Anda di halaman 1dari 9

TUGAS REMEDIAL GEOLOGI PANAS BUMI

(GUNUNG BATUR, BALI)

Oleh

Kafi akbar
072.16.018

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2020
G.BATUR, Pulau Bali

G. Batur

KETERANGAN UMUM

Nama Lain : Batoer, Bator

Lokasi
a. Geografi
: 08°14' 30” Lintang Selatan dan 115°22' 30” Bujur Timur (Atlas
Trop. Ned., 1938, sheet 22)
b. Administratif
: Kab. Bangli, Prop.Bali

Ketinggian : 1717 m dpl


686 m diatas muka Danau Batur (M.N.V.Padang, 1951) 1267
m dari kota Bangli

Kota Terdekat : Bangli, 23 km, selatan G. Batur

Tipe Gunungapi : Strato di dalam kaldera

Pos Pengamatan : Desa Panelokan, Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. -


Posisi geografi 08o17’ 16.2” Lintang Selatan 115o22’ 43.2”
Bujur Timur. Ketinggian ± 1290 m di atas muka laut .
GEOLOGI
Sejarah pembentukan G. Batur dan kalderanya dimulai dengan pertumbuhan kerucut
gunungapi purba dengan ketinggian lk. 300 m di atas muka laut. Sekitar 29.300 tahun yang lalu
terjadi letusan awan panas yang mengandung batuapung berkomposisi dasit, setelah letusan
tersebut terjadilah amblasan pada bagian atas kerucut yang membentuk Kaldera Batur I, dengan
G. Ambang (+2152 m) merupakan sisa tubuh kerucut purba.
Letusan besar kedua terjadi sekitar 20.150 tahun yang lalu dengan komposisi yang sama
dengan yang pertama, letusan ini diikuti dengan pembentukan beberapa kerucut dan kubah
seperti G. Payang dang dan G. Bunbulan. Amblasan kedua terjadi dan membentuk Kaldera Batur II
dengan kerucut G. Payang dan G. Bunbulan ikut amblas hampir separuhnya.
Kegiatan purba kaldera ditandai dengan pertumbuhan kerucut G. Batur hingga kini
terbentuk. Kegiatan ini diawali sekitar 5000 tahun yang lalu oleh pembentukan kerucut G. Batur
berkomposisi basal sampai andesit basalan.

Struktur Geologi
Kaldera G. Batur tertutup dari segala arah, merupakan salah satu kaldera terbesar dan
terindah di dunia (van Bemmelen, 1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m 2152
m (Puncak G. Abang). Di dalam Kaldera I terbentuk Kaldera II yang berbentuk melingkar dengan
garis tengah lk. 7 km. Dasar Kaldera II terletak antara 120 - 300 m lebih rendah dari Undak
Kintamani (dasar Kaldera I). Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang berbentuk bulan sabit.
Menurut van Bemmelen (1949) danau tersebut diperkirakan terbentuk bersamaan dengan
pembentukan Kaldera II.Kaldera ini wujud disebabkan adanya dua letusan besar yang terjadi
29,300 dan 20,150 tahun yang lalu. Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang berbentuk
bulan sabit di bahagian tenggara dengan saiz panjangnya lebih kurang 7,5 km dan lebarnya 2,5 km.
Dicatitkan terdapat lebih kurang 26 kali letusan yang terjadi di Gunung Batur daripada tahun 1804-
2011. Letusan terakhir terjadi pada tahun 2000. Manakala letusan paling kuat pada 2 Agustus
1926. Di sekitar Gunung Batur terdapat singkapan batuan skoria yang berwarna hitam gelap,
berongga dan agak tumpat. Batuan skoria ini dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai
bahan konkrit bangunan dan bahan pembuatan bikar. Selain itu terdapat juga batuan aglomerat
tuff yang mempunyai klas dengan julat 20 cm-30 cm, ianya tersingkap di bahagian barat Gunung
Batur iaitu sepanjang jalan Panelokan. Terdapat juga di kawasan tertentu batuan ignimbrit
Kaldera Batur sesuai dengan hasil kaldera gunung api yang lebih tua, juga hasil gunung api
yang lebih muda. Seluruh kawasan Gunung Batur melalui Danau Batur dan dindingdinding gunung
di sekelilingnya, yang dikenal sebagai Kaldera Tua atau Kaldera I, dan Kaldera Muda atau Kaldera II
yang juga dimuat di Kaldera I, diikuti oleh bentang alam dan hasil gunung api yang ada di sekitar
kawasan Kaldera Batur .

Kaldera Batur merupakan kaldera dengan struktur amblasan yang berbentuk lonjong, ukuran 13,8 x 10
km, melingkar dengan diameter 7,5 km. Dua orang amblasan diselingi dengan aliran lava dan kubah lava
andesit silikaan. Amblasan pertama diawali dengan letusan yang terjadi sekitar 29,300 tahun lalu,
menyemburkan sekitar 84 km3 ignimbrit, serupa terkait dengan lempung yang tampak seperti tersusun
dari bahan kaca yang terungkap, dari jenis dasit yang disebut sebagai Ignimbrit Ubud. Biarkan ini
menyebabkan runtuhan, membuat dinding terjal sedalam 500 m.

Biarkan kedua terjadi sekitar 20.150 tahun yang lalu dari pusat kota dan danau sekarang, dapatkan
sekitar 19 km3 ignimbrit juga berkomposisi tambang dasit. Ignimbrit hasil letusan yang lebih muda ini
disebut Ignimbrit Gunungkawi. Biarkan kedua ini menyelesaikan runtuhan yang kedua diselesaikan,
membentuk kaldera melingkar di pusatnya dengan struktur cekungan. Ignimbrit Ubud dan Ignimbrit
Gunungkawi berkomposisi dasitik, dengan butiran batuapung putih sampai merah dan abu-abu sampai
hitam, serta ignimbrit di dalam kaldera sekitar 15 km3 dan ignimbrit terungkap sempurna. Perbedaan
relatif antara endapan antara ignimbrit di luar kaldera dan di dalam kaldera menunjukkan itu amblasan
terjadi setelah letusan, dan pendalaman kaldera dengan mengisi bahan ignimbrit.

Danau Batur laksana cermin yang memantulkan wajah Gunung Batur


Kaldera Tua tersusun atas batu Ignimbrit Ubud. Batuan ini merupakan kumpulan sederhana dari
satuan susunan dasitik yang tersebar pertama kalinya ke arah kaldera selatan. Biarkan ini
menghasilkan bentuk amblasan Kaldera Batur I. Ignimbrit Ubud disebut juga sebagai Ignimbrit Batur
oleh Marinelli dan Tazief (1968) dan Wheller dan Varne (1986) untuk semua orang di perbukitan
selatan dan barat daya, serta pantai selatan yang memerlukan 70 km dari bibir kaldera. Ignimbrit
Batur yang memuat Ignimbrit Ubud dan Ignimbrit Gunungkawi, terletak di atas bidang erosi lava
dan lahar Tersier. Kontak tersebut dijumpai di Tukad Jehajung sekitar Sibanggede, sekitar 7 km arah
utara, dan di Tembuge sekitar 12 km timur laut Denpasar.

Endapan ignimbrit ini miring landai ke arah selatan dan tipis ke arah kaldera. Ketebalannya beragam
antara 50-120 m, tetapi menipis ke Arah kaldera menjadi kurang dari 10 m. Ignimbrit yang terendapkan
cukup tebal, berada di sepanjang Tukad Wos, Tukad Petanu, dan Tukad Jehajung, sekitar Bangli dan
Gianyar. Sebagian besar ignimbrit ini ditindih oleh endapan Ignimbrit Gunungkawi dan endapan tefra
hasil letusan Gunung Batur.

Kaldera Muda ditandai dengan batu ignimbrit Gunungkawi dan Ignimbrit Batur. Ignimbrit Gunungkawi
merupakan ignimbrit yang lebih muda, berada di lereng selatan kaldera. Unit ini dibedakan dari Ignimbrit
Ubud berdasarkan penanggalan berumur 14C dan analisis kimia cadangan silikanya. Unit ini lebih dari
sekadar basa dibandingkan Ignimbrit Ubud. Persentuhannya dengan Ignimbrit Ubud dapat ditelusuri di
tempat-tempat galian paras, dan di dinding-dinding lembah sungai. Beberapa singkapan horison tanah
pelapukan setebal 20-30 cm yang cocok kedua unit tersebut ditemukan.
Di puncak kawah II Gunung Batur. Foto: T. Bachtiar

Ketebalan endapan ini beragam tergantung pada permukaan dan topografi yang tidak teratur sebelum
letusan, yaitu antara 50-70 m. Singkapan terbaik dapat dijumpai di Tampaksiring, di Pura Gunungkawi
dan Pura Goa Gajah. Masyarakat memahat batu untuk ini. Ketebalan maksimum ada di selatan Kaldera
Batur pada topografi cekungan, di lembah-lembah yang terbentuk sebelumnya. Unit ini dibentuk sebagai
endapan ignimbrit yang tidak dijelaskan. Sebaran arang dari ranting-ranting yang diambil dari endapan ini
menunjukkan umur 20.150 tahun yang lalu.

Ignimbrit Batur juga merupakan ignimbrit hasil dari letusan muda yang membentuk kaldera yang lebih
muda. Batur Ignimbrit merupakan dasim yang tersebar luas, tebal, dan teruraikan sempurna, yang
berasal dari bentukan Kaldera Batur. Hal ini diperkirakan hasil letusan selama pembentukan kaldera II di
pusat Kaldera Batur-I.

KalderaBaturBagianDalam
Kaldera Batur bagian dalam dibuat oleh letusan paroksisma 20.150 tahun yang lalu, yang dikembangkan
sebagai Ignimbrit Gunungkawi dengan volume 19 km3. Kejadiannya mirip dengan pembentukan kaldera
sebelumnya (Kadera I), yang menyebabkan gunung api ini hancur dan menyisakan struktur amblasan
melingkar dengan diameter 7,5 km. Dinding Kaldera Batur (Kaldera II) berada di sekitar Danau
Batur. Relief topografi kedua kaldera tersebut berbeda, Kaldera Batur-I ratarata 400 m, sedangkan
Kaldera Batur-II ratarata 200 m dari permukaan air danau. Topografi tertinggi dari dinding Kaldera Batur-I
adalah Gunung Abang, tinggi 1.100 m dari muka air danau.
Bola lava. Foto: T. Bachtiar

Di tepi lembah sungai di Tampaksiring, Ignimbrit Gunungkawi dipahat menjadi pura, dan sepanjang
dinding terjal ini dibuat tangga hingga ke lembah sungainya. Hasil pemangkasan untuk pembuatan tangga
ini menjadi singkapan yang memperbaiki struktur internal suatu suspensi dengan kualitas tinggi abu
vulkanik endapan
ignimbrit.
9

Anda mungkin juga menyukai