Formasi ini tersingkap di bagian timur Kulon Progo, di daerah Sungai Progo
dan Sungai Puru. Formasi ini terbagi menjadi 3, yaitu :
a. Axinea Beds
Axinea beds, yaitu formasi yang terletak paling bawah dengan ketebalan 40
meter, merupakan tipe endapan laut dangkal yang terdiri-dari batupasir,
serpih dengan perselingan napal dan lignit yang semuanya berfasies
litoral. Axinea beds ini banyak mengandung fosil Pelecypoda.
b. Yogyakarta Beds
Yogyakarta beds, yaitu formasi yang terendapkan secara selaras di
atas Axinea beds dengan ketebalan 60 meter. Formasi ini terdiri-dari napal
pasiran berselang-seling dengan batupasir dan batulempung yang
mengandung Nummulites djogjakartae.
c. Discocyclina Beds
Discocyclina Beds, yaitu formasi yang diendapkan secara selaras di
atas Yogyakarta beds dengan ketebalan 200 meter. Formasi ini terdiri-dari
napal dan batugamping berselingan dengan batupasir dan serpih. Semakin ke
atas bagian ini berkembang kandungan Foraminifera planktonik yang
melimpah (Suryanto dan Roskamil, 1975)
2. Formasi Andesit Tua
Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Nanggulan.
Litologinya berupa breksi volkanik dengan fragmen andesit, lapilli tuf, tuf,
lapili breksi, sisipan aliran lava andesit, aglomerat, serta batupasir volkanik
yang tersingkap di daerah Kulon Progo.
Formasi ini tersingkap baik di bagian tengah, utara, dan barat daya daerah
Kulon Progo yang membentuk morfologi pegunungan bergelombang sedang
hingga terjal. Ketebalan formasi ini kira-kira mencapai 600 m. Berdasarkan
fosil Foraminifera planktonik yang dijumpai dalam napal dapat ditentukan
umur Formasi Andesit Tua yaitu Oligosen Atas.
3. Formasi Jonggrangan
Di atas Formasi Andesit Tua diendapkan Formasi Jonggrangan secara
tidak selaras. Formasi ini secara umum, bagian bawah terdiri-dari
konglomerat, napal tufan, dan batupasir gampingan dengan kandungan
moluska serta batulempung dengan sisipan lignit. Di bagian atas,
komposisi formasi ini berupa batugamping berlapis dan batugamping
koral. Morfologi yang terbentuk dari batuan penyusun formasi ini
berupa pegunungan dan perbukitan kerucut dan tersebar di bagian
utara Pegunungan Kulon Progo. Ketebalan batuan penyusun formasi ini
250 -400 meter dan berumur Miosen Bawah Miosen Tengah.
Formasi ini dianggap berumur Miosen Bawah dan di bagian bawah
berjemari-jemari dengan bagian bawah Formasi Sentolo (Pringgo
Praworo, 1968:7).
4. Formasi Sentolo
Di atas Formasi Andesit Tua, selain Formasi Jonggrangan, diendapkan juga
secara tidak selaras Formasi Sentolo. Hubungan Formasi Sentolo dengan
Formasi Jonggrangan adalah menjari. Foramasi Sentolo terdiri-dari
batugamping dan batupasir napalan. Bagian bawah terdiri-dari konglomerat
yang ditumpuki oleh napal tufan dengan sisipan tuf kaca. Batuan ini ke arah
atas berangsur-angsur berubah menjadi batugamping berlapis bagus yang
kaya akan Foraminifera. Ketebalan formasi ini sekitar 950 m.
5. Endapan Aluvial dan Gugus Pasir
Endapan Aluvial ini terdiri-dari kerakal, pasir, lanau, dan lempung sepanjang
sungai yang besar dan dataran pantai. Aluvial sungai berdampingan dengan
aluvial rombakan batuan vuokanik. Gugus Pasir sepanjang pantai telah
dipelajari sebagai sumber besi.
Gambar 1.
Sketsa Fisografi Jawa (Van Bemmmelen, 1949) dan Citraan Landsat (SRTM
NASA, 2004).
Di bagian utara dan timur, komplek pegunungan ini dibatasi oleh Lembah
Progo, di bagian selatan dan barat dibatasi oleh dataran pantai Jawa Tengah.
Sedangkan di bagian barat laut pegunungan ini berhubungan dengan deretan
Pegunungan Serayu.
Inti dari dome ini terdiri-dari 3 gunung api andesit tua yang sekarang telah
tererosi cukup dalam, sehingga di beberapa bagian bekas dapur magmanya
telah tersingkap. Gunung Gajah yang terletak di bagian tengah dome tersebut,
merupakan gunungapi tertua yang menghasilkan andesit hiperstein augit
basaltik. Gunungapi yang kemudian terbentuk yaitu Gunungapi Ijo yang
terletak di bagian selatan. Kegiatan Gunungapi Ijo ini menghasilkan andesit
piroksen basaltik, kemudian andesit augit hornblende, sedang pada tahap
terakhir adalah intrusi dasit pada bagian inti. Setelah kegiatan Gunung Gajah
berhenti dan mengalami denudasi, di bagian utara mulai terbentuk Gunung
Menoreh, yang merupakan gunung terakhir pada komplek Pegunungan Kulon
Progo. Kegiatan Gunung Menoreh mula-mula menghasilkan andesit augit
hornblende, kemudian menghasilkan dasit dan yang terakhir yaitu andesit.
Dome Kulon Progo ini mempunyai puncak yang datar. Bagian puncak yang
datar ini dikenal sebagai Jonggrangan Platoe yang tertutup oleh
batugamping koral dan napal dengan memberikan kenampakan topografi
karst. Topografi ini dijumpai di sekitar Desa Jonggrangan, sehingga litologi di
daerah tersebut dikenal sebagai Formasi Jonggrangan.
Pannekoek (1939), vide (Van Bammelen, 1949, hlm. 601) mengatakan bahwa
sisi utara dari Pegunungan Kulon Progo tersebut telah terpotong oleh gawir-
gawir sehingga di bagian ini banyak yang hancur, yang akhirnya tertimbun di
bawah aluvial Magelang.
Gambar 2.
Skema blok diagram dome Pegunungan Kulon Progo yang digambarkan Van
Bemmelen (1945, hlm. 596).
Pada kaki selatan Gunung Menoreh dijumpai adanya sinklinal dan sebuah
sesar dengan arah barat timur yang memisahkan Gunung Menoreh dengan
Gunung Ijo serta pada sekitar zona sesar.
http://wachidgeologist.wordpress.com/
GEOLOGI REGIONAL
II.1. Geomorfologi Regional
Menurut penelitian Van Bemmelen (1948), secara fisiografis Jawa Tengah
dibagi menjadi 3 zona, yaitu :
1. Zona Jawa Tengah bagian utara yang merupakan Zona Lipatan
2. Zona Jawa Tengah bagian tengah yang merupakan Zona Depresi
3. Zona Jawa Tengah bagian selatan yang merupakan Zona Plato
Berdasarkan letaknya, Kulon Progo merupakan bagian dari zona Jawa
Tengah bagian selatan maka daerah Kulon Progo merupakan salah satu plato
yang sangat luas yang terkenal dengan nama Plato Jonggrangan (Van
Bemellen, 1948). Daerah ini merupakan daerah upliftyang
memebentuk dome yang luas. Dome tersebut relatif berbentuk persegi
panjang dengan panjang sekitar 32 km yang melintang dari arah
utara - selatan, sedangkan lebarnya sekitar 20 km pada arah barat - timur.
Oleh Van Bemellen Dome tersebut diberi nama Oblong Dome.
Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah kabupaten Kulon Progo dibagi
menjadi beberapa satuan geomorfologi antara lain, yaitu :
A. Satuan Pegunungan Kulon Progo
Satuan pegunungan Kulon Progo mempunyai ketinggian berkisar antara
100 1200 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng sebesar
150 160. Satuan Pegunungan Kulon Progo penyebarannya memanjang dari
utara ke selatan dan menempati bagian barat wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta, meliputi kecamatan Kokap, Girimulyo dan Samigaluh. Daerah
pegunungan Kulon Progo ini sebagian besar digunakan sebagai kebun
campuran, permukiman, sawah dan tegalan.
B. Satuan Perbukitan Sentolo
Satuan perbukitan Sentolo ini mempunyai penyebaran yang
sempit dan terpotong oleh kali Progo yang memisahkan wilayah Kabupaten
Kulon Progo dan Kabupaten Bantul. Ketinggiannya berkisar antara 50 150
meter diatas permukaan air laut dengan besar kelerengan rata rata 15 0. Di
wilayah ini, satuan perbukitan Sentolo meliputi daerah Kecamatan Pengasih
dan Sentolo.
C. Satuan Teras Progo
Satuan teras Progo terletak disebelah utara satuan perbukitan Sentolo
dan disebelah timur satuan Pegunungan Kulon Progo, meliputi kecamatan
Nanggulan dan Kali Bawang, terutama di wilayah tepi Kulon Progo
D. Satuan Dataran Alluvial
Satuan dataran alluvial penyebarannya memanjang dari barat ke timur,
daerahnya meliputi kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur dan sebagian
Lendah. Daerahnya relatif landai sehingga sebagian besar diperuntukkan
untuk pemukiman dan lahan persawahan.
E. Satuan Dataran Pantai
a. Subsatuan Gumuk Pasir
Subsatuan gumuk pasir ini memiliki penyebaran di sepanjang pantai
selatan Yogyakarta, yaitu pantai Glagah dan Congot. Sungai yang bermuara di
pantai selatan ini adalah kali Serang dan kali Progo yang membawa material
berukuran besar dari hulu. Akibat dari proses pengangkutan dan pengikisan,
batuan tersebut menjadi batuan berukuran pasir. Akibat dari gelombang laut
dan aktivitas angin, material tersebut diendapkan di dataran pantai
dan membentuk gumuk gumuk pasir.
b. Subsatuan Dataran Alluvial Pantai
Subsatuan dataran alluvial pantai terletak di sebelah utara subsatuan
gumuk pasir yang tersusun oleh material berukuran pasir halus yang berasal
dari subsatuan gumuk pasir oleh kegiatan angin. Pada subsatuan ini tidak
dijumpai gumuk - gumuk pasir sehingga digunakan untuk persawahan dan
pemukiman penduduk.
Secara geologi regional daerah kami termasuk kedalam Kulon Progo, yang
merupakan sebuah plato besar Jongglarangan. Kulon Progo merupakan
bagian dari zona Jawa Tengah bagian selatan, yaitu zona plato. Bagian utara
dan timur Kulon Progo ini dibatasi oleh dataran pantai Samudera Indonesia
dan bagian barat laut berhubungan dengan Pegunungan Serayu Selatan.
Kulon Progo berasal dari daerah up lafi yang luas dan kemudian membentuk
Dome yang luas. Dome tersebut berbentuk relief persegi panjang dengan
diameter berarah utara-selatan mencapai 30km, sedangkan pada arah barat-
timur diperkirakan mencapai 15-20km. Puncak dari dome tersebut berupa
dataran yang sangat luas, disebut plato.
Satuan Teras Progo terletak di sebelah utara satuan Perbukitan Sentolo dan
di sebelah timur pegunungan Kulon Progo yang meliputi kecamatan
Nanggulan, Kalibawang, terutama di wilayah tepi Kulon Progo.
a. Axinea Beds yaitu formasi yang terletak paling bawah dengan ketebalan 40
meter, merupakan tipe endapan laut dangkal yang terdiri dari batupasir,
batuserpih dengan perselingan napal dan lignit yang semuanya berfasies
litoral. Axinea Beds ini banyak mengandung fosil Pelecypoda.
3. Formasi Jonggrangan
4. Formasi Sentolo
Endapan Aluvial ini terdiri dari kerakal, pasir, lanau, dan lempung
sepanjang sungai yang besar dan dataran pantai. Aluvial sungai
berdampingan Aluvial rombakan bahan vulkanik. Gugus pasir sepanjang
pantai telah dipelajari sebagai sumber besi.
Vulkanik Merapi Muda berumur Pleistoen Atas, vulkanik ini tersusun oleh
material hasil rombakan endapan merapi Tua berupa endapan tufa, pasir
dan breksi yang terkonsolidasi lemah. Berdasarkan metode C-14 berumur
sekitar 1700 sampai 340 sebelum tahun 1950
8. Formasi Sleman
9. Formasi Yogyakarta-Wates
Secara garis besar struktur geologi daerah Kabupaten Kulon Progo dapat
dibagi menjadi dua yaitu Struktur Dome dan Struktur Unconfirmity.
1. Struktur Dome
Kabupaten Kulon Progo termasuk ke dalam daerah dome yang
puncaknya berupa daratan yang luas, biasa disebut Plato Jonggrangan. Proses
geologi yang banyak terjadi yakni orogenesis.
2. Struktur Unconfirmity
DAFTAR PUSTAKA
http://younggeolog.blogspot.com/2013/01/geologi-regional-kulon-
progo_24.html