Anda di halaman 1dari 3

Gunung Kelud, Sejarah Panjang dan

Anomali Letusan...
Jumat, 14 Februari 2014 | 05:36 WIB

ubah lava Gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang, terbentuk dalam letusan gunung
tersebut pada 2007. Kemunculan kubah ini mengubah jenis letusan Gunung Kelud yang sebelumnya bertipe
letusan danau. Setelah letusan pada 2007, danau di kawah Gunung Kelud hilang.

JAKARTA, KOMPAS.com - Gunung Kelud yang secara adminstratif masuk


wilayah Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Blitar, di
Jawa Timur, meletus lagi pada Kamis (13/2/2014) pukul 22.50 WIB. Letusan
ini mengembalikan ciri historis panjang letusan gunung ini, yang hanya
berjeda perubahan letusan pada 2007.

Gunung Kelud merupakan gunung api bertipe strato. Lokasinya berada di 7


derajat 56 menit Lintang Selatan dan 112 derajat 18 menit 30 detik Bujur
Timur, Gunung Kelud memiliki ketinggian 1.731 meter di atas permukaan
laut.

Letusan terakhir Gunung Kelud sebelum Kamis ini adalah pada 3-4
November 2007. Letusan tersebut ibarat jeda dari ciri khas letusan Gunung
Kelud yang biasanya adalah eksplosif, termasuk letusan sekarang. Pada
2007, hanya terjadi letusan efusif, yang memunculkan kubah lava di tengah
lokasi yang dulu adalah danau kawah Gunung Kelud.

Sejarah panjang dan anomali letusan Gunung Kelud


Catatan tentang letusan Gunung Kelud terlacak sejak tahun 1000, seperti
termuat dalam buku Data Dasar Gunung Api Indonesia yang diterbitkan
Kementerian Energi, Sumber Daya Alam, dan Mineral pada 2011.

Ciri letusan eksplosif gunung ini setidaknya diketahui sejak 1901. Letusan
pada 2007, merujuk ungkapan mantan Kepala Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, Surono,
adalah anomali.

"Penyelewengan" ciri khas pada 2007 itu pun menurut Surono bukan
karena ada hal gaib atau tak dapat dijelaskan. Letusan pada 2007 tidak
mempertontonkan letusan hebat sebagaimana setiap kali Gunung Kelud
meletus lebih karena ternyata ada retakan di jalur lava gunung itu, yang
membuat daya dorong letusan sudah merembes keluar. Karenanya, daya
letus gunung pun jauh berkurang.

Pada 1990, letusan terakhir sebelum letusan Kamis malam, setidaknya


200 juta ton meter kubik material padat terlontar dari kawah Gunung
Kelud. Sebagai pembanding, letusan Gunung Merapi pada 2010 "hanya"
melontarkan 150 juta meter kubik material padat.

Ribuan korban jiwa dan terowongan Ampera

Dengan ciri letusan yang eksplosif, Gunung Kelud adalah salah satu
gunung api aktif yang mencatatkan ribuan korban jiwa dalam sejarah
panjang letusannya, meski dampaknya belum seluar biasa letusan Gunung
Tambora di Nusa Tenggara Barat ataupun Gunung Krakatau di Selat Sunda
yang sampai mengguncang dunia.

Sebelum letusan pada 2007, Gunung Kelud dikenal sebagai gunung api
dengan kawah berupa danau. Menurut Surono dalam sebuah wawancara,
kedahsyatan dampak letusan dengan tipe kawah semacam Gunung Kelud
ini akan berbanding lurus dengan volume air pada danau kawah.

Letusan efusif pada 2007, telah menyurutkan danau kawah di Gunung


Kelud, hanya menyisakan genangan yang bahkan nyaris kering. Namun,
sebelumnya upaya untuk menyusutkan volume danau kawah ini juga sudah
dilakukan Pemerintah, yaitu dengan pembangunan terowongan
pembuangan air. Proyek pertama dibangun pada masa pemerintahan
kolonial, pada 1926.
Terowongan tersebut dibangun setelah letusan Gunung Kelud meletus
pada 1919 yang menewaskan tak kurang dari 5.160 orang. Terowongan
yang dibangun pemerintah kolonial itu sempat tertutup material vulkanik
pada letusan 1966 meski lolos dari kerusakan akibat letusan pada 1951.

Meski letusan 1919 sudah memakan korban jiwa sedemikian banyak,


letusan Gunung Kelud yang paling banyak menewaskan berdasarkan
catatan yang ada adalah letusan pada 1586, dengan lebih dari 10.000
orang jadi korban.

Terowongan pengalir air dari danau kawah buatan 1926 masih berfungsi
sampai sekarang. Namun setelah letusan 1966, Pemerintah Indonesia
membangun terowongan baru yang lokasinya 45 meter di bawah
terowongan lama.

Terowongan baru yang rampung dibangun pada 1967 ini diberi nama
Terowongan Ampera. Fungsinya menjaga volume air danau kawah tak lebih
dari 2,5 juta meter kubik.

Pada letusan 1990 yang berlangsung selama 45 hari, material vulkanik


yang dilontarkan letusan Gunung Kelud mencapai 57,3 juta meter kubik.
Namun, lahar dinginnya mengalir sampai 24 kilometer melewati 11 sungai
yang berhulu di Gunung Kelud. Terowongan Ampera pun sempat tersumbat,
dan revitalisasinya baru rampung pada 1994.

Sumber: Beragam sumber dan dokumentasi

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:


 Gunung Kelud Meletus
Penuli : Palupi Annisa
s Auliani

: Palupi Annisa
Editor
Auliani

http://nasional.kompas.com/read/2014/02/14/0536450/Gunung.Kelud.Sejarah.Panjang.dan.Anomal
i.Letusan.

Anda mungkin juga menyukai