Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM GRAVITASI DAN GEOMAGNETIK

PEKAN 2
12319009 Daffa Atalla Putra
12319045 Al Arsy Sulthan Lufti
12320085 Miftahul Jannah
1. Telah dibuat peta kontur sesuai dengan instruksi yang diberikan. Peta ditampilkan pada
bagian Lampiran
2. Ditampilkan pada bagian Lampiran.
3. Pada peta kontur yang dibuat, terdapat tujuh (7) gunung: Gunung Cereme, Gunung
Galunggung, Gunung Malabar, Gunung Pangrango, Gunung Papandayan, Gunung
Talaga Bodas , dan Gunung Tangkuban Parahu. Berikut merupakan nilai gravitasi untuk
setiap gunung yang ada pada peta.
a. Gunung Cereme : 75
b. Gunung Galunggung : 100
c. Gunung Malabar : 200
d. Gunung Pangrango : 150
e. Gunung Papandayan : 100
f. Gunung Talaga Bodas : 100
g. Gunung Tangkuban Parahu : 100
4. Berikut merupakan posisi tujuh (7) gunung yang telah dicantumkan pada poin 2 menurut
Peta Van Bemmelen.
a. Gunung Cereme berada pada Zona Gunung Api Kuarter.
b. Gunung Galunggung berada pada Zona Gunung Api Kuarter. Terdapat sedikit bagian
dari gunung ini yang berada pada Zona Depresi Tengah Jawa Barat.
c. Gunung Malabar berada pada Zona Gunung Api Kuarter.
d. Gunung Pangrango berada pada Zona Depresi Tengah Jawa Barat.
e. Gunung Papandayan berada di antara Zona Gunung Api Kuarter dan Zona
Pegunungan Selatan Jawa Barat.
f. Gunung Talaga Bodas berada pada Zona Gunung Api Kuarter. Terdapat sedikit
bagian dari gunung ini yang berada pada Zona Depresi Tengah Jawa Barat.
g. Gunung Tangkuban Parahu berada pada Zona Gunung Api Kuarter.
Dari tujuh poin di atas, dapat diketahui bahwa tujuh gunung di peta kontur terdapat pada
tiga zona: Zona Gunung Api Kuarter, Zona Depresi Tengah Jawa Barat, dan Zona
Pegunungan Selatan Jawa Barat. Zona Gunung Api Kuarter didominasi oleh batuan yang
berasal dari endapan vulkanik masa Kuarter (endapan vulkanik fluviatile dan tuf). Zona
Depresi Tengah Jawa Barat didominasi oleh batuan yang berasal dari endapan aluvial.
Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat didominasi oleh batuan kuarsa-diorit porfirit.
Berikut merupakan rincian litologi setiap gunung.
Gunung Cereme
Secara litologi, himpunan batuan Gunung Cereme Tua terdiri dari lahar, batupasir tufan,
dan breksi gunung api (andesit, basal). Batuan Gunung Cereme Muda terdiri dari lava
dan breksi gunung api. Lava pada daerah ini cenderung bersifat andesit-basalan.
Gunung Galunggung
Menurut Bronto (1989), lava Gunung Galunggung secara petrologi dan geokimia terdiri
dari basal (45% – 53% 𝑆𝑖𝑂2), basalatik andesit (53% - 57% 𝑆𝑖𝑂2).
Gunung Malabar
Litologi di Gunung Malabar tersusun atas perselingan lava, breksi, dan lahar dengan
komposisi andesit basaltik hingga dasit.
Gunung Pangrango
Litologi di Gunung Pangrango tersusun atas litologi breksi andesit dan litologi breksi
tufan.
Gunung Papandayan
Pada daerah ini terdapat lima jenis formasi dengan inisial QTv, Qwb, Qopu, Qyp, dan
Qhp. QTv merupakan formasi dengan satuan litologi berupa tuf, breksi tuf, dan lava.
Qwb merupakan formasi dengan satuan litologi berupa perselingan lava, breksi, dan tuf
dengan susunan andesit piroksen dan hornblende. Qopu merupakan formasi dengan
satuan litologi berupa tuf hablur halus-kasar dasitan, breksi tufan mengandung batuapung
dan endapan lahar tuga bersifat andesit-basalan. Qyp merupakan formasi dengan satuan
litologi berupa eflatadan lava aliran dengan susunan andesit-basalan dengan sumber
erupsi berasal dari Gunung Wayang, Gunung Windu, Gunung Papandayan, Gunung
Cikuray, Gunung Masigit, dan Gunung Kaledong. Qhp merupakan formasi dengan
satuan litologi berupa abu gunungapi, bongkah andesit dan basal.
Gunung Talaga Bodas
Litologi pada Gunung Talaga Bodas didominasi batuan piroklastik andesit.
Gunung Tangkuban Parahu
Litologi terdiri atas andesit hornblenda dan dasit.
Korelasi Nilai Gravitasi dengan Zona-Zona Litologi
Dengan data yang dimiliki saat ini, penulis belum dapat menentukan korelasi antara nilai
gravitasi dan zona-zona litologi. Namun, secara umum, anomali gravitasi merujuk pada
perbedaan antara nilai gravitasi observasi dengan nilai gravitasi yang diperkirakan
berdasarkan model matematis gravitasi Bumi. Nilai negatif pada anomali gravitasi
mengindikasikan bahwa nilai gravitasi observasi lebih lemah daripada nilai gravitasi
yang diperkirakan. Nilai positif pada anomali gravitasi bermakna sebaliknya. Anomali
dapat disebabkan oleh variasi densitas batuan di bawah permukaan dan/atau variasi
struktur di bawah permukaan. Berdasarkan peta kontur yang telah dibuat, ketujuh gunung
memiliki nilai anomali positif dalam rentang 200 – 75. Hal ini dapat dikorelasikan secara
kualitatif dengan jenis batuan yang terdapat pada daerah gunung-gunung tersebut.
Gunung dengan nilai gravitasi yang lebih besar diindikasikan tersusun atas batuan
dengan densitas lebih tinggi.
LAMPIRAN

Gambar 1Peta Kontur Nilai Gravitasi


Gambar 2Peta Rein van Bemmelen

Anda mungkin juga menyukai