Anda di halaman 1dari 19

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 Fisiografi dan Geomorfologi Regional

Kulon Progo merupakan bagian dari zona Jawa Tengah bagian selatan (Gambar

2.1), yaitu zona plato. Bagian utara dan timur Kulon Progo ini dibatasi oleh dataran

pantai Samudera Indonesia dan bagian baratlaut berhubungan dengan Pegunungan

Serayu Selatan. Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah Kabupaten Kulon Progo

dibagi menjadi beberapa satuan morfologi, yaitu :

a. Satuan Pegunungan Kulon Progo

Satuan ini memanjang dari selatan ke utara dan menempati bagian Daerah

Istimewa Yogyakarta, yang meliputi Kecamatan Kokap, Girimulyo dan Samigaluh

dengan kemiringan lereng sekitar 15o - 16o

b. Satuan Perbukitan Sentolo

Satuan ini penyebaran sempit, karena terpotong oleh Sungai Progo yang

memisahkan wilayah Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo, meliputi

Kecamatan Pengasih dan Sentolo dengan ketinggian antara 50 - 150 m dpal dengan

kelerengan sekitar 15o

c. Satuan Teras Progo

Terletak di sebelah utara satuan Perbukitan Sentolo dan di sebelah timur

pegunungan Kulon Progo yang meliputi Kecamatan Nanggulan, Kalibawang, terutama

di wilayah tepi Kulon Progo.

10
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
d. Satuan Dataran Aluvial

Memanjang dari barat-timur yang meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan,

Glur. Satuan ini didominasi oleh sawah dan pemukiman.

e. Satuan Dataran Pantai

Satuan ini masih dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

- Sub satuan Gumuk Pasir

Sub Satuan ini tersebar di sepanjang pantai selatan Yogyakarta, yaitu pantai

Glagah dan Congot. Pantai Glagah juga merupakan tempat bermuaranya sungai Progo

dan Serang yang membawa material sedimen. Sehingga di sini banyak ditemukan

gumuk-gumuk pasir hasil endapan sedimen dari darat dan laut yang dibantu oleh energi

angin.

- Sub Satuan Dataran Aluvial Pantai

Sub satuan ini terletak di sebelah utara satuan gumuk pasir dengan sumber

materialnya berasal dari gumuk pasir yang terbawa oleh angin.

Menurut van Bemmelen (1949), Pegunungan Kulon Progo dilukiskan sebagai

kubah besar dengan bagian puncak datar dan sayap - sayap curam, dikenal sebagai

“Oblong Dome”. Daerah penelitian termasuk ke dalam fisiografi Pegunungan Kulon

Progo yang merupakan suatu bentukan kubah berbentuk empat persegi panjang (van

Bemmelen, 1949) yang merupakan bagian tengah zona depresi yang berada di bagian

timur zona Pegunungan Serayu Selatan. Sumbu panjang kubah ± 32 km berarah selatan

11
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
baratdaya - utara timurlaut, dan sedangkan sumbu pendek ± 20 km berarah barat

baratlaut - timur tenggara.

Gambar 2.1 Fisiografi bagian tengah dan timur Pulau Jawa (van Bemmelen,

1949)

Di bagian utara dan timur, komplek pegunungan ini dibatasi oleh lembah Progo,

dibagian selatan dan barat dibatasi oleh dataran pantai Jawa Tengah. Sedangkan di

bagian barat laut pegunungan ini berhubungan dengan deretan Pegunungan Serayu.

Inti dari dome ini terdiri dari 3 gunung api andesit tua yang sekarang telah

tererosi cukup dalam, sehingga dibeberapa bagian bekas dapur magmanya telah

tersingkap. Gunung Gajah yang terletak di bagian tengah dome tersebut, merupakan

gunung api tertua yang menghasilkan andesit hiperstein augit basaltic. Gunung api yang

12
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
kemudian terbentuk yaitu Gunung Api Ijo yang terletak di bagian selatan. Kegiatan

Gunung Api Ijo ini menghasilkan andesit piroksen basaltic, kemudian andesit augit

hornblende, sedang pada tahap terakhir adalah intrusi dasit pada bagian inti. Setelah

kegiatan Gunung Gajah berhenti dan mengalami denudasi, di bagian utara mulai

terbentuk Gunung Menoreh, yang merupakan gunung terakhir pada komplek

Pegunungan Kulon Progo. Kegiatan Gunung Menoreh mula - mula menghasilkan

andesit augit hornblen, kemudian dihasilkan dasit dan yang terakhir yaitu andesit.

Dome atau kubah Kulon Progo ini mempunyai puncak yang datar. Bagian

puncak yang datar ini dikenal sebagai “Jonggrangan Platoe“ yang tertutup oleh

batugamping koral dan napal dengan memberikan kenampakan topografi karst.

Topografi ini dijumpai di sekitar desa Jonggrangan, sehingga litologi di daerah tersebut

dikenal sebagai Formasi Jonggrangan.

Pannekoek (1939), van Bammelen (1949) mengatakan bahwa sisi utara dari

Pegunungan Kulon Progo tersebut telah terpotong oleh gawir - gawir sehingga di

bagian ini banyak yang hancur, yang akhirnya tertimbun di bawah aluvial Magelang.

2.2 Stratigrafi Regional

Stratigrafi Regional Kulon Progomenurut van Bemmelen (1949) dan Wartono

Rahardjo, dkk (1977), tersusun oleh formasi-formasi dari tua ke muda sebagai berikut :

2.2.1 Formasi Nanggulan

Formasi Nanggulan menempati daerah dengan morfologi perbukitan

bergelombang rendah hingga menengah dengan tersebar merata di daerah Nanggulan

(bagian timur Pegunungan Kulon Progo). Secara setempat formasi ini juga dijumpai di

13
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
daerah Sermo, Gandul, dan Kokap yang berupa lensa-lensa atau blok xenolit dalam

batuan beku andesit.

14
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
Gambar 2.2 Peta Geologi Regional daerah pemetaan (Wartono Rahardjo dkk, 1995)
Formasi Nanggulan mempunyai tipe lokasi di daerah Kalisongo, Nanggulan. Van

Bemmelen menjelaskan bahwa formasi ini merupakan batuan tertua di Pegunungan

Kulon Progo dengan lingkungan pengendapannya adalah litoral pada fase genang laut.

Litologi penyusunnya terdiri dari batupasir dengan sisipan lignit, napal pasiran,

batulempung dengan konkresi limonit, sisipan napal dan batugamping, batupasir, tuf

kaya akan foraminifera dan moluska, diperkirakan ketebalannya 350 m. Wilayah tipe

formasi ini tersusun oleh endapan laut dangkal, batupasir, serpih, dan perselingan napal

dan lignit. Berdasarkan atas studi Foraminifera planktonik, maka Formasi Nanggulan ini

mempunyai kisaran umur antara Eosen Tengah sampai Oligosen Akhir.

Formasi ini tersingkap di bagian timur Kulon Progo, di daerah Sungai Progo dan

Sungai Puru. Formasi ini terbagi menjadi 3, yaitu :

a. Axinea Beds

Axinea beds, yaitu formasi yang terletak paling bawah dengan ketebalan 40

meter, merupakan tipe endapan laut dangkal yang terdiri-dari batupasir, serpih dengan

perselingan napal dan lignit yang semuanya berfasies litoral. Axinea beds ini banyak

mengandung fosil Pelecypoda.

b. Yogyakarta Beds

Yogyakarta beds, yaitu formasi yang terendapkan secara selaras di atas Axinea

beds dengan ketebalan 60 meter. Formasi ini terdiri-dari napal pasiran berselang-seling

dengan batupasir dan batulempung yang mengandung Nummulites djogjakartae.

15
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
c. Discocyclina Beds

Discocyclina Beds, yaitu formasi yang diendapkan secara selaras di atas

Yogyakarta beds dengan ketebalan 200 meter. Formasi ini terdiri-dari napal dan

batugamping berselingan dengan batupasir dan serpih. Semakin ke atas bagian

ini berkembang kandungan Foraminifera planktonik yang melimpah (Suryanto dan

Roskamil, 1975)

2.2.2 Formasi Andesit Tua

Batuan penyusun dari formasi ini terdiri atas breksi andesit, tuf, Tuf lapilli,

Aglomerat dan sisipan aliran lava andesit. Lava, terutama terdiri dari Andesit augit

hornblende (Wartono Raharjo dkk, 1977).

Formasi andesit Tua ini dengan ketebalan mencapai 500 meter mempunyai

kedudukan yang tidak selaras di atas Formasi Nanggulan. Batuan penyusun formasi ini

berasal dari kegiatan vulkanisme di daerah tersebut, yaitu dari beberapa gunung api tua

di daerah Kulon Progo yang oleh Van Bemmelen (1949) disebut sebagai Gunung Api

Andesit Tua. Gunung api yang dimaksud adalah Gunung Gajah, di bagian tengah

pegunungan, Gunung Ijo di bagian selatan, serta Gunung Menoreh di bagian utara

Pegunungan Kulon Progo.

Aktivitas dari Gunung Gajah di bagian tengah menghasilkan aliran-aliran lava

dan breksi dari andesit piroksen basaltic. Aktivitas ini kemudian diikuti Gunung Ijo di

bagian selatan Pegunungan Kulon Progo, yang menghasilkan Andesit piroksen basaltic,

kemudian Andesit augit hornblende dan kegiatan paling akhir adalah intrusi Dasit.

16
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
Setelah terdenudasi yang kuat, sedikit anggota dari Gunung Gajah yang tersingkap di

bagian utara, Gunung Menoreh ini menghasilkan bataun breksi Andesit augit

hornblende, yang disusul oleh intrusi Dasit dan Trakhiandesit.

Purnamaningsih (1974. Wartono Rahardjo, dkk. 1977) menyebutkan terlah

menemukan kepingan Tuff napalan yang merupakan fragmen breksi. Kepingan Tuff

napalan ini merupakan hasil dari rombakan lapisan yang lebih tua, dijumpai di kaki

Gunung Mujil. Dari hasil penelitian, kepingan Tuff itu merupakan hasil Foraminifera

plantonik yang dikenal sebagai Globigerina ciperoensis bolli, Globigerina geguaensis

weinzrel, dan applim serta Globigerina praebulloiudes blow.

Fosil-fosil ini menunjukkan umur oligosen atas. Formasi Andesit Tua secara

stratigrafis berada dibawah formasi Sentolo. Harsono Pringgoprawiro (1968, hal.8) dan

Darwin Kadar (1975, hal.2) menyimpulkan bahwa umur Formasi sentolo berdasarkan

penelitian terhadap Foraminifera plantonik adalah berkisar antara Awal miosen sampai

Pliosen. Formasi Nanggulan, yang terletak di bawah Formasi Andesit Tua mempunyai

kisaran umur Eosen Tengah hingga Oligosen Atas (Hartono, 1969, vide Wartono

Rahardjo, dkk, 1977). Jika kisaran umur itu dipakai, maka Formasi Andesit Tua

diperkirakan berumur Oligosen Atas sampai Miosen Bawah. Menurut Purbaningsih

(1974, vide Wartono Rahardjo, dkk, 1977) umur Formasi Andesit Tua ini adalah

Oligosen.

2.2.3 Formasi Jonggrangan

17
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
Di atas Formasi Andesit Tua diendapkan Formasi Jonggrangan secara tidak

selaras. Formasi ini secara umum, bagian bawah terdiri-dari konglomerat, napal tufan,

dan batupasir gampingan dengan kandungan moluska serta batulempung dengan sisipan

lignit. Di bagian atas, komposisi formasi ini berupa batugamping berlapis dan

batugamping koral. Morfologi yang terbentuk dari batuan penyusun formasi ini berupa

pegunungan dan perbukitan kerucut dan tersebar di bagian utara Pegunungan Kulon

Progo. Ketebalan batuan penyusun formasi ini 250 -400 meter dan berumur Miosen

Tengah – Pliosen Akhir. Formasi ini di bagian bawah menjemari dengan bagian bawah

Formasi Sentolo (Pringgo Prawiro, 1968).

2.2.4 Formasi Sentolo

Di atas Formasi Andesit Tua, selain Formasi Jonggrangan, diendapkan juga

secara tidak selaras Formasi Sentolo. Hubungan Formasi Sentolo dengan Formasi

Jonggrangan adalah menjemari. Foramasi Sentolo terdiri-dari batugamping dan

batupasir napalan. Bagian bawah terdiri-dari konglomerat yang ditumpuki oleh napal

tufan dengan sisipan tuf kaca. Batuan ini ke arah atas berangsur-angsur berubah menjadi

batugamping berlapis bagus yang kaya akan Foraminifera. Ketebalan formasi ini sekitar

950 m.

2.2.5 Endapan Vulkanik Kuarter, Aluvial, dan Gugus Pasir

Endapan ini tersusun dari bagian bawah berupa endapan vulkanik Kuarter, yang

merupakan endapan yang dihasilkan oleh endapan vulkanik Merapi muda, dan di bagian

atasnya secara tidak selaras diendapkan endapan aluvial dan juga gugus pasir. Endapan

Aluvial ini terdiri-dari kerakal, pasir, lanau, dan lempung sepanjang sungai yang besar

18
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
dan dataran pantai. Aluvial sungai berdampingan dengan aluvial rombakan batuan

vulkanik. Gugus Pasir sepanjang pantai telah dipelajari sebagai sumber besi.

Sedangkan, menurut Budiadi (2008), kolom tatanan stratigrafi daerah Kulon

Progo berdasarkan gabungan penelitian terdahulu (Gambar 2.2), digambarkan sebagai

berikut :

19
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
Tabel 2.1 Kolom tatanan stratigrafi daerah Kulon Progo berdasarkan gabungan

penelitian terdahulu (Budiadi, 2008)

20
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
2.3 Tektonik dan Vulkanisme Regional

2.3.1 Tektonik Regional

Selama jaman Tersier daerah Kulon Progo diperkirakan telah mengalami

deformasi paling sedikit dua kali periode fase tektonik (Sopaheluwakan (1994) dan

Soeria Atmadja,dkk. (1991)) yaitu yang pertama terjadi pada Oligosen Akhir - Miosen

Awal dan yang kedua terjadi pada Miosen Tengah - Miosen Akhir yang menghasilkan

busur magmatik.

Adanya sesar - sesar yang berpola regangan, sesar - sesar naik dan pergeseran

busur magmatik dari utara ke selatan kemudian berubah dari selatan ke utara

menunjukkan adanya perkembangan tatanan tektonik. Dalam hal ini gaya yang bersifat

regangan berubah menjadi gaya kompresi. Gejala ini berkaitan pula dengan perubahan

kecepatan lempeng samudera Hindia - Australia terhadap lempeng Eurasia. Evolusi

tektonik Jawa (Gambar 2.3) selama Tersier menunjukkan jalur subduksi yang menerus

dari lempeng Hindia - Australia menyusup ke bawah Jawa (Hamilton, 1979 dan Katili,

1971). Sedangkan busur magmatik Tersier sedikit bergeser ke arah utara dan busur

magmatik Kuarter berimpit dengan busur magmatik Miosen Tengah (Soeria Atmadja

dkk, 1991) dengan jalur subduksinya bergeser ke selatan.

Perkembangan tektonik yang lain adalah lajur subduksi Karangsambung -

Meratus menjadi tidak aktif karena tersumbat oleh hadirnya material kontinen.

Sribudiyani,dkk. (2003) mengatakan bahwa berdasarkan data seismik dan pemboran

baru di Jawa Timur menafsirkan terdapatnya fragmen kontinen (yang disebut lempeng

21
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
mikro Jawa Timur) sebagai penyebab berubahnya lajur subduksi arah baratdaya -

timurlaut (pola Meratus) menjadi arah barat - timur (pola Jawa).

Gambar 2.3 Tatanan tektonik di Indonesia. menunjukkan lempeng Hindia - Australia


yang menyusup ke bawah pulau Jawa yang merupakan bagian dari lempeng Eurasia
(Sribudyani, dkk 2003)

Sedangkan menurut pandangan peneliti lain, yaitu Wartono Rahardjo dkk (1995),

daerah Kulon Progo telah mengalami tiga kali fase tektonik. Fase tektonik pertama

terjadi pada Oligosen Awal dengan disertai aktifitas vulkanisme. Fase kedua terjadi pada

Miosen Awal terjadi penurunan daerah KulonProgo. Kemudian, fase ketiga terjadi pada

Pliosen sampai Pleistosen terjadi fase tektonik berupa pengangkatan dan aktivitas

vulkanisme.

1. Fase Tektonik Oligosen Awal – Oligosen Akhir

22
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
Fase tektonik Oligosen Awal terjadi proses pengangkatan daerah Kulon Progo

yang dicirikan oleh ketidakselarasan Formasi Nanggulan yang diendapkan di darat. Fase

tektonik ini juga mengaktifkan vulkanisme di daerah tersebut ,yang tersusun oleh

beberapa sumber erupsi. Perkembangan vulkanisme di Kulon Progo tidak terjadi

bersamaan, namun di mulai oleh Gunung Gajah (bagian tengah Pegunungan Kulon

Progo), kemudian berpindah ke selatan pada Gunung Idjo, dan terakhir berpindah ke

utara pada Gunung Menoreh.

2. Fase Tektonik Miosen Awal

Pada pertengahan Miosen Awal terjadi fase tektonik kedua berupa penurunan

daerah Kulon Progo. Penurunan ini dicirikan oleh berubahnya lingkungan pengendapan ,

yaitu dari Formasi Kebobutak yang diendapkan di darat menjadi Formasi Jonggrangan

yang diendapkan di laut dangkal. Pada fase ini, hampir semua batuan gunungapi

Formasi Kebobutak tertutup oleh batugamping Formasi Jonggrangan, menandakan

adanya genangan laut regional.

3. Fase Tektonik Pliosen – Pleistosen

Pada akhir Pliosen terjadi fase tetonik ketiga di daerah Kulon Progo,

berupa pengangkatan. Proses ditandai oleh berakhirnya pengendapan Formasi Sentolo

dilaut dan diganti oleh sedimentasi darat berupa aluvial dan endapan gunung api kuarter.

Fase tektonik inilah yang mengangkat daerah Kulon Progo menjadi pegunungan kubah

memanjang yang disertai dengan gaya regangan di utara yang menyebabkan

terpancungnya sebagian Gunung Menoreh. Bisa dikatakan bahwa fase tektonik inilah

yang membentuk morfologi Pegunungan Kulon Progo saat ini.

23
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
2.3.2 Volkanisme regional

Posisi pulau jawa dalam kerangkan tektonik terletak pada batas aktif (zona

penunjaman) sementara berdasarkan konfigurasi penunjamannya terletak pada jarak

kedalaman 100 km di selatan hingga 400 km di utara zona benioff. Konfigurasi

memberikan empat pola busur atau jalur magmatisme, yang terbentuk sebagai formasi-

formasi batuan beku dan volkanik. Empat jalur magmatisme tersebut menurut Soeria

Atmadja dkk., 1991 adalah :

a. Jalur volkanisme eosen hingga Miosen Tengah, terwujud sebagai Zona Pegunungan

Selatan.

b. Jalur volkanisme Miosen Atas hingga Pliosen, terletak di sebelah utara jalur

Pegunungan Selatan. Berupa intrusi lava dan batuan beku.

c. Jalur volkanisme Kuarter busur samudera yang terdiri dari sederetan pegunungan

aktif.

d. Jalur volkanisme Kuarter busur belakang, jalur ini ditempati oleh sejumlah

gunungapi yang berumur Kuarter yang terletak dibelakang busur volkanik aktif

sekarang.

Magmatisme Pra-Tersier

Batuan Pre-Tersier di pulau Jawa hanya tersingkap di Ciletuh, Karang Sambung

dan Bayat. Dari ketiga tempat tersebut, batuan yang dapat dijumpai umumnya batuan

24
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
beku dan batuan metamorf. Sementara itu, batuan yang menunjukkan aktifitas

magmatisme terdiri atas batuan asal kerak samudera seperti peridotite, gabbro, diabase,

basalt toleit. Batuan-batuan ini sebagian telah menjadi batuan metamorf.

Gambar 2.4 Busur Magmatik/Volkanik Pulau Jawa (Soeria-Atmaja et al., 1994)

Magmatisme Eosen

Data-data yang menunjukkan adanya aktifitas magmatisme pada Eosen ialah

adanya Formasi Jatibarang di bagian utara Jawa Barat, dike basaltic yang memotong

Formasi Karang Sambung di daerah Kebumen Utara, batuan berumur Eosen di Bayat

dan lava bantal basaltic di sungai Grindulu Pacitan. Formasi Jatibarang merupakan

batuan volkanik yang dapat dijumpai di setiap sumur pemboran. Ketebalan Formasi

Jatibarang kurang lebih 1200 meter. Sementara di daerah Jawa Tengah dapat ditemui di

Gunung Bujil yang berupa dike basaltic yang memotong Formasi Karang Sambung, di

25
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
Bayat dapat ditemui di kompleks Perbukitan Jiwo berupa dike basaltic dan stok gabroik

yang memotong sekis kristalin dan Formasi Gamping-Wungkal.

Magmatisme Oligosen-Miosen Tengah

Pulau jawa terbentuk oleh rangkaian gunung api yang berumur Oligosen-Miosen

Tengah dan Pliosen-Kuarter. Batuan penyusun terdiri atas batuan volkanik berupa breksi

piroklastik, breksi laharik, lava, batupasir volkanik, tufa yang terendapkan dalam

lingkungan darat dan laut. Pembentukan deretan gunungapi berkaitan erat dengan

penunjaman lempeng Samudera Hindia pada akhir Paleogen. Menurut Van Bemmelen

(1979) salah satu produk aktivitas volkanik saat itu adalah Formasi Andesit Tua.

Magmatisme Miosen Atas-Pliosen

Posisi jalur magmatisme pada periode ini berada di sebelah utara jalur

magmatisme periode Oligosen-Miosen Tengah. Pada periode ini aktivitas magmatisme

tidak terekspresikan dalam bentuk munculnya gunungapi, tetapi berupa intrusi-intrusi

seperti dike, sill, dan volkanik erek. Batuannya berkomposisi andeitik.

Magmatisme Kuarter

Pada periode aktifitas kuarter ini magmatisme muncul sebagai kerucut-kerucut

gunungapi. Ada dua jalur rangkaian gunungapi yaitu : jalur utama terletak di tengah

pulau Jawa atau pada jalur utama dan jalur belakang busur. Gunungapi pada jalur utama

tersusun oleh batuan volkanik tipe toleitik, kalk alkali dan kalk alkali kaya potassium.

26
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
Sedangkan batuan volkanik yang terletak di belakang busur utama berkomposisi

shoshonitik dan ultra potasik dengan kandungan leusit.

2.4 Struktur Geologi Regional

Karakteristik Kabupaten Kulon Progo secara umum berupa kubah atau

menyerupai kubah (dome), dengan struktur geologi daerah terdiri atas :

a. Struktur geologi berupa perlipatan batuan (fold), perlipatan batuan di Formasi

Sentolo. Perlipatan ini terdapat di bagian perbukitan Formasi Sentolo di daerah

Pengasih, Sentolo, Panjatan, Lendah dan Galur.

b. Struktur geologi patahan/sesar (fault), merupakan bagian dari batuan yang saling

bergerak antara bagian blok batuan satu dengan blok batuan yang lain yang dipisahkan

oleh zona patahan atau dapat diistilahkan pecahan batuan yang disertai gerakan massa

batuan. Patahan di wilayah Kulon Progo dapat dipisahkan menjadi 2

(dua) bagian yaitu :

- Patahan Regional, merupakan satu kesatuan patahan Yogyakarta. Patahan ini

merupakan patahan Graben Yogyakarta. Patahan Graben Yogyakarta adalah patahan

Opak dan patahan Progo yang menyebabkan wilayah Kulon Progo dan Wonosari

menjadi daerah dataran tinggi dan di kota Yogyakarta menjadi dataran rendah. Patahan

Opak berarah baratdaya - timurlaut, sedangkan patahan Progo berarah utara - selatan.

Patahan ini terletak di bagian timur Kulon Progo meliputi wilayah Kalibawang bagian

timur, Nanggulan bagian timur, Sentolo, Panjatan, Galur, dan Lendah.

27
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir
- Patahan Lokal, merupakan patahan yang hanya terjadi di Kulon Progo. Patahan

ini banyak terjadi di bagian pegunungan atau kubah di Kulon Progo utara bagian barat,

dimana patahan berbentuk relatif radial yaitu berarah baratlaut - tenggara, barat - timur

dan baratdaya - timurlaut. Patahan ini terdapat di wilayah Kecamatan Kokap, Temon

bagian utara, Pengasih, Naggulan bagian barat.

c. Struktur Kekar (joint) yaitu pecahan batuan yang tidak mengalami pergerakan.

Struktur kekar ini sangat intensif terdapat di formasi batuan andesit dan formasi andesit

tua.

28
Geologi dan karakteristik batuan vulkanik daerah gunung kukusan dan sekitarnya,Kecamatan Kokap,Kabupaten Kulon Ptogo,Provinsi daerah istimewa Yogyakarta
Harold Maurice Samosir

Anda mungkin juga menyukai