KETERANGAN UMUM
Nama Lain : Amburombu, Ambulombo, Ebulobo, Keo Peak
Tipe Gunungapi : Strato
Nama Kawah : Tidak ada, terdapat paling sedikit 8 buah titik letusan
dan 3 sumbat lava (Petroeschevsky)
Lokasi
Geografis : 8°48.5' LS dan 121°11' BT.
Administratif : Kabupaten Ngada, Flores - Nusa Tenggara Timur
Ketinggian : a. 2123 m dpl
Tipe Gununapi : Strato
Kota Terdekat : Boa Wae
Pos Pengamatan : Desa Leguderu, Kec. Boawae, Kab. Sikka 86462 - NTT
Posisi Geografis : 08o 48’ 37,90” LS, 121o 09’ 26,70” BT (966
mdpl).
PENDAHULUAN
Pencapaian Puncak :
Pendakian pada umumnya dilakukan dari daerah Boa WaE (522 m) yang dapat
dicapai dengan kendaraan bermotor dari Ende melewati Nata Merah. Sepuluh menit
dari Nata Merah , jalan raya ditinggalkan dan pendakian melalui jalan yang biasa
dilewati kuda, dilakukan ke arah selatan sampai ke suatu lokasi yang dinamai Rega. Di
sini para pendaki dapat beristirahat. Setelah beristirahat perjalanan dilanjutkan, kondisi
jalannya menjadi sempit dan mulai mendaki. Setelah melewati Kali Nanga dengan
airnya yang jernih, dicapai Nage, kemudian berturut-turut Laja, Numu Pie dan akhirnya
Kp, Mulakoli. Dari sinilah pendakian sesungguhnya dimulai (lk. 900 m). Biasanya para
pendaki menginap dahulu disini. Orang yang biasa mendaki dapat mencapai puncak
setelah lk. 3 jam.
Di dekat kampung banyak tumbuh pohon limau, kemudian ke bagian atas pohon
jambu, selanjutnya para pendaki memasuki hutan lebat. Di perbatasan antara hutan
dengan daerah puncak yang gundul, terdapat sebuah gua yang dinamai Goa Kapa,
ditempat ini para pendaki biasa berkemah. Di Ekowolo - Boawai ada pos observasi
gunungapi.
Wisata
Udara disekitarnya cukup sejuk dimasa mendatang baik untuk parawisata dan
perkemahan dan tempat-tempat beristirahat.
SEJARAH ERUPSI
Tahun Letusan
1830 le Roux (1961) menulis, bahwa menurut penduduk lk. 90 tahun yang lalu terjadi
letusan besar yang mengakibatkan terjadinya lava hitam Watu Keli, yang turun
lewat jurang L. Koa.
1888 Letusan biasa lewat kawah pusat (Neuman van Padang, 1951)
1910 Letusan serupa dalam April
1924 Terjadi awan panas selama letusan dari kawah pusat dalam Nopember (Neuman
van Padang, 1951)
1938 Letusan kecil dalam Mei dan Juni. Keterangan lebih lanjut tidak ada.
1941 Menurut Permaisuri Raja di Bao WaE, kegiatan yang agak mencolok terjadi pada
bagian kedua Agustus. Mungkin pada waktu itu telah mengalir lava kecil, tetapi
bongkah lava yang pijar itu tetap di kawahnya dan tidak berjatuhan.
Dalam April terdengar suara gemuruh (Petroeschevsky, 1947).
1947 Permulaan Maret, kenaikan kegiatan.
Karakteristik Letusan
Umumnya letusan mengeluarkan aliran lava yang membentuk tumpukan-
tumpukan lava sebagai ketinggiannya cepat dan belum pernah terjadi letusan
paraksimal, sebagai bentuk tubuhnya masih simetris. Periode Letusan G. Ebulobo
adalah diantara 3 - 58 tahun.
GEOLOGI
Dari analisa morfologi serta struktur geologi, G. Ebulobo tumbuh pada zona
depresi dalam suatu komplek gunungapi tua. Pembentukan zona ini diduga dikontrol
oleh struktur sesar.
Morfologi
Dapat dibedakan adanya tubuh G. Ebulobo tua dan G. Ebulobo muda.
Pelamparan tubuh G. Ebulobo, sebagian menumpang di atas lereng gunungapi tua
serta batuan sedimen, dan bagian lainnya menempati zona depresi. G. Ebulobo ini
dibentuk oleh batuan berkomposisi andesit hingga basalt dan aliran piroklastik
umumnya bersifat guguran. Kubah-kubah lava yang terdapat di dalam kawah puncak
berfungsi sebagai “cap rock” sehingga akan sangat berbahaya jika terjadi letusan yang
eksplosif.
Stratigrafi
G. Ebulobo berdasarkan hasil pengumpulan data dilapangan dan analisa photo
udara, dibagi menjadi 3 kelompok satuan batuan dari tua ke muda dengan urutannya
adalah sebagai berikut :
1. Endapan Pra Ebulobo terdiri dari :
a. Sedimen Tersier (St)
b. Sedimen Vulkanikpasir laut (Svt)
c. Aliran lava vulkanik tua (Vtl)
d. Jatuhan pirolkastik vukanik tua (Vtjp)
2. Endapan Gunungapi Ebulobo
3. Endapan lahar Ebulobo
Batuan ini berumur dari Tersier - Kuarter
GEOFISIKA
Seismik
G. Ebulobo dipantau dari Pos Pengamatan di Kp. Ekowolo lk. 4 km di sebelah
puncak. Dalam keadaan normal, data pemantauan setiap hari dikirim melalui radio SSB
ke kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung. Dalam hal ini
signal dari seismometer dipancarkan melalui radio setelah malalui modul amplifier -
vco-antena. Signal tersebut diterima di pos pengamatan melalui antena dan radio
komunikasi masuk ke discriminator. Rekordernya tetap memakai model Hosaka. Lokasi
seismometer berada di sebelah timur (puncak) dengan jarak lk. 3 km dari puncak.
Gaya Berat
Metode gaya berat bisa memperlihatkan distribusi densitas batuan yang bisa
dijadikan basis bagi inferensi geologisnya. Dari peta anomali Bouguer dan anomali sisa
terlihat adanya zona anomali lemah di atas puncak yang bisa ditafsirkan bahwa ada
massa rendah (relatif terhadap massa Bouguer) di sekitar puncak. Secara keseluruhan
kecenderungan struktur yang terlihat mempunyai kecenderungan berarah Selatan –
Utara.
Geomagnet
Penyelidikan dilakukan secara kwalitatif dimana berdasarkan pola penyebaran
anomalinya dan pembuatan model-model dimensi. Berdasarkan pola anomali magnetik
pada puncak dan tubuh Ebulobo dan daerah sebelah timur peta, sedikitnya ada 3
tonjolan anomali yang dapat diamati yang mempunyai harga anomali tinggi. Keduanya
terpisah oleh bentuk kelurusan dengan arah utara - selatan. Keadaan ini dapat
ditapsirkan adanya sesar . Di lapangan dapat dilihat dengan adanya “Fissure” di daerah
puncak munculnya solfatara-solfatara yang mempunyai pola sejajar dengan kelurusan
anomali. Jika benar kemungkinan telah terjadi sesar tangga pada saat terjadinya /
pemunculan G. Ebulobo. Di daerah berelief magnit rendah yang berfariasi 200 nT,
merupakan pengaruh lokal homoginitas batuan yang kurang bermakna secara geologi.
DAFTAR PUSTAKA