Anda di halaman 1dari 15

TUGAS VULKANOLOGI

PENYEBARAN GUNUNG API

NAMA: FAKHRUL RAMADAN


NIM: 072.15.036

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2017
SEBARAN GUNUNG API
2.1 Sebaran Geografi Gunung Api
Di muka bumi ini gunung api tersebar di semua benua dan samudera secara berkelompok
yang. Seluruh gunung api di dunia itu berjumlah 1526 buah. Jumlah terbanyak, yaitu 202
buah, terdapat di wilayah nomor 15 yaitu di benua Amerika Latin yang membentuk jajaran
Pegunungan Andes di negara Argentina dan Chili. Di dalam kelompok itu terdapat gunung
api tertinggi di dunia, yakni G. Cotopaxi (+ 5911 m dml., Gambar 2.2). Empat kelompok
besar lainnya yang mempunyai jumlah gunung api terbanyak adalah wilayah nomor 9 & 10
(192 buah), wilayah nomor 6 (141 buah), wilayah nomor 2 (136 buah) dan wilayah nomor 8
(131 buah). Untuk wilayah nomor 9 & 10, kemunculan gunung api terpusat di Kepulauan
Kuril dan Kamchatka, Rusia. Di daratan utama Asia, gunung api tersebar secara acak di
China, Mongolia, Korea dan Rusia sendiri. Wilayah nomor 6 adalah Indonesia dan
Kepulauan Andaman yang mempunyai gunung api terbanyak ketiga dengan jumlah
persentase 9,24 %.

Gunung api di tengah samudera kebanyakan merupakan gunung api bawah laut
(submarine volcanoes); hanya sedikit yang muncul di atas muka laut sebagai pulau gunung
api, antara lain di Hawaii (Samudera Pacifik), Eslandia (Samudera Atlantik)
dan The Reunion Hot Spots di Samudera India. Gunung api yang muncul di tepi dan
mengelilingi Samudera Pacifik sering disebut sebagai Cincin Api Pacifik (The Ring of Fire
on Pacific Rims) (Gambar 2.15). Di Benua Afrika gunung api di jumpai di bagian baratdaya
(Negara Pantai Gading dan Kamerun) serta bagian timur (misalnya Ethiopia). Satu-satunya
gunung api di Benua Australia adalah Newer Volcanics Province, sebagai gunung api tameng
dan kegiatannya antara 5000 – 3000 tahun yang lalu.
2.2 Jumlah dan Sebaran Gunung Api Aktif di Indonesia
Gunung api itu tersebar luas mulai dari Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Kepulauan Nusa
Tenggara, Kepulauan Banda, Kepuluan Halmahera dan Sulawesi Utara hingga Kepulauan
Sangir-Talaud. Gunung api tersebut ada yang terletak di daratan pulau, terutama di Sumatera
dan Jawa, berupa kelompok gunung api yang membentuk sebuah pulau, satu gunung api
membentuk satu pulau dan bahkan ada gunung api yang tidak muncul di atas muka air laut
atau gunung api bawah laut.
Berhubung bentuk sebaran gunung api dari Pulau Sumatera hingga Kepulauan Sangir-
Talaud tersebut melengkung seperti busur maka sering juga disebut busur gunung api. Di
Indonesia sebaran gunung api aktif dibagi menjadi empat busur gunung api (Gb. 2.16), yaitu:
1. Busur Gunung Api Sunda, meliputi sebaran gunung api mulai dari Pulau Sumatera, Pulau
Jawa dan Kepulauan Nusa Tenggara. Dari Pulau Sumatera ke arah baratlaut sebaran
gunung api berlanjut ke Kepulauan Andaman.
2. Busur Gunung Api Banda, merupakan kelompok gunung api yang terdapat di Kepulauan
Banda.
3. Busur Gunung Api Halmahera, mencakup gunung api-gunung api di Halmahera dan
Kepulauan Maluku.
4. Busur Gunung Api Sulawesi Utara – Kepulauan Sangihe, merupakan kelompok gunung
api yang terdapat di Sulawesi Utara ke arah utara hingga Kepulauan Sangir dan
Kepulauan Talaud, yang keduanya kadang dinamakan Kepulauan Sangihe. Busur gunung
api Halmahera dan Sangihe tersebut berlanjut lebih ke utara menuju Filipina.

2.3 Pembagian Gunung Api Aktif di Indonesia


Mengacu pembagian menurut Neumann van Padang (1951) maka gunung api aktif di
Indonesia dibagi menjadi tiga tipe (Tabel 2.2 – 2.6), yaitu :
1. Gunung api Aktif Tipe A, yaitu gunung api yang kegiatannya atau letusannya tercatat
dalam sejarah sejak tahun 1600. Sebagai contoh
 G. Merapi di Jawa Tengah
 G. Semeru di Jawa Timur
 G. Krakatau di Selat Sunda.
 G. Seulawah Agam di Provinsi NAD
masih memperlihatkan bentuk kerucut gunung api dan terdapat lapangan solfatara.
2. Gunung api Aktif Tipe B, adalah gunung api yang kegiatannya terjadi pada masa
prasejarah atau sebelum tahun 1600. Penentuan sebagai gunung api disini berdasarkan
bentuk tubuh gunung api yang umumnya berupa kerucut komposit dan kenampakan
kegiatan magma di permukaan bumi. Sebagai contoh
 G. Lawu pada perbatasan Jawa Tengah – Jawa Timur
 G. Ungaran Jawa Tengah.
 G. Jaboi di P. gunung api di Selat Sunda dan Pulau Jawa, mulai dari Gunung api
(Anak) Krakatau Gunung api Merapi sampai dengan Kompleks Raung-Ijen.
3. Gunung api Aktif Tipe C, adalah gunung api yang merupakan lapangan panas bumi, yaitu
munculnya gas-gas gunung api, mata air panas, bualan lumpur panas, lapangan ubahan
(alterasi) hidrotermal dan lain-lain. Gunung api aktif tipe C ini bentuk tubuhnya yang
berupa kerucut komposit sudah tidak nampak lagi. Contoh gunung api aktif tipe C ini
adalah lapangan panas bumi Kamojang dan Darajat di Jawa Barat.
Selain gunung api aktif Tipe A, B, dan C tersebut di atas di Indonesia masih banyak
gunung api yang digolongkan tidak aktif, meskipun bentuk bentang alam kerucutnya masih
sangat jelas, misalnya Gunung api Cikurai di Jawa Barat dan Gunung api Pananggungan di
Jawa Timur (Gambar 2.30 – 2.31). Pada gunung api tidak aktif itu sudah tidak ada
penampakan panasbumi, apalagi letusan dalam sejarah.

Daftar gunung api aktif di Pulau Sumatra dan Selat Sunda (Neumann van Padang, 1951;
Simkin & Siebert, 1994).

No. Nama Gunung api Tipe Gunung api Lokasi


1 Jaboi B C? P. Weh, NAD
2 Seulawah Agam A? B NAD
3 Peuet Sagoe A NAD
4 Bur Ni Geurendong C NAD
5 Bur Ni Telong A NAD
6 Gayo Leuser B Sumatra Utara
7 Sinabung A Sumatra Utara
8 Sibayak B Sumatra Utara
9 Pusuk Bukit B Sumatra Utara
10 Helatuba (Tarutung) C Sumatra Utara
11 Si bual Buali C Sumatra Utara
12 Sorik Marapi A Sumatra Barat
13 Talakmau B Sumatra Barat
14 Marapi A Sumatra Barat
15 Tandikat A Sumatra Barat
16 Talang A Sumatra Barat
17 Kerinci A Sumatra Barat
18 Kunyit B Bengkulu
19 Sumbing B Bengkulu
20 Belirang Beriti B Bengkulu
21 Bukit Daun B Bengkulu
22 Kaba A Bengkulu
23 Dempo A Sumatra Selatan
24 Bukit Lumut Balai C Sumatra Selatan
25 Marga Bayur C Sumatra Selatan
26 Sekincau Belirang B Lampung
27 Pematang Bata C Lampung
28 Hulubelu C Lampung
29 Rajabasa B Lampung
30 Anak Krakatau A Selat Sunda

Daftar gunung api aktif di Pulau Jawa (Neumann van Padang, 1951; Simkin & Siebert,
1994).

No. Nama Gunung api Tipe Gunung api Lokasi


1 Karang B Banten
2 Pulosari B Banten
3 Kiaraberes Gagak C Jawa Barat
4 Perbakti C Jawa Barat
5 Salak B Jawa Barat
6 Gede A Jawa Barat
7 Tangkuban Perahu A Jawa Barat
8 Patuha B Jawa Barat
9 Wayang Windu B Jawa Barat
10 Kawah Kamojang C Jawa Barat
11 Papandayan A Jawa Barat
12 Guntur A Jawa Barat
13 Galunggung A Jawa Barat
14 Telaga Bodas B Jawa Barat
15 Kawah Manuk C Jawa Barat
16 Kawah Karaha C Jawa Barat
17 Cereme A Jawa Barat
18 Slamet A Jawa Tengah
19 Timbang A Jawa Tengah
20 Dieng A Jawa Tengah
21 Sundoro A Jawa Tengah
22 Sumbing B Jawa Tengah
23 Merbabu B Jawa Tengah
24 Merapi A Jawa Tengah -
Yogyakarta
25 Ungaran B Jawa Tengah
26 Lawu B Jawa Tengah –
Jawa Timur
27 Wilis C Jawa Timur
28 Kelut A Jawa Timur
29 Arjuno - Welirang A Jawa Timur
30 Bromo A Jawa Timur
31 Semeru A Jawa Timur
32 Lamongan A Jawa Timur
33 Iyang Argopuro B Jawa Timur
34 Raung A Jawa Timur
35 Kawah Ijen A Jawa Timur

Daftar gunung api aktif di Nusa Tenggara (Neumann van Padang, 1951). Anak Ranakah,
nomor 8, dimasukkan ke dalam gunung api aktif tipe A karena meletus pada 1986 setelah
beristirahat selama 14.500 tahun (Abdulrachman dkk., 1988).

No. Nama Gunung api Tipe Gunung api Lokasi


1 Batur A Bali
2 Agung A Bali
3 Rinjani A Lombok, NTB
4 Tambora A Sumbawa, NTB
5 Sangeang Api A Sumbawa, NTB
6 Wae Sano C Flores, NTT
7 Poco Leok C Flores, NTT
8 Anak Ranakah A Flores, NTT
9 Inie Lika A Flores, NTT
10 Inerie B Flores, NTT
11 Ebulobo A Flores, NTT
12 Iya A Flores, NTT
13 Pui (Meja) B Flores, NTT
14 Ndatu Napi C Flores, NTT
15 Rokatenda A Flores, NTT
16 Sokoria C Flores, NTT
17 Kelimutu A Flores, NTT
18 Egon B Flores, NTT
19 Ile Muda B Flores, NTT
20 Lewotobi Laki-laki A Flores, NTT
21 Lewotobi Perempuan A Flores, NTT
22 Lereboleng A Flores, NTT
23 Riang Kotang C Flores, NTT
24 Ili Boleng A Adonara, NTT
25 Ili Lewotolo A Lomblen, NTT
26 Ili Werung A Lomblen, NTT
26 Sirung A P. Pantar, NTT
27 Batutara A Flores, NTT
28 Yersey B Laut Flores

Daftar gunung api aktif di Laut Banda dan Kepulauan Maluku Utara (Neumann van Padang,
1951).

No. Nama Gunung api Tipe Gunung api Lokasi


1 Emperor of China A L. Banda
2 Nieuwerkerk A L. Banda
3 Gunung api (Wetar) A L. Banda
4 Damar A L. Banda
5 Teon A L. Banda
6 Nila A L. Banda
7 Serua A L. Banda
8 Banda Api A L. Banda
9 Manuk A L. Banda
10 Makian (Kie Besi) A Maluku Utara
11 Moti B Maluku Utara
12 Gamalama A Maluku Utara
13 Tadoko B Maluku Utara
14 Gamkonora A Maluku Utara
15 Ibu A Maluku Utara
16 Malumpang Warirang A Maluku Utara
17 Dukono A Maluku Utara

Daftar gunung api aktif di Sulawesi Utara dan Kepulauan Sangihe (Neumann van Padang,
1951).

No. Nama Gunung api Tipe Gunung api Lokasi


1 Colo A P. Una-una
2 Ambang B Sulawesi Utara
3 Soputan A Sulawesi Utara
4 Batukolok C Sulawesi Utara
5 Lahendong C Sulawesi Utara
6 Lokon Empung A Sulawesi Utara
7 Sempu B Sulawesi Utara
8 Tampusu C Sulawesi Utara
9 Tempang C Sulawesi Utara
10 Mahawu A Sulawesi Utara
11 Sorongsong C Sulawesi Utara
12 Klabat B Sulawesi Utara
13 Tongkoko A Sulawesi Utara
14 Ruang A Kep. Sangihe
15 Karangetang (Api Siau) A Kep. Sangihe
16 Banua Wuhu A Kep. Sangihe
17 Awu A Kep. Sangihe
18 Gunung api (Sangir) A Kep. Sangihe

2.4 Sebaran Gunung Api Berdasar Tektonik Lempeng


Sebaran geografis gunung api ternyata dikontrol oleh gerak-gerak tektonika bumi yang
dapat dijelaskan dengan Teori Tektonik Lempeng (Plate Tectonic Theory, misal Decker &
Decker, 1981; Tatsumi et al., 1983). Berdasar konsep tersebut pemunculan gunung api dapat
dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu :
a. Gunung api yang muncul di pemekaran kerak tengah samudera. Gunung api ini muncul di
tengah-tengah samudera berasal dari pemekaran kerak bumi di dasar samudera (lihat Gb.
2.32 A & B). Contoh : gunung api-gunung api di Iceland dan The Reunion. Hasil kegiatan
gunung apinya berkomposisi basal, sehingga sering disebut Mid Oceanic Ridge Basalts
(MORB) atau Ocean Floor Basalts (OFB). Gambar 2.34 memperlihatkan pergerakan
kulit bumi sebagai akibat gaya tektonika sedunia.
b. Gunung api yang muncul di pemekaran kerak benua. Disini diyakini bahwa kerak benua
juga mengalami pemekaran sehingga menghasilkan kegiatan gunung api (Mid
Continental Volcanic Ridges). Contoh kelompok gunung api ini adalah di Ethiopian Rift
(Gbr. 2.35) dan Graben Rhine di Jerman (Gb. 2.36).
c. Pulau gunung api lautan (Ocean Island Volcano). Gunung api ini muncul sebagai akibat
menyempitnya kerak samudera, sehingga magma yang berasal dari selubung bumi
(mantle) dengan mudah ke luar ke permukaan bumi. Contoh gunung api jenis ini adalah
di Hawaii.
d. Busur gunung api tepi benua. Busur gunung api ini muncul di tepi benua sebagai akibat
penunjaman kerak samudera (Oceanic crust) ke bawah kerak benua (Continental crust).
Penunjaman tersebut menimbulkan panas yang mampu meleburkan selubung bumi
sehingga terbentuk magma yang karena sifatnya cenderung bergerak keatas sehingga
keluar sebagai kegiatan gunung api. Contoh tipe gunung api ini adalah di Indonesia,
Jepang, Amerika Serikat, Filipina, dan New Zealand. Beberapa ahli membagi kelompok
gunung api tepi benua menjadi dua sub kelompok berdasarkan kenampakan fisiografinya.
Pertama, gunung api yang secara sensu stricto benar-benar berada di tepi benua
(continental margin), contohnya gunung api di bagian barat benua Amerika Utara dan
Amerika Selatan. Kedua, busur gunung api kepulauan (island volcanic arcs) yaitu jajaran
kepulauan gunung api yang letaknya di antara samudera dan benua, serta dengan benua
itu sendiri dipisahkan oleh laut, misalnya di Indonesia, Filipina, Jepang dan Kepulauan
Aleutian.

Penampang pemunculan gunung api berdasarkan Teori Tektonik Lempeng. Gunung api
dapat terbentuk di daerah pemekaran kerak bumi (kerak samudera dan kerak benua), di
daerah penyempitan kerak samudera dan sebagian besar dapat terbentuk di daerah
penunjaman kerak samudera ke bawah kerak benua (Decker & Decker, 1981)
Penampang pergerakan lempeng kerak bumi. Kerak benua Afrika dan Amerika Selatan
dipisahkan oleh pemekaran dasar Samudera Atlantik yang mempunyai percepatan beberapa
inci per tahun. Kerak Samudera Pasifik Timur menunjam ke bawah benua Amerika
Selatan membentuk Pegunungan Andes (Decker & Decker, 1981).

e. Gunung api di batas kerak samudera (Ocean plates boundary).


Gunung api ini muncul sebagai akibat bertumbukannya antara dua kerak samudera,
sebagai contoh Kepulauan Mariana di bagian barat Samudera Pacifik. Kelompok gunung
api ini pada hakekatnya sama dengan kelompok d, hanya kedua kerak bumi yang saling
bertumbukan adalah kerak samudera.

MAGMA
Magma adalah cairan atau larutan slikat pijar yang terbentuk secara alamiah, bersifat mobile
(cairan yang bergerak), bersuhu antara 900-1200oC atau lebih dan berasal dari kerak bumi
bagian bawah atau selubung bumi bagian atas. Komposisi kimiawi magma hasil analisa kimia
dari sampel batuan beku terdiri dari :
1. Senyawa-senyawa yang bersifat non-volatil dan merupakan unsur oksida dalam
magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma, sehingga merupakan mayor
element, yang terdiri dari oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O,
TiO2, dan P2O5.
2. Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi
gas CH4, CO2, HCl, H2S, dan SO2.
3. Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak dan merupakan minor element seperti Rb,
Ba, Sr, Ni, CO, V, Li, S, dan Pb
Bunsen mempunyai pendapat bahwa ada dua jenis magma primer yaitu basalticdan granitic .
Sedangkan batuan beku merupakan campuran dari dua magma ini yang kemudian
mempunyai komposisi lain.

Asal usul magma


Asal-usul magma berkaitan dengan sumber panas yang ada di dalam bumi. Beberapa
pendapat tentang asal-usul magma adalah :
a. Sebagai hasil disintegrasi unsur-unsur radioaktif. Sebagai contoh peluruhan unsur
radioaktif 238U sebanyak 1 gram menjadi unsur-unsur Uranium yang lain yang lebih stabil
akan menghasilkan panas sekitar 0,94 erg/detik atau sekitar 0,03 kalori/tahun. Sedangkan
1 gram 40K akan menghasilkan panas sebanyak 0,28 erg/detik.
b. Meleburnya batuan sebagai akibat gesekan deformasi. Ini dibuktikan telah terjadinya
magma granit yang berasal dari batuan ubahan, misalnya di Zona Gunung api Taupo
(Taupo Volcanic Zone), New Zealand.
c. Penunjaman lempeng kerak bumi ke dalam selubung bumi (Ringwood, 1965).
Berdasarkan teori Tektonik Lempeng maka ada bagian lempeng kerak bumi yang
menunjam hingga mencapai selubung bumi. Karena tekanan yang besar daripada
penunjaman dan suhu yang tinggi di lingkungan selubung bumi itu maka kerak bumi
yang menunjam tersebut melebur menjadi magma.
d. Pencairan bahan selubung bumi akibat penambahan H2O yang berasal dari sedimen lautan
dan alterasi batuan gunung api, bersama-sama dengan lempeng kerak bumi menunjam ke
dalam selubung bumi (Tatsumi dkk., 1983; Gb. 3.1).
e. Pembubungan selubung bumi (upwelling mantle atau plumbing mantle). Dalam hal ini
sebagai akibat tertentu bahan selubung bumi meleleh dan kemudian membubung naik
secara diapirik atau seperti gelembung udara di dalam air yang sedang naik (e.g. Sisson &
Bronto, 1998; Maruyama, 1999; Gb. 3.2 dan Gb. 3.3).

Pendapat lama mengenai pembentukan magma sebagai hasil warisan panasbumi semula
dan sebagai akibat adanya gradien geotermis sudah tidak diterima lagi oleh para ahli. Hal itu
disebabkan bahwa pembentukan magma berasal dari batas antara selubung dan kerak bumi
yang tidak berhubungan langsung dengan inti bumi. Kedua berdasarkan gradien geotermis
terjadi kenaikan temperatur bumi sebanyak 3 derajat untuk setiap turun 100 m. Sehingga
secara teori inti bumi mempunyai temperatur 193.0600 C. Namun hasil penyelidikan
menunjukkan bahwa temperatur di dalam inti bumi itu hanya berkisar antara 3500 – 40000 C.
Magma yang terbentuk sebagai hasil peleburan sebagian selubung bumi yang
berkomposisi perodotit disebut magma primer. Magma primer ini pada umumnya sangat sulit
untuk dapat keluar ke permukaan bumi tanpa mengalami perubahan komposisi. Magma
primer juga disebut magma primitif karena selalu berkomposisi pikrit atau basal yang
mengandung magnesium tinggi dan dicirikan oleh tingginya rasio Mg/(Mg + Fe), Ca/(Ca +
Na + K), serta banyak mengandung unsur nikel, kromit dan unsur-unsur kompatibel lainnya.
Magma primer atau magma primitif tersebut dapat juga disebut magma induk, karena sebagai
akibat proses diferensiasi magma induk itu dapat membentuk magma turunan. Sebagai
contoh magma induk berkomposisi basal magnesium tinggi mengalami diferensiasi menjadi
magma-magma turunan mulai dari magma basal magnesium rendah, magma andesit basal,
magma andesit, magma dasit dan magma riolit. Antara magma basa dengan magma asam,
apalagi dari sumber berbeda, dapat bertemu sehingga membentuk magma campuran (magma
mixing). Sedangkan magma yang terkontaminasi oleh batuan samping disebut magma hibrid.

Differensiasi Magma
Differensiasi magma adalah proses mengubahnya magma dari keadaan awal homogen
menjadi massa batuan beku.Gambar Skematik proses differensiasi magma pada fase
magmatik cair.

1.  Vesiculation
Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air (H2O), karbon dioksida (CO2),
sulfur dioksida (SO2), sulfur (S) dan klorin (Cl). Pada saat magma naik kepermukaan bumi,
unsur-unsur ini membentuk gelombang gas, seperti buih pada air soda. Gelombang (buih)
cenderung naik dan membawa serta unsur-unsur yang lebih volatile seperti sodium dan
potasium.

2.  Diffusion
Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan material dari batuan yang
mengelilingi reservoir magma, dengan proses yang sangat lambat. Proses diffusi tidak
seselektif proses-proses mekanisme differensiasi magma yang lain. Walaupun demikian,
proses diffusi dapat menjadi sama efektifnya, jika magma diaduk oleh suatu pencaran
(convection) dan disirkulasi dekat dinding dimana magma dapat kehilangan beberapa
unsurnya dan mendapatkan unsur yang lain dari dinding reservoar.
3.  Flotation
Kristal-kristal ringan yang mengandung sodium dan potasium cenderung untuk memperkaya
magma yang terletak pada bagian atas reservoar dengan unsur-unsur sodium dan potasium.

4.  Gravitational Settling


Mineral-mineral berat yang mengandung kalsium, magnesium dan besi, cenderung
memperkaya resevoir magma yang terletak disebelah bawah reservoir dengan unsur-unsur
tersebut. Proses ini mungkin menghasilkan kristal badan bijih dalam bentuk perlapisan.
Lapisan paling bawah diperkaya dengan mineral-mineral yang lebih berat seperti mineral-
mineral silikat dan lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-mineral silikat yang lebih
ringan.

5.  Assimilation of Wall Rock


Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari dinding reservoir akan bergabung dengan
magma. Batuan ini bereaksi dengan magma atau secara sempurna terlarut dalam magma,
sehingga merubah komposisi magma. Jika batuan dinding kaya akan sodium, potasium dan
silikon, magma akan berubah menjadu komposisi granitik. Jika batuan dinding kaya akan
kalsium, magnesium dan besi, magma akan berubah menjadi berkomposisi gabroik.

6.  Thick Horizontal Sill


Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses differensiasi magmatik asli yang membeku
karena kontak dengan dinding reservoirl Jika bagian sebelah dalam memebeku, terjadi
Crystal Settling dan menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang lebih berat terletak
pada lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.
C. Vulkanisme
Semua gejala di dalam bumi sebagai akibat adanya aktivitas magma disebut vulkanisme.
Gerakan magma itu terjadi karena magma mengandung gas yang merupakan sumber tenaga
magma untuk menekan batuan yang ada di sekitarnya. Magma bisa bergerak ke segala arah,
bahkan bisa sampai ke permukaan bumi. Jika gerakan magma tetap di bawah permukaan
bumi disebut intrusi magma. Sedangkan magma yang bergerak dan mencapai ke permukaan
bumi disebut ekstrusi magma. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan gunung api atau
disebut juga vulkan. Hal ini berarti intrusi magma tidak mencapai ke permukaan bumi.
Mungkin hanya sebagian kecil intrusi magma yang bisa mencapai ke permukaan bumi.
Namun yang perlu diingat bahwa intrusi magma bisa mengangkat lapisan kulit

Anda mungkin juga menyukai