Anda di halaman 1dari 3

LABORATORIUM GEOLOGI KOMPUTASI 2014

FISIOGRAFI KULON PROGO

Menurut Van Bemmelen ( 1949, hal. 596), Pegunungan Kulon dilukiskan


sebagai dome besar dengan bagian puncak datar dan sayap-sayap curam, dikenal
sebagai “Oblong Dome”. Dome ini mempunyai arah utara timur laut – selatan
barat daya, dan diameter pendek 15-20 Km, dengan arah barat laut-timur
tenggara.

Gambar Sketsa Fisografi Jawa (Van Bemmmelen, 1949) dan Citraan Landsat (SRTM NASA, 2004)

Di bagian utara dan timur, komplek pegunungan ini dibatasi oleh lembah
Progo, dibagian selatan dan barat dibatasi oleh dataran pantai Jawa Tengah.
Sedangkan di bagian barat laut pegunungan ini berhubungan dengan deretan
Pegunungan Serayu. Inti dari dome ini terdiri dari 3 gunung api Andesit tua yang
sekarang telah tererosi cukup dalam, sehingga dibeberapa bagian bekas dapur
magmanya telah tersingkap. Gunung Gajah yang terletak di bagian tengah dome
tersebut, merupakan gunung api tertua yang menghasilkan Andesit hiperstein
augit basaltic. Gunung api yang kemudian terbentuk yaitu gunung api Ijo yang
terletak di bagian selatan. Kegiatan gunung api Ijo ini menghasilkan Andesit
piroksen basaltic, kemudian Andesit augit hornblende, sedang pada tahapterakhir
adalah intrusi Dasit pada bagian inti. Setelah kegiatan gunung Gajah berhenti dan

Nama: Dedy Hasasra G L


Nim: 111.120.073
Plug: 6 1
LABORATORIUM GEOLOGI KOMPUTASI 2014

mengalami denudasi, di bagian utara mulai terbentuk gunung Menoreh, yang


merupakan gunung terakhir pada komplek pegunungan Kulon Progo. Kegiatan
gunung Menoreh mula-mula menghasilkan Andesit augit hornblen, kemudian
dihasilkan Dasit dan yang terakhir yaitu Andesit.

Dome Kulon Progo ini mempunyai puncak yang datar. Bagian puncak
yang datar ini dikenal sebagai “Jonggrangan Platoe“ yang tertutup oleh
batugamping koral dan napal dengan memberikan kenampakan topografi “kars“.
Topografi ini dijumpai di sekitar desa Jonggrangan, sehingga litologi di daerah
tersebut dikenal sebagai Formasi Jonggrangan.

Pannekoek (1939), vide (Van Bammelen, 1949, hal 601) mengatakan


bahwa sisi utara dari Pegunungan Kulon Progo tersebut telah terpotong oleh
gawir-gawir sehingga di bagian ini banyak yang hancur, yang akhirnya tertimbun
di bawah alluvial Magelang.

Menurut penelitian Van Bemmelen (1948), secara fisiografis Jawa Tengah


dibagi menjadi 3 zona, yaitu :
1. Zona Jawa Tengah bagian utara yang merupakan Zona Lipatan
2. Zona Jawa Tengah bagian tengah yang merupakan Zona Depresi
3. Zona Jawa Tengah bagian selatan yang merupakan Zona Plato
Berdasarkan letaknya, Kulon Progo merupakan bagian dari zona Jawa
Tengah bagian selatan maka daerah Kulon Progo merupakan salah satu plato yang
sangat luas yang terkenal dengan nama Plato Jonggrangan (Van Bemellen, 1948).
Daerah ini merupakan daerah uplift yang memebentuk dome yang luas. Dome
tersebut relatif berbentuk persegi panjang dengan panjang sekitar 32 km yang
melintang dari arah utara - selatan, sedangkan lebarnya sekitar 20 km pada arah
barat - timur. Oleh Van Bemellen Dome tersebut diberi nama Oblong Dome.
Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah kabupaten Kulon Progo dibagi
menjadi beberapa satuan geomorfologi antara lain, yaitu :
A. Satuan Pegunungan Kulon Progo
Satuan pegunungan Kulon Progo mempunyai ketinggian berkisar antara 100 –
1200 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng sebesar 150 – 160.
Satuan Pegunungan Kulon Progo penyebarannya memanjang dari utara ke selatan
Nama: Dedy Hasasra G L
Nim: 111.120.073
Plug: 6 2
LABORATORIUM GEOLOGI KOMPUTASI 2014

dan menempati bagian barat wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, meliputi


kecamatan Kokap, Girimulyo dan Samigaluh. Daerah pegunungan Kulon Progo
ini sebagian besar digunakan sebagai kebun campuran, permukiman, sawah dan
tegalan.
B. Satuan Perbukitan Sentolo
Satuan perbukitan Sentolo ini mempunyai penyebaran yang sempit dan
terpotong oleh kali Progo yang memisahkan wilayah Kabupaten Kulon Progo dan
Kabupaten Bantul. Ketinggiannya berkisar antara 50 – 150 meter diatas
permukaan air laut dengan besar kelerengan rata – rata 15 0. Di wilayah ini, satuan
perbukitan Sentolo meliputi daerah Kecamatan Pengasih dan Sentolo.
C. Satuan Teras Progo
Satuan teras Progo terletak disebelah utara satuan perbukitan Sentolo dan
disebelah timur satuan Pegunungan Kulon Progo, meliputi kecamatan Nanggulan
dan Kali Bawang, terutama di wilayah tepi Kulon Progo
D. Satuan Dataran Alluvial
Satuan dataran alluvial penyebarannya memanjang dari barat ke timur,
daerahnya meliputi kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur dan sebagian
Lendah. Daerahnya relatif landai sehingga sebagian besar diperuntukkan untuk
pemukiman dan lahan persawahan.
E. Satuan Dataran Pantai
Subsatuan gumuk pasir memiliki penyebaran di sepanjang pantai selatan
Yogyakarta, yaitu pantai Glagah dan Congot. Sungai yang bermuara di pantai
selatan ini adalah kali Serang dan kali Progo yang membawa material berukuran
besar dari hulu. Akibat dari proses pengangkutan dan pengikisan, batuan tersebut
menjadi batuan berukuran pasir. Akibat dari gelombang laut dan aktivitas angin,
material tersebut diendapkan di dataran pantai dan membentuk gumuk – gumuk
pasir.
Subsatuan dataran alluvial pantai terletak di sebelah utara subsatuan gumuk
pasir yang tersusun oleh material berukuran pasir halus yang berasal dari
subsatuan gumuk pasir oleh kegiatan angin. Pada subsatuan ini tidak dijumpai
gumuk - gumuk pasir sehingga digunakan untuk persawahan dan pemukiman
penduduk.

Nama: Dedy Hasasra G L


Nim: 111.120.073
Plug: 6 3

Anda mungkin juga menyukai