode alami
pendekatan rumus empiris. Algermissen (1989) lapisan batuan dasar 1 dengan lapisan batuan dasar
dalam Thenhaus, P.C., et al (1993) mendiskusikan 2 adalah 0,092 detik ≤Ts≤ 0,099 detik, untuk
beberapa pendekatan untuk memperkirakan lapisan batuan dasar 2 dengan batuan lunak 1
kerugian (risiko) dengan menghubungkan atenuasi adalah 0,06 detik ≤ Ts ≤ 0,1 detik, sedangkan untuk
intensitas atau kerugian berdasarkan sejarah lapisan batuan lunak 1 dengan lapisan batuan lunak
intensitas gempa bumi terhadap lingkungannya 2 adalah 0,12 detik ≤ Ts ≤ 0,26 detik.
J

(isoseismal intensitas). Algermissen drr. (1989)


dalam menstimulasikan sejarah intensitas gempa Dapat dinyatakan bahwa gempa bumi tunjaman
bumi dalam MMI dan merekonstruksinya dengan memberikan efek pada PLTA Musi dengan nilai
menggunakan rumus korelasi secara empiris : intensitas minimum IV MMI dan maksimum V MMI,
G

sedangkan gempa bumi sesar aktif Sumatera


MMI = (log Ah - 0,14)/0,30 memberikan efek dengan nilai intensitas minimum VI
Ah adalah percepatan maksimum horizontal di MMI dan maksimum VII MMI.
permukaan dalam cm/detik2 (Trifunac dan Brady,
S

Intensitas VI dalam skala MMI memberikan efek atau


1975 dalam Pusat penelitian dan pengembangan dampak dapat merusakkan plaster pada dinding
Air, 1996). Dalam kajian ini dapat diperkirakan bangunan sipil, sedangkan intesitas VII MMI dengan
pengaruh individual masing-masing gempa bumi
efek/dampak dapat memecahkan tembok-tembok
M

merusak di wilayah provinsi Bengkulu, baik yang


dan dapat terjadi pergeseran pada fondasi bangunan.
berada di lepas pantai (gempa bumi tunjaman)
Pada Intensitas VII MMI setara VII MSK (1964)
maupun yang berada di daratan Bengkulu (gempa
bumi sesar aktif). Gempa bumi Bengkulu tahun terjadi kerusakan bangunan tipe C (bangunan beton
1914, 2000, dan 2007, percepatan maksimum bertulang, bangunan kayu yang kuat) pada
horizontal terhitungnya berturut-turut adalah 52,11; kerusakan tingkat 1, sedikit kerusakan pada plaster
26,37, dan 69,22 gal atau cm/detik2. Sementara dan jatuh. Bangunan tipe B (bangunan terbuat dari
gempa bumi Kepahyang (1979 dan 1997) masing- bata, bangunan terdiri atas blok blok besar dan
masing adalah 84,55 cm/detik2 dan 133,59 terpisah pisah, dan bangunan setengah tembok)
cm/detik2. mengalami kerusakan tingkat 2, yaitu retak-retak
Periode alami batuan dan tanah di sekitar PLTA Musi kecil pada dinding, kerusakan pada cerobong tinggi
dapat dihitung berdasarkan data geoteknik hasil dan bagian-bagiannya jatuh. Bangunan tipe A
penelitian PLN (1984). Data yang dipergunakan (bangunan tersusun oleh batu bata, struktur rumah
adalah data SPT (Standard Penetration Test) berupa desa, rumah tanah liat) mengalami kerusakan tingkat
nilai N, untuk menentukan kecepatan rambat 3, yaitu rusak berat (runtuh) pada dinding dinding,
gelombang shear atau gelombang S dengan dan cerobong-cerobong jatuh, kerusakan pada pipa
menggunakan rumus empiris dari Inai dan Yoshimura pipa, dan retak pada dinding dinding batu,
(1990) : mengakibatkan air terguncang dan berpusar, dan
Vs = 76 N 0,31 lumpur naik kepermukaan.

JSDG Vol. 18 No. 5 Oktober 2008 345


Geo-Hazard

100m/det

200m/det

500m/det

1000m/det
J

Gambar 5. Modifikasi penampang geologi bawah permukaan arah barat daya - timur laut PLTA Musi berdasarkan kepadatan dari nilai N, SPT
(Dimodifikasi setelah PLN,1984).
G

KESIMPULAN n Periode alami lapisan batuan dasar 1 dengan


lapisan batuan dasar 2 adalah 0,092 detik
n Berdasarkan kedudukannya terhadap kondisi ≤Ts≤ 0,099 detik, untuk lapisan batuan dasar
tektonika sistem sesar Sumatera, PLTA Musi ini 2 dengan batuan lunak 1 adalah 0,06 detik ≤ Ts
S

terletak dalam lajur cekungan regangan tarikan ≤ 0,1 detik, sedangkan untuk lapisan batuan
(pull apart basin) antara sesar segmen Ketahun lunak 1 dengan lapisan batuan lunak 2 adalah
dan segmen Musi - Keruh. 0,12 detik ≤ Ts ≤ 0,26 detik.
M

n Dari kelima gempa bumi merusak Bengkulu n Ancaman gempa bumi merusak berkekuatan Ms
(1914, 1979, 1997, 2000 dan 2007) ternyata = 5 dapat terjadi di daerah sekitar PLTA Musi
gempa bumi Kepahyang tahun 1979 dan 1997 dalam selang waktu 10 tahun, sedangkan
mempunyai pengaruh yang cukup signifikan gempa bumi berkekuatan Ms = 6, Ms = 7 dan
terhadap PLTA Musi dengan nilai percepatan Ms = 8 adalah 40 tahun, 160 tahun dan 630
maksimum di permukaan adalah 133,59 gal tahun.
atau setara dengan intensitas VII MMI atau VII
MSK.
SARAN
n Geologi bawah permukaan di bawah tubuh PLTA
n Pengaruh gempa bumi terhadap suatu daerah
berdasarkan sifat keteknikan batuan dan tanah
atau bangunan yang berada di atasnya, sangat
(N), dapat dibagi atas empat lapisan batuan,
ditentukan oleh respons batuan/tanah serta
yakni: Lapisan batuan dasar 1 dengan N =
bangunan tersebut terhadap getaran yang
1000 dan Vs = 646 m/detik; Lapisan batuan
berpropagasi di dalamnya.
dasar 2 dengan N = 500 dan Vs =521 m/detik,
ketebalan h= 12 - 16 m; lapisan batuan lunak n Besar-kecilnya respons sangat bergantung pada
1 dengan N = 200 dan Vs = 392 m/detik, karakteristik fisik material penyusun batuan/
ketebalan h = 6 - 14 M. Lapisan batuan lunak 2 tanah atau bangunan tersebut, dan dapat diukur
dengan N = 100 dan Vs = 316 m/detik, dengan seismometer yang dapat mendeteksi
ketebalan h = 10 - 26 M. parameter fisiknya, seperti frekuensi dominan,

346 JSDG Vol. 18 No. 5 Oktober 2008


Geo-Hazard
periode dominan, simpangan, serta nilai UCAPAN TERIMA KASIH
kerentanannya.
Penulis mengucapkan terima kasih atas
n Prinsip dasar resonansi akan terjadi antara diterbitkannya makalah kepada Kepala Pusat Survei
batuan/tanah dengan bangunan di atasnya bila Geologi dan seluruh anggota Dewan Redaksi atas
keduanya mempunyai periode alami sama penelaahan serta saran-sarannya terhadap makalah
dalam getaran. ini.
n Untuk mengetahui karakter fisik pada kedua
media tersebut, perlu dilakukan perhitungan
dan pengukuran langsung di lapangan dengan
menggunakan seismometer tiga komponen,
dengan harapan dapat ditentukan periode alami
masing masing (batuan/tanah dan bangunan).

ACUAN
Carter, 1979. Indonesian Earthquake Study ; Seismic zones for building construction in Indonesia, Vol. 3
Fujita K., 1980. Active Faults in Japan; Sheet Maps and Inventories by The Reasearch Group for Active Faults;
University of Tokyo Press (Japan)
Fukusima, Y., Tanaka, T., 1990. A new attenuation realation for peak horizontal acceleration of strong
J

earthquake ground motion in Japan, Bull. Seism. Soc. Am. 80 : 757-783


Gafoer, S., Amin T.C., and Padede, R., 1992, Geological Map of Bengkulu Quadrangle, Sumatera, skala 1 ;
250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung.
G

PLN.,1984. Feasibility Study on Five Hidro Electric Power Development Projects, Musi Project.
Puslitbang Air., 1996, Pengembangan parameter percepatan daerah gempa kawasan barat Indonesia.
Departemen Pekerjaan Umum, Republik Indonesia.
S

Thenhaus, P.C., Effendi, I., Kertapati, E., 1993. Pilot Studies of Seismic Hazard and Risk in North Sulawesi
Province, Indonesia, Journal of Earthquake Spectra (9) 1
The Reasearh Group for Active Faults of Japan, University of Tokyo., 1992. Map of Active Faults in Japan With
M

an Explanatory Text.

Naskah diterima : 7 April 2008


Revisi terakhir : 4 Oktober 2008

JSDG Vol. 18 No. 5 Oktober 2008 347

Anda mungkin juga menyukai